DHARMASMRTI: Jurnal Pascasarjana UNHI
Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan (Dharmasmrti) Diterbitkan oleh Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia Denpasar sebagai media informasi dan pengembangan Ilmu Agama dan Kebudayaan Hindu, terbit dua kali setahun yaitu setiap bulan April dan Oktober.
Articles
264 Documents
IMPLEMENTASI AJARAN KEJAWEN OLEH PAGUYUBAN BUDAYA BANGSA
Satria Adhitama
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3378
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Paguyuban Budaya Bangsa menjalankan ajaran Kejawen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Paguyuban Budaya Bangsa adalah salah satu organisasi kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang ada di Indonesia khususnya di daerah Jawa Bagian Tengah yang menjalankan ajaran Kejawen. Paguyuban Budaya Bangsa pertama kali dicetuskan oleh Ki Bagus Hadi Kusumo dinamakan ajaran Kawruh Naluri (KWN) dan mulai disebarkan tahun 1917 dan terus berkembang hingga saat ini terutama di daerah Gombong, Cilacap, Banjarnegara, dan Lampung dengan nama Paguyuban Budaya Bangsa. Berdasarkan hasil wawancara dan studi kepustakaan, Paguyuban Budaya Bangsa melaksanakan tiga falsafah Kejawen yaitu sangkan paraning dumadi, manunggaling kawulo Gusti, dan memayu hayuning bawana melalui ajaran dasar, sesanti, dan Panca Bhakti. Selain itu falsafah Kejawen tersebut juga dilakukan dalam laku spiritual sehari-hari dan laku manembah.
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI HUKUM ADAT BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR DI DESA PEGAYAMAN KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
Ni Luh Gede Hadriani;
Ni Ketut Tri Srilaksmi;
I Made Ariasa Giri
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3379
Hukum adat yang bersifat religius magis, kekeluargaan, gotong royong merupakan warisan yang sangat adiluhung dari nenek moyang karena memiliki nilai-nilai dan norma-norma dalam menata kehidupan di masyarakat. Keberadannya pun tidak hanya bisa diterima oleh umat Hindu saja, melainkan juga umat Muslim. Seperti keberadaan Hukum Adat di Desa Pegayaman dapat diterima oleh umat Muslim. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai-nilai hukum Adat dan implementasi nilai-nilai Hukum Adat Bali dalam masyarakat multikultur di Desa Pegayaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai-nilai hukum Adat Bali bisa diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat multikultur di Desa Pegayaman. Melalui proses adaptif masyarakat di Desa Pegayaman saling memahami, mengerti akan perbedaan sehingga tercipta suatu kehidupan yang toleran, rukun dan harmoni.
PROSES DIDAKTIS DALAM TRADISI NGREBEG PADA HARI PANGRUPUKAN DI DESA RAMA MURTI, KECAMATAN SEPUTIH RAMAN, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Ida Bagus Nyoman Maha Putra
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3380
Artikel ini membahas perihal proses didaktis pelaksanaan tradisi ngerebeg pada hari pangrupukan di Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Kampung Tengah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori religi dan teori konstruktivistik. Penelitian ini berbentuk rancangan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi langsung, teknik wawancara tak terstruktur dan Teknik studi dokumen. Data dianalisis menggunakan deskriptif interpretatif, dengan langkah redusksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh simpulan sebagai berikut. Pelaksanaan tradisi ngrebeg di Desa Rama Murti memiliki alasan teologis, mitologis, filosofis, psikologis, dan sosiologis. Proses pelaksanaan tradisi ngrebeg yaitu melalui sangkep, Matur Piuning proses ngrebeg pada hari pangrupukan, dan Nyineb.
