Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

CONDITION OF URBAN PHYSICAL ELEMENT IMPACT ON LAND SURFACE SUBSIDENCE IN PANGLIMA SUDIRMAN CORRIDOR, SURABAYA Angger Sukma Mahendra; Eko Yuli Handoko; Akbar K
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 12, No 1 (2013)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.619 KB) | DOI: 10.12962/j2355262x.v12i1.a557

Abstract

Surabaya is the second largest city in Indonesia and has been categorized as a metropolitan. The development of Surabaya is quite fast in terms of physical development. That condition can be observed from the number of high rise buildings at the city centre corridors. One of the corridors in Surabaya city centre is Jalan Pang-lima Sudirman. The corridor is a high density mixed-used area, dominated by commercial and service such as office retails and hotels. From the measurement, it was found that land subsidence happened at Jalan Panglima Sudirman which in the future will impact on environmental physical condition at the location. Therefore, observation of certain items mainly related to urban physical element impact on land subsidence was important. The result expected is the visibility of urban physical element impact in land subsidence at the corridor of Jalan Panglima Sudirman Surabaya.
KAMPUNG DEVELOPMENT TOWARD SMART CITY Tanti Satriana R. Nasution; Purwanita Setijanti; Asri Dinapradipta; Angger Sukma Mahendra; Susetyo Firmaningtyas; Muhammad Ainul Yaqin
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1262.569 KB) | DOI: 10.12962/j2355262x.v17i1.a3398

Abstract

The city of Surabaya that formed from maritime activities to lead to trade and industrial activities will form settlements in the form of kampung. Kampung became an important part in the development of a city because this area became a place to grow and move most of the middle class population and below. However, the rapid development of the city of Surabaya towards the modern has resulted in the existence of the kampung in Surabaya increasingly recessive. Long-lived kampung like Kampung Kaliasin, pressed by the development of urban and socio-economic mobility, are experiencing worsening kampung conditions. The pressure from the surrounding environment is great. Not only social and economic issues, but also environmental issues (climate, sanitation, a forestation, etc.) are salient. The Surabaya City Government is attempting to address the problem through the concept of Smart City Surabaya. The question to be addressed here is how the development of the urban kampung, for example Kampung Kaliasin, is to proceed in the direction of Smart City Surabaya. The method used is descriptive and qualitative. The variables to be studied are aspects of smart city covering Smart Government, Smart Economy, Smart Life, Smart Living, Smart People, and Smart Mobility. These are analyzed in relation to the readiness of the city to develop toward Smart City Surabaya.
Desa Wisata Sebagai Desa Relokasi Dengan Prinsip Simbiosis Die Tia Begin; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.936 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v4i2.12524

Abstract

Peristiwa meletusnya gunung berapi seringkali diikuti dengan kerusakan yang terjadi pada daerah sekeliling gunung api tersebut. Salah satunya adalah pemukiman dan perkebunan warga yang ada di sekitar gunung. Kerusakan ini sering kali sangat parah sehingga wilayah ini tidak dapat lagi dihuni, oleh karena itu dibutuhkan sebuah pemukiman relokasi untuk warga. Seperti yang terjadi pada pemukiman di sekitar Gunung Sinabung. Maka ditetapkan lah sebuah area relokasi di Siosar. Dimana setelah dilihat, ternyata wilayah ini memiliki potensi untuk dijadikan sebagai desa wisata. Perancangan desa relokasi yang juga merupakan desa wisata tentu saja memerlukan beberapa penyesuaian, karena pasti ada hal-hal yang bertentangan dan harus saling bersanding dalam objek rancang. Dengan demikian perancang merasa bahwa prinsip rancang Simbiosis oleh Kisho Kurokawa tepat digunakan dalam objek rancang. Dengan prinsip rancang ini diharapkan didapatnya rancangan yang baik dan dapat memberikan kenyamanan baik baik penduduk maupun bagi wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Konsep Ruang Publik Warga sebagai Fasilitas Taman Geologi Lumpur Sidoarjo Ray Dhanitra Ahmad; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.575 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.17641

