cover
Contact Name
Alfian Rokhmansyah
Contact Email
jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Phone
+6285385388335
Journal Mail Official
jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 75123
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : 25497715     EISSN : 25497715     DOI : -
Jurnal Ilmu Budaya (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya) merupakan jurnal yang dikelola oleh Fakultas Ilmu Budaya sebagai media publikasi ilmiah hasil penelitian dalam bidang bahasa, sastra, seni, dan budaya, termasuk pengajarannya. Terbit sebanyak empat kali setahun, yaitu pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober, dan diterbitkan hanya dalam format elektronik.
Arjuna Subject : -
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022" : 22 Documents clear
AN ANALYSIS OF CONVERSATIONAL IMPLICATURES OF THE MAIN CHARACTERS IN LADY BIRD FILM: A PRAGMATIC STUDY Musdalifa Musdalifa; Surya Sili; Setya Ariani
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.4314

Abstract

ABSTRACT Every participant involved in communication process is assumed to be cooperative so that the intentions of verbal activities can be achieved. However, in reality, sending purposes is not always conveyed straightforwardly. In practice, a person may not get to the point of the conversation where s/he is expected to speak honestly, informatively, relevant, and appropriately that are remarkably understood by the interlocutor. In terms of language, this phenomenon is known as the conversational implicature in which participants prefer to imply their extra or hidden meaning that is communicated behind utterances spoken. From that kind of phenomenon, this research aims to examine the  phenomenon in the conversation of the two main characters in the Lady Bird film by applying Grice's theory to determine the implicature form and Searle's illocutionary classification theory to determine the function of the implicatures as the main theories and the supporting theory by Hymes for portraying context of conversation which determines the factors that influence communication. This study also uses qualitative method and content analysis approach to process data in the form of dialogue to identify conversation implicatures which are categorized into two, namely generalized conversation implicature and particularized conversation implicature and the function classification in declarative, representative, directive, expressive and commissive form.Key words: cooperative principle, maxims, conversational implicature, illocutionary actsABSTRAK Dalam proses komunikasi, setiap partisipan diasumsikan bersedia untuk bekerja sama sehingga tujuan diadakannya kegiatan tersebut dapat tercapai. Penyampaian tujuan komunikasi pada kenyataannya tak selalu disampaikan secara lugas. Pada penerapannya, seseorang mungkin saja tidak langsung pada inti pembicaraan dimana si pembicara diharapkan untuk berbicara secara jujur, informatif, relevan, dan sesuai topik yang uniknya dapat dipahami dengan baik oleh lawan bicaranya. Dari sisi kebahasaan, fenomena tersebut dikenal dengan istilah implikatur percakapan dimana partisipan lebih memilih mengimplikasikan pesan mereka dengan mempertimbangkan konteks ujaran. Dengan kata lain, terdapat makna tambahan atau tersembunyi yang coba dikomunikasikan dibalik ujaran yang dituturkan. Berangkat dari fenomena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji fenomena komunikasi tersebut dalam percakapan dua tokoh utama di film Lady Bird dengan menerapkan teori utama dari Grice untuk mengetahui bentuk implikatur dan teori klasifikasi tindak ilokusi dari Searle untuk menentukan fungsi dari bentuk implikatur yang telah diidentifikasi serta teori pendukung dari Hymes untuk menggambarkan konteks ujaran yang menentukan faktor yang mempengaruhi komunikasi. Metode kualitatif dan pendekatan analisis konten diterapkan dalam kajian ini untuk mengolah data yang berupa dialog untuk mengidentifikasi implikatur percakapan yang dikategorikan menjadi dua yaitu implikatur percakapan umum dan implikatur percakapan khusus dan klasifikasi fungsinya yang berupa deklaratif, representatif, direktif, ekspresif dan komisif.Kata kunci: Implikatur percakapan, prinsip kerjasama, maksim, tindak ilokusi
IDENTITAS GENDER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CERMIN TAK PERNAH BERTERIAK KARYA IDA R. YULIA Deka Septia Nur Alfat; Alfian Rokhmansyah; Dahri Dahlan
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5626