PURA DALAM MEMBENTUK PERADABAN HINDU
L.Eka. M. Julianingsih. P;
I Ketut Pasek Gunawan
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3390
Pura kahyangan jagat yang ada di Bali Utara tepatnya di Kabupaten Buleleng tergolong banyak dan beranekaragam tersebar hampir di setiap wilayah di Kabupaten Buleleng. Tugas para penerus Hindu di masa kini dan di masa mendatang untuk menggali dan menemukan sekaligus memahami tujuan, manfaat dan keterkaitan pura-pura kahyangan jagat yang ada di Kabupaten Buleleng pada khususnya dan di Bali pada umumnya untuk dapat dijadikan landasan dan motivasi spiritual dalam meningkatkan religiusitas beragama Hindu, meningkatkan sradha bhakti, moralitas dan juga toleransi bragama. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif kualitatif dengan data berupa data primer dan skunder. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, pencatatan document dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya Fungsi Pemujaan di Pura Dalem Dasar Bakungan dengan Pura Sakti berdasarkan pada 1) Pengelompokan Fungsi Pura yang termasuk ke dalam pura kahyangan jagat. 2) Sistem dan teologi pemujaan memiliki fungsi sebagai pendakian spiritualitas untuk meningkatkan kualitas religiusitas atau Sradha beragama Hindu. 3) Fungsi Pembersihan/Penyucian dilakukan dengan proses permohonan di sumber mata air. 4) Fungsi Keharmonisan dan Keseimbangan yaitu keharmonisan dalam bentuk usaha menjaga lingkungan dengan tetap menjaga pepohonan yang sudah tumbuh di areal pura. Usaha menjaga keharmonisan dengan sesama manusia dengan tidak membedakan wangsa atau kasta dan latar belakang apapun tetap diperlakukan sama saat melakukan puja sembahyang di pura. 5. Fungsi Pendidikan dimana Pura menyediakan lembaga nonformal secara langsung mengenai nilai ajaran agama Hindu.
EKONOMI KERTHI BALI: PARADIGMA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
I Putu Fery Karyada;
I Gusti Agung Paramita;
Kadek Oky Sanjaya;
I Gede Aryana Mahayasa;
Made Gede Arthadana
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3391
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji paradigma dan prinsip Ekonomi Kerthi Bali (EKB). Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktif intepretatif yaitu memandang kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri Pengamatan realitas sosial berpusat pada subjek yang berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya hasil pengalaman, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. Peneliti melakukan kajian mengenai prinsip Ekonomi Kerthi Bali melalui pendekatan unobtrusive research yaitu metode observasi yang tidak mengubah perilaku natural obyek dengan menganalisis isi dan fenomena yang dipaparkan pada buku ekonomi kerthi bali dan dikaitkan dengan Green Economy dan Caring Economy. Hasil penelitian menyatakan bahwa Ekonomi kerthi bali merupakan paradigma ekonomi baru dengan berlandaskan filosofi Sad Kerthi yaitu enam sumber utama kesejahteraan/kebahagiaan kehidupan manusia. Paradigma ini memiliki persamaan terkait dengan ekonomi berkelanjutan dalam konsep Green Economy dan Caring Economy. Terdapat perbedaan dalam Ekonomi Kerthi Bali terutama pada nilai kearifan lokal yang sangat kuat. Hal ini tidak terlepas dari sistem nilai dalam kebudayaan bali. Kuatnya keterkaitan dengan budaya dan nilai kearifan lokal memunculkan konsep niskala. Penerapan ekonomi kerthi bali dapat memberikan pengalaman sekala niskala sehingga mampu menjaga taksu dalam peradaban kehidupan manusia. Taksu ini dapat menjaga alam, budaya, manusia dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan.
