Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

AUTENTIKASI CEPAT MADU HUTAN KALIMATAN TIMUR DENGAN ATR-FTIR SPEKTROSKOPI KOMBINASI ANALISIS KEMOMETRIKA Yudha Agus Prayitno; Aswita Emmawati; Sulistyo Prabowo; Krishna Purnawan Candra; Anton Rahmadi
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 32 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6066/jtip.2021.32.2.181

Abstract

Honey adulteration is mostly conducted by the addition of sucrose. In this study, the authentication of honey was conducted using ATR-FTIR and chemometrics. Pure honey samples (MA) were collected from nine regions in East Kalimantan. The ATR-FTIR spectra of these samples were then compared to sucrose-adulterated honey (MS), which were prepared in the sucrose concentration from 2.5 to 50% (v / v).The data analysis was performed using chemometrics techniques: 1) Principle Component Analysis (PCA) method, 2) classification with Discriminant Analysis (DA), and 3) regression with (PCR) and (PLS). As a result, PCA was able to visualize the differences between MS and MA. DA analysis was able to distinguish MS and MA at wave numbers from 1200 to 800 cm-1 with 92.5% performance index. Quantitative calibration models of the sucrose-adulterated honey could be obtained from PLS and PCR, while the best calibration model was obtained with the PLS method from the 2nd derivative spectra. In summary, sucrose-adulterated honey from East Kalimantan can be authenticated using ATR-FTIR method in combination with chemometric analysis.
Karakteristik Kerupuk Ikan dengan Substitusi Tepung Tulang Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Fortifikan Kalsium Yuliani Yuliani; Marwati Marwati; Hendri Wardana; Aswita Emmawati; Krishna Purnawan Candra
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 21 No 2 (2018): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 21(2)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.753 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v21i2.23042

Abstract

Kerupuk ikan gabus telah dikenal luas namun biasanya terbuat dari bagian dagingnya saja. Limbah berupa tulang ikan belum dimanfaatkan secara  optimal, oleh karena itu dijadikan sebagai bahan substitusipada pembuatan produk kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh substitusi tepung tulang ikan gabus (TTIG) sebagai fortifikan kalsium terhadap sifat sensoris dan fisika-kimia kerupuk ikan gabus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan substitusi tepung tulang ikan gabus dalam tepung tapioka dengan kadar (0; 4; 8; 12; dan 16% b/b) dan di ulang sebanyak empat kali. Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah sifat sensoris dan sifat fisika-kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi TTIG berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap sifat sensoris rasa, aroma, warna dan tekstur serta sifat fisika-kimia kerupuk ikan gabus. Peningkatan kadar TTIG menurunkan kadar air dan volume pengembangan kerupuk ikan gabus, tetapi meningkatkan kadar protein dan kadar kalsium (p<0,05). Substitusi TTIG sampai dengan 4% menghasilkan kerupuk ikan gabus dengan volume pengembangan yang sama dengan kontrol (tanpa substitusi TTIG) dengan kadar kalsium 200 mg/100 g dan kadar protein 14,27%. Rasa dan warna kerupuk ikan gabus disukai hingga substitusi TTIG 12%, sedangkan aroma dan tekstur disukai hingga substitusi TTIG 8%.
Pengaruh formulasi bubur kolang-kaling, sari buah naga super merah dan agar-agar terhadap sifat fisiko-kimia dan sensoris selai lembaran Firdaus Natan; Aswita Emmawati
Journal of Tropical AgriFood Volume 1, Nomor 1, Tahun 2019
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.1.1.2019.2411.9-18

