cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Kandai
ISSN : 1907204X     EISSN : 25275968     DOI : -
Kandai was first published in 2005. The name of Kandai had undergone the following changes: Kandai Majalah Illmiah Bahasa dan Sastra (2005) and Kandai Jurnal Bahasa dan Sastra (2010). Since the name of journal should refer to the name that was registered on official document SK ISSN, in 2016 Kandai started publish issues with the name of Kandai (refer to SK ISSN No. 0004.091/JI.3.02/SK.ISSN/2006 dated February 7th, 2006, stating that ISSN 1907-204X printed version uses the (only) name of KANDAI). In 2017, Kandai has started to publish in electronic version under the name of Kandai, e-ISSN 2527-5968.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2024): KANDAI" : 10 Documents clear
VERNAKULARISASI AL-QUR'AN: UPAYA PELESTARIAN BAHASA TOLAKI MELALUI PENERJEMAHAN (Al-Qur’an Vernacularization: Attempt of Tolaki Language Preservation Through Translation) Gunawan, Fahmi
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.6858

Abstract

The present study aims to analyze the process of translating the Qur'an into Tolaki. Data were collected through in-depth interviews, participant observation, and document analysis. Analysis was conducted using Hans J. Vermeer's Skopos theory. The findings indicate that the translation process of the Qur'an into Tolaki is tailored to the translation's purpose, utilizing Indonesian as the source language. The predominant translation ideology favors foreignization over domestication; the method employed is more inclined towards semantic rather than communicative translation. The prevalent levels of speech include 'anakia' and 'iwawo', and Arabic is sometimes used to clarify ambiguous meanings in Indonesian. Consequently, this study underscores the importance of adapting sacred texts to local social and cultural contexts. This adaptation involves selecting methodologies sensitive to the nuances of Tolaki society and employing language strategies that preserve authenticity and religious relevance. As a result, this translation serves as an effective communication tool and a symbol of the integration of religious and cultural identities in the lives of the Tolaki people. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses penerjemahan Al-Qur'an ke bahasa Tolaki. Wawancara mendalam, observasi partisipan dan analisis dokumen digunakan dalam mengumpulkan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teori Skopos Hans J Vermeer. Hasil penelitian melaporkan bahwa proses penerjemahan Al-Qur'an ke bahasa Tolaki disesuaikan dengan tujuan penerjemahan, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber, ideologi penerjemahan lebih dominan menggunakan ideologi forenisasi daripada domestikasi, metode penerjemahan lebih cenderung menggunakan penerjemahan semantik daripada penerjemahan komunikatif, level tuturan lebih dominan menggunakan tuturan anakia dan iwawo, serta bahasa Arab terkadang digunakan sebagai konfirmasi lanjutan mengenai makna kurang jelas di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini mengimplikasikan pentingnya adaptasi teks suci sesuai dengan konteks sosial dan kultural lokal. Proses ini melibatkan pemilihan metodologi yang sensitif terhadap nuansa masyarakat Tolaki dan penggunaan bahasa untuk menjaga autentisitas dan relevansi religius. Hasilnya, terjemahan ini menjadi alat komunikasi yang efektif dan simbol integrasi identitas keagamaan dan budaya dalam kehidupan masyarakat Tolaki.
PEREMPUAN DALAM MASA REVOLUSI DALAM CERPEN S. RUKIAH: SEBUAH PEMBACAAN GINOKRITIK (Women during Revolution Time in S. Rukiah’s Short Story: A Gynocritical Reading) Oktarina, Dwi; Tjahjandari, Lily Tjahjandari; Warsono, Sunu
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.5945

Abstract

The revolutionary period is described as an important chapter in modern Indonesian history. At this time, self-awareness as an independent nation was formed within the Indonesian people. As one of the women writers during the revolutionary era, Rukiah’s thoughts made enthusiasm within the framework of liberating women. This research seeks to reveal Rukiah's position as a woman writer by using the women as a writer or ginocritic approach in the short stories "Mak Esah" and "Istri Prajurit" in Tandus (first published in 1952 and reprinted in 2017). The results of the study show that Rukiah gives a picture of reality in her works. Apart from that, he also gave a portraits of life during the revolutionary period by using a straightforward language as well as symbolic language. From the results of the ginocritical reading, it was revealed that Rukiah really upholds the spirit of change for women. However, he has not shown any effort to support women's condition to be free from male oppression. The depiction of female characters physically and mentally has not shown Rukiah's alignment with the view of freeing women from oppression.Masa-masa revolusi digambarkan sebagai satu babak penting dalam sejarah Indonesia modern. Pada masa ini, kesadaran diri sebagai bangsa yang merdeka terbentuk dalam diri rakyat Indonesia. Sebagai salah satu perempuan pengarang di era revolusi, Rukiah hadir membawa pemikiran dan semangat dalam kerangka memerdekakan perempuan. Penelitian ini berusaha mengungkap gambaran posisi Rukiah sebagai seorang perempuan pengarang dengan menggunakan pendekatan women as a writer atau ginokritik dalam cerpen “Mak Esah” dan “Istri Prajurit” yang termaktub dalam Tandus (terbit pertama pada 1952 dan dicetak ulang pada 2017). Hasil kajian menunjukkan bahwa Rukiah memberi gambaran realitas dalam karya-karyanya. Selain itu, ia juga menuangkan potret kehidupan pada masa-masa revolusi dengan menggunakan gaya bahasa lugas sekaligus juga bahasa simbol. Dari hasil pembacaan ginokritik terungkap bahwa Rukiah memang menjunjung tinggi semangat perubahan bagi kaum perempuan. Akan tetapi, ia belum menunjukkan upaya mendukung kondisi perempuan untuk terlepas dari opresi laki-laki. Penggambaran karakter tokoh perempuan secara fisik maupun batiniah belum menunjukkan keberpihakan Rukiah pada pandangan untuk membebaskan kaum perempuan dari ketertindasan.
PENAMAAN DAN MAKNA KULTURAL LEKSIKON SESAJEN DALAM PROSESI LARUNGAN PESTA LOMBAN DI JEPARA (Naming and Cultural Meaning in Lexicon of Offerings in Larungan Procession Lomban Festival in Jepara) Sholikhah, Nikmatus; Hendrokumoro, NFN
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.7111

Abstract

Giving names to the offerings used in larungan procession of lomban festival is related to the meaning that the Jepara people want to convey and believe in. However, most people today only carry out the procession as an annual tradition without understanding its meaning. This purpose of research is to classify semantically the naming of offerings and describe the cultural meaning of offerings used in larungan procession of festival lomban in Jepara. The methodology is descriptive qualitative through ethnosemantic studies, particularly semantic naming theory and cultural meaning theory. The data is list of lexicon or vocabulary about the names of offerings in larungan procession obtained from interviews with an anthropologist and observation of video documentation lomban festival. The analysis results show that semantic naming of offerings in larungan procession is based on six things, those are based on distinctive characteristics, place of origin, ingredients, similarity, abbreviation, and arbitrary. Each offering also has cultural meaning that reflects the beliefs of Jepara people. These meanings are categorized into five categories that show the meaning of relationship between people and God, relationship between people and people, relationship between human and supranatural beings, relationship between people and nature, and forms of prayer or hopes which related to human attitudes and characteristics. Pemberian nama pada sesajen yang digunakan saat prosesi larungan pesta lomban erat kaitannya dengan makna yang ingin disampaikan dan dipercayai oleh masyarakat Kabupaten Jepara. Namun, kebanyakan masyarakat saat ini hanya menjalankan prosesi tersebut sebagai tradisi tahunan tanpa memahami maknanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan secara semantis penamaan sesajen dan mendeskripsikan makna kultural yang terkandung pada daftar leksikon nama-nama sesajen saat prosesi larungan pesta lomban di Kabupaten Jepara. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui kajian etnosemantik, khususnya pada teori penamaan semantis dan teori makna kultural. Data yang dianalisis berupa leksikon atau kosakata nama-nama sesajen dalam prosesi larungan yang didapatkan dari hasil wawancara dengan seorang antropolog dan pengamatan terhadap video dokumentasi pesta lomban. Hasil analisis menunjukkan bahwa penamaan sesajen dalam prosesi larungan didasarkan atas enam hal, yaitu penyebutan sifat khas, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, dan penamaan baru. Masing-masing nama sesajen itu mengandung makna kultural yang merepresentasikan bagaimana pemikiran masyarakat Jepara. Terdapat lima kategori makna, yaitu makna yang menunjukkan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan makhluk gaib, hubungan manusia dengan alam, dan bentuk doa atau harapan masyarakat terkait dengan sikap dan sifat manusia.
MEMORI KOLEKTIF KEISLAMAN MASYARAKAT MELAYU DAN WACANA ANTIKOLONIAL DALAM SYAIR ARDAN W. 262 (Islamic Collective Memory of Malay Society and Anticolonial Discourse in Syair Ardan W. 262) Resmanti, Maiyang; Kurniawan, Bagus
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.4500

Abstract

How are the collective memories of the Malay society in Syair Ardan? and how are Malay society dreams about responding to colonialism in Syair Ardan? are the main problem. This analysis aims to describe the collective memories of the Malay society in Syair Ardan and the dreams of the Malay society in responding to colonialism in Syair Ardan. The object analyzed is the classic Malay manuscript which was copied during the Islamic era that existed in Malay and the Malay nation had contact with colonial nations, entitled Syair Ardan W. 262 collection of PNRI. The text narrates the collective memories of the Malay society in forming their religious identity and dreams of responding to colonialism. The text is analyzed using collective memory studies regarding consciousness in responding to the socio-culture of a society using the hermeneutical method. This article reveals that Islam is part of the identity of the Malay society which can be proven through the opening narrative, content, and colophon in Syair Ardan, the dreams of the Malay society through collective memory by showing traces of the authority of the Malay nation to the next generation; and a representation of dreams of Islamization of the colonial nation. Bagaimana memori kolektif masyarakat Melayu dalam teks Syair Ardan? dan bagaimana angan-angan masyarakat Melayu merespons kolonialisme dalam teks Syair Ardan? merupakan pokok permasalahan yang menjadi inti dari tulisan ini. Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan memori kolektif masyarakat Melayu dalam teks Syair Ardan dan menjabarkan angan-angan masyarakat Melayu merespons kolonialisme dalam teks Syair Ardan. Objek yang dianalisis adalah naskah Melayu klasik yang disalin pada masa Islam telah eksis di Melayu dan bangsa Melayu telah bersinggungan dengan bangsa kolonial, berjudul Syair Ardan W. 262 koleksi PNRI. Teks menarasikan memori kolektif masyarakat Melayu dalam membentuk identitas religius dan angan-angan merespons kolonial. Teks dianalisis menggunakan kajian memori kolektif mengenai kesadaran dalam merespons sosial-budaya suatu masyarakat dengan metode hermeneutis, yaitu penginterpretasian suatu objek yang membentuk lingkaran hermeneutis. Tulisan ini mengungkap bahwa Islam adalah bagian dari identitas masyarakat Melayu yang dapat dibuktikan melalui narasi pembuka teks, isi teks, dan kolofon dalam Syair Ardan; angan-angan masyarakat Melayu melalui memori kolektif dengan menunjukkan jejak-jejak kewibawaan bangsa Melayu kepada generasi selanjutnya; dan representasi angan-angan Islamisasi bangsa kolonial.
TOPONYMIY OF THE HISTORICAL MOSQUE NAME IN SOUTH KALIMANTANTOPONYMY OF THE HISTORICAL MOSQUES’ NAMES IN SOUTH KALIMANTAN (Toponimi Nama Masjid Bersejarah di Kalimantan Selatan) Riani, NFN; Hestiyana, NFN
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.6186

Abstract

Penelitian ini bertujuan menelisik toponimi asal-usul nama masjid bersejarah di Kalimantan Selatan. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer doperoleh dari tuturan atau cerita dari tatuha kampung dan tokoh masyarakat yang telah dipilih. Data sekunder diperoleh dari dokumen resmi dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan kajian toponimi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Analisis data dilakukan dengan tahap-tahap mengklasifikasikan nama-nama masjid bersejarah berdasarkan deskripsi toponiminya, yakni aspek perwujudan, kemasyarakatan, dan kebudayaan. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Hasil nama-nama masjid bersejarah terdiri atas (1) aspek perwujudan, yakni (a) penamaan berdasarkan nama tumbuhan atau flora dan (b) penamaan berdasarkan rupa bumi; (2) aspek kemasyarakatan, yakni (a) penamaan berdasarkan tokoh dan (b) penamaan berdasarkan nilai-nilai sosial; dan (3) aspek kebudayaan, yakni berkaitan dengan mitos masyarakat setempat. Hasil penelitian ini berkontribusi dalam pendokumentasian toponimi nama-nama masjid bersejarah di Kalimantan Selatan. Melalui penelitian toponimi asal-usul nama masjid bersejarah diperoleh pengetahuan dan kearifan lokal di Kalimantan Selatan. Penelitian ini juga menjadi sarana pewarisan kebudayaan kepada generasi selanjutnya terhadap kebudayaan lokal yang memiliki nilai-nilai luhur, nilai filosofi, dan sejarah. This study is aimed at exploring the toponyms of historical mosque-origin names in South Kalimantan. The research method is descriptive qualitative. The data sources are primary and secondary. Primary data were obtained from speeches or stories from village elders and community leaders. Secondary data were obtained from official documents and previous studies. The data collection technique was carried out using read-and-note method. Data analysis was carried out by classifying the names of historic mosques based on their toponyms descriptions, namely aspects of embodiment, social, and cultural. The data analysis was presented using informal methods. The results of study show that the names of historic mosques consist of (1) embodiment aspects, namely naming based on (a) the names of plants or flora and (b) earth topographical relief ; (2) social aspects, namely (a) naming based on figures and (b) naming based on social values; and (3) the cultural aspect, which is related to the myths of the local community. The results contribute to toponymy documentation of the historic mosques’ names in South Kalimantan. Through the study, knowledge and local wisdom of historical mosque name origin are obtained. It is also a means of transmitting culture to the next generation of local culture which has noble values, philosophical values, and history.
ADVERB IN JAVANESE (Adverbia dalam Bahasa Jawa) Wijana, I Dewa Putu
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.5819

Abstract

Makalah ini berkenaan dengan bentuk dan makna adverbia di dalam bahasa Jawa yang permasalahannya belum pernah diteliti secara mendalam oleh para ahli bahasa. Dengan menggunakan data yang dikoleksi dari majalah Djaka Lodang, salah satu majalah berbahasa Jawa yang masih terbit di komunitas pemakaian bahasa Jawa, ditemukan bahwa adverbia bahasa Jawa dapat diungkapkan dalam bentuk kata-kata monomorfemik dan polimorfemik. Adverbia polimorfemik dapat dibedakan ke dalam bentuk kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk. Sementara itu, dalam kaitannya dengan masalah makna, adverbia bahasa Jawa dapat digunakan untuk mengungkapkan beberapa makna, seperti waktu, tempat, perturutan, keseringan, jumlah, perulangan dan kesamaan, cara, superlativitas, modalitas, sebab, dan perlawanan.          This paper deals with forms and meanings of adverb in Javanese whose problems have not been profoundly studied by the linguists. By using data collected from Djaka Lodang, one among a few number of Javanese magazines still exist in Javanese community, it is found that formally Javanese adverbs can be expressed in the forms of monomorphemic words and polymorphemic ones.  The polymorphemic words can be distincted into affixed words, reduplicative words, and compounds. Meanwhile, with regard to the meanings, the Javanese adverbs can be used to expressed several meanings, such as time, place, succession, frequency, quantity, repeatedness and similarity, manner, superlativity modality, cause, and contrast.
ANALISIS WACANA KRITIS NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK: PENDEKATAN MODEL FAIRCLOUGH (Critical Discourse Analysis of Negeri di Ujung Tanduk Novel: Fairclough Model Approach) Syah, Saprudin Padlil; Ansoriyah, Siti; Rohman, Saifur
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.6302

Abstract

A novel is a type of literary work created as an author's response to the context of his environment. This study aims to describe the textual level, the level of discourse practice, and the level of sociocultural practice in the Negeri di Ujung Tanduk Novel. This study used a descriptive qualitative approach. The source of data in this study is the novel Negeri di Ujung Tanduk by Tere Liye. The data obtained were analyzed using Fairclough's model of critical discourse analysis theory. Based on research, the following three things are known. First, the theme raised in this novel depicts power, ideology, and social norms in discourse. Second, based on the level of discourse practice, it is known that there is an interpretation of the text and context to the discourse. Third, based on the level of sociocultural practice, it is known that there is an external context that accompanies the discourse of the novel which includes three things, namely the situation dimension, the institutional dimension, and the social dimension.   Novel merupakan jenis karya sastra yang dibuat sebagai respons pengarang atas konteks lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan level tekstual, level praktik kewacanaan, dan level praktik sosiokultural pada novel Negeri di Ujung Tanduk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teori analisis wacana kritis model Fairclough. Berdasarkan penelitian diketahui tiga hal berikut. Pertama, yaitu tema yang diangkat dalam novel ini gambaran kekuasaan, ideologi, dan norma sosial dalam wacana. Kedua, berdasarkan level praktik kewacanaan diketahui adanya interpretasi teks dan konteks terhadap wacana. Ketiga, berdasarkan level praktik sosiokultural diketahui adanya konteks luar yang mengiringi wacana novel tersebut yang meliputi tiga hal, yaitu dimensi situasi, dimensi institusi, dan dimensi sosial. 
RESISTENSI KULTURAL PEREMPUAN DALAM NOVEL HIKAYAT PUTI LIMAU MANIH: SINGA BETINA RIMBO HULU (Women Cultural Resistance In The Novel Hikayat Puti Limau Manih: Singa Betina Rimbo Hulu) Syahril, Muhamad; Rahayu, Mundi
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.5835