ANALISIS SOSIOLOGIS TERHADAP KEBERAGAMAAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR MELALUI PENDEKATAN TEORI KONFLIK DAN INTERAKSIONAL SIMBOLIK
Evan Daniel Sinaga
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3392
Pematangsiantar merupakan salah satu kota yang dihuni dengan etnis dan agama penduduk yang beragam. Keharmonisan serta solidaritas dari kepelbagaian penduduk di kota Pematangsiantar menjadikan kota tersebut dikenal sebagai kota dengan nilai toleransi beragama yang tinggi. Untuk membuktikan kebenaran akan kondisi yang toleran di Pematangsiantar, maka dalam tulisan ini penulis menggunakan teori dimensi konflik serta teori interaksionalisme simbolik guna melakukan analisis serta memahami situasi yang harmonis di tengah-tengah kepelbagian ras, etnis, dan agama. Untuk mengawali tulisan ini, penulis menemukan bahwa, nampaknya selain dari budaya dan simbol yang menjadi dasar dari perjumpaan dialog antara umat beragama di kota Pematangsiantar, maslaah-masalah sosial juga mempunyai peran dalam membangun solidaritas serta kesadaran bersama. Respon dari rasa simpati masyarakat kota Pematangsiantar terhadap masalah sosial secara tidak langsung mendorong terjadinya dialog atau interaksi antar umat beragama. Dengan demikian, melalui budaya yang telah membentuk dan mempengaruhi relasi sosial di kota Pematangsiantar, membawa masyarakat jauh dari sikap superioritas agama dan tiba pada pemahaman yang inklusif.
KAJIAN ETNOMEDISIN LIRIK PUPUH PUCUNG DAN AKTUALISASINYA PADA PERILAKU SOSIO-RELIGIUS MASYARAKAT HINDU BALI
Putu Sabda Jayendra;
Gusti Ngurah Yoga Semadi;
I Wayan Dauh
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3394
Pupuh Pucung merupakan salah satu bentuk kearifan lokal Bali yang berbentuk nyanyian tembang atau gending. Masyarakat Bali juga lazim mengenalnya dengan istilah “gending Bibi Anu” dan tergolong dalam kelompok Sekar Alit. Lirik Pupuh Pucung ini dalam pemahaman mayoritas masyarakat Hindu di Bali dikait-kaitkan dengan tuntunan hidup, pembentukan karakter, serta membentuk manusia yang sejati dan utama. Namun lirik dalam Pupuh Pucung juga memiliki makna lain dalam perspektif ilmu kesehatan. Lirik tersebut mengandung petunjuk (clue) tentang dasar pencegahan penyakit. Hal ini karena apabila dikaitkan dengan kehidupan sosio-religius masyarakat Hindu Bali, sarana yang disebutkan dalam lirik tersebut berupa mesui dan bawang sangat lumrah digunakan dalam berbagai ritual keagamaan dan perlindungan dalam aspek magis. Dengan kata lain, berbagai ritual yang menggunakan sarana yang disebut secara tersurat dalam lirik Pupuh Pucung tersebut sesungguhnya merupakan pola-pola etnomedisin. Etnomedisin merupakan pola-pola tindakan yang berhubungan dengan pengobatan medis dengan unsur-unsur budaya. Oleh sebab itu, perilaku religius yang berpedoman pada lirik Pupuh Pucung tersebut sesungguhnya bukan tindakan yang berdasar mitos semata, namun dapat dikaji kebenarannya secara ilmiah.
EKOKRITIK DALAM GAGURITAN KABRESIHAN KARYA IDA PEDANDA SIDEMEN GRIYA TAMAN SANUR: PERSPEKTIF SASTRA EKOLOGI
A.A. KADE SRI YUDARI
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3395
Hidup sehat dimulai dari diri sendiri dengan senantiasa menjaga lingkungan tetap bersih. Demikian termuat dalam artikel ini berjudul ‘gaguritan kabresihan’ yang ditinjau dari perspektif ekologi melalui analisis aspek naratif guna mengetahui dampak dan solusi penanganan limbah. Metode dan jenis penelitian kualitatif mendukung analisis content terhadap isi geguritan. Penggunaan teori ekokritik-sastra, melalui pendeskripsian dan reinterpretasi data pada teks menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Selain studi dokumen, teknik wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakat, dan aktivis lingkungan juga dilakukan. Hasil penelitian dan pembahasan menemukan, ‘gaguritan kabresihan’ merupakan karya sastra yang mengangkat tema pelestarian lingkungan, untuk kepentingan konservasi tanah, mineral, sumber air dan kekayaan hayati lainnya pada daerah pesisir. Salah satu topik yang dibicarakan menyangkut antisipasi dan usaha penertiban sampah plastik yang kini menjadi program unggulan pemerintah Provinsi Bali. Dikaitkan dengan keramah-tamahaan alam, menjadi symbol pengimplementasian ungkapan Tri Hita Karana merupakan pedoman terbaik dalam mencapai keselarasan dan keseimbangan. Sebagai rekomendasi, masyarakat dapat tercerahkan dan menyadari bahwa, alam tidak hanya dipandang secara pragmatis sebagai objek pelengkap semata, hendaknya jadikan sebagai sesama subjek dalam kehidupan.
