Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

THE CONCEPT OF HOUSING WITH ARCHITECTURE BIOCLIMATIC APPROACH THAT CONSIDER HUMAN PERSPECTIVE TO OBTAIN A BETTER SETTLEMENT AND CONSERVATION ENERGY Johanes Krisdianto; Ima Defiana; Irvansjah Irvansjah; Endy Yudho Prasetyo
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 10, No 2 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.947 KB) | DOI: 10.12962/j2355262x.v10i2.a510

Abstract

Global warming is an issue that trend today. Awareness needed to perform its main energy efficiency is the energy cooling operations. Its because energy is related to the operational life of the thermal comfort of occupants to perform daily activities. This paper identifies residential design typology of house type 60 as a building envelope design and configuration space. The research determines the thermal performance and explore a simple house type 60 for its energy efficiency. In general, this paper aims to identify the typology of house type 60 that is associated with the operational cooling energy savings, as well as opportunities for what can be done to conserve energy by using architecture bioclimatic approach. The main benefits expected is to provide guidance on design concepts (via the model) based energy efficient cooling for modest residential type 60 in the humid tropics in order to conserve energy and create a healthy neighborhood. It need the dweller to adopt what they want to be in their own house. The fourth dimension in housing is a strenght that enable people to materialise their house to what they envisioned and using it to achieved what they intended to be.
BIOCLIMATIC ARCHITECTURE AS A DESIGN APPROACH WITH A MIDDLE APARTMENT IN SURABAYA AS A CASE STUDY Johanes Krisdianto; Agustinus Adib Abadi; Agus Suharjono Ekomadyo
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 10, No 1 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.568 KB) | DOI: 10.12962/j2355262x.v10i1.a516

Abstract

Bioclimatic architecture as a design approach takes an advantage climate parameters to answer the problems of environment and energy. This approach is applied to optimize the quality of architectural design through the comfort and health of their environment. It was developed by simulating the design in the case of a middle apartment in Surabaya. To achieve its design goals is simulated: 1) transforming mass-form, 2) setting housing-unit plan, 3) making housing-unit facade, and 4) organizing overall lay-out. Simulation of this design is using several alternative designs to obtain an optimal design. Bioclimatic architecture is successfully implemented if it can optimize the potential of the existing climate. Bioclimatic quality is achieved when a middle apartment is designed to optimize penetration of natural light, cooling and air exchange building mass as well as minimize the acquisition of direct solar radiation. Bioclimatic architecture approach requires consideration of such architectural contexts: urban, economic and social aspects, because the technical nature.
Denyut di Griya Esok: Arsitektur Pemersatu Kehidupan dan Kematian Rr Windya Putri Hapsari; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.753 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.19386

Abstract

Keterbatasan lahan merupakan sebuah masalah yang banyak diperbincangkan dewasa ini. Penggunaan lahan sangatlah luas, mulai dari permukiman, peternakan, sawah, hingga pemakaman. Ketersediaan lahan untuk pemakaman semakin lama semakin menipis karena jumlah orang yang meninggal juga meninggkat setiap waktu dan pemakaman yang sudah ada akan tetap berada di tempatnya, sehingga lahan pemakaman lambat laun akan penuh. Untuk itu, arsitektur seharusnya dapat merespon bagaimana lahan yang digunakan untuk pemakaman dapat dihemat sehingga lahan yang lain dapat difungsikan untuk aktivitas lain. Tidak hanya itu, arsitektur juga harus dapat menghilangkan kesan mengerikan yang biasanya timbul di area pemakaman karena pemakaman adalah tempat dimana pengunjung datang untuk mengenang yang sudah mendahului, bukan sebuah tempat yang harus ditakuti. Sangat penting untuk dapat menyatukan area pemakaman dengan ruang publik dimana pengunjung dapat bebas beraktivitas di dalamnya dan menghilangkan kesan mengerikan yang ditimbulkan.
Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya Putri Andiny Desmaniar; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.633 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.19572

