cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis mewadahi kajian-kajian ilmiah dalam bidang bio-ekologi pesisir dan laut, hidro-oesanografi dan morfologi pesisir, toksikologi dan farmasitika, kajian substansi kimiawi biota dan perkembangan bioteknologi kelautan lainnya, di lingkup pesisir dan laut di daerah tropis. Kajian ilmiah dimaksud bisa berupa hasil penelitian maupun critical review. Jurnal ini terbit 3 (tiga) kali dalam satu tahun (Februari, Juni, September). Diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Kelautan FPIK-UNSRAT
Arjuna Subject : -
Articles 324 Documents
KARAKTERISTIK DAN KEPADATAN MIKROPLASTIK PADA SEDIMEN PANTAI LIANG PULAU BUNAKEN Gabriel Suripatty; Natalie D.C. Rumampuk; Inneke F.M. Rumengan; Remy E.P. Mangindaan; Nickson J. Kawung; Kurniati Kemer
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53377

Abstract

Mikroplastik merupakan partikel berukuran <5 mm yang berasal dari hasil degradasi limbah plastik. Berdasarkan sumbernya, mikroplastik dibagi menjadi 2 yaitu mikroplastik primer yang sudah berbentuk mikro dari awal pembuatanannya dan mikroplastik sekunder yang merupakan hasil degradasi sampah plastik yang lebih besar. Menurut bentuknya, karakteristik mikroplastik dibedakan menjadi 6 kategori yang meliputi fiber, fragmen, film, busa, granula dan pellet. Keberadaan mikroplastik di suatu lingkungan memiliki dampak yang negatif bagi organisme maupun ekosistem dimana mikroplastik itu berada. Pulau Bunaken merupakan salah satu pulau yang berada di Sulawesi Utara dan termasuk ke-dalam salah satu gugus pulau Taman Nasional Bunaken. Pulau Bunaken dikenal dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi serta potensi wisata bahari yang besar. Tingginya tingkat aktivitas manusia yang terjadi di Pulau Bunaken diduga memberikan kontribusi terhadap buangan limbah plastik di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik mikroplastik yang diambil dari sampel sedimen di daerah intertidal Pantai Liang Pulau Bunaken serta mengkuantifikasi kepadatannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Pantai Liang Pulau Bunaken telah terkontaminasi oleh mikroplastik dengan karakterstik mikroplastik berdasarkan bentuknya meliputi fiber, fragmen, film dan busa. Karakteristik warna mikroplastik yang ditemukan meliputi warna biru, merah, putih dan hijau serta kepadatan mikroplastik di pantai tersebut berjumlah 30 Partikel/kg sedimen kering.
IDENTIFIKASI SAMPAH ANORGANIK DI PESISIR PANTAI BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Irwansya Surjanto; Joshian N. W Schaduw; Natalie Detty Rumampuk; Farnis B. Boneka; Joice Rimper; James Paulus
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53655

