cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Farmaseutik
ISSN : 1410590x     EISSN : 26140063     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmaseutic accepts submission concerning in particular fields such as pharmaceutics, pharmaceutical biology, pharmaceutical chemistry, pharmacology, and social pharmacy.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 3 (2023)" : 20 Documents clear
Terapi Pada Pasien COVID-19 derajat berat/kritis Di Salah Satu Rumah Sakit Yogyakarta Luthfiana, Farisa; Nugroho, Agung Endro; Puspitasari, Ika
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i1.70344

Abstract

Pasien gejala ringan sampai sedang banyak mengalami perbaikan setelah mendapatkan pengobatan, akan tetapi pada pasien gejala berat/kritis di ICU memiliki mortalitas yang lebih tinggi walaupun telah mendapatkan terapi. Terapi yang ditemukan dilapangan masih sangat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui pola pengobatan pasien COVID-19 gejala berat/kritis di salah satu rumah sakit Yogyakarta Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dalam bentuk case series pada 10 pasien COVID-19 gejala berat/kritis yang membaik dan 10 pasien COVID-19 gejala berat/kritis yang meninggal, data diambil secara retrospektif melalui rekam medik pasien COVID-19 rawat inap pada periode 1 Januari -31 Juli 2021. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dalam bentuk rata-rata/persentase untuk mendapatkan gambaran pola penggunaan obat. Penelitian ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran bagi praktisi dan referensi dalam penelitian selanjutnya mengenai pola penggunaan obat pasien COVID-19 gejala berat/kritis. Kelompok pasien meninggal 100 % menggunakan antivirus, 100 %  menggunakan antibiotik, 90% menggunakan antiinflamasi, 80% antikoagulan dan terapi tambahan ( 60 % N-Acetyl Cysteine (NAC), 10% kolkisin). Kelompok pasien membaik 100 % menggunakan  antivirus, 100% menggunakan antibiotik, 80 % menggunakan antiinflamasi, 90% menggunakan antikoagulan, terapi tambahan (90% NAC, 30% kolkisin). Antibiotik dan antivirus merupakan golongan obat yang banyak digunakan pada kedua kelompok dan kelompok pasien membaik dan kelompok pasien membaik mendapatkan terapi tambahan (NAC dan Kolkisin) lebih banyak dibanding kelompok meninggal, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat dari terapi tambahan pada pasien COVID-19 berat/kritis.
The Effect of Simvastatin Use on Decreased Child-Pugh Score in Patients With Liver Cirrhosis Nurifahmi, Rahmaningtyas; Ikawati, Zullies; Andayani, Tri Murti
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i1.74541

Abstract

Simvastatin is an antihyperlipidemic known to have pleiotropic effects and is currently being used as adjunctive therapy in patients with liver cirrhosis. Mechanism of action of simvastatin is to increase the availability of nitric oxide (NO), improve hepatic microvascular dysfunction, and improve the degree of liver fibrosis. Long-term use of simvastatin is expected to improve the prognosis in patients with liver cirrhosis as shown by a decrease of Child-Pugh score. This study aims to determine the difference in the decrease in Child-Pugh scores between groups of patients who consumed simvastatin 10 mg, simvastatin 20 mg, and the group of patients who did not consume simvastatin. The method used in this study was analytic observational with a retrospective cohort design and was performed on outpatients diagnosed with liver cirrhosis at Dr. Sardjito Yogyakarta Hospital in the period January 2017 to December 2021. Child-Pugh scores were observed to decrease after 3 months of patients using simvastatin. A total of 40 samples were obtained consisting of 13 samples as the control group, 13 samples in the simvastatin 10 mg group, and 14 samples in the simvastatin 20 mg group. The difference of the decrease in Child-Pugh scores between 3 sample groups were analyzed using the Kruskal Wallis test. The result showed that there was no difference in the reduction in Child-Pugh scores between the group of patients not taking simvastatin, the group of patients taking simvastatin 10 mg, and the group of patients taking simvastatin 20 mg for 3 months (p=0.964). Further research with a larger sampel size is needed to confirm this result.
Perbandingan Respon Klinik Kaptopril dan Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Pada Pasien Hipertensi Urgensi Nugroho, Agung Endro; Presticasari, Hardiyani; Rahmawati, Fita
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.67258

