cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL ILMIAH PLATAX
ISSN : 23023589     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Mencakup Penulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara mandiri, atau kelompok, dan berdasarkan Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah Pesisir, Konservasi, Ekowisata, dan Keanekaragaman Hayati Perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 482 Documents
Marine Sustainable Yield Analysis of Pelagic Fisheries in Sea Based on Catch Landing data From Tumumpa Fishery Harber, Manado North Sulawesi Rumambi, David Y; Rembet, Unstain N. W. J.; Sangari, Joudy R. R.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17866

Abstract

This research activity took place in Manado City, North Sulawesi Province with activities centered on the Tumumpa Fishery Harbor (PPP). The data were recorded from capture fisheries activity conducted in the Sulawesi Sea and its surroundings landed in the Tumumpa Fishery Harbor. The purpose of this study was to analyze the stock value and Maximum Sustainable Yield (MSY) of pelagic fish in the Sulawesi Sea based on the approach of the surplus production model (Model Schaefer). This research is expected to be used as a consideration in the management of pelagic fish stocks in the Sulawesi Sea, and can be used as a basis for further research. This research uses secondary data collection method in the form of statistical document and record available. The data taken, including fish catch and fishing effort or effort (trip), from 2012 to 2016 (5 years). The results show that production value is inversely proportional to the value of effort, where the value of production from 2012 to 2016 has decreased every year, while the value of effort from 2012 to 2016 has increased. This condition indicates that the presence of pelagic fish stocks in the Sulawesi Sea and surrounding areas has been and is experiencing a decline that impacts on the decrease of production every year with a large percentage and this condition also indicates the occurrence of potentially overfishing. The value of MSY utilization of capture fishery resources in the Sulawesi Sea based on Tumumpa Fishery Harbor data were 16,305.45 tons / year for HMSY and 1,664,59 trips / year for EMSY, with TAC of 13,044.36 tons / year.Keywords :  Capture fishery, MSY, Pelagic, Surplus Production Model, Tumumpa ABSTRAK Kegiatan penelitian ini berlangsung di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara dengan kegiatan berpusat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado. Aktivitas perikanan tangkap yang ditelaah berlangsung di kawasan perairan Laut Sulawesi dan sekitarnya berdasarkan data PPP Tumumpa Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai stok dan Maximum Sustainable Yield (MSY) ikan pelagis di Laut Sulawesi berdasarkan pendekatan model produksi surplus (Model Schaefer). Penelitan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan stok ikan pelagis di Laut Sulawesi dan sekitarnya, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder berbentuk dokumen. Data yang diambil adalah data tangkapan ikan dan upaya penangkapan ikan atau effort (trip), dari tahun 2012 sampai dengan 2016 (5 Tahun). Hasil penelitian menunjukkan nilai produksi berbanding terbalik dengan nilai effort, di mana nilai produksi dari tahun 2012 sampai 2016 mengalami penurunan setiap tahunnya, sedangkan nilai effort dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Kondisi yang terjadi ini mengindikasikan bahwa keberadaan stok ikan pelagis di Laut Sulawesi dan sekitarnya telah dan sedang mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan produksi setiap tahun dengan persentase yang cukup besar di mana kondisi ini mengindikasikan terjadinya overfishing. Nilai MSY pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap di Laut Sulawesi berdasarkan data PPP Tumumpa Manado sebesar 16.305,45 ton/tahun untuk HMSY, dan 1.664,59 trip/tahun untuk EMSY, dengan TAC sebesar 13.044,36 ton/tahun.Kata Kunci: Perikanan Tangkap, MSY, Pelagis, Model Produksi Surplus, Tumumpa
Distribution Temperature, Salinity And Dissolved Oxygen In Waters Kema, North Sulawesi Simon I Patty
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 1 No. 3 (2013): EDISI MEY - AGUSTUS 2013
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.1.3.2013.2580