Abstract

Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau gangguan fungsi otak yang bersifat pervasif, dan bukan suatu bentuk penyakit mental. Sindrom Asperger disebut juga sindrom profesor kecil, little professor(s) syndrome, Asperger disorder, gangguan Asperger, Asperger syndrome. Disebut sindrom profesor kecil karena anak dengan sindrom ini sering menunjukkan keunikan perilaku, cara berpikir, dan berkomunikasi. Sindrom Asperger ini ditemukan oleh Hans Asperger seorang dokter anak asal Austria pada tahun 1944. Pusat terapi anak autis di Surabaya merupakan lembaga milik swasta yang bergerak di bidang pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Meningkatnya jumlah anak autis tidak diimbangi dengan jumlah pusat terapi dan sekolah untuk anak autis. Ditinjau dari segi fisik bangunan, segi kapasitas, segi kebutuhan aktivitas dan ruang masih banyak yang belum memadai terutama bagi penderita Autis Sindrom Asperger. Perancangan ini ditujukan agar anak – anak autis Sindrom Asperger dapat berkembang menjadi lebih baik dengan fasilitas yang disediakan seperti ruang terapi one on one, ruang terapi wicara, ruang okupasi, ruang biomedis, ruang medikamentosa, aula, dan ruang pendukung lainnya seperti lobby, kantor, toilet dan service.
Urban Farming dalam Kampung Vertikal sebagai Upaya Efisiensi Keterbatasan Lahan Atik Dwi Nur'aini; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.05 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.25786

Abstract

Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kota Surabaya hal ini mengakibatkan penggunaan lahan untuk bangunan terus meningkat karena terjadi peningkatan kebutuhan ruang kota. Tingginya laju pertumbuhan penduduk menimbulkan kebutuhan lahan permukiman yang sangat besar. Seliain itu, penyebab dari padatnya penduduk di Surabaya dikarenakan adanya arus urbanisasi. Masyarakat dari desa berbondong – bondong menuju Surabaya untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sehingga penduduk di Surabaya semakin meningkat setiap harinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya keterbatasan lahan untuk area permukiman. Merek akhirnya mendirikan rumah – rumah semi permanen di pusat kota. Aktivitas ini menyebabkan terbentuknya permukiman kumuh di beberapa tempat. Masalah keterbatasan lahan juga banyak terjadi pada sektor pertanian dengan dibukanya lahan pertanian untuk area permukiman maupun area komersil lainnya.  Penjabaran di atas melatarbelakangi diperlukannya “Urban Farming dalam Kampung Vertikal Sebagai Upaya Efisiensi Keterbatasan Lahan” yang nantinya diharapkan menjadi tempat tinggal warga kampung yang lebih baik dan meningkatkan tingkat perekonomian mereka. Pendekatan yang dignakan dalam objek rancang ini berupa pendekatan perilaku kampung. Pendekatan ini dipakai dan diterapkan untuk  merancang sebuah hunian vertikal yang sesuai dengan perilaku kampung sehingga pengaplikasian arsitektur dengan pendekatan ini akan terlihat pada gubahan massa bangunan, fasad, maupun modul pada setiap unit rumah pada kampung vertikal.
Sistem Arsitektur Berwawasan Lingkungan Rochadi Mahala Lita Sakti; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.777 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26398

Abstract

Dewasa ini semakin meningkatnya angka kejahatan seksual  terhadap anak mengakibatkan timbulnya rasa tertekan tidak percaya diri. Beberapa dampaknya seperti penyalahgunaan  konsepsi lingkungan yang besar, jangka panjang, fisik maupun mental pada anak-anak. Studi ilmiah dan observasi lapangan di Surabaya, Jawa Timur menunjukkan tingginya tingkat kekerasan seksual terhadap anak-anak di berbagai lapisan dari anak-anak dan orang dewasa. Meskipun studi yang sangat heterogen, terdapat berkorelasi pelecehan pada tingkat yang berbeda. Trauma adalah peristiwa dramatis dalam kehidupan yang mengancam kehidupan kesehatan atau bahkan ego individu yang bersangkutan. Efek terburuk trauma membuat korbannya menderita Post Traumatic Stress Disorder PTSD yang merupakan kondisi stres pasca trauma akibat pengalaman yang mengerikan baik fisik fisiologis atau kombinasi keduanya. Arsitektur berwawasan lingkungan dengan pendekatan arsitektur perilaku, diharapkan menjadikan sosok arsitektur yang unik dan didukung penggunaan elemen arsitektur yang sesaui dengan uraian isu yang diangkat.
Revitalisasi Ruang Publik Kampung Luar Batang dengan Metode Hybrid Architecture Adistria Dwirachmayanti; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.694 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.34998

