Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Komparasi metode presto dan perendaman dalam larutan asam klorida serta kombinasinya dengan papain sebagai pretreatment produksi gelatin kulit sapi Yuliani Yuliani; Sepfian Fadilla Setya Putra; Aswita Emmawati
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.2.2023.10942.112-118

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh metode pretreatment produksi gelatin, yaitu metode presto dan metode perendaman dalam larutan HCl serta kombinasi keduanya dengan perendaman dalam larutan enzim papain terhadap rendemen dan karakteristik fisika-kimia gelatin kulit sapi. Penelitian ini merupakan penelitian faktor tunggal (metode pretreatment) yang disusun dalam RALdengan 6 taraf perlakuan, yaitu presto (10 dan 20 menit) dilanjutkan dengan perendaman dalam air atau larutan papain 3%, masing-masing selama 3 jam, proses perendaman dalam larutan HCl (1 dan 2%) dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan papain 3% selama 3 jam. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pretreatment berpengaruh terhadap rendemen gelatin, tetapi tidak untuk kadar airnya. Kombinasi presto selama 10 menit dan perendaman dalam larutan papain menghasilkan rendemen gelatin tertinggi (19,61%). Presto menghasilkan gelatin dengan viskositas tertinggi. Kadar air gelatin yang dihasilkan dari semua metode kombinasi yang dilakukan memenuhi SNI, yaitu berkisar 5,42-8,31%. Sedangkan kadar abu hanya metode presto dan kombinasi presto-perendaman dalam larutan enzim papain yang memenuhi SNI. Gelatin yang dihasilkan dari semua pretreatment mempunyai kadar protein yang lebih rendah dari gelatin komersial. Warna gelatin yang dihasilkan dari semua metode pretreatment adalah kuning cerah.
Hubungan pola konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi selama pandemi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) Eluzai Eben Saragih; Bernatal Saragih; Aswita Emmawati
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.1.2023.7272.21-34

Abstract

Hidup sehat dan mengkonsumsi buah dan sayur mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh yang dapat mencegah penyebaran Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi buah dan sayur dan hubungannya terhadap status gizi.  Metode penelitian menggunakan studi potong lintang yang mempelajari suatu  korelasi antara faktor-faktor risiko, dengan efek yakni  pendekatan pengumpulan data dengan analisis korelatif antara variabel dependen dan variabel independen. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 70 keluarga pada bulan Oktober 2020 sampai dengan November 2020 yang dilakukan secara daring menggunakan google form yang diperoleh dari Kota Samarinda, Kota Sangatta dan Desa Barja Tongah, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square untuk mengetahui hubungan status gizi dengan pola konsumsi sayur dan buah. Pola konsumsi sayur selama pandemi Covid-19 bahwa keluarga sering mengonsumsi sayur. Jenis sayur yang sering dikonsumsi adalah bayam. Selama pandemi frekuensi konsumsi mengalami peningkatan sebanyak 65,7%. Pola konsumsi buah selama pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa keluarga sering mengkonsumsi buah. Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah pisang. Selama pandemi frekuensi konsumsi mengalami peningkatan sebanyak 65,7%. Karakteristik keluarga dengan usia kepala keluarga dewasa lanjut (51-75 tahun) dengan pendidikan SMA sederajat dan pekerjaan tidak tetap, Jumlah anggota keluarga ≤4 orang dan penghasilan keluarga  ≥Rp.3.500.000, Ibu keluarga dengan pendidikan SMA sederajat dan pekerjaan tidak tetap sering mengonsumsi buah dan sayur. Frekuensi dan porsi konsumsi buah memiliki hubungan dengan penghasilan keluarga. Keluarga yang kurang porsi konsumsi sayur dan buah memiliki status gizi tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang cukup porsi konsumsi sayur dan buah.
Kelayakan daun keluak (Pangium edule Reinw) sebagai pengawet alami produk perikanan berdasarkan profil mutu sensoris dan keamanan mikrobiologi [The appropriateness of Pangi (Pangium edule Reinw) leaves as natural preservative based on sensory quality and microbiological safety profile] Candra, Krishna Purnawan; Setiawan, Agus; Yuliani, Yuliani; Emmawati, Aswita
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol 29, No 1 (2024): Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian
Publisher : Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtihp.v29i1.35-43

Abstract

Daun keluak (Pangium edule Rinew) digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ahoeng untuk mengawetkan daging dan ikan sebagai wujud dari kearifan lokal. Daun ini diketahui mengandung senyawa antibakteri yaitu tanin, fenol dan asam sianida. Sebuah percobaan faktor tunggal (lama pengawetan) yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap telah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan karakteristik mutu sensoris dan keamanan mikrobiologi ikan selama pengawetan menggunakan daun keluak. Perlakuan yang dicobakan adalah lama pengawetan 1 sampai 4 hari dan menggunakan ikan segar sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah mutu sensoris hedonik ikan (SNI 2729:2013), ALT dan bakteri patogen (Coliform, Escherichia coli, Salmonella sp., Vibrio cholera, dan Vibrio parahaemolyticus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu sensoris hedonik ikan Lele Sangkuriang selama empat hari pengawetan menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) untuk semua atribut. Ikan lele Sangkuriang masih menunjukkan kualitas yang baik dengan skor mutu hedonik 6, 8, 7 dan 7 berturut-turut untuk kenampakan bola mata, lendir permukaan badan, bau dan tekstur pada pengawetan hari kedua. Pengawetan menggunakan daun keluak dapat mempertahankan keamanan mikrobiologi ikan lele Sangkuriang selama satu hari berdasarkan parameter ALT, Coliform, dan Salmonella sp. Cemaran V. parahaemolyticus mulai terdeteksi setelah dua hari pengawetan. Cemaran E. coli dan V. cholera mulai terdeteksi masing-masing setelah pengawetan selama 3 dan 4 hari. Pengawetan menggunakan cacahan daun keluak dapat mempertahankan mutu sensoris hedonik dan keamanan mikrobiologi ikan lele Sangkuriang sampai pengawetan hari ke satu berdasarkan syarat mutu SNI 2729:2013 tentang ikan segar.
Kelayakan daun keluak (Pangium edule Reinw) sebagai pengawet alami produk perikanan berdasarkan profil mutu sensoris dan keamanan mikrobiologi Candra, Krishna Purnawan; Setiawan, Agus; Yuliani, Yuliani; Emmawati, Aswita
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 20, No 1 (2024): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.20.1.%p

Abstract

Daun keluak (Pangium edule Rinew) digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ahoeng untuk mengawetkan daging dan ikan sebagai wujud dari kearifan lokal. Daun ini diketahui mengandung senyawa antibakteri yaitu tanin, fenol dan asam sianida. Sebuah percobaan faktor tunggal (lama pengawetan) yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap telah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan karakteristik mutu sensoris dan keamanan mikrobiologi ikan selama pengawetan menggunakan daun keluak. Perlakuan yang dicobakan adalah lama pengawetan 1 sampai 4 hari dan menggunakan ikan segar sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah mutu sensoris hedonik ikan (SNI 2729:2013), ALT dan bakteri patogen (Coliform, Escherichia coli, Salmonella sp, Vibrio cholera, dan Vibrio parahaemolyticus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu sensoris hedonik ikan Lele Sangkuriang selama empat hari pengawetan menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) untuk semua atribut. Ikan Lele Sangkuriang masih menunjukkan kualitas yang baik dengan skor mutu hedonik 6, 8, 7 dan 7 berturut-turut untuk kenampakan bola mata, lendir permukaan badan, bau dan tekstur pada pengawetan hari kedua. Pengawetan menggunakan daun keluak dapat mempertahankan keamanan mikrobiologi ikan Lele Sangkuriang selama satu hari berdasarkan parameter ALT, Coliform, dan Salmonella sp. Cemaran V. parahaemolyticus mulai terdeteksi setelah dua hari pengawetan. Cemaran E. coli dan V. cholera mulai terdeteksi masing-masing setelah pengawetan selama 3 dan 4 hari. Pengawetan menggunakan cacahan daun keluak dapat mempertahankan mutu sensoris hedonik dan keamanan mikrobiologi ikan Lele Sangkuriang sampai pengawetan hari ke satu berdasarkan syarat mutu SNI 2729:2013 tentang ikan segar.
The Shelf Life of Wet Noodle Added by Gendarussa (Justicia gendarussa Burm. F.) Leaves Extract Yuliani, Yuliani; Sari, Rinten Anjang; Emmawati, Aswita; Candra, Krishna Purnawan
Indonesian Journal of Agricultural Research Vol. 3 No. 1 (2020): InJAR, Vol. 3, No. 1, March 2020
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.457 KB) | DOI: 10.32734/injar.v3i1.3823

Abstract

Gendarussa (Justicia gendarussa) is a herbaceous plant with a height of 1-1.5 m. Its stem and leaves extract show antimicrobial and antioxidant activities and have potent cytotoxic activity on the human cancer cell. Gendarussa has a better flavor than stem. Its aqueous extract shows higher extract than ethanol extract. The present study evaluated the preservative effect of aqueous extract of gendarussa leaves (GL) in prolonging the shelf life of wet noodles. The single-factor experiment (GL of 0, 50, 100, 150, and 200 g was extracted in hot water of 100 mL) arranged in a completely randomized design was applied in this research. Total bacterial and mold were observed as well as sensory hedonic characteristics during storage. Data were analyzed using SPSS ver.25. The microbial quality data were analyzed by the Kruskal-Wallis test followed by pair comparison with Bonferroni correction, while the sensory data analyzed by Friedman test continued by Wilcoxon Sign Rank Test. The results showed that the addition of GL aqueous extract (200 g in 100 mL hot water) could prolong the shelf life of wet noodles. The microbial quality of the wet noodle, which preserved at room temperature for 24 h still meet the Indonesian standard of wet noodle (SNI: 2987-2015) for total bacteria and 36 h for total molds. The wet noodles have log cfu/g of 5.35 and 1.58 for total bacterial and mold, respectively. The panelists preferred the color, aroma, texture, and taste of wet noodles produced with the GL aqueous extracts. The most preferred one was wet noodle with the addition of GL aqueous extract at a concentration of 200 g per 100 mL with the characteristic of greenish-white color, not scented with GL, chewy texture, and slightly flavored GL.
Optimasi Aktivitas Antioksidan Minuman Herbal Celup Berbahan Bunga Telang dan Serai Jayanti, Marni; Prabowo, Sulistyo; Candra, Krishna Purnawan; Emmawati, Aswita
Jurnal Mutu Pangan : Indonesian Journal of Food Quality Vol. 12 No. 1 (2025): Jurnal Mutu Pangan
Publisher : Department of Food Science and Technology (ITP), Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University (IPB) in collaboration with the Indonesian Food and Beverage Association (GAPMMI), the National Agency of Drug and Food Control, and th

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmpi.2025.12.1.1

Abstract

Butterfly pea flowers and lemongrass are developed as functional herbal drinks because have antioxidant benefits. The combination of the two was innovated herbal drink packaged in tea bags, so it was necessary to create an optimal formula. This study aims to measure on the response antioxidant activity and total flavonoid content from the combination of butterfly pea flower(A), lemongrass(B), and drying time(C). Additionally, the study to obtain the optimal formulation and validated its antioxidant activity, total flavonoid content, as physical characteristics (pH and color intensity) and organoleptic characteristics herbal beverage combination of butterfly pea flower and lemongrass packaged in tea bag. The research utilized a Box-Behnken design with variable combinations: (A) 0.50–1.00 g, (B) 1.00–1.50 g, and (C) 23–25 hours (using an oven drying method at approximately 55 °C). The results indicated that variables A, B, C, their interactions (AB, AC, and BC), had no significant effect (p>0.05) on antioxidant activity. However, the total flavonoid content was influenced differently. Variables B, C, and their interaction (BC) had a significant effect (p<0.05) on total flavonoid content, while other variables did not show significant effects. The optimal formulation for the herbal beverage (200 mL) is (A) 0.50 g, (B) 1.22 g, and (C) 24 hours. This formulation yielded a validated IC50 antioxidant activity of 23.36±6.62 ppm, a total flavonoid content of 255.07±25.10 mg QE/L, and satisfactory physical and organoleptic characteristics aligning with standards from previous research. The optimized formulation is recommended as a functional beverage due to its flavonoid, which provides potential antioxidant benefits for the body.
Penguatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Hasil Pertanian: Pelatihan dan Pendampingan di Kelurahan Lempake, Kota Samarinda Sari, Kartika; Marwati, Marwati; Rachmawati, Maulida; Hamka, Hamka; Emmawati, Aswita
Abdimas Galuh Vol 7, No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v7i1.18160

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan kelompok tani di Kelurahan Lempake, Kota Samarinda, dalam mengolah hasil pertanian lokal menjadi produk bernilai tambah. Kelurahan Lempake memiliki potensi besar dalam produksi hasil pertanian, yang selama ini sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai bahan mentah. Pengolahan hasil pertanian menjadi produk seperti olahan Singkong Thailand, klapertat singkong dan saus sambal pepaya dipilih sebagai solusi untuk mengatasi tantangan nilai jual yang rendah dan memperluas peluang pasar. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi sosialisasi, penyampaian materi, dan pelatihan teknis dan pendampingan. Pada tahap awal, dilakukan survei untuk mengetahui persepsi dan kebutuhan kelompok tani terkait pengolahan hasil pertanian. Sesi materi mencakup penjelasan mengenai pentingnya pengolahan hasil pertanian, tantangan yang dihadapi, strategi memulai usaha, legalitas, dan pemasaran. Pelatihan teknis dan pendampingan dilakukan secara partisipatif, dan peserta dilibatkan secara aktif dalam proses pembuatan produk olahan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa 100% peserta tertarik mengikuti pelatihan dan menyatakan pentingnya pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai jual. Setelah pelatihan dan pendampingan, peserta mampu memahami proses pengolahan, pengemasan, dan strategi pemasaran yang relevan untuk pengembangan usaha. Kegiatan ini berhasil memberikan keterampilan praktis kepada kelompok tani, sekaligus membuka peluang usaha berbasis komoditas lokal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sensory Response of Durian Lai Tempoyak and Its Potential as A Functional Food Marwati; Selviana Ave Maria Funan; Maulida Rachmawati; Aswita Emmawati; Miftakhur Rohmah; Agustu Sholeh Pujokaroni; Yudha Agus Prayitno; nurkaya, hamka
Jurnal Loupe Vol 20 No 01 (2024): June 2024
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v20i01.2999

Abstract

Tempoyak, a fermented food made from durian, is a popular seasoning in Malay communities in Malaysia and Indonesia. Produced using low-quality durian, it serves as an alternative to prevent spoilage. Tempoyak has functional benefits as it contains lactic acid bacteria (LAB), a probiotic providing digestive health benefits. Research on East Kalimantan's durian lai explores its potential for tempoyak production. The study, utilizing a Completely Randomized Design, examined salt concentrations and fermentation times. Optimal quality was achieved with a 5% salt concentration and a 7-day fermentation period, yielding favorable organoleptic results, with "liked" ratings for color and texture, and "somewhat liked" for aroma and taste. The hedonic quality included an orange-yellow color, sour aroma, salty taste, and soft texture. The total LAB reached 4.1 x 108 CFU/g, meeting probiotic criteria, with a pH of 3.85.
Fermentation Characteristics and Sensory Evaluation of Durian Yoghurt as a Synbiotic with Skim Milk and Sugar Formulations: English Romadhon, Taufikkilah; Emmawati, Aswita; Marwati, Marwati; Yuliani, Yuliani; Rahmawati, Rini; Martati, Martati
AJARCDE (Asian Journal of Applied Research for Community Development and Empowerment) Vol. 9 No. 2 (2025)
Publisher : Asia Pacific Network for Sustainable Agriculture, Food and Energy (SAFE-Network)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29165/ajarcde.v9i2.724

Abstract

Synbiotic products are a combination of probiotics and prebiotics in food that work synergistically to enhance the survival of beneficial microbes and provide greater health benefits. Durian contains simple sugars, dietary fiber, and oligosaccharides that can be utilized by probiotics as a nutrient source for their growth. This study aims to evaluate the potential of durian (Durio zibethinus) as a prebiotic ingredient in the formulation of synbiotic yoghurt by observing its effects on fermentation characteristics, including microbiological, chemical, and sensory properties, when combined with different concentrations of skim milk and sugar (0%, 5%, and 10%). Total bacteria, lactic acid bacteria (LAB), and titratable acidity increased, while the pH value of the product decreased during the fermentation process. The addition of skim milk and sugar influenced the sensory profile of the product, with the best treatment observed in skim milk and sugar 5% (P8), ba Synbiotic products are a combination of probiotics and prebiotics in food that work synergistically to enhance the survival of beneficial microbes and provide greater health benefits. Durian contains simple sugars, dietary fiber, and oligosaccharides that probiotics can utilize as a nutrient source for their growth. This study aims to evaluate the potential of durian (Durio zibethinus) as a prebiotic ingredient in the formulation of synbiotic yoghurt by observing its effects on fermentation characteristics, including microbiological, chemical, and sensory properties, when combined with different concentrations of skim milk and sugar (0%, 5%, and 10%). Total bacteria, lactic acid bacteria (LAB), and titratable acidity increased, while the pH value of the product decreased during the fermentation process. The addition of skim milk and sugar influenced the sensory profile of the product, with the best treatment observed in skim milk and sugar 5% (P8), based on hedonic scores for aroma, texture, and taste of the yoghurt after 24 hours of fermentation. Contribution to Sustainable Development Goals (SDGs):SDG 2: Zero HungerSDG 3: Good Health and Well-beingSDG 9: Industry, Innovation, and InfrastructureSDG 12:  Responsible Consumption and ProductionSDG 13: Climate Actionased on hedonic scores for aroma, texture, and taste of the yoghurt after 24 hours of fermentation.