Abstract

ABSTRACT Distribution Temperature, Salinity and Dissolved Oxygen in Kema Waters, North Sulawesi. Distribution of temperature, salinity and dissolved oxygen in the water is very influential on the various aspects of the other parameters, such as chemical reactions and biological processes. Research on the conditions of temperature, salinity and dissolved oxygen in the Kema waters, North Sulawesi in April and May 2010. The results showed that temperature ranges from 28.2 to 32.5°C with an average of (30.1 ± 1.11°C), salinity between 28.0 to 33.0o/oo with an average of (31.7 ± 1.36o/oo) and dissolved oxygen between 3.46 to 6.25 ppm with an average of (4.73 ± 0.76 ppm). Distribution of values ​​of temperature, salinity and dissolved oxygen levels vary. Variations in temperature, salinity and dissolved oxygen in these waters was affercted by external factors including weather, wind and currents. Conditions of temperature, salinity and dissolved oxygen in this waters were still relatively normal and preferable for marine life. Keywords : temperature, salinity, dissolved oxygen, Kema, North Sulawesi   ABSTRAK Distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di suatu perairan sangat berpengaruh pada berbagai aspek parameter lain, seperti reaksi kimia dan proses biologi. Penelitian mengenai kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di perairan Kema, Sulawesi Utara dilakukan pada bulan April dan Mei 2010. Hasilnya menunjukkan suhu berkisar antara 28,2 - 32,5oC dengan  rata-rata (30,1±1,11oC), salinitas antara 28,0-33,0o/oo dengan rata-rata (31,7±1,36o/oo) dan oksigen terlarut antara 3,46-6,25 ppm dengan rata-rata (4,73±0,76 ppm). Sebaran nilai suhu, salinitas dan kadar oksigen terlarut cukup bervariasi. Bervariasinya suhu, salinitas dan oksigen terlarut di perairan ini dipengruhi oleh fakktor eksternal antara lain cuaca, angin dan arus. Kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlaut perairan ini masih tergolong normal dan baik untuk kehidupan biota laut. Kata kunci : suhu, salinitas, oksigen terlarut, Kema, Sulawesi Utara
Vulnerability of Miangas Island Maartianus S. Baroleh; Achmad Fahrudin; Rokhmin Dahuri; Setyo Budi Susilo; Daniel Monintja
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.21546

Abstract

There are several methods of analysis in knowing the vulnerability of a community. In the analysis to determine the vulnerability of Miangas island, the determinant vulnerability was used. Determinant vulnerability evaluation is very easy to use and simple. Therefore, the determinants of ordinary vulnerabilities use an assessment of resources that are carried out in full, so that results can be used as reference for management. One approach that is widely used in determining the index is the method of scaling parameters into certain values. These values are expressed as a score of a parameter. As done by (Tahir 2010) referred to in Doukakis (2005) and Rao et al. (2008), the Miangas Island analysis refers to the determination of the paramater scale and the weight of the vulnerability.          The vulnerability index model constructed in this study consists of a static model of environmental vulnerability index and dynamic model of small island environmental vulnerability index. The static model of the environmental vulnerability index is intended to calculate the current vulnerability index (momentary), while the dynamic model of the environmental vulnerability index is used to predict the vulnerability dynamics in the future. In general, the values of IK-PPK = IE x IS / IAC = 4.29 x 2.35 / 1.6 = 6.30 By using these maximum and minimum values, the scale of assessment of the vulnerability of small islands is divided into 4 categories of vulnerability (Doukakis 2005), Miangas Island is obtained as follows; 0.20-6.04 = Low vulnerability, 6.05 -18.18 = Moderate vulnerability, 18.19-40.48 = High vulnerability (high), 40.49-76.00 = Very high vulnerability (very high). That there is a vulnerability with a moderate position.Keywords:  vulnerability, index, determinant, MiangasABSTRAKAda beberapa metode analisis dalam mengetahui kerentanan suatu komunitas.  Dalam analisis untuk mengetahui kerentanan pulau Miangas maka digunakan kerentanan determinan. Evaluasi kerentanan determinan sangat mudah digunakan dan sederhana. Oleh karna itu, determinan kerentanan biasa menggunakan assessment terhadap sumberdaya yang dilakukan secara utuh, sehingga hasil dapat dijadikan bahan acuan terhadap pengelolaan.   Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam penentuan indeks adalah metode penskalaan parameter ke dalam nilai-nilai tertentu.  Nilai-nilai tersebut dinyatakan sebagai nilai skor dari suatu parameter.  Sebagaimana yang dilakukan oleh (Tahir 2010) yang diacu dalam Doukakis (2005) dan Rao et al. (2008) maka pada analisis Pulau Miangas mengacu penentuan skala paramater dan bobot kerentanan tersebut.Model indeks kerentanan yang dikonstruksi dalam penelitian ini terdiri dari model statis indeks kerentanan lingkungan dan model dinamik indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil.  Model statis indeks kerentanan lingkungan dimaksudkan untuk menghitung indeks kerentanan saat ini (sesaat), sedangkan model dinamik indeks kerentanan lingkungan digunakan untuk melakukan prediksi dinamika kerentanan pada masa yang akan datang. Secara umum didapatkan nilai IK-PPK = IE x IS/IAC =  4,29 x 2,35 /1,6 = 6,30. Dengan menggunakan nilai maksimum dan minimum tersebut, skala penilaian tingkat kerentanan pulau-pulau kecil dibagi menjadi 4 kategori kerentanan (Doukakis 2005) maka Pulau Miangas didapatkan sebagai berikut; 0.20-6.04 = Kerentanan rendah (low), 6.05-18.18 = Kerentanan sedang (moderate), 18.19-40.48 = Kerentanan tinggi (high), 40.49-76.00 =         Kerentanan sangat tinggi (very high). bahwa ada kerentanan dengan posisi moderate.Kata kunci :  kerentanan, determinan, indeks, Miangas
Biodiversity and Biomass of Macroalgae in Kotania Bay Waters, West Seram Hairati Arfah; Simon I Patty
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 2 No. 2 (2014): EDISI MEI - AGUSTUS 2014
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.2.2.2014.7150

