cover
Contact Name
Ita Prihantika
Contact Email
itaprihantika@fisip.unila.ac.id
Phone
+62721-704 626
Journal Mail Official
jurnal.asp@fisip.unila.ac.id
Editorial Address
Jalan Soemantri Brodjonegoro No. 1, Gedung G, Kampus FISIP UNILA, Rajabasa, Bandarlampung, Lampung, Indonesia, 35145
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Analisis Sosial Politik
Published by Universitas Lampung
ISSN : 25808559     EISSN : 25808540     DOI : https://doi.org/10.23960/
Core Subject : Humanities, Social,
Jurnal Analisis Sosial Politik bertujuan mengkaji fenomena sosial dan politik dengan skup pembahasan, namun tidak berbatas pada bidang pemerintahan, sosial kemasyarakatan, sosiologi,
Articles 60 Documents
Implementasi Good Forest Governance dalam Pengelolaan Hutan Lindung di Kabupaten Bantaeng Taufik, Ahmad; Hamrun, Hamrun; Harakan, Ahmad
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i1.2

Abstract

This article explores the implementation of good forest governance in the management of protection forest in Bantaeng and processes as well as the management stages of protected forest areas in order to utilize and continuity stay awake. This study used a qualitative approach to explainingd main problems discussed by descriptive method. The results of this study found that implementation of forest management in Bantaeng get support from the local government as a form of implementation of good forest governance in the management of protection forest areas include the Strengthening national policy, and as well as the establishment and strengthening of community institutions. While the processes and management stages that lead to cooperation between forum rembuk hutan desa with LSM Balang held village discussions about village forest management for welfare enhancement in Labbo, Pattaneteang and Campaga. Artikel ini mengeksplorasi implementasi good forest governance dalam pengelolaan hutan lindung di Kabupaten Bantaeng dan proses serta tahapan pengelolaan kawasan hutan lindung agar pemanfaatan dan kelestariannya tetap terjaga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan secara metode deskriptif permasalahan pokok yang dibahas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan pengelolaan hutan di Kabupaten Bantaeng memperoleh dukungan dari pemerintah daerah sebagai wujud pelaksanaan good forest governance dalam pengelolaan hutan lindung dukungan tersebut meliputi Penguatan kebijakan pemerintah pusat, dan pembentukan serta penguatan lembaga kemasyarakatan. Sedangkan proses dan tahapan pengelolaan yang mengarah pada kerjasama forum rembuk hutan desa dengan LSM Balang menggelar diskusi kampung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa pengelolaan hutan desa di Labbo, Pattaneteang dan Campaga.
Analisis Orientasi Sikap, Pilihan, dan Budaya Politik Pemuda-Pemudi Etnis Lampung Era Kontemporer Syafarudin, Syafarudin; Purba, Darmawan
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i1.6