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas gender yang terjadi pada tokoh utama dalam novel Cermin Tak Pernah Berteriak karya Ida R. Yulia, yang mengalami kebimbangan dalam menentukan identitas gender yang akan dia pilih. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan fakta cerita yang terdapat dalam novel ini seperti mengetahu alur, tokoh dan latar yang terdapat dalam novel yang diteliti. Kajian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kajian gender dan jenis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pemaparan data secara deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pemaparan data secara deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua pendekatan yang pertama pendekatan objektif yang menggap teks merupakan suber data utama dalam penelitian yang akan digunakan untuk melihat struktur fakta cerita yang membangun novel, meliputi alur, tokoh penokohan, dan latar. Yang kedua adalah pendekatan gender yang diguankan untuk mengetahui perubahan identitas gender yang terjadi pada tokoh utama. Hasil penelitian ini dapat diketahui identitas gender dari tokoh Baskoro yang berubah-ubah, Baskoro laki-laki yang memiliki hobi melakukan crossdressing (suka berdandan seperti perempuan). Pengaruh teman Baskoro, yaitu Jonathan, sangat besar terhadap kegemaran Baskoro dalam melakukan crossdresing. Pengaruh dari Ega yang merupakan anak dari Baskoro yang menginginkan ayahnya berhenti melakukan crossdressing. Hal tersebut yang membuat Baskoro bingung untuk mentukan mana identitas gender yang harus dia pilih. Akhirnya Baskoro memilih untuk membuang sisi femininnya dan lebih fokus ke sisi maskulinya,  seperti laki-laki pada umumnya yang cenderung memiliki sifat maskulin.Kata kunci: gender,  novel, tokoh utama ABSTRACTThis study aims to determine the gender identity in the main character in the novel "Cermin Tak Pernah Berteriak" by Ida R. Yulia, who experiences indecision in determining which gender identity she will choose. This study also aims to reveal the story's facts, such as knowing the plot, characters, and settings in the novel under study. The study used in this study is a gender study, and this type of research is qualitative research with descriptive data exposure. This research is qualitative research with descriptive data exposure. There are two approaches used in this research. The first is an objective approach that considers text as the primary data source in the research, which will be used to see the structure of the story's facts that build the novel, including plot, characterizations, and setting. The second is the gender approach used to find out the changes in gender identity that occur in the main character. The results of this study can identify the gender identity of the variable Baskoro character. Baskoro is a male who has a hobby of doing crossdressing (he likes to dress up like a woman). Baskoro's friend, Jonathan, greatly influences Baskoro's passion for crossdressing. The influence of Ega, who is Baskoro's son who wants his father to stop crossdressing. It made Baskoro confused about which gender identity he should choose. Finally, Baskoro chose to throw away his feminine side and focus more on his masculine side, like men in general who tend to have masculine traits.Keywords: gender, novel, the main character
BLACK FEMINISM IN SELECTED POEMS BY AUDRE LORDE AND LUCILLE CLIFTON Ni Made Widyaswara
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5205

