cover
Contact Name
Roni Koneri
Contact Email
ronicaniago@unsrat.ac.id
Phone
+6281340275276
Journal Mail Official
j.bioslogos@gmail.com
Editorial Address
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Bios Logos
JURNAL BIOS LOGOS is the journal published by Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University. The aims of the journal are to publish original research papers and article review in biology science i.e. botany, zoology, molecular biology, microbiology, ecology, diversity and conservation, taxonomy and biogeography. BIOS LOGOS is published two times per year (February and August)
Articles 219 Documents
Kelimpahan Populasi Capung Jarum (Zygoptera) di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara (Population Abundance of Damselfly (Zygoptera) in Bogani Nani Wartabone National Park, North Sulawesi) Wakhid, Wakhid; Koneri, Roni; Tallei, Trina; Maabuat, Pience V
JURNAL BIOS LOGOS Vol 4, No 2 (2014): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.4.2.2014.5234

Abstract

Abstrak Capung jarum (Zygoptera) berperan penting bagi keberlangsungan ekosistem.Pada suatu ekosistem, serangga ini berfungsi sebagai agen pengendali hayati dan bioindikator lingkungan.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan capung jarum yang ada pada tiga habitat di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara.Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling. Koleksi capung jarum  menggunakan teknik sweepingmengikuti garis transek sepanjang 500 m pada setiap tipe habitat. Jumlah transek pada setiap tipe habitat sebanyak 3 garis transek yang dibuat sepanjang aliran sungai.Hasil penelitian didapatkan sebanyak 13 spesies capung jarum yang terdiri dari 4 famili, yaitu Coenagrionidae, Chlorocypidae, Calopterygidae, dan Platycnemididae. Famili yang paling banyak ditemukan jumlah spesiesnya adalah Coenagrionidae, sedangkan yang paling sedikit Platycnemididae. Berdasarkan tipe habitat, jumlah spesies yang paling banyak ditemukan di hutan primer sedangkan yang paling sedikit di hutan sekunder.Kelimpahan capung jarum tertinggi terdapat pada lahan pertanian, sedangkan kelimpahan terendah pada habitat hutan primer Kata kunci : capung jarum, Taman Nasonal Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara Abstract Damselfly (Zygoptera) plays important roles in the environment and this organism ia able to be used as biocontrol and bioindicator. This research was aimed to analyze the abundance of damselfly that werelocated at three different habitats in Bogani Nani Wartabone National Park, North Sulawesi. The purposive random sampling method was used to collect the samples. Damselflies were taken by using sweeping technique following 500 m transect line in each habitat. There were three transect lines in each habitat located along the river. The results showed that there were thirteen species from 4 families (Coenagrionidae, Chlorocypidae, Calopterygidae, and Platycnemididae) of damselfly. Most species were members of Coenagrionidae whereas the others werePlatycnemididae Family. Based on the types of habitat, the highest number of species was found in the primary forest, whereas the smallest number was in the secondary forest. Greatest the abundance of damselfly was the largest in the agricultural area and the smallest was in the primary forest. Keywords: damselfly, Bogani Nani Wartabone National Park, North Sulawesi
Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Kapeta dan Pantai Tanaki, Kecamatan Siau Barat Selatan, Kabupaten Sitaro - Sulawesi Utara (Mangrove Diversity of Kapeta Beach and Tanaki Beach, South West Siau District, Sitaro Regency - North Sulawesi) Kirauhe, Ivandri Viktor; Siahaan, Ratna; Pelealu, Johanis Julian
JURNAL BIOS LOGOS Vol 6, No 1 (2016): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.6.1.2016.16256

Abstract

Abstrak             Penelitian tentang keanekaragaman mangrove berdasarkan fungsi dan manfaat mangrove di Pulau Siau telah dilakukan untuk menganalisis keanekaragaman jenis vegetasi mangrove di Pantai Kapeta dan Pantai Tanaki, Kecamatan Siau Barat Selatan, Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Metode garis berpetak berselang digunakan untuk memperoleh kekayaan dan kelimpahan jenis vegetasi. Garis transek diletakkan secara vertikal dari laut ke daratan sebanyak 3 jalur di tiap stasiun dengan jarak antar jalur sekitar 300 m. Data dianalisis secara deskriptif. Indeks keanekaragaman jenis diketahui berdasarkan Indeks Shannon - Wienner (H’). Pantai Kapeta dan Tanaki memiliki kekayaan jenis mangrove sebanyak 10 jenis dari 9 suku dan kelimpahan jenis sebesar 657 individu. Jenis mangrove yang ditemukan di Kecamatan Siau Barat Selatan yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Croton oblongus, Ficus,  Heritiera littoralis, Intsia bijuga, Ixora talaudensis dan Terminalia catappa. Keanekaragaman jenis mangrove di wilayah penelitian Kecamatan Siau Barat Selatan tergolong rendah dengan indeks H’ sebesar 0,775 yang lebih rendah dari 1. Keanekaragaman mangrove di Pantai Kapeta dan Tanaki juga rendah dengan indeks berturut-turut yaitu 0,654 dan 0,880.Kata Kunci: keanekaragaman mangrove, Pantai Kapeta, Pantai Tanaki, Pulau Siau. Abstract The study on the diversity of mangrove on Siau Island based on the its functions and benefits was conducted to analyze the diversity of mangrove vegetation in Kapeta and Tanaki Beach, District of South West Siau, Sitaro Regency, North Sulawesi. The quadrate line transect method was used to obtain data of species richness and abundance. Three line transects were installed vertically from sea margin to land at each station.  Line spaces were 300 m. Data were analyzed descriptively. Biodiversity index of mangrove was based on  Shannon - Wienner index (H ').  Kapeta Beach and Tanaki Beach had species richness and abundance respectively i.e. 10 species of 9 familes and 657 individu. The mangrove  found in South West Siau District i.e. Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Croton oblongus, Ficus, Heritiera littoralis, Intsia bijuga, Ixora talaudensis and Terminalia catappa. Mangrove diversity in the study area was low (H ' index = 0.775). The diversity of mangrove in Kapeta Beach and Tanaki Beach were also low, i.e.  0.654 and 0.880 respectively.Keywords: mangrove diversity, Kapeta Beach, Tanaki Beach, Siau Island.
Potensi Bakteri Endofit Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dalam Menghasilkan Hormon Indole Acetic Acid (IAA) dengan Penambahan L-triptofan Tangapo, Agustina Monalisa
JURNAL BIOS LOGOS Vol 10, No 1 (2020): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.10.1.2020.27980

Abstract

Potensi Bakteri Endofit Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dalam Menghasilkan Hormon Indole Acetic Acid (IAA) dengan Penambahan L-triptofan(Potential of endophytic bacteria of sweet potato (Ipomoea batatas L.) in producing Indole Acetic Acid (IAA) with the addition of L-tryptophan) Agustina Monalisa TangapoProgram Studi Biologi FMIPA Universitas Sam RatulangiJl. Kampus Unsrat, Manado 95115*Email korespondensi:agustina.tangapo@unsrat.ac.id (Article History: Received 5-01-2019; Revised 15-01-2020; Accepted 05-02-2020) ABSTRAKAsosiasi bakteri-tanaman, dapat mempengaruhi produktivitas tanaman secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, salah satunya yaitu bakteri dapat memproduksi dan menyekresikan zat pengatur tumbuh indole-3-acetic acid (IAA, auksin). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan bakteri endofit ubi jalar dalam menghasilkan IAA. Metode analisis IAA dilakukan dengan metode kolorimetri. Analisis produksi IAA dilakukan dengan penambahan dan tanpa penambahan L-triptofan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa penambahan L-triptofan, diperoleh sejumlah 19 jenis yang menghasilkan IAA dengan kisaran konsentrasi 0,29-7,21 mg/L. Dengan penambahan L-triptofan, jumlah jenis positif dan konsentrasi IAA yang dihasilkan meningkat signifikan. Jumlah jenis positif 20 jenis (91%) dan konsentrasi IAA yang dihasilkan mencapai kisaran 0,96-115,63 mg/L.Kata kunci: bakteri endofit; IAA; ubi jalar; L-triptofan ABSTRACTPlant-bacteria associations, can promote plant growth by both direct and indirect mechanisms. One of direct mechanisms is that bacteria can produce and secrete indole-3-acetic acid (IAA, auxin) growth regulators. This study aims to examine the ability of sweet potato endophytic bacteria to produce IAA. The detection of IAA production was conducted by colorimetric technique. IAA production analysis was carried out with addition and without addition of L-tryptophan. Without the addition of L-tryptophan, a total of 19 species produced IAA with a concentration range of 0.29-7.21 mg/L. With the addition of L-tryptophan, the number of positive species and the concentration of IAA produced increased significantly. The number of positive species was 20 species (91%) and the concentration of IAA produced reached a range of 0.96-115.63 mg/L.Keywords: endophytes bacterial; IAA; sweet potato; L-tryptophan
Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada padi lokal Superwin (Root-morphological characters as water-deficit indicators in local rice Superwin) Torey, Patricia Claudya; Nio, Song Ai; Siahaan, Parluhutan; Mambu, Susan M
JURNAL BIOS LOGOS Vol 3, No 2 (2013): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.3.2.2013.4431

Abstract

Abstrak Evaluasi karakter morfologi akar telah dilakukan untuk menentukan karakter morfologi akar yang potensial sebagai indikator adanya kekurangan air pada padi (Oryza sativa L.) di antara panjang akar, volume akar, berat basah akar, berat kering akar, rasio akar:tajuk dan rasio panjang akar:tinggi tanaman. Eksperimen ini dilakukan di rumah kaca dan menggunakan 2 varietas padi (Superwin dan IR 64) pada fase vegetatif  yang ditumbuhkan pada media tanah di polybag dengan perlakuan kekeringan (tidak disirami selama 14 hari) dan disirami sampai kapasitas lapang (kontrol). Panjang akar dan rasio panjang akar:tinggi tanaman dapat dijadikan indikator kekurangan air pada padi Superwin dan IR 64. Superwin yang merupakan padi sawah dapat dipertimbangkan untuk ditanam di lahan kering. Kata kunci: indikator, kekeringan, morfologi akar Abstract Root-morphological characters in rice (Oryza sativa L.) were evaluated to determine the potential characters as water-deficit indicators among the length, volume, fresh weight, dry weight, ratio root:shoot and ratio root length:plant height. The experiment was conducted in the glasshouse using 2 rice varieties (cv. Superwin and IR 64) grown in the soil mixture at the vegetative phase. The treatments in this experiment were water deficit (without water for 14 days) and well-watered (watering until field capacity). The root length and ratio root length:plant height were potential as water- deficit indicators in Superwin dan IR 64. The upland rice, Superwin, should be considered to be cultivated in the water limited area. Keywords: drought, indicator, root morphology
Keanekaragaman dan Perbedaan Jenis Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera) Berdasarkan Topografi pada Tiga Lokasi Hutan di Sulawesi Utara Diversity and Differences type of Butterfly species (Order Lepidoptera) based on the topography of the three forest location in Gosal, Lidyana Maya; Memah, Ventje; Rimbing, Jimmy
JURNAL BIOS LOGOS Vol 6, No 2 (2016): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.6.2.2016.13791