Abstract

This research aims: (1) to understand the orientations, attitudes and preferences of the youth lampungese in the present day (2) to examine the outdated assumption that the ethnic of lampung is likely more patriarchy or matriarchal cultural and political affairs; (3) to analysis and find answer related to the cultural change occurred. Researc location is in Lampung Province, from 20-27 october 2016. This research applied the descriptive and mixed methods. Survey was conducted by face to face interview and it was choosen by using purposive sampling methods and snowbowling technique. In addition, the respondent are male and female with boat in equalnumber of respondent, age between 17 and 30, come from lampungese family (either father or mother should be lampungese), educating in social or natural science background and responden should lived in lampung province. According to chose criteria we have therefore 120 respondents.The research concluded that the youth of lampungese tend to be more politically independent not a patriarchy or matriarchal, even there is difference in voting but still having a tolerant, participative and having a symptom toward a more cosmopolitan democracy. There are several reason behind this changing: (1) the wave of liberal democracy with one man one vote system therefore it also imply on the free of expressing the opinion/argument by the youth of lampungese (2) the impact of technology of information; (3) better welfare level of lampungese; (4) the impact of democratic and massive member recruitmen by political party and finally, it occurred due to influence of television such as the tv show/ reality with portraying how to be a more independent person. Tujuan penelitian ini: (1) untuk mengetahui orientasi, sikap, dan pilihan, serta budaya politik pemuda etnis Lampung pada era kontemporer terutama dalam kurun survei; (2) menguji anggapan lama yang berkembang ( benarkah bahwa etnis Lampung cenderung patrilineal atau matrilineal secara budaya dan politik); dan (3) mencari dan menyusun jawaban terkait penyebab perubahan kultur politik yang terjadi. Metode penelitian yakni tipe penelitian deskriptif dengan perpaduan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Survei pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara tatap muka.Responden ditetapkan dengan metode purposive sampling. Kriteria responden: 1. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan berjumlah sama; 2. berusia 17-30 tahun; 3. Salah satu dan atau kedua orang tua etnis Lampung; 4. kuliah di jurusan sosial atau eksakta; 5. Responden berasal dari kabupaten/kota di Lampung;. Responden ditetapkan 120 orang yang diperoleh dengan kombinasi tambahan metode snowball responden. Lokasi penelitian ini di Lampung pada 20-27 oktober 2016. Hasil dan kesimpulan penelitian sebagai berikut: corak budaya politik pemuda-pemudi etnis Lampung kontemporer cenderung bersikap dan memiliki pilihan mandiri, tidak dominan patrilineal dan matrilineal, berbeda pilihan dalam keluarga namun tetap toleran, cenderung berbudaya partisipan bukan subyek pasif dan bukan parochial, serta bercirikan demokratis kosmopolitan. Penyebab perubahan kultur politik pada pemudapemudi etnis Lampung kekinian ada 5 : (1) gelombang demokratisasi liberal (one man one vote) dan pengakuan hak bebas menyatakan pendapat; (2) terpaan kemajuan teknologi informasi; (3) tingkat pendidikan dan ekonomi kelas menengah etnis Lampung yang cukup meningkat; (4) partai politik gencar melakukan rekrutmen politik, kampanye politik, dan penyerapan aspirasi politik kaum muda; dan (5) pengaruh televisi terutama terpaan sinetron membawa nila baru kehidupan keluarga perkotaan yang menganggap modern manakala anak sudah bisa mandiri dari orang tua.
Prilaku Non Voting dalam Pemilihan Kepala Daerah Lampung Timur Tahun 2015 (Studi di Kecamatan Way Jepara Kabuaten Lampung Timur) Suwondo, Suwondo; Purba, Darmawan
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i1.8

