Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Analisis Pengembangan Ruangan Terbuka Biru Pada Kawasan Wisata Waduk Lahor Di Kabupaten Malang Menggunakan Analytic Hierarchy Process (Ahp) Adwinto Umbu Toku; Debora Budiyono; Dian Kartika Santoso
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 4, NUMBER 2, NOVEMBER 2024
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/bhuwana.v4i1.21721

Abstract

Lahor Reservoir has great potential as an attractive tourist destination. With high natural and visual resources both natural and built landscapes this is an attraction for local and foreign tourists. In addition to the potential, the Lahor Reservoir tourist area also has weaknesses including some park facilities that are not well maintained, trash bins that are not well managed, circulation areas that are dirty due to leaves and branches, thus disturbing the quality of tidiness and cleanliness in the area. Based on this, the development of the Lahor Reservoir tourism area needs to be directed appropriately in order to provide maximum benefits. So, there needs to be an effort to improve and develop Blue Open Space at Lahor Reservoir by identifying and analyzing the tourism resources contained in Lahor Reservoir. The general method used in this research is descriptive quantitative and the analysis method used is Analytic Hierarchy Process (AHP) where this method focuses on solving a problem based on stakeholder preferences. The weight of the alternative assessment shows the priority of the Tourism alternative 0.496, the Reservoir Ecology alternative 0.215, the Socio-Cultural alternative 0.173 and the Economic alternative 0.116. From the assessment of these alternatives shows the best results in the development of Blue Open Space in the Lahor Reservoir tourism area that is sustainable is a Tourism-based model. The development of Blue Open Space in the Lahor Reservoir tourism area is divided into three development zones, namely the core zone, buffer zone and utilization zone. Zones that are less suitable for tourism development will be used as the core zone. Zones that are suitable enough for tourism development will be used as a buffer area.
Kajian Kelayakan Pedestrian di Jalan Panglima Sudirman Balai Kota Batu Neto Nunes, Francisco do Everaldo; Setyabudi, Irawan; Santoso, Dian Kartika
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9141

Abstract

Balai Kota Batu merupakan salah satu kawasan perkotaan yang sangat strategis dikarenakan perputaran ekonomi yang sangat pesat sehingga mengakibatkan aktifitas masyarakat pada wilayah ini sangat padat. penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kelayakan bagi pejalan kaki di Jalan Panglima Sudirman, Balai Kota Batu. Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan wawancara dengan responden dari pengguna jalur pedestrian di Jalan Panglima Sudirman-Jalan Tranujoyo Gajah Mada Kota Batu. Dalam penelitian ini peneliti membagi 4 segmen pada lokasi. Analisis data menjadi dua indikator yakni Kondisi Fisik Pedestrian dan Respon Masyarakat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Skala Likert yakni sebuah tipe skala psikometri yang menggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam penelitian. Hasil penelitian dari Indikator Kualitas Fisik Pedestrian Sesuai Standar dan Hasil penilaian dari Indikator Respon Masyarakat menunjukkan bahwa tingkat kelayakan bagi pejalan kaki di Jalan Panglima Sudirman Kota Batu Cukup Layak dengan Indeks Presentase 62%. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah perlu adanya peningkatan pengelolaan terhadap fasilitas serta penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima yang menggunakan area pedestrian sebagai tempat dagang, termasuk penyediaan jalur pedestrian yang sesuai terdahap penyandang disabilitas. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki di Jalan Panglima Sudirman Balai Kota Batu.-------------------------------------------------------------------------------------------Batu City Hall is one of the most strategic urban areas due to the very rapid economic turnover, resulting in very dense community activities in this area. This study aims to assess the level of eligibility for pedestrians on Jalan Panglima Sudirman, Batu City Hall. This study used field observation methods and interviews with respondents from pedestrian path users on Jalan Panglima Sudirman-Jalan Tranujoyo Gajah Mada, Batu City. In this study the researchers divided 4 segments on location. Data analysis into two indicators, namely the Physical Condition of Pedestrians and Community Response. The analytical method used in this study is the Likert Scale method, which is a type of psychometric scale that uses a questionnaire and uses a wider scale in research. The research results from the Pedestrian Physical Quality Indicator according to the Standards and the Assessment results from the Community Response Indicator show that the level of eligibility for pedestrians on Jalan Panglima Sudirman, Batu City is quite feasible with a Percentage Index of 62%. The suggestion put forward in this study is that there is a need to improve the management of facilities and control of street vendors who use the pedestrian area as a place of trade, including the provision of appropriate pedestrian paths for persons with disabilities. Thus, it is expected to increase the comfort and safety for pedestrians on Jalan Panglima Sudirman Batu City Hall.
Identification of Samin Community Culture in Bojonegoro Towards Environmental Sustainability in Rural Area Alfian, Rizki; Setyabudi, Irawan; Santoso, Dian Kartika
Journal of Civil Engineering, Planning and Design Vol 1, No 1 (2022): May
Publisher : Faculty of Civil Engeneering and Planning - ITATS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jcepd.2022.v1i1.3051