Abstract

Research on biodiversity and biomass of macroalgae in Kotania Bay waters, West Seram, Mollucas was conducted on July and August 2010. There were 20 species of macroalgae collected, in which 8 species were green algae (Chlorophyceae), 6 species of brown algae (Phaeophyceae), and 6 species of red algae (Rhodophyceae). The highest biomass of algae were collected in Loupesi, as much as 127,01 g/m2, followed by Burung Island (119.42 g/m2), Wael (63.43 g/m2), and the lowest were found in Buntal Island (20.64 g/m2). The macroalgae found in sampling area were dominated by Halimeda, Padina and Sargassum. The highest biomass were found on Sargassum duplicatum (570.00 g/m2), Halimeda opuntia (271.33 g/m2), Gracillaria crassa (198.13 g/m2), and Sargassum crispivallum (178.00 g/m2).   Keywords: Macroalgae, biodiversity, biomass, Kotania Bay, West Seram. ABSTRAK Penelitian tentang keanekaragaman dan biomassa  makro algae di perairan Teluk Kotania, Seram Barat, Maluku telah dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010.  Algae yang dikumpulkan sebanyak 20 jenis, terdiri dari 8 jenis algae hijau (Chlorophyceae), 6 jenis algae coklat (Phaeophyceae) dan 6 jenis algae merah (Rhodophyceae).  Biomassa algae tertinggi ditemukan di Loupesi yaitu 127,01 g/m2 dikuti Pulau Burung 119,42 g/m2, Wael 63,43 g/m2 dan terendah di Pulau Buntal 20,64 g/m2. Algae yang dominan adalah Halimeda, Padina dan Sargasum. Biomassa tertinggi diperoleh pada jenis Sargassum duplicatum (570,00 g/m2), Halimeda opuntia (271,33 g/m2), Gracilaria crassa (198,13 g/m2), dan Sargassum crispivallum (178,00 g/m2).   Kata kunci: Makro algae, keanekaragaman, biomassa, Teluk Kotania, Seram Barat.
Fish Biodiversity in Poigar River Estuary North Sulawesi Rizaldy A. Rangian; Ruddy D. Moningkey; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.22759

