cover
Contact Name
Andi Suwirta
Contact Email
aspensi@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
sosiohumanika@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
SOSIOHUMANIKA
Published by Minda Masagi Press
ISSN : 19790112     EISSN : -     DOI : -
This journal, with ISSN 1979-0112, was firstly published on May 20, 2008, in the context to commemorate the National Awakening Day in Indonesia. The SOSIOHUMANIKA journal has been organized and published by Minda Masagi Press, a publishing house owned by ASPENSI (the Association of Indonesian Scholars of History Education) in Bandung, West Java, Indonesia. The SOSIOHUMANIKA journal is published every May and November. The SOSIOHUMANIKA journal is devoted, but not limited to, Social Sciences education, Humanities education, and any new development and advancement in the field of Humanities and Social Sciences education. The scope of our journal includes: (1) Language and literature education; (2) Social sciences education; (3) Sports and health education; (4) Economy and business education; (5) Science, Technology and Society in education; (6) Political and Social Engineering in education; and (7) Visual arts, dance, music, and design education.
Arjuna Subject : -
Articles 208 Documents
Pemogokan Pekerja Lepas di Provinsi Jawa Barat Tahun 1952 Kandar, Kandar
SOSIOHUMANIKA Vol 10, No 1 (2017)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Pekerja lepas merupakan bagian dari pegawai yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintah. Pekerja lepas mulai diangkat sejak masa kolonial Belanda dalam menyikapi membengkaknya jumlah pengangguran pada tahun 1930-an. Pada masa itu, pemerintah lebih banyak mengangkat pekerja lepas daripada pegawai negeri. Pada dekade 1950-an, pemerintah Republik Indonesia mengangkat pekerja lepas secara besar-besaran. Pemogokan pekerja lepas yang diikuti oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Jawa Barat tahun 1952 dikendalikan oleh SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), organisasi “onderbouw” PKI (Partai Komunis Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang melatarbelakangi pemogokan, peran SOBSI dalam pemogokan, dan dampak yang ditimbulkan dari pemogokan tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori aksi kolektif model mobilisasi “broken negosiations” atau kesepakatan yang batal dari Charles Tilly (1978 dan 2003), yang mempunyai ciri utama terjadinya eksploitasi dari penguasa. Pemerintah Pusat melakukan pembatalan peraturan upah pekerja, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Kebijakan tersebut diprotes oleh pekerja yang berujung pada pemogokan. Dalam penulisan ini juga digunakan pendekatan strukturasi dari Anthony Giddens (2010). Panitia Aksi SOBSI, sebagai agensi, lahir karena adanya “constraining” atau kendala, kemudian agensi berkesempatan untuk mengubahnya atau “enabling”. Pemogokan berhasil melahirkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1954 tentang Pekerja Pemerintah. Pemogokan tersebut berdampak positif bagi kesejahteraan pekerja lepas di seluruh Indonesia, organisasi SOBSI, dan pemerintah yang berkaitan dengan urusan pekerja lepas.KATA KUNCI: Pekerja Lepas; Pemogokan; Jawa Barat; Pemerintah; Organisasi Buruh. ABSTRACT: “Freelance Workers’ Strike in West Java Province in 1952”. The freelancers are part of employees working in government institutions. Freelance workers began to be appointed since the Dutch colonial era in addressing the swelling of unemployment in the 1930s. At that time, the government had more freelance workers than civil servants. In the decade of the 1950s, the government of the Republic of Indonesia lifted freelance workers on a large scale. The freelance workers’ strike which followed by civil servants in West Java occured in 1952 was controlled by the SOBSI (Central of Labor Organization of Indonesia) as the substructure of PKI (Indonesian Communist Party). The aim of this research is to reveal the cause of the strike, the role of SOBSI, and the effect of its strike. The theory used in this research is collective action model of broken negosiations. The theory was written by Charles Tilly (1978 and 2003) with exploitation from government as its characterization. The Central Government cancelled the regulation of workers’s salary which designed by Local Government of West Java Province. That decision was excepted by workers which led to the strike. The structuration approach of Anthony Giddens (2010) was used in this research. Action Commitee of SOBSI as an agency was born from constraining and the agency has a chance to change it (enabling). The workers strike was successful in delivering Government Regulation Number 31 in 1954 concerning on municipal’s workers. The strike had a positive effect for workers’s welfare throughout Indonesia, SOBSI, and government itself, which related to workers matter. KEY WORD: Freelance Workers; Strike; West Java; Government; Labor Organization.About the Author: Kandar adalah Mahasiswa S-3 Program Studi Ilmu Sejarah, Departemen Sejarah FIPB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat; dan Direktur Preservasi ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia), Jalan Ampera Raya No.7 Jakarta Selatan 12560, Indonesia. E-mail: kandar.anri@gmail.comHow to cite this article? Kandar. (2017). “Pemogokan Pekerja Lepas di Provinsi Jawa Barat Tahun 1952” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.10(1) May, pp.19-34. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of the article: Accepted (June 1, 2016); Revised (December 15, 2016); and Published (May 30, 2017).