PURA TAMAN AYUN SEBAGAI WISATA RELIGI DALAM MEMBANGUN EKONOMI DESA DI TENGAH COVID-19 DI DESA MENGWI KABUPATEN BADUNG
Ni Kadek Ayu Kristini Putri;
Ida Ayu Sintha Agustina
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3396
Pura Taman Ayun adalah pura paibon yang merupakan warisan Puri Mengwi yang sekarang menjadi ikon budaya dan sekaligus sebagai tempat suci. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Adapun rangkaian tahapan tersebut adalah mereduksi data, mendisplay data, memverifikasi data dan menginterpretasi data penelitian. Pura Taman Ayun merupakan pura yang dibangun oleh Raja Mengwi pada tahun 1600-an. Pura ini didaulat menjadi salah satu pura terindah di Bali, karena keindahan yang ditawarkan oleh penampilan pura ini. Salah satu keindahan yang paling menarik adalah kuil keturunan kerajaan keluarga Raja Mengwi. Pura Taman Ayun memberikan kesan layaknya sebuah Pura yang mengambang di atas air. Elemen tersebut menjadikan Pura Taman Ayun menarik untuk dikunjungi wisatawan. Dekade terakhir ini Pura Taman Ayun sepi dikunjungi wisatawan karena wabah Pandemi Covid-19, dan dalam tahun terakhir ini era new normal mulai membangkitkan gairah pariwisata sehingga Pura Taman ayun bangun dari tidurnya. Strategi pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam upaya memulai bangkit dalam upaya memulihkan ekonomi dan lahan kerja yang sangat diharapkan masyarakat setempat dalam sepekan terakhir.
DEKORASI ALAMI PADA UPACARA MANUSA YADNYA DI BALI
I Wayan Arissusila;
I Gede Satria Budhi Utama
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32795/ds.v22i2.3397
Pawiwahan merupakan upacara yang dianggap utama dalam manusa yadnya, oleh sebab itu setiap pelaksanaannya dibuat dengan mewah terutama penampilan dalam bentuk dekorasi. Dekorasi upacara manusa yadnya di Bali, secara umum dibuat sangat mewah. Rumah dihias mulai dari pintu masuk, sampai bangunan lain di dalamnya. Dulu menghias rumah seseorang yang melaksanakan upacara pawiwahan dipakai bahan sintetis misalnya: Styrofoam. Dengan adanya peraturan Gubernur Bali Nomor 97, 2018 menekankan larangan penggunaan bahan sintetis dan menggantinya dengan bahan ramah lingkungan. Adanya peraturan tersebut, perajin dekorasi di Bali mengikuti dengan cara lebih kreatif mengolah bahan alami seperti: kayu, bambu, daun kelapa dan lain-lain. Perajin mengolah bahan itu sesuai imajinasi dan kreatifitas, sehingga menghasilkan dekorasi artistik. Dekorasi tersebut, diterima baik oleh masyarakat Bali, terpenting masih kental dengan identitas Balinya. Studi ini ingin membahas dekorasi alami pada upacara manusa yadnya di Bali.