Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kejutan Budaya pada Masyarakat Perbatasan: Studi Tentang Dampak Pembangunan Border Development Center di Dusun Aruk, Kabupaten Sambas Akbar, Muhammad Fadhly; Rifaldi, Rizki; Maharani, Nur Holifah Ihtisya; Ulhaq, Hafidz Asyqor Dhiya; Agustin, Nelly; Pujiati, Ayu; Aidil, Muhammad
Jurnal ENTITAS SOSIOLOGI Vol 13 No 2 (2024): Community Dynamics and Social Transformation
Publisher : Laboratorium Sosiologi FISIP Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jes.v13i2.47019

Abstract

Pembangunan Border Development Center (BDC) diharapkan membawa perubahan signifikan dalam infrastruktur, ekonomi, dan sosial pada masyarakat di perbatasan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi masyarakat lokal, terutama dalam aspek budaya dan sosial. Penelitian dilaksanakan di Dusun Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia, menggunakan desain kualitatif dengan Teori Culture Shock dari Samovar (2010). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi, dan data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat lokal mengalami kejutan budaya dalam beberapa fase antara lain, Fase Bulan Madu dimana masyarakat merasa gembira dan mengalami kesejahteraan ekonomi berkat adanya PLBN (Pos Lintas Batas Negara). Fase pesakitan, pada fase ini kemudahan awal digantikan oleh kesulitan, terlihat dari hilangnya pasar tradisional di titik nol perbatasan, kesulitan dalam menjual hasil pertanian ke Malaysia, peraturan karantina untuk hewan sebelum masuk ke Malaysia, dan perubahan gaya hidup remaja yang mulai mengonsumsi minuman keras seperti tequila. Fase adaptasi dimana masyarakat mulai beradaptasi dengan perubahan, ditandai dengan adanya pasar kaget yang menggantikan pasar tradisional. Terakhir, fase penyesuaian diri. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat lokal menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan besar akibat pembangunan BDC dan guncangan budaya yang mereka alami.Kata Kunci: Kejutan budaya, Masyarakat Perbatasan, Pembangunan BDC, Teori Culture Shock Samovar AbstractThe development of the Border Development Center (BDC) is expected to bring significant changes to the infrastructure, economy, and social aspects of the border community. This study aims to understand how these changes impact the local population, particularly in terms of cultural and social aspects. The research was conducted in Dusun Aruk, Sambas Regency, West Kalimantan, located on the Indonesia-Malaysia border, using a qualitative design with Samovar's Culture Shock Theory (2010). Data collection was carried out through interviews and observations, and the data was analyzed descriptively. The results of the study indicate that the local community experienced cultural shock in several phases. The Honeymoon Phase, where the community felt joy and economic welfare due to the presence of the Border Crossing Post (PLBN). The Crisis Phase, where initial conveniences were replaced by difficulties, such as the disappearance of the traditional market at the zero border point, challenges in selling agricultural products to Malaysia, quarantine regulations for animals before entering Malaysia, and a change in youth lifestyle, including the consumption of alcoholic beverages like tequila. The Adaptation Phase, where the community began to adjust to the changes, marked by the emergence of a new market that replaced the traditional market. The Adjustment Phase, where the community became accustomed to the changes after a lengthy adaptation period. It provides insights into how the local community faces and adapts to the significant changes brought about by the BDC development and the cultural shock they experience.Keywords: Culture Shock, Border Communities, PLBN and BDC Development, Samovar’s Culture Shock Theory
Tinjauan Kerangka Kluckhohn terhadap Relasi Antar Pengurus Rumah Ibadah di Kota Singkawang Akbar, Muhammad Fadhly; Rizki Rifaldy; Satrio Nurbantara; Adinda Putri Kartika; Nur Holifah Ihtisya Maharani; Juniar Dwi Inayati; Abdul Fatah
AN NUR: Jurnal Studi Islam Vol. 16 No. 1 (2024): January - June
Publisher : Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta Komplek PP An Nur Ngrukem PO BOX 135 Bantul 55702 Yogyakarta Tlp/Fax (0274) 6469012. http://jurnalannur.ac.id/

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/annur.v16i1.856

Abstract

Becoming the most tolerant city in 2023, the city of Singkawang is able to show an attitude that contains a narrative full of religious tolerance, especially regarding relations between places of worship. This research was conducted using Kuckhohn's theoretical approach to dissect the relationships between administrators of places of worship in the city of Singkawang. Researchers in this study used data through observations at places of worship and conducting interviews with administrators of places of worship from each religion. The results of the research were that there were good relations between administrators of places of worship. This can be seen from some of the habits and attitudes they show towards each other. Based on Kluckhohn's theoretical framework, good relations between administrators of places of worship in the city of Singkawang occur due to their similar orientation and reactions in viewing three basic problems in human life, namely the nature of life, the nature of time, and the nature of human relationships with others. They say the essence of life is good, so it needs to be maintained for now and the future. Because after all, humans will always depend on other humans to maintain the benefits of fellow humans as social creatures.
PERLINDUNGAN DAN UPAYA PREVENTIF KEPADA MASYARAKAT TERHADAP POTENSI KEJAHATAN DI KAWASAN PELABUHAN INTERNASIONAL KIJING Ramadhania, Weny; Christmas, Sandy Kurnia; Angelina, Piramitha; Akbar, Muhammad Fadhly; Vitranilla, Yudith Evametha
TANJUNGPURA LAW JOURNAL Vol 8, No 2 (2024): VOLUME 8 NUMBER 2, JULY 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/tlj.v8i2.69745

Abstract

AbstractThe presence of the Kijing International Port in Mempawah Regency is a maritime transportation infrastructure that has an important and strategic role for the growth of industry and trade. In fact, the construction of this international port not only has an impact on investors and activities at the port, but also on the local community who live around the port. The community is always the one affected by any development, so there is a need for protection and preventive efforts to protect their rights as well as other things such as the potential for crime to occur in the Kijing international port area. This research was studied using socio-legal research methods which analyze legal studies normatively and the implications of impacts on society empirically, so that the approach taken is based on a statutory approach, a case approach and a social approach. The results of this research analyze studies of cases that often occur in international port areas in Indonesia, such as violent crimes resulting from social conflict, criminal acts of narcotics abuse, and criminal acts of prostitution. Of the several forms of crime, not all crimes have occurred in the Kijing international port area, so it is important to prepare preventive measures for these crimes to occur. So that the construction of this port can have a positive impact on the surrounding community socially, economically and legally.  AbstrakHadirnya Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah menjadi suatu infrastruktur transportasi laut yang mempunyai peran penting dan   strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan. Pembangunan pelabuhan internasional ini nyatanya tidak hanya berdampak pada investor maupun kegiatan aktivitas di pelabuhan tersebut, melainkan masyarakat setempat yang   tinggal di sekitar pelabuhan. Masyarakat selalu menjadi yang terdampak pada setiap pembangunan, sehingga perlu adanya perlindungan dan upaya preventif melindungi hak-hak mereka serta hal-hal lain seperti potensi terjadinya kejahatan yang terdapat di kawasan pelabuhan internasional kijing. Penelitian ini dikaji menggunakan metode penelitian sosio-legal yang menganalisis kajian hukum secara normatif dan implikasi dampak yang terjadi pada masyarakat secara empiris, sehingga pendekatan yang dilakukan berdasarkan pendekatan undang-undang, pendekatan kasus, serta pendekatan sosial. Hasil penelitian ini menganalisis kajian kasus-kasus yang sering terjadi di kawasan pelabuhan internasional di Indonesia, seperti tindak pidana kekerasan akibat konflik sosial, tindak pidana penyalahgunaan narkotika, serta tindak pidana kasus prostitusi. Dari beberapa bentuk kejahatan tersebut, tidak semua kejahatan pernah terjadi di kawasan pelabuhan internasional kijing, sehingga penting untuk mempersiapkan upaya preventif terjadinya kejahatan tersebut. Sehingga pembangunan pelabuhan ini dapat berdampak baik kepada masyarakat sekitar secara sosial, ekonomi, maupun hukum.  
Penerapan Sistem Demokrasi dalam Keluarga Sebagai Langkah Awal Penyetaraan Gender Muhammad Fadhly Akbar; Heriansyah
Al-Qadlaya : Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 1 No. 1 (2021): Al-Qadlaya Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/qadlaya.v1i1.402

