Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Efektivitas Suplementasi Zink Dan Sinbiotik Dalam Mendukung Kesehatan Lansia: Tinjauan Sistematis Hartono, Rudy; Rusli, Rusli; Amir, Aswita; Ipa, Agustian; Andini, Mira; Mas’ud, Hikmawati
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 20 No 1 (2025): Media Kesehatan
Publisher : Direktorat Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v20i1.1459

Abstract

As the elderly population grows, life expectancy increases. This poses significant challenges to their health, particularly in maintaining immune and digestive function. Zinc and synbiotics (a combination of probiotics and prebiotics) are two promising nutritional interventions for supporting the health of the elderly. This article reviews the effects of zinc and synbiotics, as well as their combination, on elderly health, with a primary focus on immune response, sarcopenia, and fatigue. Based on a systematic review of literature from PubMed, Scopus, and Google Scholar, 600 articles were narrowed down to 10 selected articles (2017–2024) specifically involving randomized controlled trials, using the Cochrane Risk of Bias Tool and the PRISMA algorithm. The findings indicate that zinc supplementation has the potential to enhance the immune system and reduce inflammation, contributing to improved quality of life for the elderly. Meanwhile, synbiotics have been proven effective in improving gut health, addressing microbiota dysbiosis commonly found in the elderly, and enhancing gut microbiota balance that supports immune function. Zinc helps improve immune function and brain function, while synbiotics improve digestive health and reduce inflammation. When combined, both provide stronger and complementary effects in maintaining overall health in the elderly. Further research with stronger designs is needed to validate the benefits of both, and clinical recommendations for nutritional interventions in the elderly can be expanded based on these findings. Keywords: zinc, synbiotics, elderly, immune response
Penambahan Tahu Dan Daun Kelor Pada Kaki Naga Ikan Kembung Sebagai Pemberian Makanan Tambahan Pencegahan Stunting Shinta Furry Anggareni; Lestari, Retno Sri; Mas’ud, Hikmawati
Media Gizi Ilmiah Indonesia Vol 3 No 2 (2025): AUGUST 2025
Publisher : Kabar Gizi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62358/mgii.v3i2.77

Abstract

Stunting masih menjadi masalah gizi kronis yang tinggi di Indonesia, terutama akibat rendahnya asupan protein dan zat besi pada anak balita. Salah satu upaya pencegahannya adalah melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang kaya akan protein dan zat besi. Inovasi produk seperti kaki naga ikan kembung dengan penambahan tahu dan daun kelor sebagai bahan pangan tinggi protein menjadi alternatif yang potensial. Mengetahui daya terima, serta kandungan protein dan zat besi pada kaki naga ikan kembung dengan penambahan tahu dan daun kelor sebagai PMT pencegahan stunting. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan: P0 (kontrol), P1 (30 g tahu dan 10 g daun kelor), dan P2 (25 g tahu dan 15 g daun kelor). Uji daya terima dilakukan secara organoleptik dengan metode hedonik oleh 40 panelis agak terlatih. Kandungan protein dianalisis menggunakan metode Kjeldahl, dan zat besi dianalisis dengan metode spektrofotometri serapan atom (AAS). Uji organoleptik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada parameter warna (p>0,05), namun terdapat perbedaan nyata pada aroma, tekstur, dan rasa (p<0,05). Perlakuan P1 memperoleh nilai tertinggi dalam ketiga parameter tersebut. Kandungan protein meningkat dari 9,02 g (P0) menjadi 9,76 g (P1), dan zat besi dari 3,71 mg menjadi 3,90 mg per 100 g. Perlakuan P1 (penambahan 30 g tahu dan 10 g daun kelor) memberikan daya terima terbaik serta kandungan protein dan zat besi lebih tinggi dibanding kontrol, sehingga berpotensi sebagai PMT pencegahan stunting.  
DAYA TERIMA, KADAR PROTEIN DAN SERAT FISH CRACKERS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata): Acceptance, Protein Content, and Fiber Content of Fish Crackers with the Addition of Mung Bean Flour (Vigna radiata) Zakaria; Asikin, Hijrah; Mas’ud, Hikmawati; Hajirah
Media Gizi Pangan Vol 31 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Media Gizi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mgp.v31i1.553

Abstract

The production of crackers is still predominantly based on cereals from grains, resulting in relatively low protein content. Fish crackers, on the other hand, are processed foods that already contain animal protein based on previous research, but consumer panels have indicated that the aroma is still considered unpleasant. Therefore, the addition of a food ingredient containing plant protein that can neutralize the aroma is necessary. One such source of plant protein rich in fiber that can neutralize the aroma is mung bean flour. This study aims to determine the acceptance, protein, and fiber content of fish crackers with the addition of mung bean flour (Vigna radiata). This study employed a pre-experimental design with a one-shot case study design, utilizing three treatment formulas with mung bean flour ratios of 40% (F1), 50% (F2), and 60% (F3), with a standard formula without the addition of mung bean flour as the control (F0). The results showed that the addition of mung bean flour could affect the acceptance of fish crackers based on aroma (p=0.017) and taste (p=0.000), while color (p=0.131) and texture (p=0.435) were not significantly affected. The selected formula based on the accumulation of panelist preference acceptance percentages of 92-96% was Formula 1 (with 40% mung bean flour addition), which had a protein content of 16.63% and fiber content of 26.96%.
Nutritional Care for Pediatric Patients with Severe Hypokalemia Et Causa Suspected Gitelman dd Bartter Syndrome + Severe Protein Energy Malnutrition Marasmus Type Rehabilitation Phase in PHCU Violet Room at Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah General Hospital, Denpasar Mirayanthi, Luh Putu; Sulatri, Ni Luh; Fanny, Lydia; Mas’ud, Hikmawati
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol. 4 No. 2 (2025): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/js.v4i2.4244

Abstract

Severe hypokalemia is a critical emergency that often occurs in children with severe malnutrition, such as marasmus. This condition is exacerbated by genetic syndromes such as Gitelman or Bartter, which cause impaired potassium reabsorption in the kidneys. Pediatric patients with severe Protein Energy Malnutrition (PEM) who suffer from hypokalemia are in a very vulnerable condition and are at high risk of experiencing serious, even life-threatening complications. The combination of these two conditions exacerbates disorders in various body systems. The purpose of this study was to carry out the Standardized Nutrition Care Process management in pediatric patients with severe hypokalemia et causa suspected Gitelman Syndrome and Bartter Syndrome with severe PEM (Protein Energy Malnutrition) type marasmus rehabilitation phase in the PHCU Room of Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah General Hospital, Denpasar. This type of research is a descriptive observational study with a case study method, starting from nutritional screening, nutritional assessment, intervention, monitoring and evaluation. At the initial observation before the intervention, the patient was categorized as high-risk for malnutrition, with inadequate oral intake, low potassium test results, and general physical weakness. The nutritional intervention provided was a 2000 kcal + high-potassium pediatric diet, consisting of regular food modified with commercial enteral fluids. The diet was administered in stages starting at 60% of the requirement. Observations showed an increase in energy and nutrient intake over 5 days, potassium test results returned to normal, and clinical physical symptoms began to improve. After receiving nutrition education, the patient and his family understood and were willing to follow the recommended diet.
Pengaruh Pemeriksaan Darah Rutin Pada Ibu Hamil Di Makassar Terhadap Pencegahan Stunting Artati, Artati; Mas’ud, Hikmawati; Budirman, Budirman
Media Implementasi Riset Kesehatan Vol 5 No 2 (2024): Media Implementasi Riset Kesehatan (Desember)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mirk.v5i2.1148

Abstract

Pemeriksaan darah rutin, khususnya hemoglobin, eritrosit, leukosit, dan trombosit, merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium penting dalam kehamilan untuk mendeteksi kesehatan ibu hamil secara dini. Penelitian ini melibatkan 27 ibu hamil di Kelurahan Banta-Bantaeng dan Mandala, Kota Makassar. Berdasarkan data Demografi, peserta terdiri dari berbagai usia, dengan mayoritas berusia 20-30 tahun, dan latar belakang pendidikan yang bervariasi, termasuk lulusan SMA dan perguruan tinggi. Hasil pemeriksaan darah rutin yang abnormal dapat berpotensi memicu masalah stunting pada generasi mendatang. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan darah rutin dan menyediakan layanan pemeriksaan gratis. Metode yang digunakan termasuk penyuluhan, wawancara, dan pemeriksaan darah. Sebelum sosialisasi, dilakukan pre test untuk mengukur pengetahuan awal peserta, dengan hasil menunjukkan bahwa 74,1 % peserta memiliki pemahaman yang rendah tentang pemeriksaan rutin. Setelah sosialisasi, post test menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan, dengan 100 % peserta menunjukkan pemahaman yang baik mengenai pentingnya pemeriksaan darah rutin. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan ibu hamil. Sedangkan pemeriksaan darah rutin pada sampel darah di lakukan di Laboratorium. Hasil Pengabmas terjadi peningkatan pengetahuan dan informasi terkait  manfaatnya pemeriksaan darah rutin secara berkala dengan hasil darah rutin yang normal (hemoglobin dan eritrosit  100 % normal, leukosit 89% dan trombosit 92,6%). Kesimpulan terjadi peningkatan pemahaman dan wawasan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan darah rutin secara berkala. Implikasi dari kegiatan ini menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan yang berkelanjutan untuk mencegah stunting, dan diharapkan program ini dapat dilanjutkan secara berkala untuk memastikan keberlanjutan dalam upaya pencegahan stunting di masyarakat. Kata kunci: Ibu hami, pemeriksaan darah rutin, stunting
Pemeriksaan SGOT, SGPT, dan Hbsag Pada Ibu Rumah Tangga Sebagai Skrining Penyakit Hepatitis B Artati, Artati; Djasang, Syahida; Hasan, Zulfikar Ali; Mas’ud, Hikmawati; Budirman, Budirman
Media Implementasi Riset Kesehatan Vol 6 No 2 (2025): Media Implementasi Riset Kesehatan (Desember)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mirk.v6i1.1879

Abstract

Penyakit hepatitis B merupakan masalah kesehatan serius di Indonesia, termasuk di Kota Makassar. Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hepatitis B di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar, cukup tinggi. Pada tahun 2022, dilaporkan lebih dari 1.000 kasus penyakit Hepatitis B di Sulawesi Selatan. Kecamatan Mamajang, termasuk wilayah dengan kasus hepatitis B tertinggi di Kota Makassar. Hepatitis B meningkat disebabkan karena ibu yang terinfeksi kepada anak dan juga karena pola makan dan hidup yang tidak sehat, penggunaan jarum suntik tidak steril, dan kurangnya kesadaran ibu rumah tangga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan HbsAg untuk Program pemerintah hanya diarahkan oleh ibu hamil bukan ibu rumah tangga, sehingga ibu rumah tangga sangat rawan terinfeksi hepatitis B. Metode yang digunakan penyuluhan atau edukasi, penyuluhan, untuk peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga mengenai penyebab terjadinya penyakit hepatitis B serta cara pencegahannya yaitu melalui skrining dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati yaitu SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase), dan HbsAg secara gratis kepada ibu rumah tangga. Lokasi penyuluhan dilakukan di Kecamatan Mamajang Kota Makassar, sedangkan pemeriksaan darah rutin pada sampel darah di lakukan di Laboratorium. Hasil Pengabmas didapatkan hasil dari 18 sampel ibu rumah tangga didapatkan hasil HBsAg negatif sebanyak 100% (18 orang),  dan hasil positif sebanyak 0. Dan 18 sampel ibu rumah tangga didapatkan hasil SGOT normal sebanyak 100% (18 orang),  dan hasil abnormal sebanyak 0. Sedangkan pada SGPT didapatkan hasil SGOT normal sebanyak 100% (18 orang),  dan hasil abnormal sebanyak 0. 1.Dan terjadi peningkatan pengetahuan dan informasi dengan hasil pre-test 50% setelah mendapatkan informasi terkait manfaatnya pemeriksaan pemeriksaan SGOT, SGPT, dan HBsAg pada ibu rumah tangga sebagai skrining penyakit hepatitis B didapatkan hasil post-test meningkat menjadi 100%.