Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

STANDARISASI SIMPLISIA DAUN KEJI BELING (Strobilanthes crispus) Annisa Fadhilla; Asri Pramita; Usri Asani Dongoran; Eva Dian Sari Marbun; Andre Prayoga
Journal Central Publisher Vol 2 No 9 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i9.528

Abstract

Latar Belakang : Keji beling (Strobilanthes crispus) merupakan tanaman herbal yang secara tradisional banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk berbagai pengobatan, seperti gangguan ginjal dan penurun kadar gula darah. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menilai mutu simplisia daun keji beling (Strobilanthes crispus) melalui analisis parameter fisikokimia dan fitokimia sesuai dengan standar yang tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia (FHI) edisi 2017, untuk memastikan kelayakan serta keamanan simplisia sebagai bahan baku dalam pembuatan obat tradisional. Metode : Menggunakan metode eksperimental dengan sampel berupa daun keji beling dan diolah menjadi simplisia melalui tahapan sortasi, pengeringan, penghalusan, dan pengayakan. Analisis dilakukan terhadap parameter standar simplisia yaitu parameter spesifik dan non-spesifik. Hasil dan Pembahasan : Analisis menunjukkan bahwa kadar abu total (27,5%), abu tidak larut asam (8,13%), kadar air (39,8%), serta kadar sari larut air (10%) berada di atas batas yang disarankan, menandakan adanya kemungkinan kontaminasi atau penanganan pascapanen yang kurang optimal. Sementara itu,susut pengeringan (10%), kadar sari larut etanol (17%) memenuhi syarat berada pada ambang batas minimal. Uji fitokimia mengindikasikan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, tanin dan triterpenoid. Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mutu simplisia berdasarkan parameter fisikokimia dan fitokimia sangat penting dilakukan sebagai langkah awal untuk memastikan keamanan dan kelayakan simplisia daun keji beling sebagai bahan baku obat tradisional, sesuai dengan standar Farmakope Herbal Indonesia.
STANDARISASI PARAMETER SPESIFIK DAN NON SPESIFIK SIMPILISIA RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val.) Evifani Theresia Br Torong; Widia Sari; Divia Azahra; Chrisma Yana Purba; Emiada Lestari Purba; Intan Natasya Sabila; Natanael Priltius; Eva Dian Sari Marbun
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Curcuma mangga Val., atau yang lebih dikenal sebagai temu mangga, merupakan salah satu jenis tanaman obat yang diketahui memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan. Manfaat ini sebagian besar berasal dari keberadaan metabolit sekunder dalam tanaman tersebut. Beberapa senyawa bioaktif yang terkandung di bagian rimpang antara lain flavonoid, tanin, serta saponin. Ketiga senyawa ini telah diketahui memiliki peran sebagai agen antimikroba, antioksidan, dan penurun kadar lipid dalam darah. Oleh karena itu, rimpang temu mangga dianggap memiliki potensi tinggi sebagai bahan utama dalam formulasi obat tradisional. Agar kualitas dan keamanannya dapat terjamin, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menetapkan parameter standar, baik yang bersifat spesifik maupun nonspesifik, terhadap simplisia dari rimpang temu mangga. Studi ini dilakukan dengan berbagai metode, termasuk analisis makroskopis dan mikroskopis guna menilai karakteristik fisik serta struktur jaringan simplisia. Di samping itu, dilakukan pula analisis fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dalam bahan tersebut. Parameter spesifik yang dianalisis mencakup kandungan sari yang dapat larut dalam pelarut air maupun etanol. Sedangkan parameter nonspesifik meliputi berbagai aspek, seperti susut pengeringan, tingkat kelembaban, kadar abu total, serta kandungan abu yang tidak larut dalam asam. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa secara visual dan mikroskopis, simplisia memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan. Dalam uji fitokimia, flavonoid, tanin, dan saponin berhasil terdeteksi dengan jelas. Pada analisis parameter spesifik, kandungan sari larut dalam etanol telah mencapai nilai yang sesuai dengan syarat minimal. Namun, hasil untuk sari larut dalam air hanya mencapai 15%, yang masih lebih rendah dibandingkan batas minimum 18,8% sebagaimana tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia. Sementara itu, dari parameter nonspesifik, hanya kadar abu total sebesar 0,5% yang masih berada dalam rentang toleransi. Nilai susut pengeringan sebesar 10,006%, kadar air 10,01%, serta abu tidak larut dalam asam sebesar 4,70% semuanya melampaui batas maksimum yang ditetapkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas simplisia rimpang temu mangga belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Oleh sebab itu, diperlukan perbaikan terutama pada proses pencucian, pengeringan, dan penyimpanan, agar bahan tersebut memenuhi persyaratan mutu dalam Farmakope Herbal Indonesia serta aman digunakan sebagai bahan baku jamu.
STANDARISASI SIMPLISIA DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth) Nur Habibah Br Keliat; Cut Juliani Sahputri; Catur Rafia Ningrum; Raissa Fitri; Eva Dian Sari Marbun
Journal Central Publisher Vol 2 No 10 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i10.531