Abstract

Gender equality efforts have severe challenges. Therefore it is necessary to have a democratic system in a family as an offer of solutions in the framework of the beginning of gender equality. This study used a descriptive qualitative approach and the type of the method was field research. Data sources are several families with patrilineal, matrilineal and bilateral systems. Data collection using interview and participatory observation methods are unstructured. Data will be analyzed using Jean-Jaques Rousseau's democratic theory with John Rawls's theory of justice as a supporting theory. The results of this research are; (1) democratic system is a system that is able to found justice, freedom and equality in line with the steps of gender equality, because between democracy and gender equality have the same spirit; it’s justice, equality and freedom; (2) the role of mothers as madrastul ula is very big support in efforts to give a stimulus of justice, equality, and freedom for children in early age; (3) the implementation of the democratic system in the family can be the first step for gender equality efforts both within the family environment itself and in the other social environments. This can be showen from how the division of rights and obligations in the family that implements a democratic system that is not gender biased
Gawa’ Tradition in Inter-Tribal Marriages in Mentebah, Kapuas Hulu, West Kalimantan: Acculturation, Function, and Humanity Muhammad Fadhly Akbar
Al-Hukama': The Indonesian Journal of Islamic Family Law Vol. 13 No. 2 (2023): December
Publisher : Islamic Family Law Department, Sharia and Law Faculty, UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/alhukama.2023.13.2.276-296

Abstract

Local customs influence many Islamic wedding practices in Indonesia. However, not all practices effectively maintain community harmony. This article explores how the Malay and Dayak Mentebah tribes negotiate and position the Gawa' tradition within the societal realm. Employing a socio-anthropological approach, this article finds that the Gawa' tradition is carried out in two forms: one based on Islamic legal norms practiced by the Malay community and the other based on customary norms observed by the Dayak Mentebah community, even if the bride or groom has converted to Islam. Cultural negotiation occurs in several acculturated aspects, from wedding decorations, bridal attire, food composition, and musical instruments to entertain guests. Although some aspects may violate Islamic legal principles, such as serving pork and alcoholic drinks, the tradition significantly impacts individuals, families, and the community by creating a harmonious and mutually beneficial interaction space for both tribes. Regardless of the Malay and Dayak Mentebah tribe's view of Gawa' as a mandatory cultural norm that upholds personal, familial, and communal dignity, they have approached this tradition with humanity and deep respect for each other's beliefs, avoiding large-scale social conflict. Instead, Gawa' serves as a space that fosters social strength grounded in multiculturalism.
PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN FEMISIDA DALAM PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI AKBAR, MUHAMMAD FADHLY; Piramitha Angelina; Weny Ramadhania; Sandy Kurnia Christmas; Yudith Evametha Vitranilla
Jurnal Hukum Samudra Keadilan Vol 20 No 1 (2025): Jurnal Hukum Samudra Keadilan
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jhsk.v20i1.10684