Hubungan Kampong Ayer dengan Kota Batu: Pusat Perdagangan dan Petempatan Penduduk pada Zaman Tradisi Brunei Bakar, Haji Tassim bin Haji Abu
SOSIOHUMANIKA Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Kerajaan Brunei merupakan sebuah empayar yang luas dan tertua di kepulauan Borneo. Pusat pemerintahan Kerajaan Brunei terletak di Bandar Brunei lama yang dikenali sebagai Kampong Ayer. Faktor mencari petempatan yang lebih strategik telah menjadi punca berlakunya perpindahan. Perpindahan pada peringkat awal lebih tertumpu di Teluk Brunei, kerana dilihat sebagai kawasan yang strategik dari segi pertahanan dan petempatan. Raja Brunei terdahulu lebih suka berpindah-pindah, sehingga menemui tempat yang lebih sesuai untuk dijadikan pusat pentadbiran dan perdagangan. Akhirnya, Kampong Ayer dan Kota Batu dijadikan petempatan bagi para pembesar Brunei yang telah membawa bersama pengikut-pengikutnya untuk menjadi pengawal peribadi mereka. Kertas kerja ini mahukan membincang hubungan antara Kampong Ayer dengan Kota Batu sebagai pusat pentadbiran pada zaman tradisi di Negeri Brunei. Di Kota Batu ini, umpamanya, telah dibina istana, masjid, dan pusat pendidikan yang bersesuaian dengan zaman tersebut bagi memudahkan interaksi Raja dengan rakyat dalam bentuk pentadbiran. Kota Batu pula merupakan Bandar Brunei lama dan sebagai petempatan yang terbesar, sebelum penghuni kawasan ini berpindah ke kawasan perairan Sungai Brunei, yang kemudiannya dikenali sebagai Kampong Ayer.KATA KUNCI: Pusat pentabiran, Kampong Ayer, Kota Batu, perdagangan, petempatan penduduk, zaman tradisi Brunei, dan Sultan Brunei. ABSTRACT: This paper entitled “Relationship the Kampong Ayer with the Kota Batu: Center of Trade and Population Settlement in the Times of Brunei Tradition”. Sultanate of Brunei is a vast empire and the oldest in the island of Borneo. The capital city of Brunei Sultanate government is located in the old Brunei city known as Kampong Ayer. Factor in searching the location more strategic has become the cause of displacement. Moving initially focused on Brunei Bay, as seen as a strategic area of defense and settlement terms. Kings of Brunei earlier are rather sedentary, so that finding the place more suitable as the administrative and commercial center. Finally, the locations of Kampong Ayer and Kota Batu are made settlement of the Royals of Brunei who have brought together their disciples to become personal bodyguards. This paper wants to discuss the relationship between Kampong Ayer and Kota Batu as the administrative center at the time of the Brunei tradition. In the Kota Batu, for example, has been built the palaces, mosques, and educational centers in accordance with the times in order to facilitate the interaction between the King with people in the form of administration. Kota Batu was also a long and old Brunei Town as the largest settlement, before the occupants moved into the waters area of the Brunei River, later known as Kampong Ayer.KEY WORD: Central administration, Kampong Ayer, Kota Batu, trade, residential settlement, Brunei’s traditional age, and the Sultan of Brunei.About the Author: Dr. Haji Tassim bin Haji Abu Bakar ialah Pensyarah Kanan di Akademi Pengajian Brunei UBD (Universiti Brunei Darussalam), Jalan Tunku Link, Gadong, Bandar Seri Begawan, Negara Brunei Darussalam. Bagi urusan sebarang akademik, penulis boleh dihubungi dengan alamat emel: tassim.bakar@ubd.edu.bn  How to cite this article? Bakar, Haji Tassim bin Haji Abu. (2013). “Hubungan Kampong Ayer dengan Kota Batu: Pusat Perdagangan dan Petempatan Penduduk pada Zaman Tradisi Brunei” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.6, No.2 [November], pp.125-134. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (September 11, 2013); Revised (October 13, 2013); and Published (November 20, 2013).    