Abstract

Latar Belakang : Cosmos caudatus Kunth atau dikenal sebagai daun kenikir merupakan tanaman obat yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional di indonesia. Kenikir dipercaya sebagai obat penurun suhu tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, mengobati diabetes, sebagai anti-aging dan menjaga kesehatan tulang. Namun, data mutu simplisia yang terstandar masih terbatas. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas fisikokimia dan kandungan fitokimia daun kenikir berdasarkan Farmakope Herbal Indoneisa (FHI) 2017. Metode : Menggunakan metode eksperimental dengan sampel berupa daun kenikir dan diolah menjadi simplisia melalui tahapan sortasi basah, pencucian, kemudian dilakukan sortasi kering dan dihaluskan. Analisis dilakukan terhadap parameter standar simplisia yaitu parameter spesifik dan non-spesifik. Hasil dan Pembahasan : Hasil menunjukan susut pengeringan (7,04%), abu total (16,16%), abu tidak larut asam (7,21%), sari larut air (23%) dan sari larut etanol (16,06%). Uji fitokimia menunjukan adanya tanin, alkaloid, saponin dan triterpenoid namun, tidak terdeteksi senyawa alkaloid. Kesimpulan : Hasil penelitian ini menekankan pentingnya penerapan proses standar yang lebih baik dalam pengolahan simplisia, agar kualitas bahan baku pada obat tradisional dapat memenuhi standar mutu dan aman digunakan.
STANDARISASI PARAMETER SPESIFIK DAN NON SPESIFIK SIMPLISIA HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCIDA L.) Eva Dian Sari Marbun; Alfi Safitri; Grace Emmas Sondang Panjaitan; Nely Monica Simamarta; Niat Febriyanti Harefa; Sintia Nabilla
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 9 (2025): September 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Herba suruhan (Peperomia pellucida L.) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki potensi dikembangkan sebagai bahan baku fitofarmaka. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan standarisasi simplisia berdasarkan parameter spesifik dan nonspesifik sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia Edisi II, guna menjamin kualitas, keamanan, dan kemurniannya. Metode yang digunakan meliputi identifikasi organoleptik, makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar sari larut air dan etanol, skrining fitokimia, serta evaluasi kadar abu total, abu tidak larut asam, susut pengeringan, dan kadar air. Hasil menunjukkan bahwa simplisia memiliki karakteristik morfologi dan anatomi yang sesuai dengan literatur, serta mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Kadar sari larut air (39,6%) dan etanol (29,9%) menegaskan keberadaan senyawa aktif polar dan semipolar. Hasil uji nonspesifik menunjukkan bahwa kadar abu total (0,845%), abu tidak larut asam (0,02%), dan susut pengeringan (1,64%) berada dalam batas standar FHI. Namun, kadar air sebesar 10,688% sedikit melampaui batas maksimum 10%, mengindikasikan perlunya optimasi proses pengeringan. Secara keseluruhan, simplisia herba suruhan telah memenuhi sebagian besar parameter mutu simplisia dan berpotensi dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku obat herbal terstandar. Penelitian lanjutan disarankan untuk mengevaluasi aktivitas farmakologis dan stabilitas senyawa aktif melalui pendekatan kromatografi.
KOMPONEN FITOKIMIA DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGISNYA Eva Dian Sari Marbun; Monica Suryani; Ilhawa Zahra; Rika Amelia