Abstract

Indonesia mengalami darurat femisida. Dari data komnas perempuan telah terjadi 237 kasus di tahun 2021, 307 kasus di tahun 2022, dan 159 kasus di tahun 2023 hingga april 2024. Penelitian bertujuan mengetahui mengapa perempuan dapat menjadi korban femisida dan apa saja jenis korban femisida tersebut. Menggunakan penelitian hukum empiris dengan pedekatan kasus, undang-undang dan teori. Femisida dianalisis dari kacamata viktimologi. Adapun hasil penelitian yaitu terdapat dua jenis korban femisida dalam perspektif viktimologi. Pertama, biologically weak victim. Perempuan menjadi korban femisida disebabkan bentuk fisik dan mentalnya. Perempuan secara individu sebenarnya tidak melakukan hal apapun yang memancing laki-laki untuk membunuh dirinya, akan tetapi sisi visual-sentris dan emosional pada laki-lakilah yang membuatnya melakukan pembunuhan pada perempuan. Kedua, precipitative victims. Perempuan sebagai korban berada dalam keadaan yang memudahkannya untuk menjadi korban pembunuhan oleh laki-laki, seperti berada ditempat yang sepi dan gelap. Perempuan menjadi korban femisida disebabkan dua faktor. Pertama, faktor personal. Dikarenakan jenis kelamin perempuan yang secara konstruk sosial dianggap masih belum setara dengan laki-laki. Kedua, faktor situsional. Konflik berujung ketegangan antara laki-laki dan perempuan mengundang amarah emosional dari laki-laki, pada akhirnya membuat perempuan menjadi korban femisida. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan bersifat preventif atau tindakan darurat dan insidentil jika diperlukan untuk merespon femisida ini
Penegakan Hukum Tindak Pidana Penyelundupan Rokok Ilegal Melalui Jalan Tidak Resmi Perbatasan Indonesia-Malaysia Fitrianto, Ega; Christmas, Sandy Kurnia; Angelina, Piramitha; Bangun, Budi Hermawan; Akbar, Muhammad Fadhly
NOLAN - Noblesse Oblige Law Journal Vol. 1 No. 1 (2024): June 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas OSO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kalimantan Barat merupakan provinsi di Indonesia yang berhubungan dengan akses lintas batas antara Indonesia-Malaysia, dimana terdapat beberapa kawasan perbatasan seperti Perbatasan Lintas Batas Negara Entikong di Kabupaten Sanggau, Badau di Kapuas Hulu, Jagoibabang di Kabupaten Bengkayang dan Paloh Sajingan di Kabupaten Sambas, dimana beberapa lintas batas tersebut mempunyai kelemahan dalam pengawasan karena terdapat beberapa jalan tidak resmi atau disebut dengan “Jalur Tikus”. Jalur ini hanya bisa diakses dengan berjalan kaki dan tidak ada kendaraan yang melewati jalur ini, sehingga menimbulkan permasalahan terkait penegakan hukumnya.  Penelitian ini menggunakan metode hukum normatif empiris dalam pengkajiannya karena akan meneliti berdasarkan sudut pandang undang-undang dan fakta empiris di kawasan perbatasan yang menjadi  lokasi penelitian. Pada kasus penelitian di lapangan melihat pada studi kasus penyeludupan rokok ilegal yang terjadi di kawasan perbatasan. Hasil penelitian ini membahas penegakan hukum pidana tentang penyelundupan rokok ilegal yang ada didaerah perbatasan Indonesia – Malaysia belum optimal dikarenakan masih terdapat pelaku-pelaku tindak pidana peredaran rokok ilegal tersebut yang belum di proses didalam sistem peradilan pidana. Adapun Kendala-kendala dalam penegakan hukumnya adalah dari faktor penegak hukum, masyarakat, dan budaya. Dari faktor penegak hukumnya bahkan masih ada oknum kepolisian yang menggunakan rokok ilegal dan ada oknum TNI yang  membawakan barang-barang kebutuhan masyarakat tersebut ke jalur tidak resmi tersebut. selain itu, kurangnya sosialisasi dari rokok ilegal berpengaruh pada faktor masyarakat dan budaya karena mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat tentang hal tersebut.
Pengaruh Prinsip Non-Intervensi Terhadap Peran ASEAN Dalam Menangani Kasus Pelanggaran HAM Di Myanmar Prananda, Rizki Dwi Adji; Christmas, Sandy Kurnia; Akbar, Muhammad Fadhly; Bangun, Budi Hermawan; Angelina, Piramitha
NOLAN - Noblesse Oblige Law Journal Vol. 1 No. 1 (2024): June 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas OSO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prinsip non-intervensi merupakan prinsip yang secara universal diterima dalam hukum internasional dan ditingkat regional ASEAN prinsip ini tercantum diberbagai perjanjian dan kerangka hukum yang ada. Prinsip ini menjadi salah satu faktor yang merekatkan namun juga menjadi kendala bagi ASEAN khususnya dalam menangani kasus pelanggaran HAM seperti yang terjadi di Myanmar terkait tentang perlakuan Junta Militer Myanmar.  Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif, dimana data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan dianalisis dengan metode kualitatif. Sumber data yang dijadikan dasar hukum yaitu Piagam ASEAN. Hasil dari penelitian ini menunjukan penerapan prinsip non-intervensi yang sangat kaku oleh ASEAN telah membuat penanganan kasus pelanggaran HAM yang terjadi sering kali menjadi tidak maksimal. Hal ini membuat peranan ASEAN sangat minim dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Peran ASEAN dan AICHR sebagai lembaga HAM tentu sangat dibutuhkan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Perlu adanya gagasan perubahan terhadap prinsip tersebut salah satunya adalah dengan keterlibatan yang fleksibel, dengan adanya gagasan tersebut diharapkan adanya pelunakan dalam penerapan prinsip non-intervensi khususnya pada penanganan pelanggaran HAM.
Mekanisme Penyelesaian Konflik Suami-Istri Di Perbatasan Indonesia-Malaysia Pada Desa Sukamaju Dalam Perspektif Hukum Islam Akbar, Muhammad Fadhly; Maharani, Nur Holifah Ihtisya; Rivaldi, Rizki
NOLAN - Noblesse Oblige Law Journal Vol. 1 No. 1 (2024): June 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas OSO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasangan suami istri di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya di Desa Sukamaju, Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu memiliki caranya tersendiri dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara suami dan istri. Penyelesaian konflik melibatkan tokoh adat untuk menjadi mediator antara suami dan istri yang saling berkonflik. Peran tokoh adat dirasa lebih penting ketimbang keluarga besar. Tujuan penelitian ini sebagai salah satu usaha dalam pembentukan ketahanan keluarga dan keluarga hebat di wilayah perbatasan, dimana menggunakan metode penelitian empiris dengan pendekatan kasus. Data dianalisis dan dipaparkan secara deskriptif kualitatif. Proses pengambilan data, peneliti langsung turun ke masyarakat Desa Sukamaju untuk melakukan wawancara dan observasi. Adapun hasil penelitian adalah pihak yang didatangkan pada saat penyelesaian konflik hanya antara suami, istri, dan kepala adat. Hal ini dimaksudkan agar hal-hal yang dirahasiakan oleh kedua belah pihak yang berkonflik tidak tersebar ke masyarakat. Tujuannya  adalah agar menjaga nama baik suami, istri dan keluarga, oleh karena itu secara tidak langsung upaya ini juga bersesuaian dengan maqashid syari’ah pada poin menjaga keturunan. Dari sisi intensitas dan kualitas pelaksanaan, penyelesaian konflik suami istri pada keluarga di Desa Sukamaju tergolong ‘urf karena dilakukan berulang kali dan tidak mengandung unsur yang melanggar syari’ah. Terdapat perbedaan yang sangat jelas terkait konsep penyelesaian konflik suami istri antara hukum islam dengan apa yang terjadi pada keluarga di Desa Sukamaju. Berdasarkan hukum Islam pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik rumah tangga antara suami dan istri berasal dari keluarga besar dan hanya diperlukan ketika sudah sampai syiqaq. Sedangkan konsep yang ada pada keluarga di Desa Sukamaju, pihak ketiga tidak perlu menunggu sampai syiqaq serta diperbolehkan bukan berasal dari pihak keluarga yaitu kepala adat.
Peran Pemerintah Desa Seponti Jaya Terhadap Keterlibatan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Berdasarkan Undang- Undang Tentang Desa Sriyani, Sriyani; Akbar, Muhammad Fadhly
NOLAN - Noblesse Oblige Law Journal Vol. 2 No. 1 (2025): June 2025
Publisher : Faculty of Law, Universitas OSO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan desa yang berkelanjutan menuntut partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahap perencanaannya. Di Desa Seponti Jaya, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, khususnya pada sektor irigasi sawah, masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pemerintah desa dalam mendorong keterlibatan masyarakat serta mengidentifikasi faktor-faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dari aparat desa dan masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang) masih bersifat pasif. Masyarakat umumnya hanya hadir tanpa memberikan tanggapan atau saran konstruktif kepada pemerintah desa. Peran pemerintah desa dalam beberapa aspek telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, namun pada aspek pembangunan irigasi sawah masih belum diiringi oleh komunikasi dan kolaborasi yang intensif dengan masyarakat. Hal ini bertentangan dengan Pasal 24 ayat (1) UU Desa. Sebaliknya, pada sektor penyediaan air bersih, terdapat keterlibatan aktif antara pemerintah desa dan masyarakat meskipun terkendala oleh keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia. Temuan ini menunjukkan perlunya peningkatan strategi komunikasi dan pemberdayaan oleh pemerintah desa agar partisipasi masyarakat dalam pembangunan lebih optimal dan merata di seluruh sektor.