Abstract

Rencana pemerintah untuk mengubah kawasan bencana Lumpur Sidoarjo menjadi sebuah taman geologi memerlukan beberapa pemenuhan syarat yang diajukan oleh organisasi dunia. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah taman geologi adalah mengakomodir kegiatan edukasi, pelestarian budaya lokal, mendukung ekonomi sekitar, dan membangun sarana rekreasi. Taman geologi juga diwajibkan untuk memperbaiki lingkungan baik lingkungan hidup maupun lingkungan warga. Untuk lingkungan warga di sekitar kawasan kondisinya tidak seramai sebelum munculnya bencana, ini dikarenakan sebagain besar pemukiman dan pusat keramaian sudah tenggelam oleh lumpur. Hal ini bisa menjadi pertimbangan untuk menciptakan sebuah ruang yang bertujuan untuk mengembalikan aktivitas masyarakat. Selain itu ruang publik juga menjadi salah satu komponen penting dari fasilitas terbangun yang dimiliki oleh taman geologi. Perancang menerapkan konsep pembentukan lansekap yang dikembangkan oleh Tadao Ando mengenai hubungan pengguna dengan alam sekitar. Dengan konsep tersebut diharapkan suasana dari taman geologi dirasakan oleh pengunjung selagi melakukan kegiatan tertentu pada ruang publik.
Konsep Ekshibisi Dinamika Lalu Lintas di Bangunan Prasarana Transportasi Umum Cindy Oktavia; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.813 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.18111

Abstract

Visual adalah salah satu hal yang penting di dalam sebuah bangunan fasilitas publik. Visualisasi yang baik akan memudahkan pengguna bangunan untuk dapat membaca situasi atau sistem di dalam bangunan sehingga tingkat keberhasilan bangunan dapat tercapai dengan baik, terutama dalam bangunan prasarana transportasi umum. Bangunan fasilitas transportasi umum sangat mengutamakan perpindahan (movement) dari penumpang dan kendaraan yang ada di dalamnya. Sejalan dengan itu, konsep ekshibisi yang mengedepankan visualisasi diintegrasikan dengan pergerakan (movement) di dalam bangunan untuk mencapai efisiensi baik dari aspek pergerakan penggunanya maupun visualisasi di dalamnya.
Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong Yulia Rosaena; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.14 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.19706

Abstract

Lembaga pemasyarakatan yang memiliki fungsi pembinaan bagi narapidana pada kenyataannya justru menjadi sekolah kejahatan. Mereka melakukan transfer ilmu dan juga melakukan tindakan menyimpang di dalam lapas. Tidak sebandingnya kebutuhan ruang dengan jumlah penghuni serta pengawasan yang kurang optimal merupakan faktor utama yang menyebabkan adanya kriminalitas di dalam lapas. Dengan menggunakan metoda desain Programming and Designing, tahapan merancang dapat dikelompokkan menjadi empat tahap utama yaitu menggali isu, mencari permasalahan, menyelesaikan permasalahan, dan mengoptimalkan solusi. Kemudian di dalam pencarian permasalahan dijabarkan lagi menjadi lima tahapan, yaitu menentukan tujuan, mengumpulkan dan menganalisa fakta-fakta, membongkar dan menguji konsep, menentukan kebutuhan, dan menyatakan permasalahan. Obyek arsitektur yang diharapkan yaitu berupa lembaga pemasyarakatan dengan sistem keamanan dan pengawasan tingkat tinggi yang dapat mengoptimalkan pengawasan sehingga narapidana benar-benar terbina serta tercipta ruang gerak yang memadahi bagi narapidana di dalamnya.
Mengatasi Isu Kekakuan Sekolah Melalui Pendekatan Proxemics dan Dis-programming dalam Perancangan Sekolah Mohamad Alfian Aziz; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.837 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.20278