Abstract

The purpose of this study was to determine the diversity and size variation of fish caught in the Poigar River Estuary. Sampling was carried out on tide and low tide in the New Moon and Full Moon phases using beach trawl. The catch gets 42 species, 2,726 individuals and weighs 11,355.5 g. The dominance index at low tide and water recedes 0.47 and 0.44 respectively. Diversity Index at high tide and low tide are 0.93 and 1.11 respectively. Found 10 important fish species in tide and 13 species at low tide, there are four species which are important fish both at low tide and high tide, namely Ambassis urotaenia, Ambassis intetrupta, Gazza minuta and Gerres filamentosus. The size distribution of fish from the juvenile phase to the adult phase is the Ambassis urotaenia with a distribution size of 4.2 cm to 9.0 cm and the Ambassis interupta 4.3 to 9.7 cm. Fish classified as only in the juvenile phase are Gazza minuta with a distribution size of 4.0 cm to 12.9 cm and Gerres filamentosus 6.3 cm to 8.6 cm.Kata kunci: Biodiversity, River Poigar, species, juvenile and adult.ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan variasi ukuran ikan yang tertangkap di Muara Sungai Poigar. Pengambilan sampel dilakukan pada air pasang dan air surut  pada fase  Bulan Baru dan Bulan Purnama dengan menggunakan pukat pantai.  Hasil tangkapan mendapatkan 42 spesies, 2.726 individu dan berat 11.355,5 g. Indeks dominasi pada saat air pasang dan air surut masing-masing 0,47 dan 0,44. Indeks Keanekaragaman pada saat air pasang dan surut pasang-masing sebesar 0,93 dan 1,11.  Ditemukan 10 spesies ikan penting pada air pasang dan 13 spesies pada air surut, terdapat empat spesies yang merupakan ikan penting baik pada saat surut maupun pasang yaitu Ambassis urotaenia, Ambassis intetrupta, Gazza minuta dan Gerres filamentosus.   Sebaran ukuran ikan dari fase juvenile sampai fase dewasa adalah Ambassis urotania dengan sebaran ukuran 4,2 cm sampai 9,0 cm dan Ambassis intetrupta 4,3 cm sampai 9,7 cm. Ikan  yang tergolong hanya pada fase juvenile adalah  Gazza minuta dengan sebaran ukuran 4,0 cm sampai 12,9 cm dan Gerres filamentosus 6,3 cm  sampai 8,6 cm.Kata kunci: Biodiversitas, Sungai Poigar, spesies, juvenile dan dewasa.
CO2 Absorptibility of Seagrass, Enhalus acoroides, From Tongkaina Coast, North Minahasa, North Sulawesi Province Khristin I. F. Kondoy
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 4 No. 1 (2016): EDISI JANUARI-JUNI 2016
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.4.1.2016.13454

Abstract

ABSTRACT Climate change results from increase in green house effect and particles in the atmosphere. It comes from 1) fossil fuel combustion, green house gas removals, such as CO2, called  “brown carbon”, and dust particles called “black carbon”; 2) emission from forest vegetation clear cut, forest fire, and agricultural activities (fertilizer); 3) low ability of the natural ecosystem to absorb  carbon in photosynthesis and store it called “green carbon”. Seagrass can function to absorb CO2 in photosynthesis that produces biomass providing important storage of carbon. Carbon held in a vegetation is separated into aboveground carbon and underground carbon. CO2 absorptibility measurement used carbohydrate method. This measurement was aimed to know the ability of the seagrass, E. Acoroides, to absorb  CO2 through the carbohydrate content of the leaf. Results showed that CO2 absorptibility per individual of  E. acoroides was 0.50 g and the net absorptibility was 145.5 (g/Ha/hour. Keyword: seagrass, CO2, E.acoroides ABSTRAK Perubahan iklim disebabkan karena meningkatnya kandungan gas rumah kaca dan partikel di atmosfer. Pertama, disebabkan karena pembakaran bahan bakar fosil, pelepasan gas rumah kaca seperti CO2, dikenal sebagai “brown carbon”, dan partikel debu, dikenal sebagai “black carbon”. Kedua, disebabkan karena emisi yang berasal dari penebangan vegetasi hutan, kebakaran hutan, dan emisi dari kegiatan pertanian (pupuk). Ketiga, disebabkan karena pengurangan kemampuan ekosistem alami untuk menyerap karbon dalam proses fotosintesis dan menyimpannya, dikenal sebagai “green carbon”. Lamun dapat berperan dalam menyerap CO2 dalam proses fotosintesis. Fotosintesis pada lamun tersebut menghasilkan biomassa yang menyediakan simpanan penting karbon. Cadangan karbon yang tersimpan pada suatu vegetasi terbagi menjadi karbon di atas permukaan (above gound carbon) dan karbon yang berada di bawah permukaan atau dalam tanah (below gound carbon). Pengukuran daya serap CO2 dalam penelitian ini menggunakan metode karbohidrat  Pengukuran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan lamun E. acoroides yang ditemukan di lokasi penelitian dalam menyerap CO2 melalui kandungan karbohidrat daun. Hasil yang didapatkan adalah daya serap CO2 per individu  E. acoroides adalah 0,50 g dan daya  serap bersih per hektar luas lahan (E. acoroides 145.5 (g/Ha/jam). Kata Kunci: Lamun, CO2, E.acoroides 1Staf pengajarFakultasPerikanandanIlmuKelautanUniversitas Sam Ratulangi
Ecosystem Protection Of Mangrove Based Society By Village Decision (Case In The Bay Of Labuan Uki, Regensi Of Bolaang Mongondow) Hariyano Hasantua; Ridwan Lasabuda; Adnan S. Wantasen
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 2 (2017): ISSUE JULY - DECEMBER 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.2.2017.15933

