cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022" : 6 Documents clear
EVALUASI TEPUNG KEDELAI SEBAGAI SUMBER FITOESTROGEN DALAM PAKAN TERHADAP TINGKAT KANIBALISME BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) Nazar, Danella Austraningsih Puspa; Sudrajat, Agus Oman; Arfah, Harton; Wahjuningrum, Dinamella; Maulana, Fajar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.145-153

Abstract

Beberapa upaya yang dilakukan untuk menanggulangi adanya kanibalisme pada ikan adalah dengan pemberian hormon sintesis estradiol-17β dan pemberian asam amino triptofan (bahan baku biosintesis serotonin) dalam pakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian tepung kedelai terhadap tingkat kanibalisme benih ikan lele. Tiga dosis perlakuan penambahan tepung kedelai yaitu: 0 (Kontrol), 50 (TK50), dan 100 g kg-1 pakan (TK100). Terdapat dua perlakuan kontrol yaitu penambahan hormon menggunakan 17α-metiltestosteron 30 mg kg-1 pakan (MT) dan estradiol-17β 50 mg kg-1 pakan (E2). Penelitian ini menggunakan benih ikan lele berukuran 2,90 ± 0,41 cm dengan padat tebar 2000 ekor m-2. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari (07.00, 12.00, dan 18.00). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan menggunakan lima perlakuan yang masing masing diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan TK100 pada pakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, menekan adanya kanibalisme serta ikan yang berpotensi kanibal (P<0,05). Hasil dari kinerja pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai laju bobot mutlak, laju panjang mutlak, laju panjang spesifik, dan koefisien keragaman panjang memiliki hasil yang berbeda nyata antarperlakuan (P<0,05) dan perlakuan laju bobot spesifik tidak berbeda nyata (P>0,05). Penambahan tepung kedelai dalam pakan mampu menekan adanya kanibalisme pada benih ikan lele sebesar 21,21%. Penurunan kanibalisme tersebut sejalan dengan adanya peningkatan kelangsungan hidup pada benih. Suplementasi tepung kedelai dalam pakan dapat menjadi alternatif solusi untuk penurunan tingkat kanibalisme pada pemeliharaan benih ikan lele.Several attempts have been made to reduce cannibalism in fish by supplementing the synthetic hormone estradiol-17β and amino acid tryptophan (raw material for serotonin biosynthesis) in feed. This study aimed to evaluate the effect of soybean meal on the level of cannibalism of catfish fingerlings. Three treatment doses of the supplementation of soybean meal were 0 (Control), 50 (TK50), and 100 g kg-1 feed (TK100). There were two control treatments, with the addition of hormones using 17α-methyltestosterone 30 mg kg-1 feed (MT) and estradiol-17β 50 mg kg-1 feed (E2). This study used catfish fingerlings measuring 2.90 ± 0.41 cm with a stocking density of 2000 m-2. The experiment was conducted for 30 days, thrice daily feeding (07.00, 12.00, and 18.00). The experiment was arranged in a completely randomized design using five treatments with triplicates. The results show that TK100 produced an increased survival rate and suppressed cannibalism level and potentially cannibalistic fish (P<0.05). The growth performance results show that the total weight rate, relative length rate, specific length rate, and length variation coefficient of catfish fingerlings were significantly different among the treatments (P<0.05). However,  the specific weight rate of catfish fish fingerlings was not significantly different among the treatments (P>0.05). The supplementation of soybean meal in feed suppresses cannibalism in the catfish seeds by 21.21%. The decrease in cannibalism was strongly correlated with the increase in the fingerlings’ survival rate. Supplementing soybean meal in feed can be an alternative solution to reduce cannibalism in catfish seed rearing.
IDENTIFIKASI SENYAWA POTENSIAL ANTIOKSIDAN PADA MAKROALGA COKELAT Turbinaria ornata DARI PANTAI GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA Perdana Sari, Wiwin Kusuma; Muslimin, Muslimin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.155-167