Abstract

On December 9, 2015 Lampung province has carried out the Local Leaders Election simultaneously in 8 Regency / City, but the number of abstainers were still high. East Lampung Leaders Election is one of elections with the highest number of abstainers, as many as 289.351 voters or 36.42% were abstained. This number is even greater than the votes of candidates elected which was 263.926 or 33.22%. This fact is interesting to be seen in the context of non-voting behaviors that affect voters that they do not vote in the election. Conceptually non-voting behavior can be mapped into 4 groups: (1) political technical factors; (2) technical factors; (3) political factors; and (4) ideological factors. This research was conducted in Way Jepara District by interviewing 100 respondents that were chosen through multi-stage random sampling. In addition, the data of the research is also supported by the results of interviews conducted to members of the Election Commission of East Lampung. The research found that 51% of respondents enrolled in the Electoral Register were; 44% had moved before the election, 4% died and 3% seriously ill / lost consciousness. Only 49% of respondents could be encountered in this study and the results showed 12% of respondents did not choose because of political factors, 8.16% due to political technical factors and 4.08% because of ideological factors. Generally, as many 37 respondents or 75% did not vote due to technical factors, for example, one does not choose because of the conditions and situations that hamper the voters to come to the polling stations. Some of the major indicators are; (1) family requisite, (2) health, (3) do not remember or forget, and (4) working consideration.In line with the evaluation results by the Election Commission of East Lampung, steps that need to be done to improve voters participation rates in order to reduce abstained are namely: (1) improving the population administration, (2) building an actual system of administration. (3) spreading more widely and evenly voters education, (4) disseminating the election process long before the election day and strengthening institutionally the organizers of local leaders election. Pada 9 Desember 2015 di Provinsi Lampung terlaksana pemilihan kepala daerah serentak 8 Kabupaten/ Kota, namun angka golput masih tinggi. Pilkada Lampung Timur merupakan salah satu pilkada dengan angka golput tertinggi sebanyak 289.351 pemilih atau 36,42% golput, angka golput ini bahkan lebih besar dibandingkan perolehan suara calon bupati terpilih sebesar 263.926 atau 33,22%. Fakta tersebut menarik untuk dilihat dalam kontek prilaku non voting yang mempengaruhi pemilih sehingga tidak menggunakan suaranya saat pilkada. Secara konseptual prilaku non voting dapat dipetakan dalam 4 kelompok yaitu: (1) faktor teknis politis; (2) faktor teknis; (3) faktor politis; dan (4) faktor ideologis. Penelitin ini di dilaksanakan di Kecamatan Way Jepara, dengan mewawancarai sebanyak 100 responden yang dipilih secara multy stage random sampling. Selain itu data penelitian didukung hasil wawancara dengan anggota KPUD Lampung Timur.Hasil penelitian menemukan bahwa, sebanyak 51% responden yang terdaftar di DPT ternyata 44% sudah pindah sebelum pemilihan, 4% meninggal dunia dan 3% sakit keras/hilang kesadaran. Hanya 49% responden yang dapat ditemui dalam penelitian ini dan hasilnya menunjukkan 12% responden tidak memilih karena faktor politis, 8,16% karena faktor teknis politis dan 4,08% karena faktor ideologis. Umumnya sebanyak 37 responden atau 75% tidak ikut memilih dikarenakan faktor teknis, yaitu seseorang tidak memilih karena kondisi dan situasi yang menghambat pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara. Beberapa indikator utamanya; (1) Keperluan keluarga, (2) Kesehatan, (3) Tidak ingat atau lupa, dan (4) Pertimbangan pekerjaan.Sejalan dengan hasil evaluasi KPUD Lampung Timur langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan angka partisipasi pemilih sehingga dapat mengurangi golput antara lain: (1) penyempurnaan administrasi kependudukan, dan (2) membangun sistem administrasi kependudukan yang aktual. (3) pendidikan pemilih semakin secara luas dan merata, (4) sosialisasi proses pilkada jauh-jauh hari dan penguatan kelembagaan penyelenggara pemilihan kepala daerah.
The Origin of Developmental State in Singapore Irawan, Diandini Rahmawati
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i1.9

Abstract

This essay describes the origin of developmental state in Singapore. What characteristic that Singapore has as a developmental state that can support their economic growth and political stability. This article uses a qualitative approach which data collection techniques are literature studies. This article will analyze the circumstances in which developmental state emerges. It will argue the relevancies in using the developmental state concept as an alternative solution in gaining rapid socio economic growth. My contention is that the developmental state notion is still relevant in order to explain about the changing strategy in industrial policies. Moreover, the successful implementation of the developmental state will be continue if Singapore can deliver socioeconomic growth while at the same time it can manage class relation in society. Esai ini menggambarkan asal mula perkembangan negara di Singapura. Karakteristik apa yang dimiliki Singapura sebagai negara berkembang yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik mereka. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif yang teknik pengumpulan datanya adalah studi pustaka. Artikel ini akan menganalisis keadaan dimana negara berkembang muncul sebagai bantahan relevansi dalam menggunakan konsep pembangunan negara sebagai solusi alternatif dalam mendapatkan pertumbuhan ekonomi sosial yang cepat. Kesimpulannya saya adalah bahwa gagasan negara berkembang masih relevan untuk menjelaskan tentang strategi perubahan dalam kebijakan industri. Apalagi, keberhasilan implementasi pembangunan negara akan terus berlanjut jika Singapura dapat memberikan pertumbuhan sosial ekonomi sementara pada saat yang sama dapat mengelola hubungan kelas di masyarakat.
Budaya Patriarkis dalam Pencalonan Anggota Legislatif pada Pemilihan Legislatif 2014 (Studi pada PDIP, Partai Nasdem dan PKS Kota Bandar Lampung) Delpia, Dian Septi; Kurniawan, Robi Cahyadi
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i1.10

