cover
Contact Name
I Gusti Agung Paramita
Contact Email
vidyawertta@unhi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
vidyawertta@unhi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
DHARMASMRTI: Jurnal Pascasarjana UNHI
ISSN : 16930304     EISSN : 2620827X     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan (Dharmasmrti) Diterbitkan oleh Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia Denpasar sebagai media informasi dan pengembangan Ilmu Agama dan Kebudayaan Hindu, terbit dua kali setahun yaitu setiap bulan April dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 264 Documents
NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA PELESTARIAN KEBUDAYAAN DI BALI I Gusti Ngurah Jayanti; I Wayan Rupa; I Made Satyananda; I Ketut Sudharma Putra; I Nyoman Rema; I Made Sumarja; I Made Sumerta
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v22i2.3398

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap nilai-nilai tradisional yang terdapat dalam kearifan lokal Bali. Adapun permasalahan dalam tulisan ini yakni bagaimana system nilai yang tercermin dalam kearifan lokal Bali dapat bertahan dan menjaga keberlanjutannya. Untuk mengungkapkan permasalahan tersebut penulis menggunakan metode dalam menggali informasi. Metode yang digunakan yakni: metode Observasi, wawancara dan dokumen/perpustakaan. Adapun kebaruan dalam tulisan ini mengungkapkan bahwa sistem nilai budaya masih tampak bertahan karena spirit dan keyakinan masyarakat masih kuat menjalankan tradisi sebagai benteng membendung dampak dari pengaruh budaya luar yang kurang sesuai dengan kebudayaan lokalnya. Beberapa tradisi yang dimaksud seperti tata kelola pengairan dan pembagian ruang dalam menjaga ekosistem. Berbekal pengetahuan lokal yang terwariskan secara turun-temurun memberikan dampak yang sangat baik terhadap upaya pelestarian kebudayaan dalam lingkungannya.
Karakterisasi Merida di Disney Brave 2012 Kadek Rossinta Dewi; Ni Komang Arie Suwastini; I Ketut Supir; Ida Ayu Made Istri Utami
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v22i2.3418

Abstract

Pengungkapan kepribadian karakter utama dalam sebuah narasi mempengaruhi alur cerita dan bagaimana karakter utama mencapai tujuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penokohan Merida sebagai pemeran utama wanita dalam film Disney Brave (2012). Dengan menerapkan analisis tekstual dari McKee (2003), penelitian ini menggunakan pembacaan dekat untuk mengidentifikasi penokohan Merida, sedangkan segmentasi plot dari Bordwell, Thompson & Smith (2017) digunakan untuk memecah narasi menjadi unit analisis untuk memudahkan pengumpulan data dan analisis data. Studi tersebut mengungkapkan bahwa Merida adalah seorang putri yang ceroboh, pemberontak namun pemberani. Dia kemudian belajar untuk bertanggung jawab sesuai dengan posisinya sebagai seorang putri dan cita-citanya sebagai pribadi. Jadi, sementara kecerobohan dan karakter pemberontak membawa masalah, ketika dia berani belajar untuk bertanggung jawab, dia bisa bangkit dari masalahnya dan menjadi orang yang lebih dewasa.
KURIKULUM SEKOLAH MINGGU DI GEREJA HKBP HASAHATAN PULAU MARIA AIR BATU KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA INDONESIA Nerti Sidabutar
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v22i2.3485

Abstract

Adapun Sekolah Minggu di setiap gereja-gereja adalah sebagai bentuk panggilan pelayanan gereja sebagai tubuh Kristus kapada Anak-anak. Namun dalam proses penyelenggaraannya kerap kali ditemukan pelayanan Sekolah Minggu (SM) kepada Anak Sekolah Minggu (ASM) yang masih terkesan apa adanya tanpa kurikulum pengajaran yang jelas. Penelitian ini merupakan sebuah studi yang mencoba mengeksplorasi pelaksanaan dan penerapan kurikulum Sekolah Minggu di Gereja yaitu Gereja HKBP Hasahatan Pulau Maria Air Batu, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Indonesia. Ditemukan bahwa gereja sudah mulai menerapkan kurikulum sederhana namun perlu mendapatkan perhatian pada bagian-bagian khusus yang akan dipaparkan dalam tulisan berikut.
REAKTUALISASI RITUS LAMBA WAKOS SUKU RAKAS-MANGGARAI TIMUR NTT DALAM KAITANNYA DENGAN PENGHARGAAN TERHADAP AWAL KEHIDUPAN MANUSIA: Telaah Filosofis Menurut Konsep Martabat Manusia Armada Riyanto Fransisko Sadianto; Pius Pandor
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4071