Abstract

The decrease of mangrove ecosystem in the coast Labuan Uki bay loak subdistrict, bolaang mongondow province caused by conversion land on each parts of mangrove become industry area and people residance. It’s  has effect to fish production, when there has low area of mangrove aqual to fisherman income. It means that, mangrove has no fungsion as development facility of marine biota will give the effect to the organism in that area.To make protection to mangrove ecosystem area in the bay of Labuan Uki. The researcher do the research of mangrove ecosystem based society by village decision. To know the wide and the study case of useless in labuan uki area. The result of this research to analys using qualitatife description method.The result of this research to give information to the researcer about the village regulation able to accept by villager with one hundred percent (30 persons total respondents). Than in the village regulation is kinds of mangrove ecosystem protection  based society that purpose to the cuntinue basic development in the bay of labuan uki and have been to apply solid system and partnerships. And the wide of mangrove about ± 241.75 ha. In there has genus Rhizophora, genus Sonneratia, Genus Bruiguera and genus Avicennia. But the most genus in Labuan Uki is dominate of  genus Rhizphora. In this case has to identificate effect of this problem that is to find out location of it. For the first in Sauk village dusun 1 the wide about ± 7.500 m2 as a talung conversion area. Secondly batubara II village dusun 3 the wide about ± 204 m2 and ± 3 ha. To conversion as location to make residance and fishpond area. And the last Labuan Uki village dusun IV the wide about ± 3 ha and about ± 3 ha. To conversion as fishpond area and PT. BETAGAS factory area.The key : defect case, mangrove, joint village regulation ABSTRAK Berkurangnya ekosistem hutan mangrove di pesisir Teluk Labuan Uki Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow dikarenakan oleh konversi lahan pada beberapa daerah dari hutan mangrove menjadi daerah perindustrian dan pemukiman penduduk. Hal tersebut berpengaruh pada produksi perikanan, dimana penurunan areal hutan mangrove berbanding lurus dengan tingkat pendapatan nelayan. Artinya, hilangnya fungsi hutan mangrove sebagai fasilitas perkembangbiakan biota laut akan dapat mempengerahui keberadaan organisme laut disekitanya.Untuk mendekati upaya perlindungan di sekitar ekosistem hutan mangrove di kawasan teluk Labuan Uki, maka dilakukan penelitian ekosistem hutan mangrove berbasis masyarakat melalui penetapan peraturan desa bersama. Guna mengetahui luasan dan kasus kegiatan pemanfaatan yang terjadi di kawasan teluk Labuan uki. Hasil penelitian selanjutnya di analisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan desa bersama dapat disetujui masyrakat desa dengan nilai 100 % (dari total responden 30 orang). Sedangkan penulisan peraturan desa bersama adalah bentuk upaya perlindungan ekosistem hutan mangrove berbasis masyarakat yang mengarah pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan teluk Labuan Uki dan telah menerapkan sistem keterpaduan dan kemitraan. Dan ekosistem hutan mangrove terdapat luas ± 241.75 ha. Serta banyak ditumbuhi oleh genus Rhizophora, genus Sonneratia, Genus Bruiguera dan genus Avicennia. Namun yang mendominasi kawasan teluk Labuan Uki adalah genus Rhizphora. Di samping itu, indentifikasi pemangku kepentingan dan permasalahan dari kasus kegiatan kerusakan hutan mangrove ditemukan beberapa titik, Desa Sauk dusun I luasan ± 7.500 m2 yang di konversi sebagai lahan talung (pemecah ombak) dan ± 1.500 m2 untuk  jalan perahu. Desa Baturapa II dusun 3 luasan ± 204 m2 dan ± 3 ha yang dikonversi sebagai lahan pembuatan rumah dan tambak. Dan Desa Labuan Uki dusun IV luasan ± 3 ha dan luasan ± 3 ha yang dikonversi sabagai lahan tambak dan perusahaan pabrik PT. BETAGAS.Kata kunci:      Kasus kerusakan, hutan mangrove, peraturan desa bersama.
PERKEMBANGAN EKONOMI SUBSEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN PROVINSI SULAWESI UTARA Aldy Adrianus Tatali; Eddy Mantjoro; Florence V. Longdong
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 1 No. 2 (2013): EDISI JANUARI - APRIL 2013
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.1.2.2013.1249

Abstract

PERKEMBANGAN EKONOMI SUBSEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN PROVINSI SULAWESI UTARA1 Economic Development Fisheries Subsector in the South Minahasa Regency Aldy Adrianus Tatali2, Eddy Mantjoro3, Florence V Longdong3   ABSTRACT The Development of fisheries in North Sulawesi refers to fisheries subsector progress and national marine. Also look at the potential of natural resources, so that fisheries and marine sector to be one of the flagship program of economic development of North Sulawesi. By knowing the great potential of fisheries resources and the development of fishing effort, aquaculture and fisheries management efforts, the government set the fisheries subsector as one driving force of development. Fishermen fishing in coastal South Minahasa regency fishing along the coast and in the Celebes Sea. Most fishermen only catch about 2-3 miles away from the coast. For fishermen purse seine at a distance far enough from the coast 7-12 mill. Mariculture potential to be developed because it is supported by the marine and coastal areas of South Minahasa regency broad and potent. Some commodities, seeded mariculture in South Minahasa Regency is seaweed, grouper, giant travelly (bobara) and sea cucumbers. Production of processed fishery products in South Minahasa Regency is very diverse both in the traditional and modern though. Commodities processed fishery products in the form of wooden fish, salted fish, smoked fish/fufu and bakasang. Keywords : economic, development, fisheries   ABSTRAK Pengembangan usaha perikanan di Sulawesi Utara mengacu pada pembangunan subsektor perikanan dan kelautan nasional. Juga melihat potensi sumberdaya alam, sehingga dari sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu program unggulan pembangunan ekonomi Sulawesi Utara. Dengan mengetahui potensi sumberdaya perikanan yang besar dan perkembangan usaha penangkapan, budidaya dan usaha pengelolaan hasil perikanan maka pemerintah menetapkan subsektor perikanan sebagai salah satu motor penggerak pembangunan. Nelayan perikanan tangkap di pesisir Kabupaten Minahasa Selatan menangkap ikan sepanjang pantai maupun di Laut Sulawesi. Kebanyakan nelayan tradisional hanya menangkap ikan sekitar 2-3 mil jauhnya dari pantai. Bagi nelayan Purse Sein cukup jauh dengan jarak 7-12 mill dari pantai. Budidaya laut sangat potensial untuk dikembangkan karena di dukung oleh wilayah laut dan pesisir Kabupaten Minahasa Selatan yang luas dan potensial. Beberapa komoditi yang menjadi unggulan budidaya laut di Kabupaten Minahasa Selatan adalah rumput laut, ikan kerapu, ikan kuwe (bobara) dan teripang. Produksi olahan hasil perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan sangat beragam baik yang di olah secara tradisonal maupun modern. Komoditas olahan hasil perikanan itu berupa ikan kayu, ikan asin, ikan asap/fufu dan bakasang.   Kata kunci : ekonomi, pengembangan, perikanan   1 Bagian dari skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Agrobisnis Perikanan FPIK-UNSRAT 3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
The Inventory of Seagrasses in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Marine Science in Subdistrict of East Likupang District North Minahasa Stevani Rawung; Ferdinand F Tilaar; Ari B Rondonuwu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20619

Abstract

This study was conducted in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Science of Sam Ratulangi University, Sub-district of East Likupang, North Minahasa. This study aims to identified the seagrasses in the water of Marine Field Station. The benefits of this study are for the database of seagrasses ecosystem management and comparative for other studies. The Observation and data collection was using random survey technic by analyzed the areas to collecting all the seagrass species found. Furthermore, the seagrass samples were categorised into each species. The result showed the amount of seagrass species in Marine Field Station are 8 species from 6 genera and 2 families: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor.Keyword: Inventory, Seagrass, Marine Field Station ABSTRAKPenelitian dilakukan di perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupatan Minahasa  Utara. Tujuan penelitian  untuk mengidentifikasi lamun yang ada di Perairan Marine Field station. Manfaat penelitian dapat menjadi data pengelolaan ekosistem padang lamun dan dapat menjadi perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik survei jelajah, yaitu dengan menjelajahi wilayah pengamatan sambil mencari semua spesies lamun. Lamun yang diambil adalah semua jenis yang ditemui. Selanjutnya, sampel lamun dikelompokan berdasarkan spesies. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah spesies lamun pada lokasi penelitian di Perairan Marine Field Station adalah 8 spesies dari 6 genera dan 2 famili yaitu, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor. Kata kunci: Inventarisasi, Lamun, Marine Field Station
Ecological-Economic Assesment Trevally Culture In North Lembeh District Of Bitung City, North Sulawesi Province Keren Wulan Lumi; Unstain N. W. J. Rembet; Suria Darwisito
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.22594

Abstract

This study aimed to know several water quality conditions for trevally culture, determine the culture area suitability, and inform the financial benefit of the trevally culture activity in floating net system. Determination of the trevally culture was based on physical and chemical water conditions. Results showed that water conditions in Pintu Kota was suitable for trevally culture.  Net B/C Ratio was more than one, 1.34; Positive NPV was IDR. 173,838,237,98; IRR reached 36,5%; PI was > 1, 11.61; and POT was 2.7 years, where the return period was 6 cycles at an interest rate of 0,5%. The calculations of stochastic approach got positive NPV of IDR. 202,964,498, the IRR was not less than 46,2%, the PI was > 2,7; and POT was 2,8 years at the most. There were two trevally culture groups, poparo and tude each of which consisted of 10 members. With one floating net cage system of 6 nets, the investment was economically feasible.Key words: trevally culture, floating net cage system, feasibility, suitability landABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk Mengetahui kondisi beberapa kualitas air untuk budidaya ikan kuwe,  Menentukan kesesuaian lahan budidaya ikan kuwe,  Menginformasikan manfaat finansial usaha budidaya ikan kuwe (Caranx sp)  sistem karamba jaring apung. Penelitian ini dilakukan di perairan Pintu Kota, dan penentuan lokasi budidaya ikan bobara dilakukan berdasarkan pengamatan kondisi perairan fisika dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan di Pintu Kota masih sesuai untuk dilakukan usaha budidaya. Hasil perhitungan analisis ekonomi diperoleh Net B/C Ratio lebih besar dari satu yakni 1,34; NPV positif yakni Rp 173,838,237,98; IRR mencapai 36,5%; PI lebih besar dari satu yakni 11,61, dan POT selama 2,7 tahun, dimana jangka waktu pengembalian investasi sebanyak 6 siklus pada tingkat suku bunga 0,5%. Perhitungan dengan pendekatan stokastik NPV diperoleh paling besar Rp 202,964,498, IRR tidak kurang dari dari 46,2%; PI paling sedikit turun menjadi 2,7 dan POT paling lama 2,8 tahun. Hanya ada dua kelompok usaha yaitu kelompok poparo dan tude yang masing-masing berjumlah 10 orang. Dengan satu paket keramba ada 6 jaring, Investasi usaha ikan kuwe dikategorikan layak secara ekonomi.Kata kunci: Budidaya Ikan Kuwe, Karamba Jaring Apung, Kelayakan Usaha, Kesesuaian Lahan

Page 8 of 49 | Total Record : 482