Abstract

Makroalga cokelat memiliki kandungan senyawa bioaktif yang bermanfaat dalam berbagai bidang kesehatan. Salah satu jenis makroalga cokelat dengan potensi antioksidan adalah Turbinaria ornata. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa potensial antioksidannya. Fraksinasi terhadap ekstrak T. ornata dilakukan untuk memfokuskan jenis senyawa potensial antioksidan. Ekstrak dan fraksi dengan potensi antioksidan terbaik dianalisis kandungan senyawanya dengan gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Pemantauan dengan plat kromatografi lapis tipis (KLT) juga dilakukan terhadap fraksi dengan potensi antioksidan terbaik. Hasil analisis GC-MS dan KLT mengidentifkasi senyawa hidrokarbon dodecane, asam lemak ester hexadecanoic acid ethyl ester, monoterpenoid dyhidroacnidiolide dan loliolide, senyawa fenol resorcinol serta flavonoid kaempherol sebagai senyawa-senyawa potensial pendukung aktivitas antioksidan makroalga cokelat T. ornata. Study menyimpulkan bahwa senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi dalam mendukung aktivitas antioksidan makroalga cokelat T. ornata. Brown macroalgae contain abundant bioactive compounds and are used in various medical applications. Turbinaria ornata is one of the brown macroalgae species suspected to have promising antioxidant potential. This recent study was conducted to identify the potential antioxidant compounds in T. ornata. Fractionation of T. ornata extract was done to differentiate the types of potential antioxidant compounds. Extracts and fractions with the best antioxidant potential were analyzed using gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). The fractions with the best antioxidant potential were monitored using the thin layer chromatography (TLC) plate. The analyses have determined the presence of bioactive compounds such as dodecane, hexadecanoic acid ethyl ester, monoterpenoids dyhidroacnidiolide and loliolide, resorcinol and kaempherol in the tested samples of brown macroalga T. ornata. These compounds have measurable effects on the antioxidant activity of the brown macroalgae. This study concluded that the identified bioactive compounds are deemed as potential compounds supporting the antioxidant activity of the brown macroalgae T. ornata.
EVALUASI PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG TERFERMENTASI TEHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Yusuf, Sunarti; Riana, Andi Dyna; Tahya, Akbar Marzuki; Djamaluddin, Ruqayyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.169-178

Abstract

Penggunaan bahan aditif dari produk limbah pertanian pada pakan ikan adalah salah satu solusi untuk menekan tingginya biaya pakan di system budidaya ikan. Tujuan penelitian adalah untuk melihat potensi pemberian tepung kulit pisang kepok (Musa paradisiaca) yang difermentasi ragi roti Saccharomyces cerevisiae sebagai feed additive pada benih ikan nila. Bahan yang digunakan adalah kulit pisang kepok matang yang difermentasi dengan S. cerevisiae. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan nila dengan bobot 2-3 g. Hewan uji diberi pakan tiga kali sehari menggunakan pakan yang mengandung tepung kulit pisang terfermentasi sesuai perlakuan yaitu A (0%), B (10%), C (15%), dan D (20%) sebanyak 5% dari bobot tubuh. Parameter yang diamati meliputi perubahan nutrisi pada kulit pisang kepok yang difermentasi, kelangsungan hidup, dan laju pertumbuhan mutlak benih ikan nila.  Hasil analisis proksimat pada fermentasi kulit pisang menunjukkan perubahan pada semua komponen nutrisi yang diamati meliputi nilai kandungan air yang relatif konstan pada semua hari, kadar abu mengalami sedikit peningkatan dari 0,910% menjadi 1,103%, kandungan lemak mengalami penurunan dari 1,265% menjadi  0,766%, kandungan protein mengalami peningkatan di hari pertama yaitu 13,304%, dan karbohidrat mengalami fluktuasi hingga mengalami penurunan drastis hari pertama kemudian cenderung mengalami peningkatan pada hari ke-4 hingga ke-5. Tingkat pertumbuhan mutlak, feed conversion ratio, dan efisiensi pemanfaatan pakan memperlihatkan nilai yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada pakan buatan mampu mencukupi kebutuhan benih ikan nila untuk melakukan pertumbuhan tetapi penambahan kulit pisang kepok yang difermentasi dengan S. cerevisiae tidak menunjukkan dampak yang signifikan pada benih ikan nila.The application of agricultural by-products as fish feed additives is one of the environmentally-friendly solutions to reduce the cost of feed in aquaculture. The purpose of the research was to examine the potential usage of banana peel flour from Musa paradisiaca fermented using Saccharomyces cerevisiae as a feed additive for farmed tilapia fish. The treatments were the addition of different amounts of matured banana peels flour fermented with S. Cerevisiae in the feed, i.e., treatment A (0%), B (10%), C (15%) and D (20%). Other ingredients in the feed were maintained at constant proportions. The test animals used were tilapia fish fries weighing 2-3 g. The test animals were fed with the feed treatments at 5% of body weight three times a day. The parameters observed included changes in nutritional values of the fermented banana peel flour and the survival rate and absolute growth rate of tilapia fry. The proximate analysis of the fermented banana peels showed value changes in all observed nutrient components, including a slight increase in ash content from 0.910% to 1.103%, a decrease in fat content from 1.265% to 0.766%, an increase in protein content in the first day, i.e., 13.304%, and fluctuations in carbohydrate content which exhibited a drastic decrease on the first day and then tended to increase in the fourth and fifth days. Only water content values showed a relatively constant value on all days. The absolute growth rate, feed conversion ratio, and feed utilization efficiency showed no significant difference in all treatments (P>0.05). This study concludes that the overall nutrient content in the artificial feed is sufficient to meet the growth development of tilapia fry. Despite that, there was no significant growth improvement of tilapia fry due to the addition of fermented banana peels with S. cerevisiae.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PROBIOTIK YANG BERBEDA TERHADAP RESPON IMUN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) PADA BUDIDAYA SISTEM INTENSIF Seviana, Niken Laili; Zubaidah, Anis; Hastuti, Sri Dwi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.191-203