Abstract

Perempuan sesungguhnya memiliki peran yang sama (setara) dengan kaum laki-laki termasuk dalam kehidupan politik, salah satunya adalah dengan menjadi anggota legislatif. Namun kenyataannya diduga bahwa budaya patriarkis dalam pencalonan anggota legislatif masih menjadi hambatan bagi kaum perempuan karena masih didominasi kaum laki-laki, sehingga berdampak pada tidak terpenuhinya kuota 30% keterwakilan kaum perempuan di lembaga legislatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Budaya Patriarkis dalam Pencalonan Anggota Legislatif pada Pemilihan Legislatif 2014 pada PDIP, Partai Nasdem dan PKS Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, budaya patriarkis ternyata tidak menjadi hambatan bagi calon anggota legislatif perempuan pada PDI Perjuangan, Partai Nasdem dan PKS Kota Bandar Lampung dalam pemilihan calon anggota legislatif pada Pemilihan Legislatif Tahun 2014. Hal ini didasarkan pada deskripsi jawaban responden yang secara umum menunjukkan bahwa partai politik tidak membatasi perempuan dalam mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif serta memberikan kesempatan yang sama bagi kaum perempuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam politik praktis menghadapi Pemilu Legislatif 2014.
Demokrasi Perbandingan Demokrasi ala Cak Nur dan Konsep Barat Harjo, Budi; Warganegara, Arizka
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i1.11

Abstract

Demokrasi adalah sebuah konsep yang abstrak dalam konteks ide. Namun demikian, ide demokrasi itu sendiri secara umum berasal dari nilai-nilai Barat, contohnya seperti adanya tiga arti penting demokrasi: persamaan, keadilan, dan kebebasan. Konsep tersebut berasal dari ide bahwa revolusi kebebasan di Prancis pada awal abad ke-18. Nurcholish Madjid atau Cak Nur memiliki ide murni terkait dengan demokrasi. Ia percaya bahwa Islam dan nilai-nilai demokrasi Barat saling melengkapi dan cocok satu sama lain. Prinsip-prinsip demokrasi Cak Nur mencoba mengelaborasi ide keadilan dan Musyawarah dalam Islam dengan mengkonseptualisasikannya dengan demokrasi Barat seperti kebebasan dan egaliterianisme. Sebagai hasilnya, ide demokrasi Cak Nur dapat dikatakan merupakan jembatan antara demokrasi dalam Islam dengan nilai-nilai Barat. Makalah ini merupakah sebuah tinjauan literatur dalam menelaah beberapa ide demokrasi dalam perspektif Cak Nur dkk. Democracy is an abstract concept in the context of idea. However, the ideas of democracy itself are commonly coming and rooted by the western values for instance there are three basic meaning of democracy: equality, justice and liberty. Those concept are coming from the idea of liberal revolution in Europe in early of eighteen centuries. Cak Nur or Cak Nur has a genuine idea on democracy. He believes that Islam and western values of democracy are complementer and compatible. The principles of democracy of Cak Nur has tried to elaborate between the idea of justice and Musyawarah in Islam by contexualizing it with the basic concept of western democracy such as liberty and egalitarianism. As the result, the idea of Cak Nur’s democracy likely becomes the bridge between Democracy in Islam and Western Values. This paper is a likely a literature review on the several idea of democracy in the perspective of Cak Nur and others.
Debating New Social Media's Political, Social and Cultural Consequences to World's Revolutions Windah, Andi
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i2.12

Abstract

This article discusses a debatable notion that new social media alternately acts as the ground of political revolution or creates new social identity and induces cultural change. Social media sites are information and communication technologies (ICTs) that enable production and sharing of digital content in a mediated social setting. Several statistic reports revealed that these online media showed remarkable usage among citizens of countries across the globe. Having those facts on hand, some experts deduces that the higher usage of social media then more likely to seize the opportunity of increasing engagement in various issues, including tools for nearly all of the world’s current revolutions. The article also elaborates some counter claims to the notion. As a single click on Facebook group and merely a tweet do not make people politically activated, socially changed and culturally developed. Even though new social media acts as “a great mouthpiece”, it seems to be an austere logical linkage to say that new social media serve as a way to trigger the world’s current revolutions. All in all, new social media platforms can be utilized by their users with any kind of purposes especially in terms of providing fast and quick informational system. Artikel ini membahas gagasan yang cukup hangat diperdebatkan oleh kalangan intelektual dunia bahwa sosial media baru mendasari munculnya revolusi politik, menciptakan identitas sosial jenis baru dan menginduksi perubahan budaya. Situs media sosial adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang memungkinkan konten digital diproduksi dan didistribusikan dalam lingkungan sosial termediasi. Beberapa laporan statistik mengungkapkan bahwa penggunaan media online oleh warga negara dunia menunjukkan angka yang luar biasa. Fakta-fakta inilah yang membuat beberapa ahli menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial yang cukup tinggi menaikkan kesempatan keterlibatan warga dunia secara signifikan dalam berbagai isu, termasuk keterlibatan dalam semua revolusi di dunia saat ini. Artikel ini juga menguraikan beberapa klaim bertentangan dengan gagasan tersebut. Bahwa satu klik pada halaman Facebook dan sebuah cuitan pada Twitter tidak membuat orang aktif secara politik, berubah secara sosial dan budaya. Meskipun media sosial baru dapat dikategorikan sebagai "corong besar" penyebaran informasi, hipotesa yang menempatkan media sosial baru sebagai pemicu revolusi sangatlah lemah. Singkatnya, platform media sosial baru dapat dimanfaatkan oleh pengguna mereka dengan segala jenis keperluan terutama dalam hal menyediakan sistem informasi yang cepat dan cepat.
Program Generasi Berencana (GenRe) dalam Rangka Pembangunan Manusia Menuju Pembangunan Nasional Berkualitas Yulianti, Devi
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i2.13

Abstract

Program GenRe is the policy of the government which is responsible for resolving the population problem. Program GenRe is one of the government's efforts in population development, in order to support Indonesian teenagers to be more visionary and useful for the nation. This research used qualitative approach with descriptive type. Data collection techniques were conducted using interviews, observation and documentation. While the data analysis techniques performed using several stages such as data reduction, data exposure and drawing conclusions. The conclusion of this research was that Program GenRe had two approaches: Youth Family Development and Teenage/Student Counseling Information Center. This program was implemented with several strategies such as shortening, adolescent-friendly, learning, institutionalization and achievement. The suggestions were given such as BKKBN Kota Bandar Lampung should make SOP program implementation, improve socialization and conduct periodic evaluation. Program GenRe merupakan strategi pemerintah untuk mengatasi masalah pembangunan manusia khususnya remaja. Program ini berfokus pada pembinaan remaja-remaja Indonesia menjadi remaja visioner yang terhindar dari resiko Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, Napza). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan antara lain reduksi, pemaparan data dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa program ini memiliki dua pendekatan yaitu Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi Konseling (PIK). Program ini dilaksanakan dengan beberapa beberpa strategi antara lain : pendekatan, ramah remaja, pembelajaran, pelembagaan, dan pencapaian. Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah BKKBN Kota Bandar Lampung sebaikanya membuat SOP yag lebih jelas untuk melaksanakan program pada saat membuat perencanaan program lebih meningkatkan sosialisasi dengan lembaga terkait untuk mengembangkan program ini karena tidak semua remaja mengetahui keberadaannya, dan mengadakan suatu kegiatan evaluasi berkala untuk mengukur keberhasilan pencapaian targetnya.
Persepsi Laki-laki Lampung tentang Partisipasi Perempuan dalam Politik Handayani, Dwi Wahyu; Ratnasari, Yuni; Djausal, Gita Paramita
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i2.14

Abstract

In historical background, Lampungnese’s culture were positioning women’s role in positive and truly appreciated in household. As time went by, either it had shiftment, contraproductive prespective, pro cons about the women’s role as in domestic and public, there were in questions. Data showing women’s participation in Lampung, specially political participation are low. Women’s representative in DPRD Lampung less than 30%. There were 85 members, only 12 were presented by women. Putra daerah was acknowledge as symbolization of men in Lampung. It consequence the domination of men in political institution and governmental office. For strategic position dominated by the Lampungnese’se men, although Lampungnese’s were not the majority in Lampung.Lampung has multiple tribe with complex cultural diversity. The largest portion were immigrant, Javanese were the largest. It stressed out the research on searching for the background of women’s political participation. Our main assumption was looking for relations on perceptions and influences of Lampungnese men’s domination and women’s role in public, specifically in politics. Using qualitative descriptive and reviewing relevance’s theory of feminism.As results, first, in custom tradition system of Lampung, women had the equal opportunity in public, in every area, include politics. Second, Lampungnese’s men were flexible in women’s options in variant responses. Lampungnese’s men were positioning as women’s partner in domestic role, it was supporting the women for having public’s role. As Marxist feminism, men denied maximalize of women’s public role as the consequences of domestic’s role. Through structural functional, distribution’s of role implicate in limitation of women’s political participation. Third, the obstacles were women’s capacity (educations and experiences), supports (social groups and politic communication), and political competitions (political intrigue, unfair, and political fault). Budaya Lampung pada aspek sejarah, wanita dipersepsikan berperan sangat positif dan dihargai justru ketika menjadi penegak rumah tangga. Pada perkembangannya apakah mengalami pergeseran, kontraproduktif pandangan, pro kontra tentang wilayah domestik dan publik, ketika perempuan dituntut tanggungjawabnya yang lebih luas. Beberapa data menunjukkan keterlibatan perempuan di Lampung dalam partisipasi politik masih rendah. Keterwakilan perempuan di kursi DPRD Lampung kurang dari 30%. Jumlah keseluruhan 85 kursi, hanya 12 orang perempuan. Sementara itu, laki-laki di Lampung lebih mendominasi kekuasaan di institusi politik dan pemerintahan dengan istilah putra daerah. Dari sekian posisi penting, laki-laki Lampung mendominasi meskipun penduduk asli ini bukan mayoritas di Lampung. Lampung memiliki multi suku dengan budaya yang beranekaragam. Prosentase terbesar penduduknya adalah suku pendatang, yang sebagian besar adalah Jawa. Maka itu, penelitian mengenai penyebab rendahnya partisipasi politik perempuan Lampung menjadi hal yang menarik. Salah satunya dikaitkan dengan dominasi politik laki-laki Lampung meskipun bukan mayoritas, untuk mengetahui persepsi dan pengaruh terhadap peran perempuan di ranah publik khususnya politik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teori yang dipergunakan adalah meninjau berbagai relevansi teori mengenai feminisme. Hasil penelitian adalah pertama perempuan di Lampung dari sistem adat budaya Lampung memiliki kesempatan sama untuk berkiprah di ranah publik, dalam bidang apapun termasuk politik. Kedua, laki-laki Lampung bersikap fleksibel terhadap pilihan perempuan dengan berbagai varian sikap. Laki-laki memposisikan diri sebagai patner perempuan di area domestik, sehingga meringankan langkah perempuan di ranah publik. Laki-laki menolak maksimalisasi peran publik perempuan karena keterikatannya pada peran domestik, karena sikap perempuan menganggap peran domestik bukan hal penting ataupun adanya perjuangan pemikiran feminism marxis. Hal ini juga terbaca dengan struktural fungsional, tanpa disadari pembagian peran bukan sekedar ranah publik dan domestik tetapi juga terbawa pada ranah publik, adanya pembatasan ruang gerak perempuan dalam berpolitik. Selanjutnya, yang mewarnai dunia politik dengan kualitas feminis atau nama lain adalah ekofeminisme.Ketiga, kiprah perempuan dalam politik Lampung bukan terkendala budaya setempat tetapi lebih kepada kapasitas, dukungan dan persaingan politik. Kapasitas, faktor pendidikan dan pengalaman. Dukungan rendah karena keterbatasan ruang lingkup sosialisasi dan komunikasi politik. Persaingan politik di Lampung tidak mengarah kepada sisi gender, namun lebih kepada intrik politik, tidak fair dan tindakan pelanggaran politik.
Dominasi Perempuan dalam Iklan Televisi: Stereotip Gender dalam Iklan Televisi pada SCTV Auli, Merita; Jamiah, Ririn
Jurnal Analisis Sosial Politik Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Analisis Sosial Politik
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jasp.v1i2.15

