Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Cakupan Terapi Antiretroviral dan Hasil Pemeriksaan Viral Load Pada Pasien Human Immunodeficiency Virus di RSUD RAA Soewondo Pati Rohmawati, Enny; Mardiyanto, Joko; Sayono
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 4 No 1 (2025): Januari
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Pelayanan HIV di RSUD RAA Soewondo Pati meliputi Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan Care Support and Testing (CST), dengan pemberian terapi Anti-Retroviral (ARV) sebagai kunci utama dalam pengendalian virus HIV. Di tingkat nasional, capaian target pelayanan HIV menunjukkan angka yang masih rendah, dengan hanya 41% pasien yang menjalani terapi ARV dan 19% yang mengalami supresi virus. Kepatuhan minum obat ARV menjadi faktor penting dalam keberhasilan terapi ini. Tujuan: Untuk mengetahui cakupan terapi ARV dan hasil viral load tersupresi pada pasien HIV di RSUD RAA Soewondo Pati. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan data sekunder dari rekam medis pasien HIV yang menjalani terapi ARV di RSUD RAA Soewondo Pati. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan analisis rekam medis untuk mengukur cakupan terapi ARV dan hasil viral load pada pasien HIV. Hasil: Cakupan terapi ARV di RSUD RAA Soewondo Pati tercatat sebesar 77,3%, yang masih di bawah target nasional sebesar 95%. Sementara itu, hasil viral load tersupresi mencapai 78,6%, juga masih kurang dari target 95%. Kesimpulan: Cakupan terapi ARV dan hasil viral load tersupresi pada pasien HIV di RSUD RAA Soewondo Pati belum mencapai target nasional yang ditetapkan. Keberhasilan terapi ARV sangat bergantung pada kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan secara teratur, yang perlu ditingkatkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengendalian virus HIV. Kata kunci: pasien HIV, terapi antiretroviral, viral load __________________________________________________________________________ Abstract Background: HIV services at RSUD RAA Soewondo Pati include Voluntary Counseling and Testing (VCT) and Care Support and Testing (CST), with the provision of Anti-Retroviral (ARV) therapy as the main key to controlling HIV. At the national level, the achievement of HIV service targets is still low, with only 41% of patients undergoing ARV therapy and 19% experiencing viral suppression. Compliance with taking ARV medication is an important factor in the success of this therapy. Objective: To determine the coverage of ARV therapy and the results of suppressed viral load in HIV patients at RSUD RAA Soewondo Pati. Method: This study used a descriptive design with a secondary data approach from medical records of HIV patients undergoing ARV therapy at RSUD RAA Soewondo Pati. Data were collected through observation, interviews, and medical record analysis to measure the coverage of ARV therapy and viral load results in HIV patients. Result: The coverage of ARV therapy at RSUD RAA Soewondo Pati was recorded at 77.3%, which is still below the national target of 95%. Meanwhile, the results of suppressed viral load reached 78.6%, also still below the target of 95%. Conclusion: The coverage of ARV therapy and the results of suppressed viral load in HIV patients at RSUD RAA Soewondo Pati have not reached the national target set. The success of ARV therapy is highly dependent on patient compliance in undergoing regular treatment, which needs to be improved to achieve optimal results in controlling HIV. Keywords: HIV patients, antiretroviral therapy, viral load
Pelaksanaan Program Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik di Daerah Endemis Tertinggi DBD Kota Semarang Istiqomah, Willa Avdinta; Wardani, Ratih Sari; Sumanto, Didik; Sayono
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 4 No 2 (2025): April
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v4i2.44

Abstract

Latar belakang: Gerakan 1 Rumah 1 Petugas Pemantau Jentik (G1R1J) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan keluarga dalam upaya pencegahan, pengendalian, pemantauan, pemeriksaan, dan pemberantasan jentik nyamuk. Gerakan ini dilakukan untuk mengendalikan penyakit yang ditularkan melalui vektor khususnya DBD melalui PSN 3M Plus. Puskesmas Kedungmundu melaporkan kasus DBD tertinggi di Kota Semarang. Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan program Gerakan 1 Rumah 1 Kelambu Nyamuk di wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang. Metode: Pengabdian menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan data meliputi komponen input, proses, dan output. Informan utama adalah pemegang program DBD. Informasi yang digali tentang kasus DBD dan nilai ABJ. Data akan diinterpretasikan dalam bentuk grafik dan analisis data menggunakan metode Miles dan Huberman. Hasil: Komponen sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan metode berada pada kategori cukup baik. Pelaksanaan, pelaporan, dan pengecekan program juga cukup baik dan telah sesuai dengan petunjuk teknis. Kinerja kegiatan kader masih belum optimal. Pelaksanaan program difokuskan pada pembentukan Petugas Pemantau Jentik (Jumantik). Output cakupan pelaksanaan PSN 3M Plus sebesar 100% sedangkan nilai capaian ABJ ≥ 95%. Nilai capaian ini menggambarkan kondisi yang optimal, namun pelaporan data ABJ belum disampaikan secara rutin. Kesimpulan: Pelaksanaan program G1R1J dari sumber daya manusia, sarana prasarana, dana, dan metode, proses pelaksanaan, serta output sudah cukup baik. Masih perlu adanya optimalisasi pelatihan dan sosialisasi kepada kader dan masyarakat. Kata kunci: jumantik, G1R1J, demam berdarah, endemis DBD ______________________________________________________________________ Abstract Background: The '1 House, 1 Monitoring Officer of Larvae' (G1R1J) movement is a community empowerment activity that involves families in efforts to prevent, control, monitor, examine, and eradicate mosquito larvae. This movement is carried out to control vector-borne diseases, especially dengue fever, through the 3M Plus PSN. Kedungmundu Community Health Center reported the highest number of dengue fever cases in Semarang City. Objective: To determine the implementation of the 1 House 1 Mosquito Net Movement program in the Kedungmundu Community Health Center area of Semarang. Method: An interview was conducted in this community service for data collection, including input, process, and output components. The main informant is the DHF program holder. Information extracted about DHF cases and ABJ values. Data will be interpreted in graphical form and analyzed using the Miles and Huberman method. Result: The components of human resources, funds, infrastructure, and methods are in the fairly good category. The implementation, reporting, and checking of the program are also quite good and have complied with technical instructions. The performance of cadre activities is still not optimal. Program implementation focused on the formation of Larva Monitoring Officers (Jumantik). The coverage of the 3M Plus National Mosquito Net (PSN) program reached 100%, while the ABJ (National Mosquito Net) achievement score was ≥ 95%. This achievement score reflects optimal conditions, but ABJ data reporting has not been submitted routinely. Conclusion: The implementation of the G1R1J program, in terms of human resources, infrastructure, funding, methods, implementation processes, and outputs, is quite good. Optimization of training and outreach to cadres and the community is still needed. Keywords: jumantik, G1R1J, dengue fever, dengue endemic
Penyegaran Metode Pembuatan Kuesioner Kebutuhan Pelatihan di BAPELKES Provinsi Jawa Tengah Sayono; Rusmitasari, Heni; Suyoto
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 4 No 2 (2025): April
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v4i2.704

Abstract

Latar belakang: Tenaga kesehatan perlu memiliki kompetensi yang sesui untuk menjalankan program Kesehatan secara efektif. Namun, seringkali terdapat kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki dengan kebutuhan tugas yang ada di lapangan. Tujuan: Menganalisis kebutuhan pelatihan pada tenaga Kesehatan. Metode: Studi deskriptif dengan pendekatan kuantitif. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada tenaga Kesehatan menggunakan google form, kemudian dianalisis. Hasil: Responden memiliki kompetensi yang sesuai dengan jenis jabatannya, serta perlu adanya pelatihan yang difokuskan pada aspek-aspek kompetensi untuk meningkatkan kinerja dari tenaga Kesehatan. Kesimpulan: Kompetensi sudah sesuai dengan jenis jabatan, terdapat 3 jenis pelatihan yang menjadi prioritas di masing-masing jenis tenaga kesehatan. Kata kunci: pelatihan, tenaga kesehatan, training needs analysis _____________________________________________________________________ Abstract Background: Healthcare workers must possess the appropriate competencies to implement health programs effectively. However, there is often a gap between existing competencies and the actual demands in the field. Objective: To analyze the training needs of healthcare workers. Method: A descriptive study with a quantitative approach. Data were collected through questionnaires distributed to healthcare workers via Google Forms and subsequently analyzed. Result: Respondents generally had competencies aligned with their job titles. However, there is a need for training focused on specific competency aspects to enhance the performance of healthcare workers. Conclusion: Competencies were generally in line with job titles. Three types of training were identified as priorities for each category of healthcare workers. Keywords: training, healthcare workers, training needs analysis
Kerentanan Nyamuk Aedes Aegypti terhadap Cypermethrin dan Malathion Sari, Maya; Sayono; Nurullita, Ulfa
PROSIDING SEMINAR KESEHATAN MASYARAKAT Vol 1 No September (2023): Suplemen Pra Seminar
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/pskm.v1iSeptember.223

Abstract

Latar Belakang: Masyarakat di dataran endemis DBD lebih memilih menggunakan insektisida dalam pemberantasan vektor. Kebiasaan ini menimbulkan resistensi nyamuk terhadap insektisida. Metode: jenis penelitian observasional dengan pendekatan Cross sectional dan subyek penelitian nyamuk Aedes aegypti dengan variabel bebas menggunakan bahan aktif insektisida Cypermethrin 0,05% dan Malathion 5% dengan uji Susceptibility test standar WHO. Hasil: Mortalitas nyamuk Aedes aegypti di Wilayah Puskesmas Mranggen 1 yaitu berkisar 0% sampai 100% dengan rata-rata sebesar 62% yang tergolong resisten. Hanya di Kelurahan Kembangarum dengan bahan aktif Malathion 5% yang tergolong rentan, dan tidak ada perbedaan status kerentanan terhadap insektisida (0,093) atau (p > 0,05%), tetapi ada perbedaan status kerentanan terhadap status endemisitas (0,043%) atau (p < 0,05%) dan tidak ada perbedaan status kerentanan terhadap interaksi jenis insektisida dengan status endemisitas (p > 0,05%). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan status kerentanan nyamuk Aedes aeypti terhadap interaksi antara bahan aktif insektisida dengan status endemisitas.
Aktivitas Repelensi Ekstrak Etil Asetat dan Metanol Rimpang Lengkuas Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus Sarni; Anwar, Risyandi; Sayono
PROSIDING SEMINAR KESEHATAN MASYARAKAT Vol 1 No Oktober (2023): Seminar (NiCe-PHResComS - 1)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/pskm.v1iOktober.233

Abstract

Latar Belakang: DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang telah terinfeksi virus dengue. Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan dan vaksinasi yang tepat bagi penderita DBD, sehingga upaya yang diandalkan adalah pengendalian vektor. Penggunaan repellent berbahan dasar kimia seperti malathion, diethyltoluamide (DEET), parathion, diclorovinil dimethyl phospat (DDP) dan lain-lain dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Sehingga diperlukan bahan aktif lain yang efektif, aman dan ramah lingkungan terutama dari bahan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian vektor nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya proteksi repellent ekstrak etil asetat dan metanol dalam memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Metode: Penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian yaitu post-test dengan kelompok kontrol (The Postest-Only Control Group Design), repellent ekstrak etil asetat dan metanol rimpang lengkuas dibuat empat konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15% dan 25%. Subjek penelitian adalah 25 ekor nyamuk betina Ae. aegypti dan 25 ekor nyamuk betina Ae. albopictus yang dimasukkan ke dalam chamber uji selama 30 detik dengan 5 jam pengamatan. Hasil: repellent ekstrak etil asetat rimpang lengkuas memiliki daya proteksi lebih baik dari pada repellent ekstrak metanol rimpang lengkuas. Repellent esktrak etil asetat terhadap nyamuk Ae. albopictus pada konsentrasi 15% dapat memberikan perlindungan pada jam ke-5 sampai 95,45%. Kesimpulan: Repellent ekstrak etil asetat dan metanol rimpang lengkuas menujukkan perbedaan rata-rata daya proteksi terhadap nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus
Penularan Penyakit Malaria Oleh Vektor Zoofilik Dengan Sumber Pakan Darah Non Manusia Sumanto, Didik; Sayono
PROSIDING SEMINAR KESEHATAN MASYARAKAT Vol 1 No Oktober (2023): Seminar (NiCe-PHResComS - 1)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/pskm.v1iOktober.237

Abstract

Latar belakang: Keberadaan parasit human Plasmodium (h-Plasmodium) pada berbagai hewan perlu dijadikan pemikiran lanjut terkait penularan penyakit malaria. Keberadaannya akan menjadi penentu peran hewan, apakah menjadi reservoir atukah tidak. Keraguan atas kemampuan hidup h-Plasmodium pada hewan ternak menjadi sebuah wahana pembuktian secara ilmiah. Metode: Penelitian berbasis traditional review dilakukan dengan menelusur sumber referensi melalui Google Scholar.enam artikel ditemukan melaporkan keberadaan h-Plasmodium dan petandanya pada beberapa jenis ternak domestik di Indonesia. Hasil: Ke-enam artikel yang dikaji sangat meyakinkan bahwa h-Plasmodium dapat bertahan hidup pada ternak domestik seperti kerbau, kambing, sapi, kuda dan anjing. Stadium gametosit dilaporkan oleh salah satu artikel yang mengandung penjelasan bahwa h-Plasmodium dapat hidup dengan baik hingga tahap paling akhir fase eritrositik. Kesimpulan: ternak domestik seperti kambing, kerbau, sapi, kuda dan anjing dapat menjadi reservoir non manusia dalam penularan penyakit malaria.
Aktivitas Larvasida Ekstrak N-Heksan Rimpang Kencur Terhadap Larva Aedes aegypti Dewi, Anisa Candra; Anwar, Risyandi; Sayono
PROSIDING SEMINAR KESEHATAN MASYARAKAT Vol 1 No Oktober (2023): Seminar (NiCe-PHResComS - 1)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/pskm.v1iOktober.239

Abstract

Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, baik Ae. aegypti maupun Ae. albopictus. Obat antivirus belum ada dan vaksin belum efektif maka penanggulangan DBD mengandalkan pemberantasan vektor. Masyarakat lebih memilih metoda kimia yang berakibat terjadinya resistensi dalam jangka panjang. Masyarakat daerah endemis lebih memilih metode kimia termasuk larvasida temepos sehingga dalam jangka panjang timbul resistensi, dan perlu bahan aktif pengganti yang lebih aman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak n-Heksan rimpang kencur (kaemferia galanga Linn.) terhadap kematian larva Ae. aegypti dan menentukan konsentrasi ekstrak yang efektif. Metode: Ekperiment ini menguji coba 5 tingkatan pada konsentrasi 30, 40, 50, 60, dan 70 ppm ekstrak N-heksan kencur terhadap larva Ae. aegypti instar III yang susceptible temepos. Setiap konsentrasi direplikasi 5 kali dan tiap replikat dipaparkan terhadap 20 ekor larva selama 24 jam. Mortalitas larva ditentukan setelah 24 jam paparan dan sekaligus penghitungan konsentrasi efektif (LC50 dan LC90) dengan analisis probit. Hasil: Mortalitas terendah dan tertinggi masing-masing pada konsentrasi 30 dan 70 ppm, di mana kematian larva seiring peningkatan konsentrasi. LC50 dan LC90 pada pengaamatan 24 jam adalah 55.444 dan 62.099 ppm. Kesimpulan: Ekstrak N-heksan rimpang kencur memiliki aktivitas larvasida yang tinggi dimana konsentrasi 70 ppm setara dengan temephos 0,02ppm.
Kerentanan Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus terhadap Cypermethrin Berdasarkan Ketinggian Daerah di Provinsi Jawa Tengah Ariani, Nur Frida; Budiharjo, Anto; Sayono
PROSIDING SEMINAR KESEHATAN MASYARAKAT Vol 1 No Oktober (2023): Seminar (NiCe-PHResComS - 1)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/pskm.v1iOktober.242

Abstract

Latar Belakang: Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor primer dan sekunder dalam transmisi virus dengue. Pengendalian berbasis insektisida terus dilakukan seiring dengan tingginya insidensi Demam Berdarah Dengue. Resistensi Aedes aegypti terhadap insektisida telah banyak dilaporkan, namun kerentanan Aedes albopictus terhadap insektisida tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan resistensi nyamuk Aedes spp. terhadap insektisida sipermetrin 0,05% di dua wilayah yang berbeda. Metode: Suvei vektor dilakukan selama dua bulan sejak mei 2016 sampai juni 2016. Larva dikumpulkan dari tendon air di dalam dan luar rumah termasuk tendon air alami, di rumah penderita DBD dan radius 50meter rumah di sekitarnya. Larva dipelihara menjadi nyamuk dewasa berumur 3 sampai 5 hari, nyamuk dewasa kenyang darah dan dijadikan subjek uji bioassay standar WHO. Hasil: Mortalitas nyamuk Aedes aegypti dari kota semarang berkisar antara 72% - 92% dengan rerata 86%, sedangkan dari Kabupaten Semarang berkisar antara 8% - 20% dengan rerata 16%. Mortalitas nyamuk Aedes albopictus dari Kota Semarang berkisar antara 96% - 100% dengan rerata 99%, sedangkan dari Kabupaten Semarang berkisar antara 80% - 92% dengan rerata 87%. Simpulan: Aedes aegypti dari Kota Semarang masih berstatus toleran, sedangkan nyamuk dari Kabupaten Semarang telah resisten terhadap sipermetrin 0,05%, Aedes albopictus dari Kota Semarang masih rentan, sedangkan dari Kabupaten Semarang sudah toleran terhadap sipermetrin 0,05%.
Aktivitas Larvasida N-Heksan Rimpang Kencur Terhadap Larva Aedes albopictus: Studi Pendahuluan Mastura, Nurul Izzah; Anwar, Risyandi; Sayono
PROSIDING SEMINAR KESEHATAN MASYARAKAT Vol 1 No Oktober (2023): Seminar (NiCe-PHResComS - 1)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/pskm.v1iOktober.247

Abstract

Latar belakang: Aedes albopictus merupakan vektor primer Chikungunya dan sekunder untuk Dengue dan Zika. Cara pengendalian spesies ini masih mengandalkan metode kimia seperti fogging dan larvasida. Kondisi ini telah berlangsung lama, sehingga muncul status resisten pada populasi Aedes dan menghambat upaya pengendalian penyakit-penyakit tersebut sehingga perlu dicari bahan aktif larvasida yang aman, mudah dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvasida ekstrak n – heksan kencur terhadap larva Aedes albopictus. Metode: Penelitian eksperimen ini menerapkan Posttest Only Control Group Design dengan 5 konsentrasi ekstrak n-heksan kencur yaitu 10, 25, 50, 75, dan 100 ppm. Sebanyak 500 larva instar III Aedes albopictus instar menjadi subjek penelitian yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakukan dan masing-masing direplikasi 5 kali sehingga setiap perlakuan berisi 20 larva. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan probit. Hasil: Kematian larva Ae. albopictus berkisar antara 3-100 % dengan konsentrasi efektif larvasida ekstrak n–heksan kencur (LC50 dan LC90) masing-masing 32,051 (29,741–34,419), dan 46,145 (42,395–51,531) ppm. Kesimpulan: Ekstrak n–heksan kencur dapat menjadi kandidat bahan aktif larvasida terhadap larva Aedes albopictus dengan tingkat efektivitas yang tinggi (LC50< 50 ppm).