Kesejahteraan Sosial dan Perumahan Yahaya, Mohd Haizzan; Badaruddin, Radin Firdaus R; Singh, Paramjit Singh J
SOSIOHUMANIKA Vol 10, No 2 (2017)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Kesejahteraan sosial merupakan elemen terpenting yang harus dipupuk serta dimiliki oleh setiap rakyat dalam sesebuah negara. Dalam konteks pembangunan sesebuah negara, kesejahteraan sosial bernilai apabila rakyat memperoleh sepenuhnya hak dan peluang yang sepatutnya diperoleh. Tahap kesejahteraan sosial yang stabil amat penting dalam komuniti moden, memandangkan kebanyakkan daripada mereka telahpun terdedah dengan hak dan peluang untuk merealisasikan potensi kehidupan sosial mereka. Antara ukuran utama kesejahteraan sosial adalah peluang untuk menikmati kesan yang positif terhadap penyediaan pemilikan rumah yang mencukupi dan mampu untuk dimiliki. Justeru, matlamat utama penulisan ini adalah untuk melihat kepentingan pembangunan kesejahteraan sosial, terutamanya dalam konteks kepentingan pemilikan rumah. Perbincangan kajian ini, dengan menggunapakai kaedah kualitatif dengan huraian yang bercorak deskriptif, turut menggariskan keperluan rumah terhadap institusi keluarga, kepentingan rumah, dan perumahan di Malaysia dan juga di negera-negara jiran serantau. Dalam hakikatnya, keperluan dan permintaan terhadap pembagunan perumahan di Malaysia terus meningkat sejajar dengan perkembangan penduduk. Pemilikan rumah juga dilihat penting kepada ekonomi sesebuah negara, kerana rumah bukan sahaja merupakan barangan pengguna tetapi juga barangan pelaburan. Pelaburan dalam perumahan pula akan memberi kesan berganda kepada pelaburan sektor yang lain. Oleh itu, pemilikan perumahan di Malaysia, dan di negara-negara jiran lainnya, bukan sahaja dapat mewujudkan kestabilan dan ekonomi yang sihat, tetapi pemilikan perumahan juga dapat merangsang kesejahteraan sosial komuniti sesebuah negara.KATA KUNCI: Kesejahteraan Sosial; Pembangunan Sosial; Pemilikan Rumah; Kerja Sosial; Masyarakat Malaysia. ABSTRACT: “Social Welfare and Housing”. Social welfare is an important element that must be nurtured and owned by every citizen in a country. In the context of national development, social well-being fully assessed when people acquire the rights and opportunities which should be obtained. A stable level of social welfare is very important in the modern community, since most of them had been exposed to the right and the opportunity to realize the potential of their social life. Among the main measures of social welfare is an opportunity to enjoy a positive impact on the provision of adequate housing and affordable. Thus, the main goal of this paper is to look at the importance of the development of social welfare, especially in the context of the importance of house ownership. This study, by using the method of qualitative and its explanation descriptively, also underlines the need for the house for the family institution, the importance of housing, and housing in Malaysia and the neighbouring countries. In reality, the needs and demands for housing development in Malaysia continue to increase in tandem with the development of the population. House ownership is also seen as important to the economy of a country, as house is not merely consumer goods but also investment goods. Investment in housing will also give the multi-implications toward the investment in other sectors. Therefore, ownership of housing in Malaysia, and in other neighboring countries, will not only create a stable and healthy economy, but housing ownership can also stimulate the social well-being of the community of a country.KEY WORD: Social Welfare; Social Development; House Ownership; Social Work; Malaysian Society.  About the Authors: Mohd Haizzan Yahaya, Radin Firdaus R. Badaruddin, dan Paramjit Singh J. Singh ialah Penyelidik dan Pensyarah Kanan di Sekolah Sains Sosial USM (Universiti Sains Malaysia), 11800 Minden, Pulau Pinang, Malaysia. Bagi urusan sebarang akademik, penulis boleh dihubungi secara terus melalui emel di: m_haizzan@yahoo.comSuggested Citation: Yahaya, Mohd Haizzan, Radin Firdaus R. Badaruddin & Paramjit Singh J. Singh. (2017). “Kesejahteraan Sosial dan Perumahan” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Volume 10(2), November, pp.245-256. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112. Article Timeline: Accepted (January 5, 2017); Revised (June 15, 2017); and Published (November 30, 2017).