Abstract

ABSTRACTThis research aims to find the struggles of black women against oppression and beauty standards that appear in the poetry of Audre Lorde and Lucille Clifton. In this study, the researcher analyzed two poems from each of the two poets in a way; the first is how black women fight oppression and beauty standards by examining the ideas and history of black feminists in the US in order to obtain extrinsic elements of poetry. And the second, analyzing the intrinsic elements in the poetry to find the figurative language and imagery used in these poems. Data were analyzed by the resistance theory of black women by Patricia Hills Collins. Another theory is figurative language and imagery by Ruth Miller and Robert A. Greenberg. The data is produced from words, phrases and sentences that relation to the black feminism as the struggle of black women resist oppression and standard beauty that contain in the poems. The first way to resistance is Self-Definition, Self-Respect, Self-Independence, and Personal Empowerment mentioned by Collins. Then, in the poems uses figurative language such as metaphor, simile and personification. Imagery also includes visual, tactile and aural. Finally, the conclusion that can be drawn is that the findings above prove that the poetry of Audre Lorde and Lucille Clifton is the struggle of black women against injustice.Key words: Black Women, Black Feminism, Controlling Images, Positive Self-Esteem, Poetry. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menemukan perjuangan perempuan kulit hitam melawan penindasan dan standar kecantikan yang muncul dalam puisi Audre Lorde dan Lucille Clifton. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis dua puisi dari masing-masing dua penyair tersebut dengan cara; Pertama, bagaimana perempuan kulit hitam melawan penindasan dan standar kecantikan dengan mengkaji gagasan dan sejarah feminis kulit hitam di AS untuk mendapatkan unsur ekstrinsik puisi. Dan yang kedua, menganalisis elemen intrinsik dalam puisi untuk menemukan bahasa kiasan dan perumpamaan yang digunakan dalam puisi tersebut. Data dianalisis dengan teori resistensi perempuan kulit hitam oleh Patricia Hills Collins. Teori lain adalah bahasa kiasan dan perumpamaan oleh Ruth Miller dan Robert A. Greenberg. Data tersebut dihasilkan dari kata, frase dan kalimat yang berkaitan dengan feminisme kulit hitam sebagai perjuangan perempuan kulit hitam melawan penindasan dan standar kecantikan yang terkandung dalam puisi. Cara pertama untuk melawan adalah Definisi Diri, Harga Diri, Kemandirian, dan Pemberdayaan Pribadi yang disebutkan oleh Collins. Kemudian dalam puisi menggunakan bahasa kiasan seperti metafora, simile dan personifikasi. Perumpamaan juga mencakup visual, taktil, dan aural. Akhirnya kesimpulan yang dapat ditarik adalah temuan di atas membuktikan bahwa puisi Audre Lorde dan Lucille Clifton adalah perjuangan perempuan kulit hitam melawan ketidakadilan.Kata kunci: Perempuan kulit hitam, feminisme kulit hitam, pengendalian visual, penghargaan diri yang positif, puisi.
THE PORTRAYAL OF MASCULINITY OF CAPTAIN FREDERICK WENTWORTH IN PERSUASION NOVEL Zakaria Bata; Chris Asanti; Nasrullah Nasrullah
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5138

Abstract

ABSTRACTPersuasion is a novel written by Jane Austen and originally published in 1818. In this research, the researcher chose Captain Frederick Wentworth as the main character which is represents the masculinity as the main topic of this research. Masculinity is a characteristic which contains of behaviors, attitude, and values. The focus of the study is to find the types of masculinity and how masculinity which is formed in the society influences Captain Frederick Wentworth. In conducting this research, Raewyn Connell’s theory of masculinity is used to find the types of masculinity and how they influence Captain Frederick Wentworth. The researcher used qualitative research as the method, and mimesis as the approach of this research. The finding of this research showed that there are four types of masculinity as portrayed in the character; those are essential, positivist, normative, and semiotic. The finding also showed that the influences of masculinity which formed in society, there are four influences; hegemony, subordinate, complicity, and marginalization. Thus, it can be concluded that society has played an important role in influencing males to perform and uphold masculinity, in this case is reflected by the main character, Captain Frederick Wentworth.Keywords: masculinity, persuasion, character ABSTRAK Persuasion adalah novel yang ditulis oleh Jane Austen dan di publikasian pada tahun 1818. Dalam penelitian ini, peneliti memilih Kapten Frederick Wentworth sebagai karakter utama yang merepresentasikan maskulinitas sebagai pembahasan utama dari penelitian ini. Maskulinitas adalah karakteristik yang berisi tentang perilaku, sikap, dan nilai-nilai. Fokus dari penelitian ini adalah untuk menemukan tipe-tipe maskulinitas dan bagaimana maskulinitas yang terbentuk dimasyarakat mempengaruhi Kapten Frederick Wentworth. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Raewyn Connell untuk menemukan tipe-tipe maskulinitas dan bagaimana mereka mempengaruhi Kapten Frederick Wentworth. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan mimesis sebagai pendekatan dalam penelitian ini. Di dalam penelitian ini telah menunjukkan bahwa ada empat tipe-tipe dari maskulinitas sebagaimana yang tergambarkan dalam karakter; yaitu essential, positivist, normative, dan semiotic. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh-pengaruh dari maskulinitas yang terbentuk dimasyarakat; terdapat empat pengaruh yaitu; hegemony, subordinasi, keterlibatan, dan, marginalisasi. Maka, dapat disimpulkan  bahwa masyarakat telah memainkan peranan penting dalam memengaruhi pria dan menjunjung maskulinitas. Dalam hal ini sebagaimana yang tercerminkan dalam karakter utama, Kapten Frederick Wentworth.Kata kunci: maskulinitas, persuasion, karakter
THE STRATEGIES OF NEGATIVE AND POSITIVE POLITENESS USED BY BRAD’S UTTERANCES IN FRONT OF THE CLASS MOVIE Ayu Susana; M. Bahri Arifin; Ririn Setyowati
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5254