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun jambu biji (Psidium guajava L) merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional secara turun-temurun. Beberapa penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa daun jambu biji mengandung beberapa senyawa fitokimia yaitu, tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, minyak atsiri, dan triterpenoid. Tujuan dari pembuatan jurnal ini untuk mengetahui komponen fitokimia daun jambu biji dan aktivitas farmakologis. Dalam jurnal ini menggunakan metode literature review, metode ini cara untuk kita menggali informasi lebih spesifik dalam peninjauan yang berhubangan dengan khasiat daun jambu biji yang mengakses beberapa jurnal dan artikel Nasional maupun Internasional.
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN IDENTIFIKASI SENYAWA BIOAKTIF PADA DAUN DAN KULIT LEMON (CITRUS LIMON) : PERSPEKTIF KLT DAN FITOKIMIA Eva Dian Sari Marbun; Muhammad Irianto Napitupulu; Yulia Larasanti; Veronika Kabeakan; Natanael Priltius; Candrika, Candrika
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun dan kulit buah lemon (Citrus limon (L.) Burm.f.) kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid, limonen, dan senyawa fenolik yang bermanfaat untuk kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi simplisia dan mengidentifikasi senyawa bioaktif dalam daun dan kulit lemon menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji fitokimia. Hasil menunjukkan bahwa kedua bagian tumbuhan ini mengandung komponen fitokimia signifikan, termasuk flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan terpenoid, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antimikroba. Analisis KLT memberikan gambaran awal tentang potensi farmakologisnya, mendukung pengembangan lebih lanjut sebagai bahan baku produk kesehatanĀ danĀ farmasi.
KOMPONEN FITOKIMIA DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGISNYA Monica Suryani; Suharyanisa; Eva Dian Sari Marbun; Annisa Fadhilla; Syifa Yasfini; Irwan Edianto Purba
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 2 (2025): Februari 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman obat dengan potensi farmakologis yang signifikan, terutama pada daunnya yang mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, tannin, terpenoid, dan alkaloid. Studi ini menyoroti komposisi fitokimia dan aktivitas farmakologis daun jambu biji, dengan fokus pada sifat antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, dan antidiabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa flavonoid, terutama kuersetin dan katekin, berkontribusi terhadap efek antioksidan dan antimikroba yang kuat, sementara tannin memiliki aktivitas penyembuhan luka dan antimikroba yang tinggi. Terpenoid dan minyak esensial memberikan tambahan sifat antimikroba dan insektisida, memperkuat potensinya dalam pengelolaan penyakit infeksi. Studi ini juga mengungkapkan potensi antidiabetes daun jambu biji, dengan penghambatan alfa-glukosidase yang signifikan dan peningkatan sensitivitas insulin yang moderat, mendukung perannya dalam kontrol glikemik. Uji efektivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji secara efektif menghambat Escherichia coli (MIC: 0,5 mg/mL), Staphylococcus aureus (MIC: 0,3 mg/mL), dan virus Influenza (MIC: 1,0 mg/mL). Temuan ini mendukung penggunaan tradisional daun jambu biji sebagai agen terapeutik alami untuk mengelola stres oksidatif, infeksi, dan gangguan metabolik. Penelitian klinis lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dosis optimal dan formulasi yang sesuai untuk aplikasi farmasi.