Penglibatan dan Sumbangan Kanak-kanak Warga Filipina dalam Ekonomi Perikanan di Sabah: Satu Pengadilan Moral? Ali, Ismail
SOSIOHUMANIKA Vol 1, No 2 (2008)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: The issues and questions of the existence of Philippine children’s in Sabah have been studied and written as well as tried to be solved by the academicians. However, yet the issues and questions are still not being solved but getting worst and putting Sabah at lost. Based on the above question and scenario, the writer thinks that the time has come to stop from discussing and debating the existence of the Philippine children’s in various activities in Sabah from the negative perspective, but to change and divert the public perception by looking and defining their involvement positively from global perspective of the current world. In other words, the purpose of this document – based on research, library study and interview – is to provide new breath about the issue and question of Philippine children’s and not to repeat what have been studied and written by the previous researcher in realizing and belief that there is a difference and clear dividing line between ”facts and realities”. The purpose of this paper is to discuss the extent and suitability of the involvement of the Philippine children’s to be classified as “labour” in Sabah fishery economic and to take it as one way of victimization of rights as included in the ”Convention of Children Rights 1989” declaration about labour concept as stated in the Sabah Labour Ordinance. However, the Philippine children’s (as well as Indonesians) have provided impact in the development of Sabah Economy.Key words:  Philippine children, Sabah fishery economy and positive interpretation of historical facts and reality.About the Author: Prof. Madya Dr. Ismail Ali ialah Pensyarah Kanan pada Sekolah Sains Sosial UMS (Universiti Malaysia Sabah) dan Setiausaha Jurnal Sosiohumanika (kongsi penerbitan antara UMS di Kota Kinabalu dengan UPI di Bandung). Beliau dilahirkan di Keningau, Sabah, pada 4hb Mac 1969. Beliau berkelulusan Bachelor of Arts (1991) dan Master of Arts (1999) mengenai sejarah Asia Tenggara dan pengajian sejarah maritim daripada UM (Universiti Malaya) di Kuala Lumpur. Beliau berkelulusan Doctor of Philosophy (2004) mengenai sejarah ekonomi-maritim daripada UMS. Beliau telah banyak menulis buku, di antaranya adalah: Penyalahgunaan Bahan Letupan dalam Industri Perikanan di Sabah (Kota Kinabalu: Penerbit UMS, 2006); dan Pembangunan Industri Hiliran Berasaskan Perikanan di Sabah (Kota Kinabalu: Penerbit UMS, 2007). Bagi urusan sebarang akademik, beliau boleh dihubungi dengan alamat e-mail: ismailrc@ums.edu.my  How to cite this article? Ali, Ismail. (2008). “Penglibatan dan Sumbangan Kanak-kanak Warga Filipina dalam Ekonomi Perikanan di Sabah: Satu Pengadilan Moral?” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.1, No.2 [November], pp.365-390. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UPI Bandung, and UMS Kota Kinabalu, Malaysia, ISSN 1979-0112.Chronicle of the article: Accepted (June 5, 2008); Revised (August 8, 2008); and Published (November 20, 2008).
Pengembangan Model Simulasi Sosial pada Pembelajaran PKn Konteks IPS: Upaya Meningkatkan Sikap Demokratis Peserta Didik Andriani, Ana
SOSIOHUMANIKA Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal, menjadi lembaga yang diharapkan mampu mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai demokrasi di kalangan peserta didik. Sekolah harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan sikap demokratis peserta didik, sesuai dengan harapan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan demokrasi selayaknya disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, tidak terkecuali kepada peserta didik yang akan mewarisi bangsa dan negara ini di masa yang akan datang. Demokrasi dapat diupayakan melalui pendidikan, baik pendidikan formal dan informal, maupun pendidikan non-formal. Penelitian ini membahas tentang pengembangan model simulasi sosial dalam rangka meningkatkan sikap demokratis siswa terhadap pembelajaran kewarganegaraan. Model yang dikembangkan memiliki nilai-nilai pendidikan, khususnya pendidikan demokrasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan, karena dianggap paling sesuai untuk mencapai tujuan. Peserta didik dan guru di lima SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi subjek dalam penelitian ini, dengan menggunakan pendekatan eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian ini, model simulasi sosial pada pembelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) konteks IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) terbukti dapat meningkatkan sikap demokratik peserta didik. KATA KUNCI: Model simulasi sosial, pengajaran dan pembelajaran, PKn konteks IPS, siswa sekolah menengah, dan sikap demokratis. ABSTRACT: “Developing the Social Simulation Model in Learning Civics of Social Studies Context: An Increasing Effort of Democratic Attitudes to Students”. School, as a formal educational institution, is becoming an institution that is expected to develop and sustain democratic values among the learners. School should be able to contribute the improvement of democratic attitudes of learners, according to the expectations of family, community, nation, and state. Democratic education should be disseminated to the entire community, not exception to the learners who will inherit this nation in the future. Democracy can be achieved through education, both formal and informal education, as well as non-formal education. The research discussed about the development of social simulation model in order to improve the students’ democratic attitude to the learning of civics. The model is being developed having the educational values, particularly democratic education. The study used research and development method, since it is suitable with the research objectives. Participants in this research are teachers and students of the five of Senior High Schools by using experiment approach. Based on the results of this research, the model of the teaching and learning Civics of Social Studies educational context was proved it can improve the learners’ democratic attitude.KEY WORD: Social model simulation, teaching and learning, civics of social studies educational context, students of secondary school, and democratic attitude.About the Author: Ana Andriani, M.Pd. adalah Dosen di STT (Sekolah Tinggi Teknik) Kyai Haji E.Z. Muttaqien, Jalan Letnan Jenderal Basuki Rahmat No.37 Sindang Kasih, Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: ana.andriani@gmail.comHow to cite this article? Andriani, Ana. (2014). “Pengembangan Model Simulasi Sosial pada Pembelajaran PKn Konteks IPS: Upaya Meningkatkan Sikap Demokratis Peserta Didik” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.7(2) November, pp.279-292. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112.Chronicle of the article: Accepted (July 14, 2014); Revised (September 14, 2014); and Published (November 20, 2014).
Improving Teachers Professionalism to Face the Global Education Challenges: The Context of Brunei Darussalam Noor, Abdullah Mohd; Hamidon, Zahari
SOSIOHUMANIKA Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: This paper discusses characteristics of a profession, ingredients of professionalism, reviews on teachers and teaching profession, role of a teacher, the continuing questions of professionalism, and improving teacher professionalism. For Brunei Darussalam, Master of Teaching (M-Teach) and role of ICT (Information and Communication Technology) in teacher education programmes are highlighted in the current academic session. In coming semester, the Malay medium M-Teach in SHBIE (Sultan Hassanal Bolkiah Institute of Education) will be introduced to cater for multiculturalism in Brunei Darussalam. A part from that Arabic medium of instruction will be also included in SHBIE, UBD (University of Brunei Darussalam) and Kolej Universiti Perguruan Agama Seri Begawan (Religious Teachers University College Seri Begawan) programme. In line with the 21st century skills, teachers training should consider in integrating current global issues such as new technology, diverse cultures, religions, languages and lifestyles in a spirit of mutual respect, and open dialogue in personal, work, and community contexts. Pedagogical consideration should also include by providing opportunities for “active learning” and humour to encourage pupil engagement, making learning interesting, and explaining things clearly.Key words: teacher professionalism, Master of Teaching, role of ICT, and challenge for the National Education System for 21st Century in Brunei Darussalam.  About the Authors: Dr. Abdullah Mohd Noor is a Senior Lecturer at the Sultan Hassanal Bolkiah Institute of Education UBD (University of Brunei Darussalam); and Dr. Zahari Hamidon is also Senior Lecturer at the Department of Educational Foundation SHBIE UBD, Jalan Tungku Link, BE1410 Gadong, Negara Brunei Darussalam. They can be reached at: abdullahmohdnoor@yahoo.com and zaharimy@hotmail.comHow to cite this article? Noor, Abdullah Mohd & Zahari Hamidon. (2010). “Improving Teachers Professionalism to Face the Global Education Challenges: The Context of Brunei Darussalam” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.3, No.1 [Mei], pp.1-22. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNIPA Surabaya, and UMS Kota Kinabalu, Malaysia, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (February 11, 2010); Revised (March 14, 2010); and Published (May 20, 2010).   
Budaya Kota dan Nilai Tradisi Masyarakat Indonesia pada Mobil Keluarga Pasaribu, Yannes Martinus; Sachari, Agus; Sriwarno, Andar Bagus
SOSIOHUMANIKA Vol 8, No 2 (2015)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Sarana transportasi merupakan salah satu penunjang utama keberlangsungan sebuah kota dan menjadi kunci penghubung seluruh titik yang ada di kota tersebut. Seluruh kondisi ini membentuk model sosial-budaya masyarakat yang utilitarian dan menempatkan mobil pribadi menjadi salah satu ikon penting dalam pertumbuhan kota itu sendiri. Di Indonesia, penjualan mobil yang diperuntukkan bagi keluarga, atau yang dikenal dengan MPV (Multipurpose Vehicle), selalu menempati posisi rata-rata tertinggi dibandingkan dengan jenis desain mobil lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan nilai keluarga dan penerapannya dalam sebuah mobil keluarga, serta menganalisa sampai sejauh mana pentingnya keberadaan nilai-nilai tersebut pada sebuah mobil keluarga. Metoda penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol nilai keluarga menjadi hal yang lebih penting dan perlu direpresentasikan melalui mobil jenis MPV dibandingkan utilitasnya. Keluarga cenderung memiliki persepsi bahwa ruangan dalam mobil menunjukan posisi atau strata anggota keluarga. Selanjutnya, terdapat perbedaan antara aktivitas yang dilakukan saat bepergian dengan keluarga inti dan keluarga besar. Berbicara antar anggota keluarga terjadi saat penumpang berisi keluarga inti. Sebaliknya, saat mobil ditumpangi oleh keluarga besar, anggota keluarga banyak melakukan aktivitas dengan gadget atau alat komunikasi yang dimiliki. KATA KUNCI: Mobil keluarga, nilai, keluarga inti, keluarga besar, utilitas, identitas, budaya kota, persepsi, simbol nilai keluarga, dan ruangan dalam mobil. ABSTRACT: “Urban Culture and Traditional Values of Indonesian Society towards the Family Car”. Means of transportation is one of the main sustainability supports of a city and the key connecting all points in the city. These conditions form the entire socio-cultural model of utilitarian society and put private cars into one of the important icons in the growth of the city. In Indonesia, family car design, known as MPV (Multipurpose Vehicle), always occupied the highest average sales rate as compared to the other types of automobile. This study aims to determine the perception and value of the family as well as their application in a family car, then, analyzing the extent to which the importance of these values in a family car. The method of the study is qualitative approach. The result shows that the symbol of family values becomes more important and needs to be represented through the MPV type car rather than utility. Families tend to have the perception that the space in the car indicates position or strata of the family members. Moreover, there is a difference in terms of the activities carried out on the go with the nuclear family and extended family. Conversation among family members occurs when the passengers are of the nuclear family. Conversely, when a car is boarded by a large family, many family members will do activities with their own gadgets/communication devices.KEY WORD: Family car, value, extended family, nuclear family, utility, identity, urban culture, perception, symbol of family values, and space in the car.  About the Authors: Yannes Martinus Pasaribu, M.Sn. adalah Kandidat Doktor pada Fakultas Senirupa dan Desain ITB (Institut Teknologi Bandung), Jalan Ganesha No.10, Bandung 40132, Jawa Barat, Indonesia. Dr. Agus Sachari dan Dr. Andar Bagus Sriwarno adalah Staf Pengajar Desain Produk di ITB Bandung. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: ergolib@gmail.com, asachari@yahoo.com dan andarbugs@yahoo.comHow to cite this article? Pasaribu, Yannes Martinus, Agus Sachari & Andar Bagus Sriwarno. (2015). “Budaya Kota dan Nilai Tradisi Masyarakat Indonesia pada Mobil Keluarga” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.8(2) November, pp.217-230. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112. Chronicle of the article: Accepted (September 9, 2015); Revised (October 10, 2015); and Published (November 30, 2015).
Pengembangan Model Pembudayaan Nilai-Moral dalam Pendidikan Dasar di Indonesia: Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Bandungrejosari 1 Kota Malang, Jawa Timur Hakam, Kama Abdul
SOSIOHUMANIKA Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Kajian terhadap model pembudayaan nilai-moral di lingkungan pendidikan dan pengembangan model alternatif hipotetik perlu dilakukan agar menjadi acuan bagi pemegang kebijakan, praktisi pendidikan, dan stakeholder pendidikan dalam melakukan pembudayaan nilai-moral di lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitik untuk studi kasus. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan warga sekolah SD (Sekolah Dasar) Negeri Bandungrejosari I di Kota Malang, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembudayaan nilai-moral dapat dikembangkan melalui tiga pendekatan, yaitu: (1) Pengintegrasian nilai-moral pada mata pelajaran; (2) Melalui penataan suasana sekolah, baik unsur fisik maupun non fisik sehingga nilai-moral kondusif untuk diimplementasikan di sekolah; dan (3) Melalui program ekstrakurikuler seperti pramuka, drum band, dan bela diri. Adapun “core value” model realitas sekolah ini adalah Ar-Rahman dengan 11 nilai rinciannya seperti: ketakwaan, keamanan, ketertiban, keindahan, kebersihan, kekeluargaan, kerindangan, kesehatan, keterbukaan, keteladanan, dan kewirausahaan, yang dikemas dengan istilah 11 K. Kata-kata kunci: Pengembangan model, pendidikan nilai-moral, peserta didik, nilai-nilai Pancasila, dan warganegara yang baik.About the Author: Dr. H. Kama Abdul Hakam adalah Dosen Jurusan Pendidikan Umum FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, Jawa Barat, Indonesia. Beliau boleh dihubungi dengan alamat e-mail: kama.hakam@yahoo.comHow to cite this article? Hakam, Kama Abdul. (2011). “Pengembangan Model Pembudayaan Nilai-Moral dalam Pendidikan Dasar di Indonesia: Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Bandungrejosari 1 Kota Malang, Jawa Timur” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.4, No.2 [November], pp.159-184. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (September 24, 2011); Revised (October 27, 2011); and Published (November 20, 2011).    
Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa Aktivis Islam pada Perguruan Tingggi Umum Negeri di Seluruh Indonesia: Dari Eksklusif hingga Liberal Syahidin, Syahidin
SOSIOHUMANIKA Vol 9, No 2 (2016)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kegelisahan peneliti terhadap maraknya pandangan-pandangan keagamaan yang kontroversial di kalangan para aktivis mahasiswa Islam. Dengan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif-analitik, hasil penelitian menunjukan adanya hubungan asosiatif antara corak berpikir keagamaan dengan jenis kelamin, program studi, organisasi keagamaan intra kampus, dan ormas (organisasi kemasyarakatan) keagamaan orang tua responden. Penelitian ini juga menemukan adanya corak berpikir keagamaan mahasiswa aktivis Islam di PTUN (Perguruan Tinggi Umum Negeri) seluruh Indonesia yang cenderung “eksklusif” dan “inklusif”, serta sisanya “tidak jelas corak berpikir” mereka. Corak berpikir keagamaan para aktivis Islam di PTUN cenderung didominasi oleh hasil pembinaan di dalam kampus, bukan dari luar kampus. Dalam tema-tema tertentu, di antara mereka, ada yang memiliki corak berpikir keagamaan yang “inklusif”, bahkan “liberal” dalam tingkatan “ekstrim”. Unsur-unsur eksklusivitas dan inklusivitas pada corak berpikir mereka, tampaknya, lebih merupakan efek langsung dari hasil perkuliahan PAI (Pendidikan Agama Islam). Karenanya, pembinaan keagamaan bagi mahasiswa PTUN, melalui perkuliahan PAI, perlu dievaluasi dan ditata kembali. Perkuliahan PAI harus dibina oleh para dosen yang memiliki komitmen dakwah dan kompetensi yang baik, seperti kompetensi personal, profesional, sosial, pedagogis, dan profetik. KATA KUNCI: Corak Berpikir Keagamaan; Mahasiswa Aktivis Islam; Perguruan Tinggi Umum Negeri; Eksklusif dan Inklusif; Pendidikan Agama Islam. ABSTRACT: “The Pattern of Religious Thinking of Islamic Students’ Activists at the Public Higher Education Institutions in Indonesia: From Exclusive to Liberal”. This study was motivated by the anxiety researcher on the rise of religious views controversial among Islamic student activists. With quantitative methods that are descriptive-analytic, the results showed the associative relationship between the pattern of religious thought with the gender, study program, intra-campus religious organizations, and religious community organizations of respondents parents. The study also found a pattern of religious thinking of Islamic student activists at the PTUN (Public Higher Education Institutions) in Indonesia are likely to be "exclusive" and "inclusive", and the rest is "no clear pattern of thinking". The patterns of religious thinking tend to be dominated by the result of guidance process in campus, not from outside of campus. In certain themes, among them, there are who have a pattern of religious thought "inclusive", even "liberal" in the level of "extreme". The elements of exclusivity and inclusivity of the mode of thinking, it seems, is more of a direct effect on the results of PAI (Islamic Education) lecturing. Therefore, religious guidance for students at the PTUN, through PAI lecturing, need to be evaluated and reorganized. The PAI lecturing must be nurtured by the lecturers who have the high commitment in preaching and better competences, such as personal, professional, social, pedagogical, and prophetic.KEY WORD: Pattern of Religious Thinking; Islamic Students Activists; Public Higher Education Institutions; Exclusive and Inclusive; Islamic Education.About the Author: Dr. Syahidin adalah Dosen Senior di Program Studi PAI (Pendidikan Agama Islam), Departemen Pendidikan Umum FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: syahidinadpisi@yahoo.co.id dan syahidin@upi.eduHow to cite this article? Syahidin. (2016). “Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa Aktivis Islam pada Perguruan Tingggi Umum Negeri di Seluruh Indonesia: Dari Eksklusif hingga Liberal” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.9(2) November, pp.269-286. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UPI Bandung, ISSN 1979-0112. Chronicle of the article: Accepted (August 14, 2016); Revised (October 9, 2016); and Published (November 30, 2016).