Abstract

ABSTRACTPoliteness plays an important role in keeping a conversation run well. However, there are still some difficulties in playing polite and proper language for communication. Considering these phenomena, a study of politeness strategy was conducted. In this research, the researcher analyzed the use of politeness strategies especially positive and negative politeness in Front of the Class movie. The purposes of this research were to find out the kinds of positive politeness strategies, negative politeness strategies, and factors influencing Brad Cohen in using positive and negative politeness strategies in the movie. The research method in this research was descriptive qualitative research, the theory of politeness strategies by Brown and Levinson (1987) was used to analyze the four two of politeness strategy. The result of this research showed that there were twenty-seven utterances represented two politeness strategies used by Brad Cohen in Front of the class movie. Twenty-one utterances represented a positive politeness strategy and six utterances represented a negative politeness strategy. In positive politeness strategy 6: avoid disagreement and strategy 11: be optimistic are strategies that many researchers find in the film. Meanwhile, in negative politeness, they are only 2 strategy that the researcher found in the movie they are strategy 3: be pessimistic and strategy 5: give deference which both had the same amount of data. There are 2 factors influencing the choice of politeness strategies used by Brad Cohen in Front of the class movie. They are payoff and the circumstances. Twenty-seven utterances categorized as politeness strategies, twenty-one of them belong to positive politeness strategy, so that positive politeness strategy is the most dominantly used by Brad Cohen in Front of the class movie.Keyword: Negative Politeness, Positive Politeness, Factor Influence, Front of the class movie ABSTRAKKesopanan memainkan peran penting agar percakapan tetap berjalan dengan baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa kesulitan dalam memainkan bahasa yang sopan dan pantas untuk komunikasi. Melihat fenomena tersebut, maka dilakukan studi tentang strategi kesantunan. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis penggunaan strategi kesantunan khususnya kesopanan positif dan negatif dalam film Front of the class. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui macam-macam strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, dan faktor-faktor yang mempengaruhi Brad Cohen dalam menggunakan strategi kesantunan positif dan negatif dalam film tersebut. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, teori strategi kesantunan oleh Brown dan Levinson (1987) digunakan untuk menganalisis dua jenis strategi kesantunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh tujuh ujaran yang merupakan dua strategi kesantunan yang digunakan oleh Brad Cohen di film Front of the class. dua puluh satu ucapan mewakili strategi kesantunan positif dan enam ucapan mewakili strategi kesopanan negative. Dalam kesantunan positif, strategi 6: hindari ketidaksepakatan dan strategi 11: optimis adalah strategi yang banyak ditemukan peneliti dalam film tersebut. Sedangkan dalam kesantunan negatif, hanya ada 2 strategi yang peneliti temukan dalam film tersebut yaitu strategi 3: pesimis dan strategi 5: memberi hormat yang keduanya memiliki jumlah data yang sama. Ada 2 faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi kesantunan yang digunakan oleh Brad Cohen dalam film Front Class. Mereka adalah imbalan dan keadaannya. Dua puluh tujuh ujaran dikategorikan sebagai strategi kesantunan, dua puluh satu diantaranya termasuk dalam strategi kesantunan positif, sehingga strategi kesantunan positif paling dominan digunakan oleh Brad Cohen dalam film Front of Class.Keyword: Kesopanan negatif, kesopanan positif, factor yang mempengaruhi, film Front of the Class
ALIENATION IN THE MAIN CHARACTER IN CHRIS CLEAVE’S THE OTHER HAND NOVEL Margareta Ngore; Nasrullah Nasrullah; Jonathan Irene Sartika Dewi Max
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5102