Abstract

Inorganic waste refers to waste or refuse generated from various processes, which cannot naturally decompose and generally require a very long time for breakdown. The method used for data collection follows the shoreline survey methodology. The research was conducted along a line transect, with a length of 100 meters and a width of 5 meters on each side, and observers walked along the transect line. The study was carried out over a span of 2 months. The observation transect line began perpendicular to the coastline, covering a length of 100 meters and a width of 5 meters on each side, resulting in an area of 100 x 10. This area was meant to represent the research site. Based on the research findings, the total quantity of inorganic waste collected was 305 pieces per 1000 square meters (3,050 pieces per hectare). The most commonly found type of waste was plastic, with 151 pieces per 1000 square meters (1,510 pieces per hectare), accounting for 49.5%. The research results revealed that the heaviest waste category was glass, weighing 2,793 pieces per 1000 square meters (27,930 pieces per hectare), making up 62.5% of the total.Keywords: Inorganic Waste, Coastal, Bitung KarangriaABSTRAKSampah anorganik adalah sampah atau limbah yang dihasilkan dari berbagai macam proses, dimana jenis sampah ini tidak akan bisa terurai oleh bakteri secara alami dan pada umumnya akan membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses penguraiannya. Metode yang digunakan untuk pengambilan data yakni metode shoreline survey methodology. Penelitian dilakukan pada line transect, dengan Panjang 100 meter dan lebar masing-masing 5 meter ke arah kiri dan ke kanan dan pengobservasi berjalan kaki sepanjang transek garis. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, Jalur transek pengamatan dimulai dengan arah tegak lurus pesisir pantai sepanjang 100 meter dan lebar 5 meter dengan diameter 100 x 10, dimana jalur transek tersebut harus mewakili wilayah penelitian. Berdasarkan hasil penelitian sampah Anorganik yang didapatkan secara keseluruhan total jumlah sampah adalah 305 pot/1000m2 (3.050 Pot/ Ha). Jenis sampah plastik merupakan jenis yang paling banyak ditemukan sebanyak 151 pot/1000m2 (1.510 Pot/Ha) dengan presentase 49.5%. Hasil Penelitian berat bobot sampah yang pertama adalah sampah kaca dengan berat 2793 pot/1000m2 (27.930 Pot/Ha) dengan persentasi 62.5%.Kata Kunci: Sampah Anorganik, Pesisir Pantai, Bitung Karangria
UJI AKTIVITAS ANTI ULTRAVIOLET EKSTRAK TERIPANG Holothuria atra, Holothuria scabra SERTA Synapta maculata DARI PANTAI TONGKAINA KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO Rian S. Lalawi; Esther D. Angkouw; Remy E.P. Mangindaan; Robert Bara; Inneke F. Rumengan; Frans Lumuindong
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53659

Abstract

Anti-UV compounds are compounds used for making sunscreen or sunscreen/sunblock that can absorb sunlight. Several classes of antioxidant active compounds such as cinnamates, flavonoids, tannins, quinones, and others have been studied to have the ability to protect the skin from UV rays. The purpose of this study was to determine the anti-UV substance of extracts of three types of sea cucumbers H. atra, H. scabra and S. maculata. This test was conducted using spectrophotometric analysis method using UV-Vis spectrophotometer. Spectrophotometer is a tool used to measure energy relatively if the energy is transmitted, reflected or emitted as a function of wavelength. The results of the anti-UV activity test showed that the three sea cucumbers were able to absorb UV A at 320-400 nm. From this study it can be concluded that sea cucumbers have the potential as anti-UV. It is suggested that it can be further researched with the purification stage. Keywords: Sea cucumber, Holothuria atra, Holothuria scabra, Synapta maculata, anti-UV ABSTRAK Senyawa anti UV adalah senyawa yang dipakai untuk bahan pembuatan tabir surya atau sunscreen/sunblock yang memiliki kemampuan untuk menyerap sinar matahari. Adapun beberapa golongan senyawa aktif antioksidan seperti sinamat, flavonoid, tanin, kuinon, dan lain-lain telah diteliti memiliki kemampuan untuk melindungi kulit dari sinar UV.Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan substansi anti UV ekstrak ketiga jenis teripang H. atra, H. scabra dan S. maculata. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri dengan memakai alat spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Hasil penelitian uji aktivitas anti UV menunjukan bahwa ketiga teripang mampu menyerap UV A pada 320-400 nm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teripang laut berpotensi sebagai anti-UV. Disarankan agar dapat diteliti lebih lanjut dangan tahap pemurnian. Kata kunci : Teripang laut, Holothuria atra, Holothuria scabra, Synapta maculata, anti-UV
STUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI SEKITAR DESA TOSEHO KECAMATAN OBA KOTA TIDORE KEPULAUAN Anisa Irwan; Calvyn F. A. Sondak; Sandra O. Tilaar; Esther D. A. Angkouw; Agung B. Windarto; Billy Th. Wagey
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53666