Abstract

Fokus utama studi ialah untuk mendalami dan menggali makna dan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam ritus lamba wakos suku Rakas Manggarai Timur-Flores-NTT. Tujuan yang hendak dicapai dari studi ini yakni untuk menjadikan kearifan lokal ritus lamba wakos sebagai ritus yang memiliki kontribusi bagi kehidupan manusia di Indonesia terutama dalam usaha untuk membendung tindakan aborsi. Metode yang digunakan dalam tulisan ini ialah pendekatan filosofis fenomenologis dengan mendalami kearifan lokal yang menyangkut penghormatan terhadap awal kehidupan manusia dalam kaitannya dengan konsep martabat manusia Armada Riyanto. Pendekatan yang digunakan untuk mendalami ritus lamba wakos yakni melalui pendekatan kualitatif dengan merujuk pada sumber wawancara dan studi kepustakaan. Studi ini menemukan bahwa dalam ritus lamba wakos pengakuan terhadap martabat manusia mendapat tempat yang nyata, sebab janin diserahkan kepada perlindungan Mori Kraeng (Tuhan) sebagai wujud tertinggi. Janin diakui eksistensinya sebagai manusia sejak dalam kandungan ibunya. Ritus ini juga berkontribusi menumbuhkan kesadaran ibu hamil untuk selalu menjaga janinnya hingga kelahirannya sehingga dapat menangkal keinginan untuk mengaborsi anaknya.
AUTOBIOGRAFI KEKERASAN SEKSUAL INSES “NO TEARS FOR MY FATHER” (VIGA BOLAND) DALAM ANALISIS TEORI PERKEMBANGAN MORAL PEREMPUAN – GILLIGAN DAN FEMINISME PSIKOANALISIS – DINNERSTEIN Moudy Cynthia; Elizabeth Kristi Poerwandari
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4072

Abstract

Penelitian ini ingin menganalisa kehidupan penyintas kekerasan seksual inses dan bagaimana ia menemukan jalan untuk mengambil kembali dirinya, untuk belajar dan melindungi dirinya sendiri untuk menjadi orang baik dan disaat yang sama menjaga dirinya agar tetap waras. Subyek penelitian ini adalah autobiografi No Tears for My Father karya Viga Boland. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah analisa teks dengan menggunakan teori Perkembangan Moral Perempuan Carol Gilligan dan Feminisme Psikoanalisis Dorothy Dinnerstein. Penelitian ini menelaah dinamika kehidupan penyintas (Viga Boland), kehidupan ibunya dan bagaimana penyintas menunjukkan dirinya kepada orang lain, perjuangannya untuk mencapai fase Etika Kepedulian dan meraih ke-saya-annya. Lebih lanjut studi ini juga mengelaborasi pengaturan gender yang patriarkis dan bagaimana pengaturan gender tersebut berdampak pada kekerasan seksual yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penelitian ini juga membahas kehidupan dengan berbagai kejadian menghancurkan yang dialami oleh penyintas sejak ia kecil sampai dewasa, dan relasi kuasa serta manipulasi yang dimainkan ayahnya untuk tetap membuat anaknya bungkam dalam kerangkeng yang diciptakannya. Studi ini memperlihatkan bahwa korban kekerasan inses mengalami berbagai dinamika kehidupan yang kompleks. Korban menggunakan kekuatan dirinya sebagai perempuan, seperti dalam teori Dinnerstein, dan berjuang untuk ke-saya-annya, mencapai tahap perkembangan moral dimana etika kepeduliannya berhasil meraih dirinya sendiri. Rasa cintanya kepada pasangannya, rasa cinta yang akhirnya ditunjukkan oleh ibunya menjadi salah satu faktor korban bisa keluar dari siklus kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya.
KONTRIBUSI GENERASI Z DALAM MEMBANGUN MODERASI BERAGAMA MELALUI LITERASI DIGITAL DI ABAD KE-21 Jimmi Pindan Pute; Nasib Tua Lumban Gaol; Herrio Tekdi Nainggolan; Melina Agustina Sipahutar; Andrianus Nababan; Josua Angret Panggabean
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4073

Abstract

Moderasi beragama merupakan kunci utama dalam membangun keseimbangan dan kesamarataan di antara umat beragama. Abad kedua puluh satu diidentikan dengan proses digitalisasi, sehingga generasi z memiliki peran signifikan untuk membangun moderasi beragama. Berdasarkan konsep tersebut, menjadi sebuah hal urgen untuk mengkaji tentang kontribusi yang dapat dilakukan oleh generasi z dalam membangun moderasi beragama melalui literasi digital. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah menyajikan berbagai kontribusi yang dapat dilakukan oleh generasi z dalam membangun moderasi beragama melalui literasi digital. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini, secara khusus dengan melakukan kajian literatur yang relevan, misalnya dari artikel jurnal dan buku-buku. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pada persoalan tentang agama dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan media digital untuk membangun kepedulian dan sikap toleransi sesama beragama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa generasi z berperan penting sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dalam membangun moderasi beragama. Adapun kontribusi generasi z dalam membangun moderasi beragama melalui literasi digital, yakni (1) membentuk komunitas literasi digital; (2) menyebarluaskan konten-konten dan informasi seputar agama yang membangun moderasi beragama; (3) melakukan pembinaan online; dan (4) menyelenggarakan lomba online.
PELUANG PERKAWINAN TRANSPUAN PROTESTAN MELALUI INKLUSIVITAS PEMAKNAAN HUKUM KASIH Stebby Julionatan; Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah; Irene Umbu Lolo
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4074

Abstract

Kasih adalah ajaran utama dalam Kekristenan. Namun, ketika ajaran utama Kekristenan tersebut diperhadapkan pada hak-hak kelompok minoritas seksual, khususnya transpuan, beragam permasalahan mulai timbul. Akibat perbedaan interpretasi, kasih tak lagi bersifat inklusif kepada “sesamamu manusia”. Agama justru menjadi hambatan terbesar terhadap penerimaan pada ketubuhan dan seksualitas kelompok transpuan. Tafsir atas teks-teks Alkitab menghakimi keberadaan tubuh, seksualitas, dan ekspresi mereka yang cair. Kerasnya permintaan pada pengakuan dan persamaan hak --termasuk legalisasi perkawinan, dituding sebagai tindakan yang “sesat” dan penyebab terjadinya bencana sebagaimana negeri Sodom yang dilenyapkan Allah. Melalui studi literatur, penelitian ini hendak melihat bagaimana Gereja selama ini memaknai Kasih untuk melihat tubuh dan seksualitas transpuan. Lalu, melalui pemaknaan yang inklusi terhadap Kasih, apakah ada jalan bagi para transpuan untuk memenuhi kebutuhan kemitraan mereka hingga pada jenjang perkawinan? Dengan metode fenomenologi yang berperspektif feminis penelitian ini menemukan empat hal. Pertama, sejumlah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang tak memiliki perspektif gender adalah penelitian yang bias dan diskriminatif terhadap kelompok minoritas seksual, khususnya transpuan. Kedua, penelitian yang tidak sensitif gender tersebut cenderung menggolongkan perkawinan transpuan sebagai perkawinan sesama jenis (same-sex marriage). Ketiga, Gereja dan pendeta jamak memakai tafsir heteronormatif yang menekankan bahwa perkawinan hanya diperkenankan Allah terjadi di antara laki-laki dan perempuan cis-gender. Dan keempat, pesan “kasihilah sesamamu manusia” yang selama ini dipakai Gereja dan adalah “kasihilah sesamamu manusia” yang mengecualikan kelompok minoritas, khususnya kelompok transpuan.
ETIKA KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL DALAM KAJIAN TRIPITAKA Sabar Marjoko
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4075

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang etika komunikasi di media sosial yang bersumber pada Kitab Suci Tripitaka. Etika merupakan bagian nilai kemoralan yang diajarkan oleh setiap agama, sehingga harusnya mampu mengarahkan seseorang untuk berperilaku bijak di dalam melakukan berbagai aktifitas, salah satunya dalam menggunakan media sosial. Namun kenyataannya terdapat penyimpangan penggunaan media sosial di masyarakat yang tidak sesuai dengan etika dan moralitas, seperti black campaign, ujaran kebencian, cyber bullying, sampai dengan penyebaran berita bohong (hoaks). Hal ini menarik untuk diteliti melalui kajian Kitab Suci Tripitaka, sehingga nilai ajaran Buddha mampu menjadi filter sekaligus pedoman bagi masyarakat agar bijak dalam berkomunikasi di media sosial. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Analisis data dalam kajian Tripitaka ini menggunakan teknik hermeneutika teori Paul Ricoeur. Hasil dari kajian penelitian ini adalah dalam menggunakan media sosial harus mengandung kebaikan, ajaran kebenaran, kegembiraan, dan sesuai fakta. Keempat nilai tersebut harus didukung oleh faktor-faktor lain yaitu kehalusan bahasa dan tutur kata, ucapan harus dilandasi cinta kasih, tujuan dan waktu yang tepat dalam penyampaiannya. Wujudnya adalah konten, tulisan, postingan yang mengedukasi, menginspirasi dan bermanfaat. Selanjutnya dalam menerima informasi di media sosial harus bersifat selektif dan kritis, namun tidak anti kritik serta mengutamakan diskusi sehat dalam bermedia sosial.
PEMBERDAYAAN DESA ADAT DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL MENUJU PEMBANGUNAN PARIWISATA BUDAYA DI KABUPATEN TABANAN I Wayan Suardana
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4077