Abstract

Abstrak   Kupu-kupu merupakan salah satu bagian dari ekosistem yang fungsinya mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis kekayaan, kelimpahan, keanekaragaman dan kemerataan spesies di hutan Danowudu, Masarang dan Kawatak, juga membandingkan jenis kupu-kupu berdasarkan topografi pada ketiga lokasi hutan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di hutan Danowudu, Masarang dan Kawatak dan dilanjutkan di laboratorium dari bulan Maret-Juli 2016. Penelitian ini menggunakan metode transek dan rute dibuat sepanjang 1000 m untuk setiap transek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan, kekayaan dan keanekaragaman spesies kupu-kupu tertinggi di hutan Danowudu. Kemerataan spesies tertinggi di hutan Masarang. Spesies kupu-kupu yang hanya dapat ditemukan di hutan Danowudu (200-240 mdpl) terdiri dari 13 spesies. Spesies kupu-kupu yang hanya dapat ditemukan di hutan kawatak (827-938 mdpl) terdiri dari 7 spesies. Spesies kupu-kupu yang hanya dapat ditemukan di hutan Masarang (1084-1194 mdpl) terdiri dari 3 spesies. Kata kunci: keanekaragaman, kupu-kupu, Lepidoptera, Sulawesi Utara   Abstract   Butterfly is part of an ecosystem and has function to maintain ecosystem stability and enrich biodiversity. This research aimed to analyze the richness, abundance, diversity and evenness of species in Danowudu, Masarang and Kawatak forest as well as to compare the species of butterflies based on the topography of the three locations of the forest. This research was conducted in Danowudu, Masarang and Kawatak forest and the continued in the laboratory from March to July 2016. This study used a transect method and the route was made as long as 1000 m for each transect. The results showed that the highest abundance, richness and diversity of butterfly species were in Danowudu forest. The highest evenness of species was in the Masarang forest. Butterfly species that was only found in Danowudu forest (200-240 masl) consisted of 13 species. Butterfly species that was only found in Kawatak forest (827-938 masl) included 7 species. Butterfly species that was only found in Masarang forest (1084-1194 masl) comprised 3 species. Keywords: butterfly, diversity, Lepidoptera, North Sulawesi
Pengaruh Suhu, Kadar Garam dan Waktu Pengolahan Bakasang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Terhadap Parameter Thiobarbituric Acid (TBA) (The Influence of Temperature, Salinity and Processing Time of Bakasang Cakalang Fish (Katsuwonus pelamis) on Thiobarbituric Acid (TBA) Parameters) Tungady, Jessica; Fatimah, Feti; Kamu, Vanda
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 2 (2019): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.2.2019.24182

Abstract

Pengaruh Suhu, Kadar Garam dan Waktu Pengolahan Bakasang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Terhadap Parameter Thiobarbituric Acid (TBA) (The Influence of Temperature, Salinity and Processing Time of Bakasang Cakalang Fish (Katsuwonus pelamis) on Thiobarbituric Acid (TBA) Parameters) Jessica Marcelina Tungady1), Feti Fatimah1), Vanda Kamu1)1)Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi*Email korespondensi: tungadyjessica@gmail.com  Diterima 1 Juli 2019, diterima untuk dipublikasi 5 Agustus 2019 Abstrak Bakasang adalah produk fermentasi yang dibuat dari jeroan ikan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh suhu, kadar garam dan waktu terhadap pengolahan bakasang ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dibuat dengan berbagai kondisi pengolahan. Analisis menggunakan parameter Thiobarbituric acid (TBA) pada setiap sampel. Hasil menunjukan bilangan TBA tertinggi yaitu dengan suhu 70 , kadar garam 30% dan waktu fermentasi selama 15 hari dengan bilangan TBA sebesar 4,7439 mg malonaldehid/kg sampel dan bilangan TBA terendah yaitu yaitu dengan suhu 50 , kadar garam 20% dan waktu fermentasi 1,6 hari dengan bilangan TBA sebesar 0,9709 mg malonaldehid/kg sampel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh suhu, kadar garam dan waktu pengolahan (variabel independen) terhadap parameter Thiobarbituric acid (TBA) (variabel dependen), maka diperlukan beberapa metode statistika, pertama yaitu uji korelasi suhu, kadar garam dan waktu (variabel independen) terhadap bilangan Thiobarbituric acid (TBA) (variabel dependen) dengan hasil penelitian, berturut-turut 56,4%; 28,3%; dan 60,7%, selanjutnya adalah uji ANOVA, analisis varians (ANOVA) dilakukan pada 95% confidence interval dengan nilai signifikansi =0,05, hasil signifikansi untuk variabel suhu, kadar garam dan waktu adalah 0.00.Kata Kunci: Bakasang, ikan Cakalang, ANOVA, bilangan TBA Abstract Bakasang is a fermented product made from fish innards. In this research, aims to determine the effect of temperature, salinity and time on the processing a bakasang of Cakalang (Katsuwonus pelamis) made with various processing conditions a bakasang of Cakalang fish (Katsuwonus pelamis) was made with various processing conditions. The analysis was carried out using Thiobarbituric acid (TBA) parameters in each sample. Based on the research, the highest TBA number is at 70℃, 30% salinity and fermentation time for 15 days with TBA number of 4,7439 mg malonaldehyde /kg sample and the lowest TBA number that is with a temperature of 50℃, salt content 20% and time 1,6 day fermentation with TBA number of 0,9709 mg malonaldehyde /kg sample. The aim of this research is to determine the effect of temperature, salinity and processing time (independent variables) on the parameters Thiobarbituric acid (TBA) (dependent variable), then some statistical methods are needed, first, the correlation test of temperature, salt content and time (independent variable) on Thiobarbituric acid (TBA) number (dependent variable) with the results of research, respectively 56,4%; 28,3%; and 60,7%, next is the ANOVA test, analysis of variance (ANOVA) was carried out at 95% confidence intervals with a significance value of α = 0,05, variable significance for temperature, salinity and time was 0,00.Keywords: Bakasang, Cakalang fish, ANOVA, TBA number
Tingkat Kesukaan Parasit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio.L) yang Dipelihara dalam Wadah Jaring Apung di Desa Eris, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara (The parasites preference on carp (Cyprinus carpio.L) cultivated in fish farming cage in the Eris Singkoh, Marina F.O.
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 2 (2012): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.2.2012.1042