Abstract

Kampung Luar Batang memiliki potensi wisata yang cukup besar dengan adanya Masjid dan Makam Luar Batang. Kegiatan wisata kampung tersebut memunculkan berbagai mata pencaharian dan pola hidup dari masyarakat Kampung Luar Batang yang mayoritas merupakan pewirausaha. Seluruh aspek tersebut memunculkan ide untuk merevitalisasi Kampung Luar Batang sebagai salah satu solusi menaikkan potensi wisata kampung dan tempat kegiatan masyarakat Kampung Luar Batang. Revitalisasi Kampung Luar Batang ini didasarkan pada pendekatan pada aspek sosiologi manusia didalamnya yang mempertimbangkan perilaku sosial di Kampung Luar Batang. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode desain Hybrid Architecture yaitu perpaduan dari aspek yang akan divitalkan pada Kampung Luar Batang dipadukan dengan ide modernisasi yang akan diusulkan untuk menunjang ide perancangan yang akan menunjang peningkatan kualitas tersebut. Revitalisasi Kampung Luar Batang ini akan mencakup perbaikan dan pengadaan kualitas ruang dari Kampung Luar Batang. Beberapa seperti pengadaan mix-use building, penataan ulang Kawasan Masjid Luar Batang, serta penataan ulang kawasan ruang usaha pewirausaha Kampung Luar Batang
Perancangan Akuarium dengan Biomorphic Form & Patterns I Dewa Bagus Andi Kurniata; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.772 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.35110

Abstract

Menurunnya populasi ikan khususnya tuna di Indonesia terjadi karena adanya illegal fishing dan eksploitasi berlebih. Ikan ditangkap tanpa melihat usia dari ikan tersebut. Hal ini menyebabkan ikan yang tertangkap belum memasuki masa reproduksi sehingga berdampak pada jumlah ikan yang ada dilautan. Selain itu penangkapan tanpa melihat usia ikan juga dapat menurunkan kualitas dari ikan yang ditangkap sehingga banyak ikan yang terbuang sia-sia. Arsitektur dapat membantu menyelesaikan masalah menurunnya populasi ikan dengan menciptakan sebuah wadah yang mampu menekan berkurangnya sumber pangan ini. Salah satu fasilitas tersebut adalah akuarium air laut. Dengan mempertimbangkan dampak ekologi akuarium ini tidak hanya digunakan sebagai konservasi biota laut, namun juga diharapkan mampu menjadi sarana edukasi budidaya bagi masyarakat. Untuk membuat objek rancang lebih menarik dan sesuai dengan konteks rancangnya maka dalam perancangannya dapat dilakukan penerapan Biomorphic Form & Patterns yang merupakan bagian dari Biophilic Design.
Penerapan Threshold Theory dalam Perancangan Ruang Antara Hunian Masyarakat dan Pusat Perbelanjaan Mutia Sulistiastuti; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v10i2.69432

Abstract

Salah satu cara untuk mengembalikan keterikatan antara bangunan dengan konteksnya adalah dengan memunculkan sebuah ruang antara yang dapat menjadi penampung aktivitas baru sekaligus menjadi penggabung beberapa kebutuhan yang ada. Threshold space di sini akan menjadi sebuah respon yang dapat mengolah ruang antara kedua bangunan yang terlepas dari konteksnya, dalam kasus ini adalah bangunan tiplogi perumahan dan pusat perbelanjaan. Perbedaan Threshold space berbeda dengan ruang antara lainnya adalah memiliki kriteria spesifik yang disebutkan di dalam buku Till Boettger yang berjudul Threshold Space, diantaranya counterbalancing pair of opposites, phases and organization, dan essence and potential. Dari ketiga kriteria yang didapatkan dari pendekatan threshold tersebut akan dieksplorasi kembali elemen arsitektural apa saja yang akan dipengaruhi kriteria-kriteria tersebut. Lalu diaplikasikan ke dalam ruang antara yang sudah terpilih.
Rancangan Gereja Setelah Pandemi COVID-19 dengan Pendekatan Regionalisme dan Sakralisme Hana Ardina Putri Pakiding; Johanes Krisdianto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v10i2.69702

Abstract

Pandemi COVID-19 telah membawa banyak perubahan terhadap berbagai kegiatan masyarakat. Ruang publik termasuk mendapat dampak terbesar dari kondisi ini, tidak terkecuali tempat ibadah. Gereja sebagai salah satu tempat ibadah, tidak bisa melaksanakan aktivitasnya seperti semula, meskipun sudah diberlakukannya new normal. Selain itu, jenis gereja yang dipilih memiliki karakteristik Jawa Timur yakni Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW). GKJW tidak hanya memiliki karakter Jawa, namun lebih dari itu, GKJW memiliki banyak kegiatan jemaat sebagai perwujudan imannya. Namun, pandemi membuat GKJW tidak bisa melaksanakan aktivitasnya seperti semula. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan suatu respon arsitektural yang dapat mewadahi aktivitas gereja dalam berbagai kondisi, khususnya dalam hal ini adalah kondisi pandemi. Perancangan ini menggunakan pendekatan regionalisme dan sakralisme untuk membantu mengidentifikasi dan menentukan elemen-elemen perancangan. Metode yang digunakan adalah pengambilan esensi penting dari kedua kondisi yakni gereja dan pandemi yang kemudian saling dipadukan untuk mencapai satu kesatuan desain yang baru.