Abstract

Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) adalah spesies budidaya yang digemari masyarakat Indonesia dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Budidaya ikan lele secara intensif yang saat ini banyak dikembangkan memiliki faktor resiko munculnya penyakit. Penyakit ini dapat menghambat keberhasilan budidaya lele, salah satu penyakitnya yaitu disebabkan oleh bakteri. Penyakit bakteri pada kegiatan budidaya ikan sudah menjadi masalah yang sering dihadapi pembudidaya. Salah satu jenis bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) adalah bakteri Aeromonas hydrophilla. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian probiotik yang berbeda terhadap respon imun ikan lele sangkuriang pada budidaya sistem intensif. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang selama 40 hari.  Ikan lele sangkuriang diberikan perlakuan perbedaan probiotik yang dicampur pada pakan untuk memaksimalkan efektivitas terhadap imunitas ikan lele sangkuriang. Metode yang digunakan adalah rancangnan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan P1 (kontrol) tanpa menggunakan probiotik, perlakuan P2 menggunakan probiotik dengan merk EM4, perlakuan P3 dengan merk probiotik Raja Lele dan perlakuan P4 dengan merk probiotik Minaraya. Parameter yang diamati antara lain survival rate, total eritrosit, total leukosit, hematokrit, aktifitas fagositosis dan kualitas air yaitu suhu, pH dan DO. Hasil data dianalisis ANOVA menggunakan software Excel, didapatkan hasil berbeda nyata. Hasil tertinggi pada setiap parameter antara lain, parameter SR perlakuan P3 dengan nilai 85,73±0,36%, total eritrosit perlakuan P3 dengan nilai 273 104 sel/mm3, total leukosit perlakuan P3 110,16  103 sel/mm3, hematokrit perlakuan P3 dengan nilai 29,9±0,91%, AF perlakuan P3 dengan nilai 66±1,63%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa probiotik yang memberikan respon imun terbaik adalah pada perlakuan P3 (Raja Lele).
PENGARUH SUPLEMENTASI TRIPTOFAN MELALUI PAKAN TERHADAP KANIBALISME DAN KONSENTRASI HORMON STEROID BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) Heltonika, Benny; Sudrajat, Agus Oman; Junior, Muhammad Zairin; Widanarni, Widanarni; Suprayudi, Muhammad Agus; Manalu, Wasmen; Hadiroseyani, Yani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.133-144