Abstract

Abstrak Masyarakat yang berada di sekitar Danau Tondano telah memanfaatkan danau untuk usaha budidaya ikan yang dipelihara dalam wadah jaring apung. Namun usaha ini seringkali dihadapkan oleh adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh parasit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk  menentukan tingkat kesukaan parasit pada ikan mas. Sampel ikan mas diambil dari usaha budidaya jaring apung di Desa Eris sebanyak 50 ekor. Ikan sampel diambil pada 3 titik pengambilan pada 10 jaring apung milik 10 petani ikan yang berbeda. Tingkat kesukaan diukur/ditentukan berdasarkan tingkat keberadaan jenis parasit pada organ tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaan tiap spesies parasit pada bagian-bagian tubuh ikan yang diamati dianalisis dengan menggunakan Chi-kuadrat. Parasit yang ditemukan ialah Trichodina sp, Dactylogyrus sp. Gyrodactylus sp, Myxobulus toyamai, Lernea spp, dan spesies R dan parasit dari kelas Cestoidea. Jenis-jenis parasit yang ditemukan lebih menyukai bagian eksternal tubuh ikan dibandingkan bagian internal. Kata kunci : Cyprinus carpio, Danau Tondano, jaring apung, parasit     Abstract People residing around Lake Tondano has used the lake for fish farming cages kept in a container. However, these efforts are often confronted by the presence of invasive disease caused by a parasite. The research was conducted to determine the level of preference parasitic on carp. Samples were taken from the carp farming cages in the village of Eris as many as 50 individuals. Fish samples were taken at 3 points decision in 10 cages owned by 10 farmers of different fish. Level of preference measured / determined by the level of presence of certain types of parasites in the organ. To determine the level of preference of each species of parasite in the body parts of fish observed were analyzed using Chi-square. Parasites are found is Trichodina sp, Dactylogyrus sp. Gyrodactylus sp, Myxobulus toyamai, Lernea spp, and species of parasitic R and Cestoidea class. The types of parasites were found to prefer the external parts of the fish compared to the internal parts. Keywords: Cyprinus carpio, floating net, Lake Tondano, parasites
Pemanfaatan Cendawan Beauveria bassiana dalam Mengendalikan Hama Paraeucosmetus sp. Pada Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Selatan (The Use of Endophytic Fungi Beauveria bassiana to Control Paraeucosmetus sp. on Rice Plant in South Minahasa Dist Wowiling, Susan SCA; Pelealu, J; Maramis, R TD
JURNAL BIOS LOGOS Vol 5, No 2 (2015): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.5.2.2015.10549

Abstract

Abstrak Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan beberapa dosis Beauveria bassiana terhadap mortalitas hama Paraeucosmetus sp.. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan yang diulang empat kali.  Perlakuan yang digunakan yaitu konsentrasi suspensi spora yang meliputi kontrol (tanpa suspensi spora cendawan), B. basiana dengan konsentrasi 106 spora/mL, B. basiana dengan konsentrasi 108 spora/mL, dan B. basiana dengan konsentrasi 1010 spora/mL. Serangga uji adalah Paraeucosmetus sp. yang diambil dari pertanaman padi di lokasi penelitian.  Jumlah serangga uji yang digunakan  sebanyak 20 ekor untuk masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana terhadap hama Paraeucosmetus sp. memperlihatkan serangga uji agak lambat bergerak dan selanjutnya mengalami kematian. Pada permukaan tubuh serangga uji yang mati terlihat adanya spora yang berwarna putih menyerupai kapas terutama pada pertemuan antara kepala dan toraks, segmen antena, femur, tibia, dan pada segmen abdomen. Hari kelima tubuh serangga uji mulai mengalami mummified atau sebagian tubuhnya ditumbuhi oleh miselium yang berwana putih. Mortalitas serangga uji yang tertinggi setelah aplikasi suspensi spora cendawan B. bassiana ditemukan pada perlakuan 108 dengan tingkat mortalitas mencapai 100 %  pada hari kesembilan, diikuti dengan perlakuan 1010 mortalitas yang mencapai 100 % pada hari ke-12, dan pada perlakuan106 tingkat mortalitas mencapai 100 % pada hari ke-14. Pada kontrol belum ditemukan adanya serangga yang mati sampai pada pengamatan hari ke- 10. Pada perlakuan 108 mortalitas terjadi pada hari ke-2 setelah aplikasi yakni mencapai 1,25 % dan pada hari ke-9 mortalitas serangga uji mencapai 100 % serta tubuh serangga uji telah dipenuhi oleh miselium cendawan yang berwarna putih. Kata kunci: Beauveria bassiana, padi, Paraeucosmetus sp. Abstract A study was conducted to determine the effectiveness of the use of multiple doses of Beauveria bassiana against pest mortality Paraeucosmetus sp. The research method used a randomized block design (RAK) with four treatments which were repeated four times. The treatment was the concentration of spore suspensions, i.e. control (no fungus spore suspension), B. basiana with a concentration of 106 spores / mL, B. basiana with a concentration of 108 spores / mL, and B. basiana with a concentration of 1010 spores/mL. B. bassiana application for controlling Paraeucosmetus sp. in rice plant showed that the insects began to move slowly, died, then spores started to invest the body, especially in the junction between the head and thorax, antennae segments, femur and tibia, and abdominal segments. On the fifth day, the insect's body began to mummify (part of insect’s body was overgrown by mycelium which resembled white colored cotton). Observations on insect mortality after fungus application showed that the highest mortality was found in the treatment with 108 of spore suspension with the test insect mortality rate reached 100% on the ninth day. The insect mortality reached 100% on the 12th day in the treatment of 1010 spores/mL, and mortality reaches 100% on fourteenth day in the106 of spore suspension treatment. There was not any single dad insect found until the 10th day in control. One hundred percent mortality in each treatment showed that B. bassiana can effectively controlled Paraeucosmetus sp. Keywords: Beauveria bassiana, Paraeucosmetus sp., rice
Tingkat Populasi Jamur Tanah akibat Perlakuan Fungisida Mankozeb di Pertanaman Sayur Kubis (Brassica oleracea var.capitata) Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara (The Population Level of Soil Fungi under Mankozeb Fungicides Application in the Cabbage (Brassica oleracea var.capitata) Plantation of Modoinding Subdistrict, South Minahasa District, North Sulawesi) Lestari, Isna; Umboh, Stella D.; Pelealu, Johanis J.
JURNAL BIOS LOGOS Vol 8, No 1 (2018): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.8.1.2018.20594

Abstract

Abstrak Dalam pengembangan sayuran kubis (Brassica oleracea var.capitata) petani sering menggunakan pestisida secara berlebihan. Penggunaan pestisida secara berlebihan tersebut berdampak pada sterilisasi ekosistem tanah, yang mengakibatkan penurunan tingkat populasi jamur tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat populasi jamur tanah akibat paparan fungisida Mankozeb di pertanaman sayuran kubis. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi jamur pada tanah di sayur kubis Kecamatan Modoinding, Kabupaten MInahasa Selatan menggunakan pengenceran bertingkat, kemudian dilanjutkan dengan metode Total Plate Count (TPC) untuk menghitung jumlah koloni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida Mankozeb mempengaruhi jumlah populasi jamur tanah, dilihat dari sedikitnya jumlah spesies yang ditemukan. Dari 6 famili dengan 11 jenis yang ditemukan, jamur tanah yang memiliki koloni terbesar adalah isolat KJ5 (Penicillium sp.) sebesar 270 koloni dengan  jumlah spora 5.9x10-6 CFU/mL  dan terendah pada isolat KJ3 (Trichoderma harzianum) sebesar 2 koloni dengan jumlah spora 10-7 CFU/mL.Kata kunci : Kubis, jamur tanah, Mankozeb, koloni, TPC, CFU/mL Abstract              Farmers often use excessive pesticides in the plantation of cabbage (Brassica oleracea var. capitata). The excessive use of pesticides resulted in sterilization of soil ecosystems and followed by the decrease the level of soil fungal population. The purpose of this study was to analyze the population level of soil fungi after exposure the cabbage plantation to Mankozeb fungicide. This research was conducted by isolating the fungi from the soil in cabbage plantation in Modoinding subdistrict, South Minahasa District using a multilevel dilution and followed by  Total Plate Count (TPC) method to calculate the fungi colony number. The results showed that Mankozeb fungicide affected the population of soil fungi, based on the limited number of identified fungi species. There were 6 families and 11 species of soil fungi. The largest number was in KJ5 (Penicillium sp.), i.e. 270 colonies and the spore number was 5.9x10-6 CFU/mL. The lowest number was KJ3 (Trichoderma harzianum), i.e. 2 colonies and the number of spores was 10-7 CFU / mL.Keywords : Cabbage, soil fungi, Mankozeb, colony, TPC, CFU/mL
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Pirdot (Sauraia vulcani Korth.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro Marbun, Romauli Anna Teresia
JURNAL BIOS LOGOS Vol 11, No 1 (2021): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.11.1.2021.30564

Abstract

(Article History: Received 5 October 2020; Revised 8 October 2020; Accepted 15 October 2020) ABSTRAKJamur Candida albicans merupakan jamur penyebab kandidiasis dan penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginistis, candida pada urin (kandiduria), dan gastrointestinal kandidiasis. Salah satu jenis tanaman yang berkhasiat sebagai obat yaitu pirdot (Sauraia vulcani Korth.) dan bagian yang biasanya digunakan adalah bagian daun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun pirdot terhadap pertumbuhan C. albicans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan penelitian post-test only control group. Metode yang digunakan adalah difusi agar menggunakan teknik kirby bauer. Penelitian ini menggunakan 4 variasi konsentrasi ekstrak daun pirdot, yaitu 10%, 20%, 40%, dan 80%, kontrol positif (tablet ketokonazol), dan kontrol negatif (Dimethyl Sulfoxide). Data yang diperoleh dianalisa menggunakan statistika secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan daya hambat mulai dari konsentrasi 10% sebesar 8,96 mm daya hambat tertinggi pada konsentrasi 80% sebesar 18,33 mm. Kesimpulan ekstrak daun pirdot memiliki aktivitas antijamur terhadap C. albicans.Kata kunci: Antijamur; Candida albicans; Metode Difusi; Saurauia vulcani Korth. ABSTRACTCandida albicans is fungus that causes candidiasis and causes thrush, skin lesions, vulvavaginism, candidiuria and gastrointestinal candidiasis. One type of plant that has medicinal properties is pirdot (Sauraia vulcani Korth.) and the part that is usually used is the leaves. The purpose of this study was to determine the activity of pirdot leaf extract on the growth of C. albicans in vitro. This study was a true experiment with a post-test only control group research design. The method used agar diffusion using Kirby Bauer technique. This study used 4 variations concentration namely 10%, 20%, 40%, and 80%, positive control (ketoconazole tablets), and negative control (Dimethyl Sulfoxide). The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis. The results showed that the inhibitory from a concentration of 10% of 8.96 mm, the highest inhibition was at 80% of 18.33 mm. In conclusion, pirdot leaf extract has antifungal activity against C. albicans.Keywords: Antifungal; Candida albicans; Diffusison Method; Saurauia vulcani Korth

Page 6 of 22 | Total Record : 219