Abstract

Hipertensi urgensi didefinisikan sebagai hipertensi akut parah yang tidak terkontrol tanpa disertai kerusakan organ dengan tekanan darah sistolik ≥180 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥110 mmHg. Kaptopril, Amlodipine dan Kandesartan merupakan obat yang banyak digunakan sebagai terapi hipertensi urgensi dengan target penurunan tekanan darah dalam waktu 24-48 jam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Kaptopril dan kombinasi Amlodipin-Kandesartan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi urgensi yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat maupun bangsal rawat inap. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cohort retrospektif dan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap catatan medik pasien hipertensi urgensi di salah satu RS pemerintah Kota Magelang periode Januari - Desember 2020. Jumlah subyek penelitian sebanyak 66 pasien, terdiri dari 30 pasien kelompok Kaptopril dan 36 pasien kelompok kombinasi Amlodipine-Kandesartan. Hasil dari penelitian ini tidak terdapat perbedaan signifikan dalam menurunkan tekanan darah antara Kaptopril dan kombinasi Amlodipin- Kandesartan (p>0,05) pada 24 jam setelah terapi. Kaptopril mampu menurunkan tekanan darah sistolik 205,6±17,14 mmHg menjadi 149,27±20,7 mmHg atau menurun 27,40% dalam waktu 24 jam. Sedangkan,  kombinasi Amlodipin-Kandesartan menurunkan tekanan darah sistolik dari 202,36±18,58 mmHg menjadi 149,33±20,95 mmHg atau menurun 26,20% dalam waktu 24 jam. Kaptopril menurunkan tekanan darah diastolik 114,47±8,54 mmHg menjadi 89,17±8,36 mmHg atau menurun 22,10% dalam waktu 24 jam. Sedangkan, kombinsi Amlodipin-Kandesartan menurunkan tekanan darah diastolik dari 116,69±10,95 mmHg menjadi 90,06±11,94 mmHg atau menurun 22,83% dalam waktu 24 jam.
Pengaruh Edukasi oleh Apoteker Menggunakan Metode Brief Counseling Terhadap Tingkat Pengetahuan, Kepatuhan, dan Luaran Klinik Pasien Hipertensi Wiyatami, Monia Agni; Sari, Ika Puspita; Yasin, Nanang Munif
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.74819

Abstract

Upaya BPJS Kesehatan dalam meningkatkan pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan pengetahuan pasien hipertensi adalah menyelenggarakan program prolanis. Salah satu aktivitas prolanis yaitu pemberian edukasi kelompok. Namun selama pandemi COVID-19, program ini ditiadakan sementara dalam rangka pengendalian penularan infeksi, sehingga diperlukan strategi edukasi dengan metode konseling yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi oleh apoteker menggunakan metode brief counseling terhadap tingkat pengetahuan, kepatuhan, dan luaran klinik pasien hipertensi. Rancangan penelitian quasi-experimental pretest and posttest with control group. Bentuk intervensi berupa konseling singkat dengan poster melalui teknik 5A pada pasien hipertensi peserta prolanis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selama bulan September–Desember 2022. Data dianalisis secara statistik menggunakan Wilcoxon test untuk mengetahui perbedaan hasil masing-masing kelompok serta Independent sample T-test atau Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum dan setelah intervensi. Sebanyak 90 pasien yang diikuti selama satu bulan terdiri dari 46 kelompok intervensi dan 44 kelompok kontrol, menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi terdapat peningkatan tingkat pengetahuan yaitu 14,93±1,756 menjadi 20,57±1,601 (p=0,000), peningkatan kepatuhan 1,54±1,168 menjadi 0,80±0,910 (p=0,000), penurunan tekanan darah sistolik 162,67±14,618 menjadi 146,80±15,809 (p=0,000), serta penurunan tekanan darah diastolik 98,96±7,674 menjadi 87,04±9,897 (p=0,000). Intervensi brief counseling disimpulkan dapat memperbaiki semua variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Gambaran Profil Pengobatan Terapi Antihipertensi Pada Pasien Krisis Hipertensi Di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Ismayati, Dwi; Endarti, Dwi; Rahmawati, Fita
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.77852

Abstract

Krisis hipertensi merupakan suatu kelompok hipertensi berat yang dikategorikan menjadi hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya kerusakan organ. Hipertensi emergensi merupakan suatu kejadian hipertensi yang memerlukan penanganan segera karena dapat mengancam jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dan mendeskripsikan pola penggunaan antihipertensi pada pasien krisis hipertensi selama 24 jam di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cohort retrospektif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan catatan medik pasien krisis hipertensi di RSUP Dr Sardjito pada periode Januari 2018 hingga Juli 2022. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini sebanyak 37 subjek yang dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien krisis hipertensi paling banyak terjadi pada rentang usia 41-60 tahun yaitu sebesar (59,46 %), kemudian usia lebih dari 60 tahun (29,73 %), dan usia 18-40 tahun (10,81%). Klasifikasi krisis hipertensi yang paling banyak yaitu hipertensi urgensi (64,86 %), sedangkan hipertensi emergensi (35,14 %). Gambaran terapi antihipertensi yang digunakan pada kasus krisis hipertensi di RSUP Dr. Sardjito terdiri dari kombinasi 2 antihipertensi sebesar (40%), antihipertensi tunggal (32%), kombinasi 3 antihipertensi (19%) dan kombinasi 4 antihipertensi, kombinasi 5 antihipertensi, kombinasi 6 antihipertensi masing-masing sebesar (3%).
Perancangan Instrumen Untuk Menganilisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Rencana Kebutuhan Obat Dan E-Procurement Fauzi, Lalu Rizki
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.77942

Abstract

Puskesmas sebagai salah satu yang disebutkan bagian dari Fasilitas Tingkat Pertama yang menjadi layanan pertama Program JKN sebelum di rujuk ke rumah sakit. Tugas Apoteker di Puskesmas selain farmasi klinis juga berperan dalam melakukan manajemen obat termasuk di dalamnya perencanaan dan pengadaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja indikator yang mempengaruhi rencana kebutuhan obat dan e-procurement di puskesmas dan dinas kesehatan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari systematic review. Penelitian ini sudah mendapatkan ethical clearence dari Komite Etik FKKMK-UGM. Kuesioner divalidasi dengan 2 tahap, tahap 1 divalidasi oleh 18 panel ahli berdasarkan nilai mean dan IQR. Pada tahap ke 2 dilakukan modifikasi dengan dilakukan FGD dan hasil FGD diuji reliabilitas dengan uji Cronbach’s Alpha. Hasil penelitian didapatkan 48 indikator berdasarkan systematic review yang disebarkan kepada panel ahli. Kemudian didapatkan 52 sub indikator yang sudah divalidasi oleh panel ahli. Pada tahap 2 didapatkan semua indikator memenuhi standar nilai mean dan hanya 1 indikator yang memiliki nilai IQR yang rendah yaitu 2,25. Hasil uji Cronbach’s Alpha didapatkan pada faktor akurasi RKO dan faktor kendala pengelolaan obat melalui e-katalog yaitu 0,89. Kuesioner sudah tervalidasi oleh para panel ahli serta sudah memenuhi nilai reliabilitas sehingga kuesioner ini sudah layak untuk digunakan sebagai instrument untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi rencana kebutuhan obat dan e-procurement di puskesmas dan dinas kesehatan di Indonesia.
Profil Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Lanjut Usia Yang Dirawat Inap RS Akademik UGM Titami, Arina; Wiedyaningsih, Chairun; Pratama, I Dewa Putu
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.78446

Abstract

Hypertension is a common disease that is simply defined as a persistent increase in arterial blood pressure. Elderly is correlated with increased blood pressure, which increases the risk of heart disease, stroke, and kidney disease. Intensive treatment of hypertension can significantly reduce the risk of heart and cerebral vascular disease, including target organ damage. This study is an observational study with a retrospective cohort design. The subjects in this study were elderly patients with a diagnosis of hypertension who were hospitalized at the Gadjah Mada University Academic Hospital (RSA UGM) Yogyakarta in the period January 1, 2021–December 31, 2021. The data in this study were sourced from the medical records of the UGM RSA. Data analysis was carried out descriptively to describe the profile of the use of antihypertensive drugs in elderly patients with a diagnosis of hypertension who were hospitalized. The number of patients in that period was found to be 534 patients and then 120 patients who met the inclusion criteria. The 60-69 years age group was the most patient group (71 patients). The proportion of women was more (73 patients) than men. The highest prevalence of comorbidities was diabetes as many as 29 patients. The highest prevalence of length of stay in hospital (LoS) is 1-5 days as many as 66 patients. In this study, the most common use of antihypertensive drugs in elderly patients with hypertension who were treated at UGM RSA was combination therapy (66 patients). Most patients used single therapy with calcium channel blocker (CCB) antihypertensive drugs, namely amlodipine as many as 24 patients and the most combination therapy was amlodipine and candesartan as many as 20 patients.
Identifikasi Kejadian Adverse Drug Reaction pada Penggunaan Amlodipin di Instalasi Rawat Jalan RSUD Undata Rumi, Amelia; Aulia, Raiza; Tandah, Muhamad Rinaldhi
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.78950