Abstract

Globally, currently more than 50 percent of the world's population lives in urban areas. It is projected that 70 percent of the world's population will live in cities by 2050. Given the sheer scale of urbanization and its environmental implications, it is important to consider the interrelationships between urban and rural contexts in an integrated manner. Achieving sustainable development requires priorities and the implementation of tailored policies in both urban and rural areas. One way that can be done is to strengthen rural cultural values in communities and indigenous peoples. In this study, the case study raised is the cultural value of the Samin Bojonegoro community in maintaining cultural values and preventing the flow of urbanization of its population. The creation of a livable environment through the cultural values of the Samin community will be raised through this research through ethnographic approach with synchronic and diachronic presentation. As a result The Samin community, which is rooted in the culture of an agrarian society, has not changed much in terms of vegetation, land use, and cultural activities. This has an impact on environmental sustainability and cultural establishment so that it seems as if it has a border from outside influences while also protecting cities from urbanization flows and environmental burdens
Pengembangan Agrowisata Apel Berbasis Kearifan Lokal Di Poncokusumo Santoso, Dian Kartika; Wikantiyoso, Respati
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v10i1.2396

Abstract

Budaya merupakan akar dari sebuah bangsa. Wujud budaya dapat berupa aktivitas danmata pencaharian sehari-hari. Bertani adalah salah satu contoh aktivitas sekaligus matapencaharian dari masyarakat agraris Indonesia. Poncokusumo, merupakan salah satudaerah di Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari pertanian, khususnyakomoditas Apel. Sehingga, buah apel yang ada di Malang salah satunya dipasok dariPoncokusumo. Namun, penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat berubahseiring dengan waktu. Apabila dibiarkan, Apel beserta budaya bertani yang telah adadapat tergerus. Oleh karena itu perlu upaya yang dapat mempertahankan Apel Malangbersamaan dengan budaya bertani masyarakat Poncokusumo. Hal ini tentu tidak dapatdilakukan tanpa acuan yang jelas. Sesuai dengan SDG’s poin ke delapan, upaya yangharus dilakukan harus memperhatikan komunitas berkelanjutan dan ekonomi yanglayak. Kabupaten Malang sendiri telah menunjuk Poncokusumo sebagai daerahAgropolitan. Namun, hal ini perlu dikaji kembali. Kajian ini menggunakan analisis SWOTuntuk mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan mengenai pengelolaanlahan pertanian Apel di Poncokusumo. Sehingga, kajian ini dapat menghasilkan solusiberupa pengembangan agrowisata berbasis kearifan lokal yang diharapkan mampumenjadi pendorong kegiatan ekonomi yang lebih baik sekaligus melestarikan budayabertani di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2396
“Gawai”: Cultural Activities in the Shroud of Jangkang Bokidoh Dayak Tribe Traditional Architecture in Balai Sebut Village Setyabudi, Irawan; Santoso, Dian Kartika; Albina, Katarina
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 13 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v13i1.4816

Abstract

Balai Sebut Village located in Perintis Hamlet, Sanggau Regency, which has indigenous people, namely Dayak Jangkang Bokidoh. Local wisdom in those areas still closely held, either tangible, such as traditional architectural forms, or intangible, such as traditional and cultural activities. This study discusses the visual form of the traditional house, the pattern of micro-space arrangement and traditional activities that use the “Gawai” space. “Gawai” is a religious ceremony as a sense of gratitude which involves the use of micro to macro spaces. The purpose of this research is to focus on the identification of house forms, settlement patterns, and cultural activities that using an architectural space as an effort to preserve traditional architecture which is precisely in Perintis Hamlet. The research method was carried out in a descriptive-qualitative manner with an ethnographic approach. Data collection was carried out through a focus group discussion. The results showed that the Dayak Jangkang Bokidoh tribe had architectural tangible and intangible values. Physical spaces that have architectural value will have meaning if there are activities that involve the space. In this case, seven kinds of traditions are still preserved in Balai Sebut village, namely in the form of “Gawai”, which are related to the presence of ancestors, gratitude for the harvest, birth, death, and marriage as cultural activities that must be preserved together with the traditional house. So, “Gawai” can be said as a cultural activity that gives meaning to space in the traditional architecture of the Jangkang Bokidoh Dayak Tribe. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v13i1.4816
Memetakan Budaya dalam Analisis Ruang: Memahami Ruang Komunal pada Masyarakat Madura dengan Space Syntax Santoso, Dian Kartika; Setyabudi, Irawan
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 4 No. 1 (2025): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v4i1.2846

Abstract

Tanean Lanjhang is a traditional communal space of the Madurese community that embodies social, cultural, and kinship values through its distinctive spatial configuration. This study aims to understand how the spatial arrangement of Tanean Lanjhang supports social interaction and preserves cultural identity using a Space Syntax analysis approach. The research method integrates field surveys, spatial mapping with GIS, syntactic analysis using DepthmapX, and qualitative interviews with local communities. The findings reveal that the central open space of Tanean Lanjhang exhibits high levels of integration and connectivity, serving as a hub for communal activities and reinforcing social cohesion. Meanwhile, private areas surrounding the courtyard show high control values, reflecting the social hierarchy within the extended Madurese family. The study also explores how adaptation to modernization alters spatial configurations while retaining core cultural values. These findings emphasize the importance of incorporating local wisdom into contemporary spatial planning and expand the application of Space Syntax to the study of traditional cultures.
Negotiating Space and Security: The Sociocultural Role of Fences in Kapasan Chinese Settlements, Surabaya Santoso, Dian Kartika; Junita, Sovie Nurmalia; Ramadiansyah, Faiz; Abidah, Darini Yusrina
Jurnal Arsitektur Vol 15, No 2 (2025): Juli
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36448/ja.v15i2.4154

Abstract

This study examines the sociocultural role of fences in the Kapasan Chinese settlements in Surabaya, Indonesia, focusing on their significance as physical and symbolic elements. Employing a qualitative case study approach, the research investigates how fences serve as boundaries, provide security, and reflect cultural identity within a multiethnic urban environment. Through field observations, interviews, and visual documentation, findings reveal that fences encapsulate historical resilience, cultural values, and adaptive responses to urban challenges. They act as protective barriers, markers of social status, and mediums for cultural expression. However, modernization and generational shifts pose challenges to preserving traditional designs. This research contributes to understanding the interplay between architecture, culture, and societal dynamics in multicultural settings.
Pedoman dan Kriteria Rancang Desain Pasar Fleksibel Ramadiansyah, Faiz; Abidah, Darini Yusrina; Santoso, Dian Kartika; Junita, Sovie Nurmalia
Tekstur (Jurnal Arsitektur) Vol 6, No 2 (2025): Tekstur (Jurnal Arsitektur)
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.tekstur.2025.v6i2.8025

Abstract

Desain pasar dewasa ini hanya dipakai untuk jual beli. Pasar yang dipakai untuk jual beli cenderung memiliki fungsi yang statis. Salah satu penyebabnya adalah adanya los dan lapak yang didesain secara permanen. Pasar seharusnya dapat dirancang secara fleksibel seperti pada masa lalu. Desain pasar dimasa lalu merupakan Agora atau Tempat Bersua yang merupakan tempat paling fleksibel. Agora atau Tempat Bersua dapat dipakai untuk kegiatan lain seperti hiburan di hari sabtu dan kampanye di hari minggu. Desain pasar seharusnya dirancang agar dapat dipakai untuk kegiatan lainnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mencari Pedoman rancang atau kriteria rancang dari Pasar yang fleksibel. Metode untuk mencari kriteria perancangan pasar yang fleksibel adalah kerangka kerja berbasis konsep. Penggunaan kerangka ini hanya dibatasi dari proses pencarian data dan fakta, hipotesis dan Pemurnian. Secara garis besar, proses pencarian data dan fakta adalah untuk mencari tahu kondisi yang ada pada pasar. Proses ini dibantu dengan metode survei dan observasi. Selanjutnya, hipotesis dan pemurnian adalah untuk mencari kriteria perancangan dari pasar yang akan dirancang. Proses ini dibantu dengan metode sintesis data yang ada. Hasil dari kerangka kerja ini berupa kriteria perancangan dari sebuah pasar yang memiliki resiliensi dan fleksibilitas terhadap perubahan yang akan terjadi di masa depan. Implikasi dari penelitian ini secara teoritik adalah terciptanya kriteria baru untuk perancangan tipologi pasar. Sedangkan secara praktis, kriteria ini dapat dipakai untuk merancang pasar kedepannya.
Implikasi Tradisi Nyelawat Terhadap Penggunaan Ruang Santoso, Dian Kartika; Setyabudi, Irawan
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 1 No. 1 (2022): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v1i1.67

Abstract

Partisipasi sosial Masyarakat Indonesia mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk proses siklus kehidupan manusia. Salah satu penerapan gotong royong dalam masyarakat dalam proses daur hidup manusia dapat ditemukan dalam tradisi Nyelawat di desa Malangsuko, Kecamatan Tumpang. Nyelawat adalah istilah lokal bagi masyarakat untuk menyebut kegiatan mengurus jenazah, menyampaikan belasungkawa, dan takziah. Menariknya, peran berbeda menurut gender dan fleksibilitas ruang yang terbentuk akibat tradisi Nyelawat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang sesuai dengan gender, dan melihat implikasinya terhadap ruang mikro dan makro yang terbentuk akibat tradisi Nyelawat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, pemetaan perilaku yang berpusat pada tempat, dan teknik dokumentasi. Implikasinya secara makro dan meso ditunjukkan dengan semakin luasnya ruang perawatan yang tidak hanya di rumah duka, tetapi juga di koridor jalan desa, jalan desa, dan tempat pemakaman (TPU). Sedangkan dalam skala mikro, dampaknya terlihat dari perubahan ruang teritorial rumah tetangga yang digunakan untuk memasak dari dapur dan ruang tamu yang sebelumnya semi privat menjadi zona publik.
PEMBUATAN PROTOTIPE KEMASAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK BAWANG GORENG SEBAGAI IKON DESA BANJAREJO, KECAMATAN NGANTANG, KABUPATEN MALANG Sudirman, Sudirman; Santoso, Dian Kartika; Rahmawati, Atina; Akbar, Moch Azkari Hisbulloh
-
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KHAIRUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/pengamas.v6i3.6081

Abstract

Pasca pandemi covid 19, geliat usaha keecil dan menengah kembali bergejolak. Perkembangan yang pesat membuat persaingan juga semakin ketat, terutama di sektor olahan pertanian. Penggiat UMKM olahan bawang goreng di Desa Banjarejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang juga mengalami hal yang sama. Perlu adanya inovasi termasuk dalam hal desain kemasan. Pengembangan kemasan bawang goreng khas banjarejo bertujuan agar dapat melindungi bawang goreng dari kelembaban dan udara, serta menjaga rasa dan aroma bawang goreng tetap segar. Selain itu, kemasan juga harus menarik dan memudahkan konsumen untuk membuka dan menggunakan produk. Metode yang digunakan memiliki beberapa langkah yaitu persiapan pelaksanaan pengabdian dengan observasi dan wawancara terhadap stakeholder terkait. Selanjutnya adalah kegiatan pengabdian berupa sosialisasi, rencana tindak lanjut, serta monitoring dan evaluasi program. Kegiatan pengembangan kemasan produk olahan bawang goreng di Desa Banjarejo memberikan dampak positif berupa peningkatan kualitas visual kemasan, memberikan nilai tambah produk yang berimbas kepada harga jual dan pendapatan yang meningkat, serta informasi produk yang termuat di dalam kemasan menjadi lebih detail daripada sebelumnya.