Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Proses

Pengaruh Komposisi Subtrat dari Campuran Kotoran Sapi dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) terhadap Produktivitas Biogas pada Digester Semi Kontinu Agus Haryanto; Rivan Okfrianas; Winda Rahmawati
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.219 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.41125

Abstract

A B S T R A C TThis study aims to determine the effect of substrate composition on biogas production from a mixture of cow dung and elephant grass using semi-continuous digester. Fresh cow dung and elephant grass were obtained from Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. Elephant grass was knife-chopped, crushed using a blender and then mixed with cow dung at a total solid (TS) ratio between elephant grass and cow dung varies from 35:65 (P1), 40:60 (P2), 45:55 (P3), and 50:50 (P4). This mixture was then diluted with tap water until its TS content reach 5% and was used as substrate. Four semi-continuous digesters (labeled as P1 to P4) having a capacity of 36 L and working volume of 28 L were initially loaded with 22 L of diluted fresh cow dung (dilution ratio of 1:1) as a starter (source of bacteria) and were left until stable condition. When the biogas was produced, the prepared substrate was added daily into the respective digester at a loading rate of 500 mL.d-1. Parameters to be observed included daily temperature and pH of the substrate, daily biogas production, TS and VS content, and biogas quality. The results showed that the digester worked at average pH of 6.9 and the daily temperature 26.3 to 29.7°C. The total biogas production for 60 days was 608.4, 676.8, 600.0, and 613.3 L, respectively for P1, P2, P3, and P4. Biogas yield after the substrate achieving the designed composition was 254 (P1), 260 (P2), 261 (P3), and 271 L.m-3 of the substrate (P4). The addition of elephant grass up to 50% could maintain high production of biogas.Keywords: biogas; cow dung; elephant grass; productivity; semi-continuous A B S T R A KPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi substrat terhadap produktivitas biogas dari campuran kotoran sapi dan rumput gajah pada digester semi kontinu. Rumput gajah dan kotoran sapi segar diperoleh dari Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Rumput gajah dipotong menggunakan pisau dan dihancurkan dengan blender hingga halus dan dicampurkan dengan kotoran sapi pada perbandingan berat padatan kering (TS) 35:65 (P1), 40:60 (P2), 45:55 (P3), dan 50:50 (P4). Campuran ini diencerkan dengan air hingga kandungan TS mencapai 5% dan digunakan sebagai substrat. Empat digester semi kontinu (diberi label P1 hingga P4) dengan volume kerja 28 L mula-mula diisi dengan 22 L starter kotoran sapi segar yang diencerkan dengan air pada perbandingan berat 1:1 dan dibiarkan hingga stabil. Setelah gas mulai diproduksi, substrat yang telah dipersiapkan (sesuai label) ditambahkan ke dalam masing-masing digester dengan laju pembebanan 500 mL hari-1. Parameter yang diamati meliputi suhu harian, pH substrat, kandungan TS dan VS, produksi biogas, dan kualitas biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa digester bekerja pada pH rata-rata 6,9 dan suhu harian antara 26,3–29,7°C. Total produksi biogas selama 60 hari adalah 608,4; 676,8; 600,0; dan 613,3 L berturut-turut untuk P1, P2, P3, dan P4. Produktivitas biogas setelah substrat mencapai komposisi yang direncanakan adalah 254 (P1), 260 (P2), 261 (P3), dan 271 L/m-3 substrat (P4). Penambahan rumput gajah hingga 50% masih menghasilkan biogas yang tinggi.Kata kunci: biogas; kotoran sapi; produktivitas; rumput gajah; semi-kontinu
Peningkatan Kualitas Pelet Tandan Kosong Kelapa Sawit melalui Torefaksi Menggunakan Reaktor Counter-Flow Multi Baffle (COMB) Wahyu Hidayat; Irma Thya Rani; Tri Yulianto; Indra Gumay Febryano; Dewi Agustina Iryani; Udin Hasanudin; Sihyun Lee; Sangdo Kim; Jiho Yoo; Agus Haryanto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.56817

Abstract

Oil palm (Elaeis guineensis) empty fruit bunches (EFB) have not been utilized optimally. Currently, it is considered as a resource with low economic value. This biomass can be converted into bioenergy through a torrefaction process. Torrefaction is a mild pyrolysis at temperatures ranging between 200 and 300 °C, and it is generally performed under an inert atmosphere. The objective of this study was to evaluate the effects of torrefaction using Counter-Flow Multi Baffle (COMB) on the properties of oil palm EFB pellets. Torrefaction was conducted at 280 °C temperature with a residence time of 4 minutes. The results showed a decrease in the equilibrium moisture content and an increase in hydrophobicity after torrefaction using the COMB reactor. The change in the hygroscopic property could make the oil palm EFB pellet more stable against chemical oxidation and microbial degradation, hence self-heating and auto-ignition during storage could be prevented. The heating value of biomass increased after torrefaction. Torrefaction with the COMB reactor resulted in a heating value of 17.90 MJ/kg, which is comparable with the results of oxidative torrefaction (with longer residence time) of 18.28 MJ/kg. The results suggested that torrefaction using the COMB reactor could provide a great improvement in the quality of the bioenergetic properties of oil palm EFB pellets. However, the high ash content of the EFB pellets implied that the EFB pellets suitable for a small-scale application, but not yet for cofiring in power plants or as a feedstock for gasification.Keywords: Counter-Flow Multi Baffle; oil palm empty fruit bunches; renewable; torrefactionA B S T R A KTandan kosong kelapa sawit (Elaeis guineensis) belum dimanfaatkan secara optimal. Saat ini bahan tersebut masih dianggap sebagai sumber daya bernilai ekonomi rendah. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dikonversi menjadi bioenergi melalui proses torefaksi. Torefaksi merupakan proses pirolisis ringan pada suhu berkisar antara 200 dan 300 °C dan umumnya dilakukan di bawah kondisi inert. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh torefaksi dengan reaktor Counter-Flow Multi Baffle (COMB) terhadap sifat-sifat pelet TKKS. Torefaksi dilakukan pada suhu 280 °C dengan waktu tinggal 4 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa torefaksi menyebabkan penurunan kadar air kesetimbangan dan menjadi hidrofobik setelah torefaksi dengan reaktor COMB. Perbaikan sifat higroskopis dapat membuat pelet TKKS lebih stabil terhadap oksidasi kimia dan degradasi mikroba, sehingga pemanasan sendiri dan pembakaran spontan selama penyimpanan dapat dicegah. Nilai kalor biomassa meningkat setelah torefaksi. Torefaksi dengan reaktor COMB menghasilkan nilai kalor 17,90 MJ/kg, yang sebanding dengan hasil torefaksi oksidatif dengan waktu tinggal lebih lama, sebesar 18,28 MJ/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa torefaksi dengan reaktor COMB dapat meningkatkan kualitas energi pelet TKKS. Tetapi pelet TKKS masih memiliki kadar abu yang tinggi sehingga biomassa hasil torefaksi belum sesuai untuk cofiring di pembangkit listrik atau sebagai bahan baku untuk gasifikasi.Kata kunci: Counter-Flow Multi Baffle; tandan kosong kelapa sawit; terbarukan; torefaksi 
Co-Authors Afrian, Chandra Agata Desinta Yoanma Aldi Saputra Alim Fadila Rahman Amieria Citra Gita Amieria Citra Gita Anak Agung Gede Sugianthara Bagus Saputra Budianto Lanya Budianto Lanya Christine Wulandari David SS Marpaung Dermiyati Dermiyati Dewi Agustina Iryani Dewi Agustina Iryani dewi Agustina Iryani Dewi Agustina Iryani, Dewi Agustina Disca Anggi Pratiwi Dwi Cahyani Dwi Cahyani Dwi Dian Novita Dwi Haryono Dyah Isworo Eka Noer Soe'mah Eka Noer Soe'mah Eka Oktaviani Elhamida Rezkia Amien Elhamida Rezkia Amien Eza Yolan Yuswansyah Febryan Kusuma Wisnu Febryanto, Indra Gumay Gita, Amiera Citra Gusri Akhyar Ibrahim Hizami Ch Anwar Indah Kusmindarti Indra Gumay Febryano Irma Thya Rani Irwan Sukri Banuwa Jacky Michael Pah Jamalam Lumbanraja Jiho Yoo Karina Gracia Agatha Tambunan Khoiril Anam Kusuma Adhianto Liman Liman Lisman Suryanegara Lutfi Wahyuni Mareli Telaumbanua Melya Riniarti Mirwan Saputro Mochamad Zakky Muhamad Inu Fauzan Muhammad Agus Windra Muhammad Amin Muhammad Haviz Muhtarudin muhtarudin Mulyani, Yessi Murdapa, Fauzan Nomi Setyowati Nur Soemah, Eka Oktafri Oktafri Ovita Yozana Puspita Yuliandari Rahmi Adi Bazenet Raizummi Fil’aini Rani, Irma Tya Ristanti Ristanti Rivan Okfrianas Rizky Wahyuni Rizza Wijaya Sandi Asmara Sangdo Kim Savinda Afista Seldi Prayoga Shilvia Vera Sinaga Shintawati Shintawati Shintawati, Shintawati Sigit Prabawa Sihyun Lee Sisi Agustin Siti Asfiatul Mukaromah Siti Mutiara Ridjayanti Siti Suharyatun Sri Hidayati Sri Rahayoe Sri Waluyo Sugeng Triyono Suharyadi Suharyadi Tamrin Tamrin Tamrin, Tamrin Titin Yulianti Tri Wahyu Saputra Tri Wahyu Saputra Tri Yulianto Tri Yulianto Ucok Hasiholan Udin Hasanudin Udin Hasanudin Udin Hasanudin Udin Hasanudin Ully Silviana Viffit Desiyana Wahyu Hidayat Wahyu Ratnaningsih Warji Warji Winda Rahmawati Winda Rahmawati Winda Rahmawati Winda Rahmawati Winda Rahmawati Winnugroho Wiratman, Manfaluthy Hakim, Tiara Aninditha, Aru W. Sudoyo, Joedo Prihartono Wulan Sari Zelzha Arinnesia Varanita