Abstract

Women resistance has become an important issue because the oppressive and hierarchical patriarchal culture has harmed women’s rights. This study aims to discuss women's cultural resistance represented in a literary work. This study uses a literary criticism approach to reach the goal by applying Naomi Wolf's feminist theory and James C. Scott's resistance theory. The data source for this research is a novel written by a female writer, Aprilia Wahyuni, entitled "Hikayat Puti Limau Manih: Singa Betina Rimbo Hulu." The research results show that the female character in this novel, namely Puti and her friends, is carrying out resistance against patriarchal culture. The resistance is classified into open and closed resistance. An example of open resistance can be seen in Puti's attitude in negotiating her rights as a woman, fighting for their rights to choose partners, teaching women, and against sexual harassment, as well as resisting against the colonial Japan. Closed resistance, for example, was shown by Puti’s resistance to bow, a symbol of respect, to Japanese army. Resistensi perempuan merupakan isu penting dalam riset karena budaya patriarki yang menindas dan hirarkis telah banyak merugikan dan merampas hak perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas resistensi kultural perempuan yang dinarasikan dalam novel. Untuk mencapai tujuan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra dengan menerapkan teori feminisme Naomi Wolf dan teori resistensi James C. Scott. Sumber data penelitian ini adalah novel yang ditulis oleh penulis perempuan, Aprilia Wahyuni, yang berjudul “Hikayat Puti Limau Manih: Singa Betina Rimbo Hulu.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh perempuan dalam novel ini, yaitu Puti bersama teman-temannya melakukan resistensi terhadap budaya yang patriarki. Resistensi tersebut diklasifikasikan menjadi resistensi terbuka dan tertutup. Resistensi terbuka misalnya, dapat dilihat pada sikap Puti yang menegosiasikan hak sebagai perempuan, memperjuangkan haknya dalam memilih pasangan, mengajar para perempuan, dan melawan pelecehan seksual, serta perlawanan yang dilakukan oleh perempuan bersama para pemuda terhadap penjajah Jepang. Resistensi tertutup misalnya, ditunjukkan oleh sikap Puti yang menolak untuk menunduk memberi penghormatan terhadap tentara Jepang.
REPRESENTASI JEJAK HISTORIS RELASI RUSIA DAN HINDIA BELANDA DALAM SYAIR TAN TENG KIE (Historical Traces of Relations between Russia and the Dutch East Indies in Tan Teng Kie’s poetry) Sushina, Polina; Liliani, Else
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.6797

Abstract

This research aims to explain the historical events, background and facts of relations between Russia and the Dutch East Indies which are described in Tan Teng Kie's poetry Sair dari hal datengnja poetra makoeta Keradjaan Roes di Betawi, dan pegihnja and in Esper Ukhtomsky's diary entitled Eastern journey of His Imperial Majesty Tsarevich in 1890—1891. Researcher analyzed the poetry using the New Historicism approach. This research is an interpretive qualitative research with a parallel reading approach. The results of the research show that the poetry by Tan Teng Kie is generally consistent with Ukhtomsky's diary in telling the story of the arrival of the Russian crown prince to the Dutch East Indies in 1891. In the poetry the places that the Russian crown prince visited were (1) Batavia, (2) Bogor, (3) Garut, (4) Bekasi. The main aim of visiting was traveling and increasing knowledge. In the Dutch East Indies, the Russian crown prince and his entourage met with people from the Dutch East Indies government and army, such as the Governor General, generals, Dutch Indies ministers, and other nobles. In the poetry text, there are many short descriptions with general details that the poet witnessed. On the other hand, Ukhtomsky explains the historical events, background and facts supporting relations between Russia and the Dutch East Indies in more detail in his book entitled Eastern journey of His Imperial Majesty Tsarevich in 1890-1891.Penelitian ini bertujuan menjelaskan peristiwa sejarah, latar belakang, dan fakta pendukung relasi Rusia dan Hindia Belanda yang digambarkan dalam Sair dari hal datengnja poetra makoeta Keradjaan Roes di Betawi, dan pegihnja karya Tan Teng Kie dan dalam buku catatan harian Esper Ukhtomsky yang berjudul Eastern journey of His Imperial Majesty Tsarevich in 1890—1891. Untuk mencapai tujuan itu, peneliti menganalisis syair tersebut dengan menggunakan pendekatan New Historicism. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interpretif dengan pendekatan pembacaan paralel antara teks syair dan teks nonsastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa syair karya Tan Teng Kie itu secara umum berpadanan dengan buku catatan harian Ukhtomsky dalam menceritakan peristiwa kedatangan putra mahkota Rusia ke Hindia Belanda pada tahun 1891. Dalam syair digambarkan peristiwa sejarah kedatangan putra mahkota Rusia ke beberapa tempat di Hindia Belanda, seperti (1) Batavia, (2) Bogor, (3) Garut, (4) Bekasi dengan tujuan utama berwisata dan menambah pengetahuan. Saat berada di Hindia Belanda, putra mahkota Rusia dan rombongannya bertemu dengan orang-orang dari pemerintah dan tentara Hindia Belanda, seperti Gubernur Jenderal, para jenderal, para menteri Hindia Belanda, dan bangsawan lain. Dalam teks syair, ditampilkan banyak deskripsi singkat dengan detail umum yang penyair saksikan. Sebaliknya, Ukhtomsky menjelaskan peristiwa sejarah, latar belakang, dan fakta pendukung relasi Rusia dan Hindia Belanda secara lebih rinci dalam bukunya yang berjudul Eastern journey of His Imperial Majesty Tsarevich in 1890—1891.
MASKULINITAS PEREMPUAN DI BAWAH BAYANG-BAYANG FEMININ DALAM CERITA RAKYAT I MARABINTANG (Women Masculinity of the Feminine Shadow in the I Marabintang Folklore) Putri, Rahmin Meilani; Ikomah, Rinda Widya
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.5921

Abstract

Female Masculinity under the Shadow of Femininity in the Folktale of I Marabintang. The problem in this study is how is the nature of female masculinity under the shadow of femininity in the folklore of I Marabintang? This research aims to describe the masculinity of women in the folklore of I Marabintang. This research is a qualitative research with descriptive analysis method. The approach used in this research is a feminist approach using the concept of masculine and feminine theory. The data in this research is the folklore of I Marabintang which was booked by the Center for Language Development and Development of the Ministry of Education and Culture Jakarta in 1999. The result of this research is that the forms of masculinity in women are illustrated physically, psychologically, behaviorally, and in action. The conclusion of this research is that masculinity and femininity in women can be said to always go hand in hand. Masculine women are always overshadowed by the feminine side, and feminine women can also bring out the masculine side dominantly because of a demand. This condition makes the three female characters in the folklore I Marabintang as androgynous. Maskulinitas Perempuan di Bawah Bayang-Bayang Feminin dalam Cerita rakyat I Marabintang. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sifat maskulinitas perempuan yang berada di bawah bayang-bayang feminitas dalam cerita rakyat I Marabintang? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan maskulinitas perempuan dalam cerita rakyat I Marabintang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan feminisme menggunakan konsep teori maskulin dan feminin. Data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat I Marabintang yang dibukukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta pada tahun 1999. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa bentuk-bentuk maskulinitas pada perempuan diilustrasikan secara fisik, psikis, prilaku, dan tindakan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa maskulinitas dan feminitas pada perempuan dapat dikatakan selalu beriringan. Perempuan maskulin selalu dibayangi sisi feminin dan perempuan feminin dapat memunculkan sisi maskulin pula secara dominan karena adanya sebuah tuntutan. Kondisi tersebut menjadikan ketiga tokoh perempuan dalam cerita rakyat I Marabintang sebagai androgini.

Page 1 of 1 | Total Record : 10