Abstract

ABSTRACT This study discussed about the alienation in the main character in Chris Cleave’s The Other Hand novel. The purposes of this study were to identify the alienation in Little Bee and describe the alienation in Little Bee. Psychological approach is used in this research to find the alienation in the main character. This study focused on analyzing the Little Bee’s experiences which leads her into alienation. To achieve the aims of this study employed a library study and applied psychological approach to identify Little Bee's alienation. The study used Seeman‘s theory about five variants of alienation and theory characterization by Rimmon Kenan. Qualitative methodology is used in this study. The result of this research shows that Little Bee‘s experiences lead her into alienation. The researcher found all variants of alienation were experienced by the main character there are, powerlessness, meaninglessness, normlessness, social isolation, and self-estrangement. Data are represented mostly through indirect characterization (action, speech, external appearance, and environment). As the conclusion, the researcher concluded that the main character in this novel is an alienated character.Keywords: Character, Characterization, Alienation, Seeman’s theory of Alienation ABSTRAKKata alienasi belakangan digunakan untuk menjelaskan perasaan terpisah di dalam kelompok manusia. Dalam karya sastra, alienasi dapat di alami oleh karakter. Penelitian ini berdiskusi tentang alienation dalam diri karakter utama dalam novel Chris Cleave berjudul The Other Hand. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi alienasi pada Little Bee dan mendeskripsikan bagaiman a cara si penulis mengkarakterisasikan alienasi tersebut terhadap Little Bee. Penelitian ini berfokus kepada pengalaman teralienasi yang dialami Little Bee. Untuk mendapatkan tujuan dari penelitian ini, melakukan penelitian pustaka dan menggunakan pendekatan psikologi untuk mengidentifikasi alienasi dalam diri Little Bee. Penelitian ini menggunakan teori tentang lima varian alienasi oleh Melvin Seeman dan teori karakterisasi oleh Rimmon Kenan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman Little Bee menuntun dirinya mengalami alienasi. Peneliti menemukan semua varian alienasi dialami oleh karakter utama, ketidakberdayaan, tiada berarti, tidak ada norma, terisolasi secara social, dan keterasinagn diri. Data banyak digambarkan melalui karakterissi secara tidak langsung (perbuatan, perkataan, penampilan, dan lingkunagan). Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa karakter utama adalah karakter yang teralienasi.Kata Kunci: Karakter, Karakterisasi, Alienasi, Teori Alienasi Seeman
PEMALI DALAM BUDAYA MASYARAKAT ETNIK SUNDA DI KOTA SAMARINDA: TINJAUAN SEMIOTIKA Tri Ulandari; M. Bahri Arifin; Syamsul Rijal
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5270

Abstract

ABSTRAKPemali merupakan sebuah budaya atau tradisi yang berbentuk lisan dan bagian adat istiadat yang selalu berada dalam ingatan masyarakat. Secara umum, pemali menggunakan untaian kata indah dan nilai tinggi. Salah satu etnik di Indonesia yang masih menerapkan pemali meski telah melakukan migrasi, yaitu etnik Sunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemali-pemali yang masih dilaksanakan dan diwariskan secara turun temurun. Kepercayaan terhadap pemali di Indonesia terbilang cukup tinggi karena merupakan sesuatu yang dianggap suci atau sakral. Pemali menjelaskan makna tanda dalam masyarakat etnik Sunda. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Data penelitian ini, yaitu pemali yang disampaikan dan diterapkan oleh masyarakat etnik Sunda. Adapun sumber data adalah masyarakat etnik Sunda yang telah menjadi penduduk di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu teknik wawancara. Adapun teknik analisis data yang digunakan, yaitu teknik analisis semiotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemali-pemali yang hanya diketahui dan pemali yang diketahui serta dilaksanakan berhubungan dengan mata pencaharian. Sedangkan pemali yang masih diterapkan, berlaku bagi anak gadis, anak kecil  wanita hamil dan semua kalangan. Pemali tersebut berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, rezeki, dan jodoh yaitu pemali yang mengatur kegiatan sehari-hari. Sedangkan pemali yang masih dilaksanakan oleh masyarakat etnik Sunda di Kota Samarinda sangat erat kaitannya dengan etos yang dimiliki oleh etnik Sunda, yaitu cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), wanter (berani), dan pinter (cerdas). Maka makna yang terkandung dalam pemali juga mengatur hidup agar terbentuk karakter sesuai dengan falsafah hidup etnik Sunda. Adapun nilai yang terkandung dalam pemali yang dilaksanakan, yaitu: (a) nilai sosial, yaitu nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta, (b) nilai moral, dan (c) nilai etika sebagai tuntunan dalam bertingkah laku.Kata Kunci: semiotika, pemali, masyarakat etnik Sunda ABSTRACTPemali is a culture or tradition that is oral and passed down from generation to generation. The belief in pemali in Indonesia is quite high because it is something that is considered sacred. Pemali becomes part of the customs that are always in the memory of the community. In general, pemali uses strings of beautiful words and high scores.  One of the ethnic groups in Indonesia that still applies pemali even though they have migrated is the Sundanese ethnic group. This study aims to determine the pemali that is still being implemented and to explain the meaning of the sign in the Sundanese ethnic community. This research includes field research with a qualitative approach that is described descriptively. The data of this research, namely pemali submitted and applied by the Sundanese ethnic community. The data source is the Sundanese ethnic community who have inhabited and become residents of Samarinda City, East Kalimantan Province.  The data collection technique used is the interview technique. The data analysis Technique used is the semiotic analysis technique. The results showed that the only known and implemented pemali are related to livelihoods. Meanwhile, pemali, which is still being applied, applies to girls, small children, pregnant women and all groups. Pemali is related to health, safety, sustenance, and a match, namely pemali who regulates daily activities. Meanwhile, pemali which is still carried out by Sundanese ethnic communities in Samarinda City is closely related to the ethos possessed by Sundanese ethnicities, namely cageur (healthy), bageur (good), bener (correct), singer (introspective), wanter (brave),  and smart (smart). So the meaning contained in pemali also regulates life in order to form a character in accordance with the philosophy of life of the Sundanese ethnic group. The values contained in pemali are implemented, namely: (a) social values, namely the values that govern the relationship between humans and humans, humans and nature, and humans and the Creator, (b) moral values, and (c) ethical values as guidance in behavior.Keywords: Semiotics, denotation, connotation, myth, and pemali
A SOCIOLOGICAL ANALYSIS OF SOCIAL INTERACTION AS PORTRAYED BY DIDO OF BELLE FILM Tutik Agustina; Satyawati Surya; Indah Sari Lubis
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5086