Abstract

Latar Belakang: Adverse Drug Reaction (ADRs) atau reaksi obat yang merugikan merupakan salah satu masalah yang muncul saat mengkonsumsi obat, salah satunya adalah efek samping obat. Tingkat ADRs yang dilaporkan saat ini di Indonesia berkisar antara 15% sampai 30% pada pasien rawat inap. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian ADRs, kejadian ADRs yang terjadi serta skor probabilitas ADRs berdasarkan instrumen algoritma Naranjo yang terjadi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Undata Palu khususnya pasien penyakit hipertensi yang mengkonsumsi obat amlodipin. Metode: Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan prospektif yang bersifat cross-sectional dengan bantuan kuesioner algoritma Naranjo. Hasil: Didapatkan sebanyak 30 responden dengan kejadian ADRs sebesar 16,70% pada penggunaan obat amlodipin di Instalasi Rawat Jalan RSUD Undata, dimana ADRs yang terjadi, yaitu sebanyak 3 responden yang merasakan edema dengan persentase sebesar 10%, 2 responden yang merasakan diuresis dengan persentase sebesar 6,70%, dan sebanyak 1 responden yang merasakan mengantuk, mual, pusing, lelah dan susah tidur dengan persentase sebesar 3,30%, kemudian skor probabilitas ADRs dimana definite tidak terdeteksi sama sekali, probable sebanyak 5 responden (16,70%), possible sebanyak 2 responden (6,70%) dan doubtful sebanyak 23 responden (76,60%). Kesimpulan: Obat amlodipin cocok digunakan untuk terapi hipertensi jika dilihat dari ADRs yang terjadi yaitu hanya 5 dari 30 responden yang merasakan ADRs. 
Penggunaan Seftriakson Vs Penisilin Pada Pasien Leptospirosis Berat: Tinjauan Naratif Yasin, Nanang Munif; Pujilestari, Dwi; Nuryastuti, Titik
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.80477

Abstract

Leptospirosis penyakit demam septik akut yang disebabkan bakteri leptospira interrogan. leptospirosis merupakan salah satu penyebab zoonosis terpenting morbiditas dan mortilitas. Tatalaksana leptospirosis dengan menggunakan panduan yang diatur oleh Kemenkes pada tahun 2017. Antibiotik yang digunakan yakni penisilin atau seftriakson. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan antibiotik seftriakson di bandingkan penisilin dengan metode tinjauan naratif menggunakan artikel dari database Cochrane, Pubmed, dan Scopus. Pencarian artikel menggunakan kata kunci, leptospirosis, Weil’s syndrom, penisilin dan Seftriakson, case study, cohort dan Randomized Control Trial (RCT), yang terbit antara tahun 2012 hingga 2022. Hasil penyaringan didapatkan 8 artikel studi yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi. Efektivitas antibiotik seftriakson lebih baik dari penisilin. Dengan luaran klinik pasien membaik. Kesimpulan pada studi tinjauan naratif ini, terapi leptospirosis selama rawat inap disesuaikan dengan kondisi klinik pasien. seftriakson dan penisilin merupakan antibiotik yang aman digunakan pada pasien leptospirosis. Penggunaan seftriakson lebih efektif digunakan sebagai pilihan terapi pada leptospirosis berat.
Efek Kombinasi 2,4 D Dan Kinetin Pada Pembentukan Kalus Daun Catharanthus roseus (L.) G. Don Serta Deteksi Alkaloidnya Khoiriyah, Siti; Santosa, Djoko; Purwantini, Indah
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.82593

Abstract

Catharanthus roseus (L.) G. Don dikenal dengan tapak dara merupakan tanaman obat tradisional, yang telah dibudidayakan sebagai tanaman penghasil senyawa alkaloid vinkristin dan vinblastin sebagai antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi 2,4 D dan kinetin terhadap keberhasilan pembentukan dan pertumbuhan kalus serta mengetahui adanya kandungan senyawa alkaloid pada kalus. Eksplan diinokulasi dalam media Murashige-Skoog (MS) padat yang ditambahkan 2,4 D 1 mg/L dan kinetin 4 mg/L untuk menghasilkan kalus, kemudian kalus disubkultur dan dipanen setelah berumur 21 hari. Kalus dimaserasi dengan etanol p.a. Identifikasi senyawa dilakukan menggunakan KLT dengan fase diam silika gel 60 F254  dan fase gerak berupa kloroform:metanol (9:1). Bercak pada pelat KLT dideteksi dengan sinar UV 254 dan 366 nm serta pereaksi Dragendorff. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi 2,4 D 1 mg/L dan kinetin 4 mg/L berpengaruh dalam memacu keberhasilan pembentukan dan pertumbuhan kalus dengan rata-rata berat basah dan berat kering kalus masing-masing sebesar 2,359 dan 0,249 gram. Hasil identifikasi senyawa menunjukkan bahwa pada kalus dan tanaman asal mengandung alkaloid yang kemungkinan sama, yaitu senyawa dengan nilai Rf 0,89 dan 0,86.

Page 1 of 2 | Total Record : 20