Abstract

Kolang-kaling memiliki kandungan gizi yang baik yaitu karbohidrat, protein, energi, kalium, besi, kalsium, vitamin dan kandungan mineral. Kolang-kaling juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang menyegarkan, dapat memperlancar kerja saluran cerna manusia dan bisa memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap 2 faktor dengan 6 perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah perbandingan bubur kolang-kaling dan sari buah naga super merah (BKSBN) (90%:10% dan 80%:20%), sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi agar-agar (0, 1 dan 2%). Data dianalisis menggunakan Anova dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf α 5%, sedangkan data sifat sensoris hedonis dan mutu hedonik untuk warna, aroma, tekstur, rasa dan elastisitas dianalisis secara deskriptif menggunakan modus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan bubur kolang-kaling dan sari buah naga serta konsentrasi agar-agar berpengaruh nyata terhadap pH (keasaman), total padatan terlarut, dan gula total. Perlakuan terbaik adalah perbandingan BKSBN 80%:20% dengan penambahan 1% agaragar, yang menghasilkan selai lembaran dengan karakteristik pH 6,4, total padatan terlarut 9,0˚Brix, dan gula total 8,52%. Sedangkan dari sifat sensorisnya adalah berasa manis (suka), berwarna merah mudah (suka), sangat beraroma kolang-kaling (suka), bertekstur kenyal (suka) dan elastis.
Karakteristik organoleptik dan kadar serat kasar abon dari formulasi daging ikan patin dan jantung pisang kepok Yuliani Yuliani; Andre Septiansyah; Aswita Emmawati
Journal of Tropical AgriFood Volume 3, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.3.1.2021.5485.23-30

Abstract

Abon adalah pangan olahan kering daging sapi atau ikan. Bahan tambahan lain seperti bahan kaya serat sering ditambahkan untuk menambah nilai fungsionalnya disamping meningkatkan nilai ekonomis produksinya. Tetapi penambahan bahan kaya serat ini sering menurunkan kualitas abon. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kadar jantung pisang kapok (Musa accuminata x balbisiana) maksimal yang dapat ditambahkan dalam pengolahan abon daging ikan patin (Pangasius pangasius). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal (formula daging ikan patin (DIP) dan jantung pisang kapok (JPK)) dengan 5 taraf perlakuan dan 3 ulangan. Formula yang dicobakan dalam pembuatan 200 g abon adalah DIP 200 g; 150 g dan 50 g JPK; 100 g DIP dan 100 JPK; 50 g DIP dan 150 JPK; 200 g JPK. Parameter yang diamati adalah karakteristik sensoris hedonik dan mutu hedonik (warna, aroma, tekstur, rasa) serta kadar serat kasar. Data dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi DIP dan JPK berpengaruh nyata terhadap karakteristik sensoris dan kadar serat kasar. Abon yang dihasilkan dari formula DIP 150 g dan JPK 50 g mempunyai karakteristik sensoris paling unggul, yaitu mendapatkan respons disukai untuk semua atribut dan mempunyai karakteristik sensoris mutu hedonik berwarna agak kuning, beraroma DIP juga agak beraroma JPK, bertekstur agak kasar, agak berasa DIP juga berasa JPK. Kandungan serat kasar dari abon dengan formula tersebut adalah 0,89%.
Perubahan populasi bakteri asam laktat, kapang/khamir, keasaman dan respons sensoris yoghurt durian Aswita Emmawati; Rafly Rizaini; Anton Rahmadi
Journal of Tropical AgriFood Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.2.2.2020.5131.79-89

Abstract

Buah durian khas daerah beriklim tropika lembab dapat diolah sebagai bagian dari bahan baku pembuatan yoghurt buah.  Fermentasi yoghurt akan berlangsung optimum jika difermentasi pada suhu 35-45oC sesuai karakteristik bakterinya. Penelitian ini bertujuan menentukan suhu dan waktu yang tepat untuk memfermentasi yoghurt durian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu suhu dan waktu inkubasi. Suhu yang digunakan selama fermentasi yaitu 40oC dan 45oC. Inkubasi dilakukan selama 6 jam dengan pengamatan pada 0, 3, dan 6 jam. Parameter yang diamati adalah total bakteri, bakteri asam laktat (BAL), kapang/khamir, pH, total asam tertitrasi (TAT) dan sifat sensoris yoghurt buah durian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu inkubasi berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap total bakteri, BAL, pH, TAT dan sifat sensoris secara signifikan, tetapi berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap total kapang/khamir. Total bakteri, BAL, TAT dan respons sensoris terbaik diperoleh dari yoghurt durian yang difermentasi pada suhu 45oC dengan waktu inkubasi selama 6 jam yang menghasilkan produk dengan karakteristik berasa asam, berwarna kuning, beraroma khas yoghurt dan durian, serta mempunyai tekstur yang kental.
Karakterisasi Isolat Bakteri Asam Laktat dari Mandai yang Berpotensi Sebagai Probiotik Aswita Emmawati; Betty Sri Laksmi; Lilis Nuraida; Dahrul Syah
agriTECH Vol 35, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.517 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9400