Abstract

Seagrasses are flowering plants that are fully adapted to being immersed in seawater. Seagrass plants consist of rhizomes, leaves and roots. This study aims to identify the types of seagrasses and determine the structure of seagrass community. This research was conducted in July 2023 around Toseho Village, Oba Subdistrict, Tidore City Kepulaun with coordinate points on transect 1 which is 0°21'20.72 "U, 127°38'58.46 "T. on transect 2 0°21'21.78 "U, 127°38'57.32 "T and on transect 3 which is 0°21'22.86 "U, 127°38'56.14 "T. The method used in this research is quadrant line transect method. Based on the results of the study, it can be concluded that there are 6 types of seagras in Toseho Village, namely Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule univervis and Sryngodium isoetifolium. From the results of data analysis, it was found that Thalassia hemprichii was the most dominating seagrass species in each of the 3 quadrant transects. Seagrass species diversity in Toseho Village has a medium level of species diversity (1 ≤H'≤3 Medium species diversity).Keywords: Seagrass, Community Structure, Toseho Village ABSTRAKLamun merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya menyesuaikan diri untuk terbenam dalam air laut. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizome, daun dan akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasih jenis-jenis lamun dan mengetahui struktur komunitas padang lamun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2023 di sekitar Desa Toseho Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulaun dengan titik kordinat pada transek 1 yaitu 0°21’20.72”U, 127°38’58.46”T. pada transek 2 0°21’21.78”U, 127°38’57.32”T dan pada transek 3 yaitu 0°21’22.86”U, 127°38’56.14”T. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode line transek kuadran. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ditemukannya 6 jenis lamun di Desa Toseho yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule univervis dan Sryngodium isoetifolium. Dari hasil analisi data didapatkan bahwa Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling mendominasi di setiap 3 transek kuadran. Kenekaraman jenis lamun di Desa Toseho memiliki tingkat keanekaragaman jenis sedang (1 ≤H′ ≤ 3 Keanekaragaman spesies sedang).Kata Kunci: Seagrass, Community Structure, Toseho Village
IDENTIFIKASI JENIS DAN KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DI RATAAN PERAIRAN SEKITAR DESA TAMBALA KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA Millenia S. Lawere; Erly Y. Kaligis; Frans Lumuindong; Suria Darwisito; Medy Ompi; Noldy F. G. Mamangkey
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53706

Abstract

Echinoderms are very important in marine ecosystems and are useful as a component in the food chain. Echinoderms can be detritus eaters, herbivores, carnivores and omnivores. This research was conducted for 2 weeks. The methods used are the cruise method and the quadrat transect method. The roaming method is carried out at 2 stations with data collection that is 100 m long. Next, data collection using the quadratic transect method was carried out by drawing a 10 m long transect line and placing a quadratic plot in a zig-zag manner next to the transect line. There were 5 plots observed measuring 1m x 1m with a plot distance of 2 m. Determining the distance of each station is 50 m from the first transect line and other transect lines. The results of research on the waters of Tambala Village that were obtained as a whole included four classes, namely Asteroidea, Holothuroidea, Echinoidea, and Ophiuroidea with a total of 8 types. Based on data analysis using the quadratic transect method, it was obtained: at station I H' = 1.067, the highest species density of Echinometra mathaei was 6.4 ind/m2 and the relative density was 55.49%, while at station II it was obtained H'= 0.831, the density the highest species Ophiocoma erinaceus was 15.53 ind/m2 and the relative density was 54.56%.Keywords: Echinoderms, Diversity, Abundance of species ABSTRAKEchinodermata sangat penting di dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satukomponen dalam rantai makanan. Echinodermata dapat bersifat sebagai pemakan detritus, herbivora, carnivora dan omnivora. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu. Metode yang digunakan adalah metode jelajah (cruise method) dan metode transek kuadrat. Metode jelajah dilakukan pada 2 stasiun dengan pengambilan data yaitu sepanjang 100 m. Selanjutnya pengambilan data menggunakan metode transek kuadrat dilakukan dengan menarik garis transek sepanjang 10mdan diletakkan plot kuadrat secara zig-zag di samping garis transek. Plot yang diamati sebanyak 5 buah yang berukuran 1m x 1m dengan jarak plot 2 m.Penentuan jarak tiap stasiun yaitu berjarak 50 m dari garis transek pertama dan garis transek lainnya.Hasil penelitian pada perairan Desa Tambala yang diperoleh secara keseluruhan meliputi empat kelas yaitu Asteroidea, Holothuroidea, Echinoidea, dan Ophiuroidea debngan total 8 jenis. Berdasarkan analisis data menggunakan metode transek kuadrat, maka diperoleh: pada stasiun I H’ = 1,067, kepadatan spesies tertinggi Echinometra mathaei sebesar 6,4 ind/m2 dan kepadatan relative sebesar 55,49% sedangkan pada stasiun II diperoleh H’= 0,831, kepadatan spesies tertinggi Ophiocoma erinaceus sebesar 15,53 ind/m2 dan kepadatan relatif sebesar 54,56%.Kata Kunci: Echinodermata, Keanekaragaman, Kelimpahan jenis
IDENTIFIKASI MOLEKULER SPESIES MIKROBA FOTOSINTETIK YANG BERASOSIASI DENGAN ASCIDIACEA DI TELUK MANADO Angelicca L.D.M. Angkouw; Inneke F.M. Rumengan; Joice R.T.S.L. Rimper; Medy Ompi; Deiske A. Sumilat; Robert A. Bara
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.54003

Abstract

The objective of this study was to molecularly determine the microbial species. The isolation of microbes from their hosts was conducted by squeezing the tissues that contain green suspension. The suspension was then kept in a freezer until DNA isolation. DNA isolation was performed with standard procedur, following with PCR amplification using universal primer pair for 16S rRNA gene. PCR products were then sequenced, and the results was aligned with the relevant data in NCBI (National Center for Biotechnological Information) web using BLAST (Basic Local Alignment Search Tool). Among the five ascidian species, only one species, Diplosoma virens that its microbial suspension with sample identity, E1 was molecularly identified. PCR product of its 16S rRNA gene was 1150 bp in length. Alignment of this sequence with the relevant sequences in NCBI using BLAST resulted in the range of similarity of 99.40 – 100% with the 16S rRNA sequences of 17 samples described as Prochloron sp., where their hosts were of different species and from different locations, except for sample with accession number of MT 254065. This sample was described as Prochloron didemni IMFR-1 in NCBI was originated from Lissoclinum patella in Manado Bay. However, the 16S rRNA sequence of E1 sample of this study was 100% similarity with the Uncultured Prochloron sp. clone E11-016 that was from different species of host and location. Therefore, Prochloron didemni was non obligate symbiont microbe that could associate with different ascidian species. Keywords: Ascidian, Microbe, 16S rRNA, Prochloron sp. ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis mikroba secara molekuler. Isolasi mikroba dari inang ascidia dilakukan dengan cara memencet jaringan inang yang berisi suspensi warna hijau. Suspensi yang diperoleh, disimpan beku sampai saatnya isolasi DNA. Isolasi DNA dengan prosedur standar, kemudian diamplifikasi menggunakan primer gen 16S rRNA. Produk PCR kemudian disekuens, dan hasil sekuensnya diselaraskan menggunakan BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) yang ada di di laman NCBI (National Center for Biotechnological Information). Dari 5 jenis ascidia yang diisolasi mikrobanya, ternyata hanya suspensi dari Diplosoma virens dengan identitas sampel E1 yang teridentifikasi secara molekuler. Produk PCR ini berukuran 1150 bp yang hasil sekuensnya ketika dicocokkan menggunakan BLAST pada data sejenis di NCBI, mempunyai kemiripan 99,40 – 100% dengan sekuens gen yang sama pada 17 sampel yang terdeskripsikan sebagai Prochloron sp. di NCBI dengan inang dan lokasi yang berbeda dengan penelitian ini, kecuali sampel dengan aksesi MT 254065. Sampel ini terdeskripsi sebagai Prochloron didemni IMFR-1 yang sampelnya diisolasi dari ascidia Lissoclinum patella dari lokasi yang sama dengan penelitian ini. Namun sampel E1 justru mirip 100% dengan Uncultured Prochloron sp. clone E11-016 yang diisolasi dari inang dan lokasi berbeda. Jadi Prochloron didemni merupakan mikroba simbion non obligate yang dapat berasosiasi dengan jenis-jenis inang yang berbeda. Kata Kunci: Ascidia, Mikroba,16S rRNA, Prochloron sp.
KOMPOSISI DAN KEPADATAN SAMPAH LAUT PADA TIGA BAGIAN DARI PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA Samuel L. Opa; Rama P. Kambey; Roles R. Rumengan; Bulfrit B. Rajagukguk; Vivi A. Pamikiran
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.54253

Abstract

Marine debris is solid material from anthropogenic activities which then ends up in the coastal and marine environment. Mangatasik Beach is a tourist attraction that is often visited by visitors to enjoy the beauty of nature and beautiful scenery, these tourism activities along with other human and natural activities are thought to be a source of marine debris. This study aims to determine the composition and density of meso and macro marine debris in Mangatasik Beach in three areas, namely the upper, middle and lower parts of the beach. Three observation transects with one replicate were stretched 50 m long and 2 m wide. There were nine types of marine debris materials consisting of plastic, plastic foam, cloth, rubber, metal, glass and ceramics, paper and cardboard, wood, and other materials. The total weight of meso debris was found to be 360.80 g and macro debris was found to be 11,097 g. The heaviest meso debris composition was found at the upper part by the plastic foam material type at 46.62% (53.85 g). The heaviest composition of macro debris was found at the lower part by other types of materials by 60.28% (1,232.80 g). The highest meso debris density in the upper part with the type of plastic foam material with a value of 0.280 items/ m2, as well as from the upper part also the highest macro debris density was obtained with the type of plastic material at a value of 0.820 items/ m2.Keywords: Marine Debris, Composition, Density, Mangatasik Beach ABSTRAKSampah laut merupakan material padat dari kegiatan antropogenik yang kemudian berakhir di pesisir dan lingkungan laut. Pantai Mangatasik merupakan objek wisata yang sering dikunjungi oleh pengunjung untuk menikmati keindahan alam dan pemandangan yang asri, aktivitas wisata tersebut bersama aktivitas manusia dan alam lainnya diduga menjadi sumber sampah laut. Penelitian ini bertujuan melihat komposisi dan kepadatan sampah laut meso dan makro di Pantai Mangatasik pada tiga area, yaitu bagian atas, tengah, dan bawah dari pantai. Tiga transek pengamatan dengan satu ulangan dibentangkan sepanjang 50 m dan lebar 2 m. Terdapat sembilan jenis bahan sampah laut terdiri atas plastik, busa plastik, kain, karet, logam, kaca dan keramik, kertas dan kardus, kayu, dan bahan lainnya. Total berat sampah meso didapatkan sebanyak 360,80 gr dan sampah makro didapatkan sebanyak 11.097 gr. Komposisi sampah meso paling berat terdapat pada bagian atas oleh jenis bahan busa plastik sebesar 46,62% (53,85 gr). Komposisi sampah makro yang paling berat terdapat pada bagian bawah oleh jenis bahan lainnya sebesar 60,28% (1.232,80 gr). Kepadatan sampah meso tertinggi di bagian atas dengan jenis bahan busa plastik dengan nilai 0,280 item/m2, begitu pula dari bagian atas juga kepadatan sampah makro tertinggi didapatkan dengan jenis bahan plastik pada nilai 0,820 item/m2.Kata Kunci: Sampah Laut, Komposisi, Kepadatan, Pantai Mangatasik
INDEKS NILAI PENTING KOMUNITAS MANGROVE DI DAERAH PESISIR DESA MINANGA DUA, KECAMATAN PUSOMAEN, KABUPATEN MINAHASA TENGGARA, SULAWESI UTARA Bella R. Lelewa; Antonius P. Rumengan; Calvyn F. A. Sondak; James J. H. Paulus; Carolus P. Paruntu; Deiske. A. Sumilat
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.54295

Abstract

Mangrove forests can be used indirectly as a resource in coastal areas. Besides, mangrove forests have dual functions that other ecosystems cannot replace. This research aims to identify types of mangrove communities on the Minanga Dua coast in Pusomaen District, Southeast Minahasa Regency. Field data was collected via line transects. The research found two types of mangroves: Sonneratia alba and Avicennia marina. The Avicennia marina mangrove dominates ecologically in the mangrove community habitat in Minanga Dua Village. The highest Importance Value Index (INP) is owned by the type/species of Avicennia marina in each transect, respectively: transect 1 (300.00%), transect 2 (257.42%), and transect 3 (248.51 %). Meanwhile, for the INP Sonneratia alba type in transect 1 (none), transect 2 (42.58%), and transect 3 (51.49%). The diversity index on transect 2, which has the highest diversity of all transects, shows that the Avicennia marina species is more abundant than the Sonneratia alba species in the mangrove forest community habitat of Minanga Dua Village. Keywords: Important Value Index, Community, Mangrove, Minanga Dua ABSTRAKHutan mangrove secara tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya di wilayah pesisir. Selain itu, hutan mangrove mempunyai fungsi ganda yang tidak dapat digantikan oleh ekosistem lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis komunitas mangrove di pesisir Minanga Dua di Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara. Data lapangan dikumpulkan melalui transek garis. Penelitian menemukan dua jenis mangrove: Sonneratia alba dan Avicennia marina. Mangrove Avicennia marina mendominasi secara ekologis pada habitat komunitas mangrove di Desa Minanga Dua. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dimiliki oleh jenis/spesies Avicennia marina pada masing-masing transek, masing-masing: transek 1 (300,00%), transek 2 (257,42%), dan transek 3 (248,51%). Sedangkan untuk jenis INP Sonneratia alba pada transek 1 (tidak ada), transek 2 (42,58%), dan transek 3 (51,49%). Indeks keanekaragaman pada transek 2 yang mempunyai keanekaragaman tertinggi dari seluruh transek menunjukkan bahwa spesies Avicennia marina lebih melimpah dibandingkan spesies Sonneratia alba pada habitat komunitas hutan mangrove Desa Minanga Dua. Kata Kunci: Indeks Nilai Penting, Komunitas, Mangrove, Minanga Dua
KEMAMPUAN SENYAWA PATELAMIDA E DARI Prochloron didemni ASAL TELUK MANADO SEBAGAI INHIBITOR REPLIKASI SARS-CoV-2 BERDASARKAN KAJIAN PENAMBATAN MOLEKULER DENGAN AUTODOCK Trezya Nilam Sari Pangemanan; Eliza J. Sumampouw; Maria M. Lenak; Inneke F. M. Rumengan
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 1 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.1.2022.54943

Abstract

he COVID-19 pandemic caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) has lead to a global health emergency. The outbreak of COVID-19 to date indicates an urgency to find and develop effective therapeutic agents. One alternative that needs to be explored is to design drug candidates from marine fauna. Marine microbes have promising molecular potential as a source of pharmaceutical biomaterials, including Prochloron didemni which associated with Ascidiacea belongs to the invertebrate subphylum Tunicata in Manado Bay, North Sulawesi. This microbe has been isolated from its host Lissoclinum patella and cultivated in the laboratory. P. didemni has been reported to produce several cyclic peptides including patelamide E compound. One approach to develop this compound as antiviral drug is in silico analysis using AutoDock. This analysis aims to predict the ability of patelamide E compounds to inhibit the activity of the non-structural protein (nsp13) SARS-CoV-2 which is known to play an important role in the viral replication. Its molecular structure was downloaded from the RCSB Protein Database with ID 6ZSL. As ligands, the molecular structure of patelamide E and the recommended drugs for COVID-19 (ivermectin, remdesivir, malnupiravir, favipiravir and oseltamivir) were downloaded from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/. The binding affinity between the protein and the ligand was assessed using AutoDock and visualized by PyMol. The results show that the free energy (∆G) value of -15.4 kcal/mol was obtained for binding affinity of patelamide E towards nsp13 SARS-CoV-2, indicating that this compound could inhibit the viral replication. The inhibitory ability of patelamide E is stronger than the recommended drugs (ivermectin, remdesivir, malnupiravir, favipiravir and oseltamivir) with ∆G values ranged from -6.7 to -13.7 kcal/mol. This analysis is obviously necessary to accomplish with further computer simulation for assesing the binding stability. The potential of patelamide E as an anti-SARS-CoV-2 drug candidate should be more clinically assayed after in vitro and in vivo analyses.Keywords: Molecular docking, nsp 13, patellamide E, SARS-CoV-2, marine microbes ABSTRAKPandemi COVID-19 yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah menyebabkan situasi darurat kesehatan secara global. Hal ini jelas memunculkan kebutuhan untuk menemukan dan mengembangkan agen terapeutik yang efektif. Alternatif yang perlu dijajaki adalah mendesain kandidat obat dari fauna laut. Mikroba laut memiliki potensi molekuler yang menjanjikan sebagai sumber bahan farmasi, termasuk Prochloron didemni yang ditemukan hidup berasosisasi dengan golongan Ascidiacea, avertebrata dari subfilum Tunikata di Teluk Manado, Sulawesi Utara. Mikroba ini telah berhasil diisolasi dari inangnya Lissoclinum patella dan dikultivasi di laboratorium. P. didemni dilaporkan menghasilkan beberapa peptida siklik termasuk senyawa patelamida E. Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh yaitu analisis in silico menggunakan perangkat lunak AutoDock. Analisis ini bertujuan untuk memprediksi kemampuan senyawa patelamida E dalam menghambat aktivitas protein nonstruktural (nsp13) SARS-CoV-2 yang diketahui berperan dalam proses replikasi virus tersebut. Struktur protein diunduh dari RCSB Protein Data Bank dengan ID 6ZSL. Sebagai ligan, struktur molekul patelamida E dan obat yang direkomendasikan untuk COVID-19 (ivermectin, remdesivir, malnupiravir, favipiravir dan oseltamivir) diunduh dari https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/. Afinitas ikatan antara protein dan ligan didapatkan dari pengoperasian perangkat lunak AutoDock dan divisualisasikan menggunakan PyMol. Hasil penambatan patelamida E pada nsp13 SARS-CoV-2 dalam parameter energi bebas (∆G) sebesar -15.4 kcal/mol mengindikasikan bahwa senyawa ini dapat menghambat replikasi virus tersebut. Kemampuan hambat patelamida E lebih kuat dari obat-obat yang direkomendasikan (ivermectin, remdesivir, malnupiravir, favipiravir dan oseltamivir) yang nilai ∆G-nya berkisar -6.7 hingga -13.7 kcal/mol. Analisis ini perlu dilanjutkan dengan simulasi komputer untuk mengkaji kestabilan ikatan antara ligan dan protein. Potensi senyawa patelamida E sebagai kandidat obat anti SARS-CoV-2 perlu diuji klinis yang didahului dengan analisis in vitro dan in vivo. Kata kunci: Penambatan molekuler, nsp 13, patelamida E, SARS-CoV-2, mikroba laut
IDENTIFIKASI SAMPAH ANORGANIK PADA EKOSISTEM MANGROVE PANTAI TASIK RIA KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA Irfan Sirajudin; Wilmy E. Pelle; Rignolda Djamaluddin; Darus Sa’ada J. Paransa; Joshian N. W. Schaduw; Joudy R. R. Sangari
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 1 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.1.2022.54944

Abstract

Threats to the marine and coastal environment are increasing due to the increasing population and increasing exploitation of the population on the coast. If the garbage is thrown into the river or thrown directly into the sea, it will eventually result in a reduction in the beauty of the coastal area, the sea and the mangrove ecosystem. Inorganic waste with the type of plastic will not be separated from everyday life, due to the increasing number of people in the world. Therefore, the demand for and consumption of plastic-type materials is increasing and will continuously enter the land environment to the sea. Sampling is located at Tasik Ria Beach, Tombariri District, Minahasa Regency. The sampling time for marine debris in the mangrove ecosystem will be in August 2021. Inorganic waste sampling is carried out in the mangrove ecosystem by looking at the age of the month at the lowest low tide. Sampling used the line transect method or quadrant line transect and was carried out directly in the morning and it took one day until the tide started. Based on the research objectives, to identify inorganic marine debris found in the mangrove ecosystem of the Tasik Ria beach and analyze the total density of inorganic marine debris, both heavy and the amount laid on the mangrove ecosystem, research conducted at Tasik Ria Beach, Tombariri District, Minahasa Regency has obtained five types of waste. namely plastic, glass, metal, rubber and wood waste and their derivatives. Keywords: Coastal, Mangrove Ecosystem, Identification, Marine Debris, Tasik Ria Coast ABSTRAK Ancaman terhadap lingkungan laut dan pesisir semakin meningkat diakibatkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dan bertambah pula eksploitasi penduduk di pesisir. Apabilah sampah tersebut dibuang ke sungai maupun dibuang langsung ke laut yang akhirnya berakibat berkurangnya keindahan wilayah pesisir, laut maupun pada ekosistem mangrove. Sampah anorganik dengan jenis plastik tidak akan terlepas dengan kehidupan sehari-hari, dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Maka dari itu permintaan maupun kunsumsi bahan dengan berjenis plastik semakin meningkat dan akan secara terus-menerus masuk ke lingkungan daratan sampai ke laut. Pengambilan sampel terletak di Pantai Tasik Ria Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Waktu pengambilan sampel sampah laut pada ekosistem mangrove dilaksanakan pada bulan Agustus 2021. Pengambilan sampel sampah anorganik di lakukan pada ekosistem mangrove dengan melihat umur bulan pada saat kondisi surut terendah. Pengambilan sampel menggunakan metode line transek atau transek garis kuadran dan dilakukan secara langsung di pagi hari dengan membutuhkan waktu selama satu hari sampai pada saat air mulai pasang. Berdasarkan tujuan penelitian mengidentifikasi sampah laut anorganik yang terdapat di ekosistem mangrove pantai tasik ria dan menganalisa jumlah kepadatan sampah laut anorganik baik itu berat maupun jumlah yang tergampar pada ekosistem mangrove penelitian yang di lakukan di Pantai Tasik Ria Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa telah di dapatkan lima jenis sampah yaitu sampah jenis plastik, kaca, logam, karet serta kayu dan turunannya. Kata Kunci : Pesisir, Ekosistem Mangrove, Identifikasi, Marine Debris, Pantai Tasik Ria

Filter by Year

2013 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 1 (2025): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 3 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 2 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 1 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 2 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 3 (2022): JURNAL PESISiR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 2 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 1 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 9 No. 3 (2021): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 9 No. 2 (2021): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 9 No. 1 (2021): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 8 No. 3 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 8 No. 2 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 8 No. 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 2 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 1 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 2 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 1 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 4, No 2 (2016): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 4, No 1 (2016): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 3, No 2 (2015): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 3, No 1 (2015): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 2, No 1 (2014): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 3 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 2 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 1 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS More Issue