War and Myth: The Might of Myth in the Kosovo War in 1999 Enuka, Chuka
SOSIOHUMANIKA Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: This paper concentrates on the connectedness between myth and war. It pictures myth as a causal explanation for war, and mirrors myth’s might and roles in erupting and exacerbating the war in Kosovo in 1999. Myths are often related to situations where people seek to construct, legitimize, and contest their social identities and ownerships. Most societies are held together by myth-system. Within such systems, foundation myths purport to explain the origins and destiny of a nation. Although they may be false in significant ways, foundation myths are usually accepted uncritically by people. They tell dramatic stories about a nation’s sacred history and this serves as the exemplary model for all significant political activities. Though the Kosovo War is traced to problematic factors that are many and mixed, but from all available indications, part of the factors for the war can be understood from the perspective of  contending and competing mythological recounting by the Kosovo-Serbs and Kosovo-Albanians of their past. Both sides’ arguments for right over Kosovo are based on a complex interpretation of mythological details. The big question that begs to be addressed is how to reconcile the two diametrically opposing mythical interpretations of historical and legal developments in Kosovo? The finding of this paper is that the failure to achieve a harmonization of the two mythological accounts exacerbated the hotly contested indigeneity question, leading Kosovo and its occupants to a catastrophic war that claimed several thousands of lives. KEY WORD: Between myth and war, war in Kosovo, foundation myths, Kosovo-Serbs and Kosovo-Albanians, and interpretations of historical events. RESUME: Makalah ini berjudul “Perang dan Mitos: Kekuatan Mitos dalam Perang Kosovo pada tahun 1999”. Fokus tulisan ini pada keterkaitan antara mitos dan perang. Ianya menggambarkan mitos sebagai suatu penjelasan sebab-akibat untuk perang, dan mencerminkan kekuatan mitos dan perannya dalam menimbulkan dan memperburuk perang di Kosovo pada tahun 1999. Mitos seringkali berhubungan dengan situasi dimana orang-orang berusaha untuk menciptakan, mensyahkan, dan memperjuangkan identitas sosial dan kepemilikan mereka. Kebanyakan masyarakat disatukan oleh sistem-mitos. Dalam sistem tersebut, mitos-mitos dasar diakui untuk menjelaskan asal-usul dan nasib suatu bangsa. Walaupun mitos-mitos tersebut mungkin salah dalam hal-hal penting, namun biasanya diterima secara tidak kritis oleh masyarakat. Mitos-mitos tersebut mengisahkan cerita-cerita dramatis tentang sejarah pengorbanan suatu bangsa dan hal ini bertindak sebagai model contoh bagi semua kegiatan politik yang penting. Walaupun Perang Kosovo berawal dari faktor-faktor problematis yang sangat banyak dan beragam, tetapi dari semua indikasi yang ada, salah satu faktor untuk perang dapat difahami dari perspektif cerita mitos yang bersaing dan menantang oleh orang-orang Kosovo-Serbia dan Kosovo-Albania tentang masa lalu mereka. Argumen kedua belah pihak untuk hak asasi bagi Kosovo berdasarkan suatu interpretasi yang rumit tentang seluk-beluk mitos. Pertanyaan besar yang diajukan adalah bagaimana untuk menyatukan dua interpretasi mitos yang bertentangan secara diametral tentang sejarah dan perkembangan resmi di Kosovo? Temuan dalam makalah ini bahwa kegagalan untuk mencapai keharmonisan dua cerita mitos memperburuk pertanyaan tentang keaslian yang bersaing panas, yang menuntun Kosovo dan penduduknya kepada perang bencana besar yang menelan ribuan nyawa. KATA KUNCI: Antara mitos dan perang, perang di Kosovo, mitos-mitos dasar, Kosovo-Serbia dan Kosovo-Albania, serta interpretasi peristiwa sejarah. ===About the Author: Chuka Enuka, Ph.D. is a Senior Lecturer at the Department of History and International Studies NAU (Nnamdi Azikiwe University) in Awka, Nigeria. Corresponding author is: chukaenuka@yahoo.comHow to cite this article? Enuka, Chuka. (2013). “War and Myth: The Might of Myth in the Kosovo War in 1999” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.6, No.1 [Mei], pp.27-40. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (March 20, 2013); Revised (April 24, 2013); and Published (May 20, 2013).   Â