Abstract

Kearifan lokal, pandangan hidup, dan kepercayaan masyarakat telah mendorong tumbuh dan berkembangnya keanekaragaman adat dan budaya yang mendukung perkembangan pariwisata. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Tabanan akan dihadapkan pada berbagai fenomena globalisasi dengan berbagai implikasinya yang dapat memungkinkan timbulnya berbagai konflik terhadap pelestarian kearifan lokal dalam masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya pemberdayaan desa adat dengan memadukan antara program desa adat dengan program pemerintah daerah yang bersifat inovatif, dengan melakukan inovasi dan kreasi, baik dalam bidang cipta, rasa maupun karsa, dengan melibatkan peran serta masyakarat agar tumbuhnya kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan yang telah dimilikinya, terjadinya perubahan dibidang sosial, budaya dan juga ekonomi masyarakat, gaya hidup serta sistem perekonomian yang terus berkembang mengikuti arus globalisasi. Modernisasi menyebabkan perubahan di berbagai bidang nilai, sikap dan kepribadian sejalan dengan realita yang dihadapi oleh desa adat, objek-objek yang sebelumnya bersifat sakral dirubah menjadi sesuatu yang memiliki nilai tukar, dilakukan inovasi dan komersialisasi untuk penikmatan pariwisata, perubahan sosial yang selalu mengubah masyarakat dari satu tingkatan ke tingkatan lainnya, dengan melakukan inovasi dan kreasi.
FEMINISASI KEMISKINAN: AKSES DAN KONTROL PEREMPUAN PADA PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI MASA COVID-19 Akhmad Misbakhul Hasan; Mia Siscawati; Sri Kusniati
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4078

Abstract

Kebijakan perlindungan sosial melalui program-program kesejahteraan sosial yang dijalankan oleh pemerintah dan pemerintah daerah perlu dikaji ulang dengan seksama, baik dari aspek regulasi maupun implementasinya. Fenomena feminisasi kemiskinan di saat pandemi Covid-19 (feminisasi pandemi) dapat menjadi momentum transformasi kebijakan perlindungan sosial lebih responsif gender dan inklusif. Penelitian ini mengkaji kebijakan dan implementasi PKH dengan pendekatan dan perspektif feminis. Teori yang digunakan antara lain Gender and Welfare State Regimes-nya Diane Sainsbury. Alat analisis gendernya menggunakan Caroline Moser. Temuan penelitian menunjukkan bahwa transformasi kebijakan perlindungan sosial di Indonesia, termasuk PKH belum sepenuhnya responsif gender dan inklusif, meski kelompok sasaran utamanya adalah perempuan. Bantuan-bantuan sosial yang diberikan pun masih sebatas untuk pemenuhan praktis gender belum untuk pemenuhan strategis gender, sehingga belum mampu merubah pola relasi perempuan dalam keluarga maupun relasi sosial di masyarakat. Untuk itu, perlu pengkajian ulang dan pendalaman atas kebijakan-kebijakan perlindungan sosial, khususnya PKH hingga pada tataran implementasi agar lebih responsif gender dan inklusif. Penguatan kepada perempuan dan perempuan kepala keluarga miskin tidak boleh terjebak pada pembebanan kesejahteraan seseorang atau keluarga hanya kepada perempuan, ibu atau perempuan kepala keluarga sebagaimana diterapkan dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Untuk itu, konsep teoritis tentang defamilialization and demotherization perlu menjadi kajian kerangka kebijakan PKH ke depan. Program-program kesejahteraan sosial, khususnya PKH, yang masih bersifat charity untuk pemenuhan kebutuhan praktis gender harus ditingkatkan menjadi program-progam yang lebih strategis gender.

Filter by Year

2015 2025