Abstract

Sekolah merupakan media belajar formal. Sekolah dan elemen-elemennya umumnya memiliki aturan sehingga dapat mendidik dan mengarahkan remaja kepada perilaku yang sesuai. Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian besar waktunya. Permasalahan terletak pada faktor sekolah yang dianggap sudah tidak sesuai dengan perilaku remaja modern. Secara arsitektur, ruang yang ada pada sekolah belum cukup dipahami dan dimaknai oleh remaja sebagai media belajar. Salah satu kesimpulan yang diambil adalah bahwa bentuk sekolah umum dan sistemnya terlaku kaku sehingga remaja kurang bisa berkreasi dan mendapat ruang bebas lebih. Konsep yang diusulkan adalah dinamis dan fleksibel sebagai solusi atas permasalahan kekakuan sekolah. Konsep dibawa melalui pendekatan perilaku dan proxemics lalu diolah melalui konsep dis-programming. Usulan objek diharapkan mampu menciptakan model kelas yang tidak konvensional, mengakomodasi minat remaja dan memanfaatkan tendensi berkumpul remaja untuk menciptakan ruang sosial yang efektif dan positif pada jenjang sekolah menengah atas.
Metode Hybrid dalam Perancangan Terminal Kampung Melayu Jatinegara, Jakarta Timur Muhammad Nuril Ardan; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.155 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26453

Abstract

Kota dengan segala perkembangannya menarik orang dengan segala etnis, suku dan budayanya untuk hijrah dari desa ke kota. Hal ini menjadikan komposisi kota semakin heterogen dan beragam. Heterogenitas inilah yang kemudian secara tidak langsung menciptakan “batasan” (red. Segregasi) antar kelompok tertentu (dalam hal ini etnis) dalam kawasan perkotaan. dan hal ini pula yang memungkinkan terjadinya konflik perkotaan. Heterogenitas perkotaan perlu di biaskan (red. Agregasi). Agar kota tetap kondusif dengan segala kompleksitasnya. Dengan menggunakan pendekatan ruang dan aktivitas manusia yang beragam karakteristik etnis, diharapakan batasan-batasan tersebut akan terbiaskan. Melalui arsitektur yang berorientasi pada penyelesaian permsalahan sosial, perancangan pasar dan terminal sebagai ruang interaksi di masyarakat menjadi bagian dari respons segregasi. Dengan pendekatan agregasi dan penyelesaian melalui metode hybrid, rancangan arsitektur diupayakan menjadi rancangan yang interaktive dan bermanfaat
Teritorialitas: Kantor dan Apartemen sebagai Ruang Interaksi Feminisme Dewinna Farah Puspita; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.821 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26735

Abstract

Arsitektur hadir sebagai problem solving yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup bagi penggunanya. Menjadi makhluk sosial yang dikodratkan untuk bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain diartikan bahwa manusia selalu membutuhkan orang lain. Interaksi sosial secara langsung merupakan salah satu cara untuk membuat manusia saling terkoneksi satu sama lain. Dalam berinteraksi, manusia memiliki ruang personal masing-masing, salah satu faktor yang mempengaruhi besar maupun kecil dari jarak ruang personal adalah jenis kelamin. Gerakan feminisme menunjukkan kebutuhan ruang personal wanita yang lebih besar dari pria, namun dengan tidak mengesampingkan kebutuhan interaksi sosial sebagai makhluk sosial. Edward T. Hall menuliskan hubungan antara manusia dengan ruang, menurut beliau salah satu perasaan kita yang penting mengenai ruang adalah perasaan teritorial. Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri, kenyamanan dan rasa aman pada pribadi manusia. Dengan menggunakan pendekatan feminisme dan teritorialitas objek dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup wanita serta dengan menggunakan metode rancang geometry as authorities.
Desain Rumah Susun dengan Pendekatan Persepsi Arsitektur Muhammad Whibi Rhouzan Fikri; Angger Sukma Mahendra
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.307 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.27341

Abstract

Tingginya tingkat urbanisasi yang terjadi di perkotaan mengakibatkan munculnya berbagai macam permasalahan seperti permukiman kumuh dan permukiman liar. Hak bermukim di kota merupakan isyu yang paling hangat dalam kasus permasalahan pemukiman liar. Fenomena-fenomena yang terjadi antara warga dengan pemerintah dalam menanggapi isyu ini juga menjadi dasar dalam proses desain. Setiap pemikiran, informasi, kebijakan yang terkait dengan pemukiman liar saperti pengadaan rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah  juga menimbulkan respon, sikap, persepsi yang berbeda pula. Persepsi warga dalam menanggapi isyu hak bermukim bisa dijadikan sebagai  pendekatan desain dalam mempertahankan kehidupan sosial budaya yang ada di masyarakat. Harapannya, arsitektur bisa menjadi solusi dalam penyelesaian masalah aspek fisik dan non fisik sebagai respon tentang hak bermukim di kota bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman liar.