Abstract

Advertising becomes a means to meet the information needs for the community. Advertising has also become one of the media that is very effective in attracting the attention and interest of audiences. Advertising becomes a way for producers to reach their target customers. An ad impression is packaged into a form that attracts attention so that the purpose of the product manufacturer can be achieved. One interesting form of ad packaging is to make women as role or role in the ads. This study observed the advertisement that impressions on private television station SCTV for one week with the time of broadcast at 19.00-22.00 WIB. Based on the results of the study found 226 different ads that aired on May 17-24, 2017. It has also done by involving two coding each representing men and women. The results is women have dominance in advertising when compared with men. Women dominate in the role category as much as 33% while men only 17%. While 35% of the locations used are homes and products are widely advertised is food and beverages with the amount of 43%. From the research result, television advertisement in Indonesia has domination of woman with home background and food-beverage product, so women can not escape from stereotype that woman is closely related to taking care of homework, children and family. TV commercials in Indonesia are dominated by women. So that the stereotype of women appear to be one of the decisive indicators of the success of an ad seen from consumer buying interest. Iklan menjadi sarana dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat. Iklan juga menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam menarik perhatian dan minat khalayak. Iklan menjadi salah satu cara bagi para produsen untuk mencapai target konsumennya. Sebuah tayangan iklan dikemas menjadi suatu bentuk yang menarik perhatian sehingga tujuan dari produsen produk dapat tercapai. Salah satu bentuk kemasan iklan yang menarik ialah menjadikan perempuan sebagai role atau pemeran dalam iklan. Penelitian ini mengamati iklan pada stasiun televisi swasta SCTV selama satu minggu dengan waktu tayang pukul 19.00-22.00 WIB. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak 226 iklan yang berbeda yang tayang pada tanggal 17-24 Mei 2017. Telah dilakukan pula pengkodingan dengan melibatkan dua orang pengkoding yang masing-masing mewakili laki-laki dan perempuan. Hasil pengkodingan menunjukan perempuan memiliki dominasi dalam iklan jika dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan mendominasi dalam kategori peran sebanyak 33% sedangkan laki-laki hanyak 17%. Sedangkan 35% lokasi yang digunakan ialah rumah dan produk yang banyak diiklankan ialah makanan dan minuman dengan jumlah 43%. Dari hasil penelitian, iklan televisi di Indonesia memiliki dominasi perempuan dengan latar rumah dan produk makanan-minuman, sehingga perempuan belum bisa lepas dari stereotip bahwa perempuan erat kaitannya dengan mengurus pekerjaan rumah, anak dan keluarga. Iklan televisi di Indonesia didominasi oleh perempuan. sehingga muncul stereotip bahwa perempuan menjadi salah satu indikator penentu dari kesuksesan sebuah iklan dilihat dari minat beli konsumen.