Abstract

ABSTRACTThis study concerned in finding out the types of social interaction performed by Dido character and her personality traits in Belle film. This study used two theories to answer the two objectives of this study which were Tischler’s social interaction and Costa & McCrae’s big five personality traits. The data of this study were pictures and words (in forms of narration and dialogue) related to the social interaction and personality traits of Dido character that were obtained from Belle film and its film script. The results of this study showed Dido as the main character of Belle film performed four types of social interaction such as nonverbal behaviour interaction, exchange interaction, cooperative interaction, and conflict interaction. Meanwhile, Dido’s personality traits were identified into extraversion, openness to experience, agreeableness, and conscientiousness. This study concluded that in performing the social interaction, Dido character tended to take account of her objectives and also involved her personality traits to achieve the best form of interaction.Keywords: sociology, social interaction, personality traits, character ABSTRAK Penelitian ini berfokus untuk mencari tahu tipe-tipe interaksi sosial yang dilakukan oleh Dido beserta sifat-sifat kepribadiannya dalam film Belle. Penelitian ini menggunakan dua teori untuk menjawab dua pertanyaan yaitu interaksi sosial milik Tischler dan lima sifat utama dalam kepribadian milik Costa dan McCrae. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa gambar-gambar dan kata-kata (dalam bentuk narasi dan dialog) yang berhubungan dengan tipe-tipe interaksi sosial dan sifat-sifat kepribadian karakter Dido yang diambil dalam film Belle dan skrip filmnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dido sebagai karakter utama dalam film Belle melakukan empat tipe interaksi sosial seperti perilaku interaksi non-verbal, interaksi pertukaran, interaksi kerjasama, dan interaksi konflik. Sementara itu, sifat-sifat kepribadian Dido diidentifikasikan sebagai extraversi, terbuka terhadap hal-hal baru, mudah bersepakat, dan sifat berhati-hati. Penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa dalam melakukan interaksi sosialnya, karakter Dido cenderung mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan-tujuannya dan mengikutsertakan sifat-sifat kepribadiannya agar dapat mencapai bentuk interaksi sosial yang terbaik.Kata Kunci: sosiologi, interaksi sosial, sifat-sifat kepribadian, karakter
AN ANALYSIS OF EXPECTANCY VALUES IN FRONT OF THE CLASS FILM Fernando Novelius; Satyawati Surya; Nasrullah Nasrullah
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5241

Abstract

ABSTRACTThis research intended to find the values of expectancy in Front of the Class film. The researcher analyzed the values of expectancy that depicted through Brad Cohen character and Cohen’s mother character. The data were analyzed with expectancy-value theory by Charles S. Carver and Michael F. Scheier. The data were generated from the dialogues and the actions of the characters in their struggle facing the adversity and to obtain their goals. In conclusion, this research revealed the values of expectancy that depicted from Brad Cohen character and Cohen’s mother character. Those are the goals that they had as a desirable and the values that Brad saw as undesirable. Also expectancy, that is sense of confidence from Brad Cohen and his mother about the eventual outcome of their efforts and sense of doubt from Brad Cohen about the eventual outcome of his efforts. Finally, the conclusion that can be drawn is that the findings in this research strengthen the fact that there are values of expectancy in Front of the Class film. Such as; Brad’s desire to be a teacher and all the concrete actions, also Cohen’s mother’s desire to cure Brad and to make Brad having a normal life and all the concrete actions to obtain it. Furthermore, the other findings of expetancy-value are those the refusal of Brad Cohen and Cohen’s mother to be different from people in a group of Tourette syndrome and also the refusal of Brad Cohen about an offer from Cohen’s father to be a building worker. Then, the sense of confidence of Brad Cohen and Cohen’s mother are also the values of expectancy. Those are sense of confidence about the eventual outcome of the struggle to be a teacher and the eventual outcome to cure Brad and to make Brad have a normal life, and also when Brad Cohen becomes doubtful about his effort to be a teacher.Key words: the values of expectancy, goals, expectancy ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai harapan (expectancy) dalam film Front of the Class. Peneliti menganalisis nilai-nilai harapan (expectancy) yang tergambarkan melalui tokoh Brad Cohen dan tokoh ibu Cohen. Data dianalisis dengan teori nilai harapan (expectancy-value) oleh Charles S. Carver dan Michael F. Scheier. Data tersebut dihasilkan dari dialog-dialog dan tindakan-tindakan dari tokoh-tokoh tersebut dalam perjuangan mereka menghadapi kemalangan dan perjuangan mereka untuk menggapai tujuan-tujuan mereka. Kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan nilai-nilai harapan yang tergambarkan dari tokoh Brad Cohen dan tokoh ibu Cohen. Yaitu tujuan-tujuan yang mereka miliki sebagai sesuatu yang diinginkan dan nilai-nilai yang Brad lihat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, dan juga harapan, yaitu rasa percaya diri dari Brad Cohen dan ibunya terhadap hasil akhir dari usaha-usaha mereka dan rasa ragu dari Brad Cohen terhadap hasil akhir dari usaha-usahanya. Akhirnya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa temuan dalam penelitian ini memperkuat fakta bahwa terdapat nilai-nilai harapan dalam film Front of the Class. Seperti; hasrat Brad untuk menjadi seorang guru dan semua tindakan-tindakan  konkritnya, juga hasrat ibu Cohen untuk menyembuhkan Brad dan untuk membuat Brad memiliki kehidupan yang normal dan semua tindakan-tindakan konkrit untuk menggapainya. Lebih lagi, penemuan-penemuan Expectancy-value  lainnya adalah penolakan dari Brad Cohen dan ibu Cohen untuk menjadi berbeda dari orang-orang dalam sebuah kelompok Tourette syndrome dan juga penolakan dari Brad Cohen terhadap tawaran dari ayah Cohen untuk menjadi seorang pekerja bangunan. Lalu, rasa percaya diri dari Brad Cohen dan ibu Cohen adalah juga nilai-nilai dari expectancy. Yaitu rasa percaya diri terhadap hasil akhir dari perjuangan untuk menjadi seorang guru dan hasil akhir untuk menyembuhkan Brad dan untuk membuatnya memiliki kehidupan yang normal, dan juga ketika Brad Cohen menjadi ragu terhadap usahanya untuk menjadi seorang guru.Kata kunci:     Nilai-nilai harapan, tujuan-tujuan, harapan
THE PORTRAYAL OF RACIAL DIDSCRIMINATION TOWARDS THE CHARACTERS IN MY NAME IS LEON NOVEL BY KIT DE WAAL Selvira Setia Avisa; M. Natsir; Fatimah M.
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5280

Abstract

ABSTRACT The study aims to discover the types of racial discrimination portrayed in Kit De Waal’s My Name is Leon novel as well as to identify the discrimination seen through the colored characters in the novel. The researcher uses the qualitative research with a mimetic approach to conduct the research. The data source of the study is Kit De Waal’s My Name is Leon novel. The data are collected from the narration and dialogues related to the racial discrimination toward the characters through the characterization depicted by the characters. The theories that are used in this study are Blank’s theory of Measuring Racial Discrimination and Kenan’s theory of narration. The results of this study show that explicit and intentional discrimination (verbal antagonism, avoidance, segregation, and physical attack), subtle prejudice, and organizational process are portrayed in this novel seen through the characters’ direct and indirect presentation which involve their characterization such as their speeches, actions, external appearances, and the environments related to the racial discrimination issue depicted in the story.Keywords: My Name is Leon, Discrimination, Racism, Indirect Presentation ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jenis-jenis diskriminasi rasial yang digambarkan dalam novel Kit De Waal berjudul My Name is Leon serta untuk mengidentifikasi diskriminasi yang dilihat melalui tokoh-tokoh di dalam novel. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan mimesis. Sumber data dari penelitian ini adalah novel karya Kit De Waal berjudul My Name is Leon. Data tersebut dikumpulkan dari narasi dan dialog yang terkait dengan diskriminasi rasial terhadap tokoh-tokoh melalui karakterisasi yang digambarkan oleh para tokoh. Teori-teori yang digunakan untuk penelitian ini adalah Teori Pengukuran Diskriminasi Rasial dari Blank dan teori Kenan mengenai teori narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diskriminasi eksplisit dan disengaja (antagonisme verbal, penghindaran, segregasi, dan serangan fisik), prasangka licik dan proses organisasi digambarkan dalam novel ini dilihat melalui presentasi tidak langsung dari karakter berkulit hitam yang melibatkan karakterisasi mereka seperti wicara, tingkah laku, penampilan luar, dan lingkungan yang terkait dengan isu diskriminasi rasial yang tergambarkan dalam cerita tersebut.Kata Kunci: My Name is Leon, Diskriminasi, Rasisme, Presentasi Tidak Langsung

Page 1 of 3 | Total Record : 22