Abstract

Mandai is a fermented product made of cempedak (Artocarpus champeden) dami. The research aimed to isolate and characterize lactic acid bacteria isolated from  and to evaluate their probiotic potency.  samples were collected from several home industries in East Kalimantan area lactic acid bacteria (LAB) isolates were obtained from  on day 4, 8, and 12 fermentation and assessed for their probiotic properties. All isolates showed good tolerances towards low pH (pH 2.0) with the decrease of viable counts of less than 2 log cfu/ml. The LAB isolates could grow in the present of 0.5% bile salt although the viable counts decreased as compared to those in medium without bile salt. Reduction of viable counts less than 1 log cfu/ml was observed in 21 isolates. Nineteen isolates could tolerate pH 2.0 and 0.5% bile salt better than others with the total decrease in viable counts less than 1 log cfu/ml. Most of isolates (11 out of 19 isolates) which tolerate low pH were obtained from 8 days  fermentation. Isolate MC812 and MC809 had good antimicrobial properties against Listeria monocytogenes ATCC 13932, Enterococcus faecalis ATCC 19433, Bacillus cereus ATCC 10876, Escherichia coli ATCC 25922 and Salmonella typhimurium ATCC 14028. Ten isolates had good antimicrobial properties againts at least 3 pathogens tested. Their resistance toward antibiotics varied between isolates. All isolates was identified as Lectobacillus plantarum with API 50 CHL and confirmed with real-time-PCR. The overall results indicated that certain LAB isolates obtained from mandai show promising probiotic properties. ABSTRAKMandai merupakan pangan fermentasi yang terbuat dari dami atau bagian dalam kulit cempedak. Penelitian tentang mandai, khususnya bakteri yang terlibat dalam fermentasi mandai, masih belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan isolasi dan karakterisasi bakteri asam laktat yang diisolasi dari  serta mengevaluasi potensinya sebagai probiotik. Sampel  diperoleh dari beberapa industri rumah tangga di Kalimantan Timur, yang dibuat dengan kadar garam 5, 10 dan 15%. Delapan puluh lima isolat bakteri asam laktat diperoleh dari pada hari ke-4, 8 dan 12 fermentasi dan dikaji sifat-sifat probiotiknya. Semua isolat menunjukkan toleransi yang baik terhadap pH rendah (pH 2,0) dengan penurunan jumlah sel hidup kurang dari 2 log cfu/ml. Isolat bakteri asam laktat dapat tumbuh dengan adanya 0,5% garam empedu walaupun jumlah sel hidupnya menurun dibandingkan dengan jumlah sel hidup pada medium tanpa garam empedu. Penurunan jumlah isolat viabel kurang dari 1 log cfu/ml teramati pada 21 isolat. Sembilan belas isolat dapat mentoleransi pH 2,0 dan garam empedu 0,5% lebih baik daripada yang lain dengan total penurunan jumlah sel hidup kurang dari 1 log cfu/ml. Sebagian besar isolat (11 dari 19) yang mentoleransi pH rendah diperoleh dari fermentasi  hari ke-8. Isolat MC812 dan MC809 mempunyai sifat antimikroba yang baik terhadap semua patogen uji (Listeria monocytogenes ATCC 13932, Enterococcus faecalis ATCC 19433, Bacillus cereus ATCC 10876, Escherichia coli ATCC 25922 dan Salmonella typhimurium ATCC 14028). Sembilan isolat lain mempunyai sifat antimikroba yang baik terhadap 3 atau lebih patogen uji. Resistensi terhadap antibiotik bervariasi diantara isolat. Kesepuluh isolat diidentifikasi sebagai Lactobacillus plantarum dengan API 50 CHL dan dikonfirmasi dengan real-time-PCR. Keseluruhan hasil mengindikasikan bahwa kesepuluh bakteri asam laktat yang diisolasi dari mandai berpotensi sebagai probiotik.
Stabilitas Fisik Jelly Oximata Kaya β-karoten dan Tokoferol Selama Penyimpanan Nur Amaliah; Indah Tri Jumiarti; Aswita Emmawati; Miftakhur Rohmah; Anton Rahmadi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 10, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17728/jatp.10880

Abstract

Jelly Oximata merupakan pangan fungsional kaya β-karoten dan tokoferol dengan formulasi serbuk labu kuning dan serbuk buah naga merah dengan penambahan minyak sawit merah komersial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi minyak sawit merah (MSM), suhu penyimpanan, dan hari pengamatan terhadap berat jenis, derajat keasaman, dan struktur gel pada Jelly Oximata. Metode pengujian berat jenis dan derajat keasaman adalah rancangan acak kelompok kombinasi perlakuan yang terdiri dari (1) konsentrasi MSM komersial (0; 0,15%; 0,30% dan 0,45%), (2) suhu penyimpanan pada suhu ruang (28°C) dan suhu refrigerator (7°C), serta (3) hari pengamatan (1, 7 dan 14 hari). Pengamatan struktur gel menggunakan mikroskop optik. Hasil penelitian menunjukkan formulasi optimal Jelly Oximata terdapat pada konsentrasi MSM 0,15% yang disimpan pada suhu refrigerator (7 oC) selama 14 hari. Hasil pengamatan berat jenis jelly oximata terbaik sebesar 4,58 ± 0,40. Pada nilai derajat keasaman (pH) Jelly Oximata berada pada kisaran 4,03 - 3,74 yang berarti produk bersifat asam. Dan hasil pengamatan struktur gel dari Jelly Oximata yang ditambahkan MSM komersial sebanyak 0,45% berwarna kuning pekat, MSM muncul dipermukaan dan karagenan membentuk struktur gel sendiri. Konsentrasi minyak sawit merah, suhu penyimpanan, dan hari pengamatan berpengaruh terhadap berat jenis, derajat keasaman dan struktur gel.Oximata jelly is a functional food rich in β-carotene and tocopherol with the formulation of pumpkin powder and red dragon fruit powder with the addition of commercial red palm oil. The purpose of this study was to determine the effect of adding red palm oil concentration (MSM), storage temperature, and observation days on density, degree of acidity, and gel structure in Jelly Oximata. The method of testing specific gravity and degree of acidity was a randomized design combination group treatment consisting of (1) commercial MSM concentrations (0; 0.15%; 0.30% and 0.45%), (2) storage temperature at room temperature ( 28 ° C) and refrigerator temperature (7 ° C), and (3) observation days (1, 7 and 14 days). Observation of the gel structure using an optical microscope. The results showed that the optimal formulation of Jelly Oximata was at an MSM concentration of 0.15% stored at refrigerator temperature (7 oC) for 14 days. The best observation results for the specific gravity of jelly Oximata were 4.58 ± 0.40. At the value of the pH, Jelly Oximata is in the range of 4.03 - 3.74 which means the product is acidic. And the results of observations of the gel structure of Jelly Oximata added by 0.45% commercial MSM were dark yellow, MSM appeared on the surface and carrageenan formed its gel structure. The concentration of red palm oil, storage temperature, and day of observation influenced the density, degree of acidity, and gel structure.
Perbandingan Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Minuman Herbal Tiwai (Eleutherine americana Merr) pada Berbagai Metode Pengeringan Bernatal Saragih; Hanip Hanip; Aswita Emmawati; Maulida Rahmawati; Frederic Morado Saragih; Arif Ismanto
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.024 KB) | DOI: 10.37637/ab.v4i3.750

Abstract

Minuman herbal menjadi semakin penting setelah senyawa-senyawa metabolitnya diperoleh fungsinya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan terhadap profil FTIR, sifat fisiko kimia, antioksidan dan sensori minuman herbal tiwai. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan 3 perlakuan yaitu pengeringan dengan oven, matahari dan pengeringan dengan sangrai. Data dianalisis sidik ragam dan uji lanjut BNT (taraf 5 %). Hasil dari FTIR serapan ikatan O-H diperoleh pada bilangan gelombang 3261-3270 cm-1, serapan ikatan O-H merupakan pembentuk senyawa fenol/flavonoid yang merupakan antioksidan pangan.  Metode pengeringan minuman herbal tiwai berpengaruh tidak nyata terhadap sifat sensoris hedonik dan mutu hedonik warna, aroma maupun rasa. Pembentukan warna minuman herbal tiwai paling cepat dengan metode pengeringan oven yaitu 3.67 menit. Intensitas warna tertinggi terdapat pada pengeringan sangrai dengan nilai 0.563. Aktivitas antioksidan tertinggi juga dihasilkan pada pengeringan sangrai 185,24 ppm.
Pengaruh suhu dan waktu pengeringan terhadap karakteristik kimia chip yoghurt durian (Durio zibethinus) Aswita Emmawati; Salman Salman; Maulida Rachmawati
Journal of Tropical AgriFood Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.3.2.2021.6199.86-92

Abstract

Yoghurt yang mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tidak mudah dinikmati di mana saja, sebab harus didistribusikan pada suhu terkendali. Oleh sebab itu perlu dibuat yoghurt dalam bentuk olahan kering salah satunya yoghurt chips. Pada penelitian ini, yoghurt chips dibuat dari yoghurt yang berbahan baku buah durian.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pengeringan terhadap kadar proksimat, serat dan nilai kalori yoghurt chips durian. Penelitian ini menggunakan dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor pertama yaitu suhu pengeringan dengan tiga taraf yang berbeda dan faktor kedua yaitu waktu pengeringan dengan tiga taraf yang berbeda. Suhu yang digunakan yaitu 70°C, 80°C dan 90°C, dan waktu yang digunakan yaitu 9 jam, 12 jam dan 15 jam. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, total energi dan serat kasar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik ragam. Untuk hasil sidik ragam yang menunjukkan perbedaan nyata dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf α-5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu pengeringan serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar proksimat dan serat yoghurt chips durian yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu dan waktu pengeringan maka kadar air, abu, protein dan serat kasar pada produk semakin turun sedangkan kadar lemak, karbohidrat dan total kalori semakin tinggi. 
Penentuan Vitamin C, pH , Total Bakteri Asam Laktat (BAL) dan Respon Sensoris pada Soyghurt dari Nanas Madu (Ananas comosus L.) Marwati Marwati; Yoga Pratama Putra; Aswita Emmawati; Maghfirotin Marta Banin; Yudha Agus Prayitno; Hamka Hamka
JURNAL KIMIA MULAWARMAN Vol 20 No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jkm.v20i1.1126

Abstract

Soyghurt adalah merupakan salah satu produk fermentasi yang diolah dari susu kedelai dengan menambahkan kultur bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Soyghurt dengan penambahan buah nanas madu dapat meningkatkan nilai fungsionalnya, namun perlu formulasi yang tepat agar didapatkan soyghurt nanas madu dengan nilai fungsional dan sensoris terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan lima taraf dan diulang tiga kali. Faktor tersebut adalah persentase perbandingan nanas madu dan susu kedelai yaitu (30:70), (40:60), (50:50), (60:40) dan (70:30). Parameter yang diamati adalah kadar vitamin C, pH, total bakteri asam laktat dan sifat sensoris (hedonik dan mutu hedonik). Hasil penelitian menunjuukan bahwa perlakuan nanas madu dan susu (70:30) memiliki kandungan vitamin C 50,75 mg/100 g, pH 4,48, total BAL log 7,57 cfu/g dan disukai oleh panelis pada uji hedonik. Sedangkan pada karakteriktik mutu hedonik pada perlakuan 70:30 memberikan warna kuning, beraroma nanas dan agak beraroma susu kedelai, tekstur kental, dan berasa asam, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain.