cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL ILMIAH PLATAX
ISSN : 23023589     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Mencakup Penulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara mandiri, atau kelompok, dan berdasarkan Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah Pesisir, Konservasi, Ekowisata, dan Keanekaragaman Hayati Perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 482 Documents
Study on the Taxonomy of Genus Favia (Oken, 1815) at the Reef Flats of Kampung Ambong Village in Likupang Timur District, Minahasa Utara Reskiwati, .; Lalamentik, Laurentius X. T.; Rembet, Unstain N. W. J
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.19584

Abstract

Coral reefs in the world occupy around 250.000 km2 of coastal areas and provide habitats for approximately 25 % of marine species.  Reefs are usually reognise as marine rain forest (Knowlton et al., 2010 in Andi Haerul, 2014).  Indonesia has a high level of hard corals diversity, and, at least 80 genera consist of 74 % of 800 coral spesies of the world could be found here.Favia (Oken, 1815) is one genus of Faviidae.  Faviidae is one of the largest coral family, after Acroporidae.  Coral species of Faviidae live in a colony. Generally, the main characteristic of Favia has plocoid shape corallite. Data collection has been conducted on reef flats of Kampung ambong Village in Likupang Timur District of Minahasa Utara Regency. Visual survey method was done at 3 – 5 meters depths during high tide rising. This research was focused on genus Favia (Oken, 1815) of Faviidae family.Five species of hard corals of genus Favia were founded in this study,i.e Favia speciosa (Dana, 1846), Favia favus (Forskål, 1775), Favia truncatus (Veron, 2000), Favia pallida (Dana, 1846) dan Favia matthaii (Vaughan, 1918). These species have similar characteristics in some parts, i.e septum, corallite form and corralite diameter.Keywords: Taxonomy, Hard Coral, Favia (Oken, 1815) ABSTRAK      Terumbu karang di dunia memiliki luas sekitar 250.000 km2 dan merupakan tempat tinggal bagi 25% spesies laut sehingga terumbu karang disebut juga rain forest laut (Knowlton et al. 2010 dalam Andi Haerul, 2014). Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman spesies karang yang tinggi yaitu kurang lebih 80 genera meliputi 74% dari 800 spesies yang ada di dunia.Karang Favia (Oken, 1815) merupakan salah satu genus dari famili karang Faviidae yang menjadi salah satu famili terbesar setelah Acroporidae. Spesies dari famili Faviidae hidup secara berkoloni. Ciri-ciri umum dari genus ini adalah bentuk koralit plocoid. Pengambilan data dilakukan di Desa Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara. Metode yang digunakan adalah metode survei jelajah pada kedalaman 3-5 meter pada saat terjadi pasang naik. Karang yang diamati adalah famili Faviidae, genus Favia (Oken, 1815).Pada penelitian ini ditemukan lima spesies karang genus Favia, yaitu Favia speciosa (Dana, 1846), Favia favus (Forskål, 1775), Favia truncatus (Veron, 2000), Favia pallida (Dana, 1846) dan Favia matthaii (Vaughan, 1918). Spesies ini memiliki karakteristik yang hampir mirip pada beberapa bagian seperti septa, bentuk koralit, serta diameter koralit.Kata Kunci: Taksonomi, Karang Batu, Favia (Oken, 1815)
The Identification Of Morphometric Characteristics And Fattenning Of Mud Crabs (Scylla spp.) In Para Island, Tatoareng District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi Province Aditya Sasamu; Winda M. Mingkid; Revol D. Monijung
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.21491

Abstract

The purpose of this study was to identify the morphometric characters of mangrove crabs Scylla spp. and to grow them on the island of Para Sangihe Islands Regency, North Sulawesi Province. There were 2 types of crabs found during crab’s collection. However, the most abundant one was Scylla serrata while the olivacea is only one tail. The results of this study indicate that mangrove crabs that were kept for 2 weeks feed on trash fish three times a day experience growth. Based on the results of the study, it can be concluded that: the type of crab found on Pulau Para, Tatoareng District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi Province were mostly S. serrata (34 tails) and one tail of S. olivacea. The fattening of mangrove crabs showed results on the body weight and carapace length.Further research on mangrove crabs needs to be done on different aspects such as preferable food and time of the abundancy.Keywords: Crab, Scylla spp., identification, fattening. ABSTRAK       Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter morfometrik kepiting bakau Scylla spp dan cara penggemukannya di Pulau Para Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara. Dua jenis kepiting bakau ditemukan saat pengumpulan data, namun yang ditemukan paling banyak adalah Scylla serrata, sedangkan S. olivacea hanya 1 ekor saja.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepiting bakau yang dipelihara selama 2 minggu dengan diberi pakan ikan rucah sebanyak tiga kali sehari mengalami pertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: jenis kepiting yang ditemukan di Pulau Para Kecamatan Tatoareng Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara adalah Scylla serrata (34 ekor) dan S. olivacea (1 ekor). Penggemukan kepiting bakau dengan pakan ikan rucah tiga kali sehari menunjukan adanya pertumbuhan berat badan dan panjang lebar karapas.     Penelitian lanjutan tentang kepiting bakau perlu dilakukan untuk melihat berbagai aspek seperti makanan kesukaan dan waktu kelimpahanya.Kata kunci : Kepiting, Scylla spp, identifikasi, penggemukan.
Distribution of Coral Reefs Stone at the Reef Flat of South Coast Putus-Putus Island East Ratatotok, Ratatotok District Southeast Minahasa Regency Ariyanti Halidu; Laurentius T. X. Lalamentik; Unstain N. W. J. Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 4 No. 1 (2016): EDISI JANUARI-JUNI 2016
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.4.1.2016.13229

Abstract

This research was conducted at the reef flat of south Putus-Putus Island, East Ratatotok, Ratatotok district, Southeast Minahasa Regency. This research was done no data of coral distribution available in Putus-Putus Island. This research aimed to describe the distribution of corals in Putus-Putus Island. The benefit of the study was to provide information and contribution to coral reef management efforts in the region. Data was collected using transect-quadrat methodt. There were 3 sampling points determined, the inner reef flats, the middle reef flats, and the outer reef flat. Each depth was laid five 50 m–transects, and each transect had 10 1x1-quadrats. The distance between quadrats was 5 m. Any coral found in the quadrat was recorded on a data sheet and photographed using an underwater camera. The highest percent cover was recorded at the outer reef flat, 57.32%, followed by the middle reef flat, 39.08%, and the lowest was found in the inner reef flat, 11.38%. The most coral lifeform cover in Putus-Putus Island reef flat was Coral Massive, 42.98%. General condition of coral reefs was good at the outer reef flat, moderate at the middle reef flat, and poor at the inner reef flat, respectively. Hard coral diversity index (H’) value was 0.36 at the inner reef flat, 0.56 at the middle reef flat, and 0.51 at the outer reef flat. Eveness index was 0.52 at the inner reef flats, 0.59 at the middle reef flat and 0.60 at the outer reef flat, respectively. Dominance index was 0.61 at the inner reef flat, 0.43 at the middle reef flat, and 0.45 at the outer reef flat. The distribution pattern was clustered in all sampling points. Keyword : Distribution, Coral Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di pantai selatan Pulau Putus-Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini dilakukan karena belum ada data distribusi karang batu di rataan terumbu Pulau Putus-Putus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi karang batu di rataan terumbu Pulau Putus-Putus. Manfaat penelitian yaitu dapat menjadi sumber informasi dan mampu memberikan kontribusi bagi upaya pengelolaan terumbu karang di wilayah Ratatotok di masa yang akan datang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode transek kuadran. Pada lokasi penelitian, ditentukan tiga titik pengambilan data, yaitu kedalaman inner reef flat, middle reef flat dan outer reef flat. Pada setiap kedalaman diletakkan 5 transek ulangan, dengan panjang 50 meter, pada setiap transek diletakkan 10 buah kuadran berukuran 1x1 meter dengan jarak antar kuadran  adalah 5 meter. Setiap karang yang ditemukan dalam kuadran dicatat pada data sheet dan mengambil gambar dengancamera underwater. Persentase tutupan karang batu tertinggi diperoleh pada kedalaman outer reef flat yaitu sebesar 57,32 % diikuti dengan middle reef flat 39,08 % dan tutupan terendah pada kedalaman inner reef flat yaitu 11,38 %. Bentuk pertumbuhan karang batu yang paling banyak menutupi rataan terumbu Pulau Putus-Putus adalah Coral massive sebesar 42,98%. Secara umum kondisi terumbu karang pada kedalaman outer reef flat dikategorikan baik, kedalaman middle reef flat dikategorikan cukup dan kedalaan inner reef flat dikategorikan rusak/buruk. Dari hasil analisis, nilai indeks keanekaragaman karang batu di tiap kedalaman sebagai berikut: kedalaman inner reef flat (H' = 0,36), kedalaman middle reef flat (H' = 0,56) dan kedalaman outer reef flat (0,51). Hasil indeks kesamarataan untuk tiap kedalaman adalah kedalaman inner reef flat (e = 0,52), kedalaman middle reef flat (e = 0,59) dan outer reef flat (e = 0,60). Nilai indeks dominasi pada kedalaman inner reef flat tergolong dalam kriteria dominasi sedang 0,61 dan kedalaman middle reef flat dan outer reef flat dominasi rendah 0,43 – 0,45. Pola distribusi karang batu pada ketiga kedalaman adalah mengelompok. 1Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Size, Length-Weight Relationship And Condition Factor Of Banggai Cardinal Fish, Pterapogon Kauderni Koumans, 1933 In Lembeh Strait North Sulawesi Rully Lempoy; Ari B. Rondonuwu; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 8 No. 1 (2020): ISSUE JANUARY-JUNE 2020
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.8.1.2020.27599

Abstract

This study aims to determine the size distribution and the relationship between length and weight and condition factors of Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni) in the Lembeh Strait. Fish samples were obtained by using Chang Net in the Lembeh Strait. Total fish caught were 150 individuals from three sites namely Serena Besar Island, the waters in front of LIPI and the waters in front of Papusungan village with 50 fish each. The size distribution of Pterapogon kauderni fish ranges from 4.13 - 8.92 cm and dominated by the size class of 7.13 - 7.72 cm while the size class of 4.13 - 4.72 cm only contains 3 individuals. The length-weight relationship of male fish is W = 0.0285 L2.6496 (n = 77; R2 = 0.7231), and female fish W = 0.837 L2.0723 (n = 73; R2 = 0.6626).  The growth pattern analysis shows a negative allometric pattern both for males and females while the condition factors of male fish are 1.020 ± 0.202 and female 1.027 ± 0.236.Keywords: Kauderni pterapogon, distribution size, length-weight relationship, condition factorAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran dan hubungan panjang berat serta faktor kondisi ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) yang ada di Selat Lembeh. Sampel ikan diperoleh dengan cara ditangkap menggunakan Chang Net di Selat Lembeh. Total hasil tangkapan adalah 150 individu masing-masing 50 di Pulau Serena Besar, Perairan depan LIPI dan Perairan depan desa Papusungan. Sebaran ukuran ikan Pterapogon kauderni berkisar antara 4,13 – 8,92 cm dan didominasi oleh kelas ukuran 7,13 – 7,72 cm sedangkan kelas ukuran 4,13 – 4,72 cm hanya terdapat 3 individu. Hubungan panjang-berat ikan jantan adalah W = 0,0285L2,6496 & (n = 77 ; R2 = 0,7231), ikan betina W = 0,837L2,0723 (n = 73 ; R2 = 0,6626). Analisis pola pertumbuhan menunjukan pola pertumbuhan allometrik negatif  baik jantan maupun betina. sedangkan Faktor kondisi ikan jantan 1,020 ± 0,202 dan betina 1,027 ± 0,236.Kata kunci: Pterapogon kauderni, sebaran ukuran, panjang berat, faktor kondisi
Coral Fishes Community On The Artificial Coral Reefs Of Kareko Waters, North Lembeh Island District, Bitung City, North Sulawesi Awuy, Gisela; Rondonuwu, Ari B.; Kambey, Alex Denny
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 5 No. 2 (2017): ISSUE JULY - DECEMBER 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.2.2017.15811

Abstract

The aim of this research is to determine the species richness, individual abundance, and the ecology index of the coral fishes on the artificial reef of Kareko waters,  District of North Lembeh - Bitung City. The data is collected using “Visual Census” technique by scuba diving. The amount of the reef fishes found in the artificial coral reefs were 53 species. The abundance species in the artificial reefs which made from metal were 34 species and which made from concrete were 35 species. The total of number individuals of coral fishes from 47 species is 210.50 individuals/30m2. The total density was 7,017 individuals/m2. The highest relative density on iron-made reefs was found in Dascyllus trimaculatus (15.73%) and and which made from concrete were Dascyllus reticulatus (10.85%).  Based on H’, H’max, and H’min, the diversity Index  of coral fishes in both artificial reefs including high.Keywords : Coral Fishes, Artificial Reef, Kareko ABSTRAKTujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kekayaan spesies, kelimpahan individu, dan indeks ekologi ikan karang pada terumbu buatan di Perairan Kareko. Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik “Sensus Visual” dengan melakukan penyelaman SCUBA. Jumlah spesies ikan karang yang ditemukan pada terumbu buatan yaitu 53 spesies. Kekayaan spesies di terumbu buatan yang terbuat dari besi berjumlah 34 spesies, sedangkan di terumbu buatan beton berjumlah 35 spesies. Kelimpahan individu total ikan karang dari 47 spesies yaitu 210,50 individu/30 m2 sedangkan kepadatan/densitas total adalah 7,017 individu/m2. Kepadatan relative tertinggi untuk terumbu buatan besi ditemukan pada jenis Dascyllus trimaculatus (15,73%) dan untuk terumbu buatan beton ditemukan pada jenis Dascyllus reticulatus (10,85%). Berdasarkan nilai H’, H’max, and H’min, indeks keanekeragaman ikan karang pada kedua jenis terumbu buatan tergolong tinggi.Keywords : Coral Fishes, Artificial Reef, Kareko
Fish Species and Abundance in the Intertidal Zone around UNSRAT Marine Station, East Likupang District, North Minahasa Regency Pangandaheng, Romel A.; Bataragoa, Nego E.; Tombokan, Jhon L.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.18907

Abstract

Fish migration to the intertidal zone at high tide is for feeding, reproduction, escape from predator. The study was aimed to know the fish species inhabiting the intertidal zone,  the individual abundance and fish catch biomass. Sampling was done at high tide in the afternoon and morning in new moon and full moon. Five sampling stations were selected and each station was sampled twice, so that total number of samplings were 10. This study used swept area method and covered a total area of 12,000/m2 (6,000m2 in new moon and full moon, respectively. Individual abundance of each species ranged from 0.0002 to 0.0120/  at new moon and from 0.00012 to 0.0102/  at full moon, respectively, and total abundance ranged from 0.0001 to 0.0111/  in both moon phases. The biomass of each species on the new moon 0.0003t o 0.1749g/ , full moon 0.0009 to 0.1224g/ , and the amount of biomass between the new moon and the full moon 0.0002 to 0,1329g/ .Keywords: Fish, migration, intertidal, reproduction.AbstrakIkan bermigrasi ke dalam zona intertidal pada saat air pasang adalah untuk mencari makan, bereproduksi, dan menghindar dari predator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies-spesies ikan yang ada didaerah intertidal dan mengetahui kelimpahan individu dan biomasa ikan yang tertangkap di daerah intertidal. Pengambilan sampel dilaksanakan pada ketika air pasang pada sore dan pagi hari setiap fase bulan baru dan purnama. Ditetapkan lima stasiun sampling dan setiap stasiun dilakukan dua kali sampling, sehingga jumlah sampling dalam lima stasiun 10 kali sampling. Dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode swept area (daerah sapuan). Luas daerah sapuan pukat dalam 10 kali sampling adalah 12.000/m2 (6.000m2 pada bulan baru dan bulan purnama), Kelimpahan individu setiap spesies pada bulan baru berkisar antara 0,0002-0,0120/ , bulan purnama 0,00012-0,0102/ , dan jumlah kelimpahan antara bulan baru dan purnama 0,0001-0,0111/ . Kelimpahan biomasa setiap spesies yang paling melimpah pada bulan baru 0,0003-0,1749g/ , bulan purnama 0,0009-0,1224g/ , dan jumlah biomasa antara bulan baru dan purnama 0,0002-0,1329g/ ..Kata kunci : Ikan, bermigrasi, intertidal, reproduksi
Level of Phosphate, Nitrate and Dissolved Oxygen in Talise Island Waters, North Sulawesi Simon I Patty
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 1 No. 4 (2013): Edisi September - Desember 2013
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.1.4.2013.3678

Abstract

Phosphate and nitrate are a source of food for micro-organisms, while dissolved oxygen is required in the process of respiration in variety of aquatic organisms. Observations of phosphate, nitrate and dissolved oxygen levels have been conducted in the waters of Talise Island, North Sulawesi. Phosphate and nitrate concentration measurements carried out using spectrophotometric method, while dissolved oxygen was determined by electrochemical methods. Overall observations of phosphate, nitrate and dissolved oxygen levels in Talise Island waters, ranging between 0.005 to 0.056 mg/l, 0.012 to 0.034 mg/l and 5.05 to 6.01 ppm, respectively. Levels of phosphate, nitrate and dissolved oxygen in Talise Island Waters were still considered normal and suitable for marine life.Keywords : Phosphate, nitrate, dissolved oxygen,Talise Island, North Sulawesi
Community Structure Of Mushroom Coral (Fungiidae) In Banggai Island , Central Sulawesi Hermanto, Bambang; Souhoka, Jemmy
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 3, No 2 (2015): EDISI JULI - DESEMBER 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.2.2015.13225

Abstract

Mushroom coral is one of the component of hard coral family in ordo Scleratinia where this life was free living on substrate. Structure community of mushroom coral study in the waters of the Banggai Archipelago in Central Sulawesi province has not been done much. Observation on community structure of mushroom coral at Banggai Archipelago waters was conducted on July 2011. The purpose of this study  to determine the species composition, diversity, evenness, density and dominance species of musrhoom coral.The method used in this research is belt transects that made ​​ parallelly extended to the shoreline with the size of 100 x 3 m2. Mushroom coral species observation done visually by counting the number of species.  It was found 27 species belong to 10 genus of mushroom corals. The highest diversity index (H) was 1,19 at station 9 and the minimum was 0,95 at station 4.  The highest avenness index (j) was 0,69 at station 3 and the minimum was 0,44 at station 8.  The highest dominance index (D) was 0,14 at station 7 and minimum was 0,08 at station 6.  Identification results shows that there are 5 species of mushroom coral found in the 9 station, which is Fungia concinna, F. repanda, F. fungites, F. costulata and Herpolita limax. Keywords : community structure, mushroom coral, banggai archipelago, Central Sulawesi   ABSTRAK Karang jamur merupakan salah satu family karang batu yang masuk dalam ordo Scleractinia dimana hidupnya bebas pada substrat. Penelitian mengenai struktur komunitas karang jamur di perairan kepulauan Banggai propinsi Sulawesi Tengah belum banyak dilakukan. Pengamatan struktur komunitas karang jamur di perairan Kepulauan Banggai telah dilakukan pada bulan Juli 2011. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat komposisi jenis, keanekaragaman jenis, kemerataan jenis, kepadatan dan dominansi jenis karang jamur.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu transek sabuk yang dibuat memanjang garis pantai dengan luas transek 100 x 3m². Pengamatan jenis karang jamur dilakukan secara visual dengan menghitung jumlah tiap jenis.  Hasil analisis menunjukkan jumlah jenis karang jamur yang ditemukan sebanyak 27 jenis yang mewakili 10 marga.  Indeks keanekaragaman jenis (H) tertinggi dijumpai di stasiun 9 sebesar 1,19 dan terendah di stasiun 4 sebesar 0,95.  Indeks kemerataan jenis (j) tertinggi ditemukan di stasiun 3 sebesar 0,69 dan terendah di stasiun 8 sebesar 0,44.  Indeks dominansi jenis (D) tertinggi dijumpai di stasiun 7 sebesar 0,14 dan terendah di stasiun 6 sebesar 0,08.  Hasil identifikasi jenis menunjukkan ada 5 jenis karang jamur yang ditemukan di 9 stasiun yaitu Fungia concinna, F. repanda, F. fungites, F. costulata dan Herpolita limax. Kata kunci : Struktur komunitas, Karang jamur, Kepulauan Banggai
The Survival Rate and Growth of Juvenile Crayfish (Cherax quadricarinatus) With Different Types of Shelter Jimmy Mamuaya; Winda M. Mingkid; Ockstan J. Kalesaran; Hengky J. Sinjal; Reiny A. Tumbol; John L. Tombokan
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 2 (2019): ISSUE JULY - DECEMBER 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.2.2019.24510

Abstract

An experiment was designed to assess the relative performance of three shelter types on the survival and growth of red-claw crayfish (Cherax quadricarinatus).  A 13 days old juvenile crayfish with an average length of 10 mm were cultured in 400 ml water of glass bowl and were provided with one of 3 types of shelter over 19 days.  The various shelter types assessed were dried coconut leaves, bamboo and Hydrilla.  Juveniles in each bowl were fed with Artemia twice a day morning and in the afternoon. There was no significant effect (P>0.05) of shelter type on the survival rate; however, there was a significant effect (P<0.05) on growth with dried coconut leaves (5.33%) performing significantly better than Hydrilla (2.33%) and bamboo (2.00%).  This experiment showed that the shelter types provided had a significant effect on the growth but not in their survival.Keywords: Survival rate, Growth, juvenile Cherax quadricarinatus, ShelterABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sintasan hidup dan  pertumbuhan  juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus) dengan shelter yang berbeda. Juvenil lobster yang berumur 13 hari dengan panjang rata rata 10 mm dipelihara dalam wadah toples kaca dengan diberikan ketiga perlakuan selama 19 hari.  Ketiga jenis perlakuan adalah daun kelapa kering, bambu dan Hydrilla.  Juvenil diberi pakan Artemia 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.  Hasil penelitian menunjukkan ketiga perlakuan tidak berbeda nyata terhadap sintasan hidup (P>0.05), namun berbeda nyata (P< 0.05 ) untuk pertumbuhan dengan daun kelapa kering (5.33%), Hydrilla (2.33%) dan bambu (2%).     Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis shelter memberikan pengaruh nyata  terhadap pertumbuhan namun tidak berbeda nyata untuk sintasan hidup.Kata kunci: Sintasan hidup, Pertumbuhan, Juvenil Cherax quadricarinatus, Shelter
Water Quality And Community Macroalgae In Jikumerasa Coastal Waters, Buru Island Hairati Arfah; Simon I Patty
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 4 No. 2 (2016): EDISI JULI-DESEMBER 2016
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.4.2.2016.14132

Abstract

ABSTRACT The study of water quality and macroalgae community in Jikumerasa coast, Buru Island, Maluku, was conducted in June 2014. This study aims to determine the water quality in terms of physico-chemical parameters and community structure of macroalgae. Physico-chemical parameters observed are the essential parameters for the livelihood of macroaelgae ecosystem such as temperature, salinity, water clarity, current, pH, dissolved oxygen, phosphate and nitrate. The result showed that water quality in these waters still within the water quality standard threshold for marine biota (KMLH, 2004) and still in the optimum range for growth of macroalgae. 21 species of macroalgae were found with varying density between 0.25 ind./m2-1.13 types ind./m2. The highest biomass were found in Gracilaria salocornia, which reached 1132.00 g/m2. Macroalgae diversity index (H ') were average, ranged from 2.716 to 2.978 and dominance index (D) were categorized as low, ranged from 0.0539 to 0.0697, while the index of uniformity (e) were ranged from 0.9754 to 0.9796, categorized as evenly distributed or stable. Keywords: Water quality, macroalgae, Community Structure.   ABSTRAK Studi tentang kualitas air dan komunitas makroalga di perairan pantai Jikumerasa, Pulau Buru, Maluku telah dilakukan pada bulan Juni 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan ditinjau dari parameter fisika-kimia dan struktur komunitas makroalga.  Parameter fisika-kimia yang diamati merupakan parameter utama bagi ekosistem makroalga diantaranya suhu, salinitas, kecerahan air, arus, pH, oksigen terlarut, fosfat dan nitrat.  Hasilnya menunjukkan bawa kualitas air di perairan ini masih dalam ambang batas baku mutu air untuk biota laut (KMLH, 2004) dan masih berada pada kisaran optimal untuk pertumbuhan makroalga.  Makroalga yang ditemukan sebanyak 21 jenis dengan kepadatan jenis bervariasi antara 0,25 ind./m2-1,13 ind./m2. Biomassa tertinggi terdapat pada jenis Gracilaria salocornia mencapai 1132,00 g/m2. Indeks keanekaragaman makroalga cukup tinggi yakni (H’) 2,716-2,978 dikategorikan sedang dan indeks dominasi (D) 0,0539-0,0697 dikategorikan rendah sedangkan indeks keseragaman (e) 0,9754-0,9796 dikategorikan stabil atau merata. Keywords: Kualitas Perairan, Makroalga, Struktur Komunitas.   1 Proyek Penelitian Biota Laut di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru, DIKTI 2014 2 Pusat Penelitian Laut Dalam Ambon-LIPI 3 UPT. Loka Konservasi Biota Laut Bitung-LIPI

Page 7 of 49 | Total Record : 482