Abstract

Perilaku kanibal pada benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) menjadi permasalahan pada pembenihannya. Salah satu pendekatan yang sudah dilakukan untuk mengendalikan kanibalisme pada ikan adalah pemberian triptofan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh triptofan terhadap kejadian kanibalisme dan kandungan konsentrasi hormon steroid pada benih ikan baung. Panjang awal benih yang digunakan adalah 4,98±0,1 cm yang dipelihara di dalam akuarium berkapasitas 20 L dengan kepadatan 3 ekor per L.  Selama penelitian, benih ikan baung diberi pakan komersial (40% protein) yang disuplementasi triptofan dengan konsentrasi berbeda, yaitu tanpa suplementasi triptofan (A), suplementasi triptofan 0,25% (B), suplementasi triptofan 0,50% (C), suplementasi triptofan 0,75% (D), dan suplementasi triptofan 1% (E). Setiap perlakuan terdiri dari tiga kali ulangan. Pakan diberikan empat kali sehari secara satiasi. Parameter yang diamati adalah tipe kanibal, indeks kanibal, kematian normal, sintasan, performa pertumbuhan serta konsentrasi hormon (estradiol, testosteron, dan kortisol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan yang diperkaya triptofan memberikan penurunan kejadian kanibal dan peningkatan sintasan benih ikan baung. Pemberian triptofan juga menurunkan kandungan estradiol tubuh, dan penurunan ini ada kaitannya dengan penurunan kejadian kanibalisme. Performa pertumbuhan benih ikan baung meningkat dengan pemberian pakan yang ditambahkan triptofan.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi 0,50–0,75% triptofan pada pakan efektif menurunkan kejadian kanibalisme pada benih ikan baung.The cannibal behavior of Asian redtail catfish (Hemibagrus nemurus) is a problem in the hatchery. One approach that has been used to control cannibalism in fish is the use of tryptophan. This study aimed to determine the effect of tryptophan on the incidence of cannibalism and the content of steroid hormones in Asian redtail catfish juveniles. The study was conducted using the fish with a body length of 4.98±0.14 cm reared in aquariums with a water volume of 20 L with a density of 3 fish per L. Fish were given commercial feed (40% protein) supplemented with tryptophan with different concentrations, namely without tryptophan supplementation (A), tryptophan supplementation 0.25% (B), tryptophan supplementation 0.5% (C), tryptophan supplementation 0.75% (D), and tryptophan supplementation 1% (E). Each treatment consisted of three replications. Feed were given four times a day at satiation level. Parameters observed were cannibal type, cannibal index, normal mortality, survival rate, growth performance, and hormone concentration (estradiol, testosterone, and cortisol). The results showed that giving tryptophan through feed decreased the incidence of cannibalism and increased the survival of Asian redtail catfish juveniles. The addition of tryptophan to the feed decreased the concentration of estradiol in the body of fish and it is associated with a decrease in the incidence of cannibalism, thereby improving survival.  Furthermore, the supplementation of tryptophan also increased growth performance. The results of this study showed that supplementation of 0.50-0.75% tryptophan in feed was effective in reducing the incidence of cannibals in Asian redtail catfish juveniles.
PENGARUH PENGGUNAAN BENTUK SISTEM KOMPARTEMEN INDIVIDU YANG BERBEDA TERHADAP TOTAL HAEMOCYTE COUNT DAN PERTUMBUHAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) Putri, Sayira Yuliantari Ardian; Mulyono, Mugi; Sektiana, Sinar Pagi; Soebjakto, Slamet; Bahrawi, Samsul
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.179-190

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bentuk sistem kompartemen individu (SKI) yang berbeda terhadap total haemocyte count (THC) dan kinerja produksi lobster pasir (Panulirus homarus). Penelitian meliputi persiapan wadah, penebaran benih, pengelolaan pakan, monitoring kualitas air, monitoring pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pemeriksaan THC. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri atas tiga perlakuan dan tiga ulangan yaitu menggunakan SKI tabung, SKI prisma segitiga, dan SKI kubus. Nilai terbaik ditemukan pada penggunaan SKI tabung dibanding SKI prisma segitiga dan SKI kubus dengan THC 1,33 ± 0,12 x 106 sel ml-1, survival rate 83%, feed conversion ratio 9,63 ± 0,48, pertumbuhan bobot 51,83 ± 5,35 g ekor-1, pertumbuhan panjang 7,05 ± 0,09 cm ekor-1, dan specific growth rate 1,50 ± 0,07 % hari-1. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan bentuk SKI memengaruhi kinerja produksi dan tingkat stress lobster budidaya.The purpose of this study was to determine the effects of the use of different shapes of individual compartment system (ICS) on the total haemocyte count (THC) and growth performances of sand lobster (Panulirus homarus). The research included container preparation, seed stocking, feed management, water quality monitoring, growth monitoring, pest and disease control, harvesting, and the examination of THC. The experimental units of the study were arranged using a completely randomized design (CRD). This study employed three treatments and three replications, i.e., tube ICS, triangular prism ICS, and cube ICS. The best values were found in the use of tube ICS compared to triangular prism ICS and cube ICS with a THC of 1.33 ± 0.12 x 106 cells ml-1, a survival rate of 83%, a feed conversion ratio of 9.63 ± 0.48, a weight growth of 51.83 ± 5.35 g individual-1, a length growth of 7.05 ± 0.09 cm individual-1, and a specific growth rate of 1.50 ± 0.07% day-1. The results of this study concluded that differences in ICS shapes affected the production performances and the stress level of the cultivated lobster.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue