cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
dewaruci@isi-ska.ac.id
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Nomor 19, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126, Indonesia.
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Abdi Seni
ISSN : 20871759     EISSN : 27232468     DOI : 10.33153
urnal Abdi Seni memiliki fokus pada hasil pengabdian dan pemberdayaan kepada masyarakat, baik itu pengabdian dosen maupun KKN yang dilakukan oleh mahasiswa dalam bidang seni. Cakupan jurnal Abdi Seni memiliki ranah keilmuan di bidang seni rupa dan desain ataupun seni pertunjukan (Tari, Karawitan, Pedalangan, Teater, Etnomusikologi, dll), yang mampu memberikan banyak manfaat untuk masyarakat serta menambah literasi dalam berkesenian.
Arjuna Subject : -
Articles 236 Documents
Metode Pembelajaran Savi Dalam Workshop Mural Untuk Siswa Sman Garum Dan Sman Talun Kabupaten Blitar Jawa Timur Sukirno Sukirno
Abdi Seni Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4214.902 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v1i1.13

Abstract

Mural dalam perjalananan seni rupa tidak bisa dilepaskan dari jaman prasejarah kira-kira 31.500 tahun silam, ketika ada lukisan gua di Lascaux, selatan Prancis. Mural-mural abad pertengahan atau periode Baroque memperlihatkan lompatan besar pada tema dan teknik. Interior gereja-gereja di Italia, misalnya, diperindah dengan rerupaan bergaya surealis, karya Michaelangelo dan Leonardo da Vinci, yang bersumber pada kisah-kisah Al Kitab. Di negara-negara konflik, seperti Irlandia Utara, mural sangat mudah ditemui di semua dinding kota. Tercatat sekitar 2000 mural dihasilkan dari sejak tahun 1970 hingga sekarang dan dengan demikian Irlandia Utara-lah negara yang sangat produktif menghasilkan mural. Propaganda politik menjadi tema sentral dalam mural tersebut. Mural pada perkembangannya telah menjadi bagian dari seni publik yang melibatkan komunikasi dua arah. Seniman mural melakukan komunikasi secara visual kepada masyarakat terhadap apa yang ingin dicurahkannya, sedangkan masyarakat sebagai penikmat dalam praktiknya mampu berinteraksi langsung kepada seniman. Hal ini semakin menunjukkan dalam seni mural, bahwa interaksi tidak hanya dilakukan secara visual yang menganut pandangan ‘seni adalah seni’ tanpa pertanggungjawaban yang pasti, namun mural juga mampu mendekatkan dirinya sebagai seni yang berinteraksi juga secara verbal. Dalam hal ini, masyarakat memperoleh pencerahan dalam dunia seni rupa dan secara teknis, masyarakat awam dapat mengambil peran sebagai seniman juga. Faktor karakter inilah yang akhirnya belakangan ini membuat mural semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat luas yang awam terhadap perkembangan maupun keberlangsungan hidup seni rupa, lebih khusus lagi adalah anak muda. Fakta inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan pengabdian masyarakat dengan bentuk kegiatan workshop mural bagi siswa SMAN Garum dan SMAN Talun Kabupaten Blitar. Materi workshopnya sendiri tidak hanya praktik atau pengenalan teknik membuat mural tetapi juga sejarah, definisi, karakter, dan metode penciptaannya.Keyword : mural, seni publik, dan metode penciptaan seni               
Pelatihan Karawitan Di Grup Karawitan Mojolaras Kelurahan Mojosongo Dan Grup Karawitan Maju Mawas Benowo Ngringo Jaten Karanganyar: Salah Satu Usaha Demi Ketahanan Kehidupan Seni Karawitan Di Era Globalisasi Supardi Supardi
Abdi Seni Vol 3, No 1 (2011)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.303 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v3i1.151

Abstract

The ability to master musical compositions for the gamelan is an essential professional skill that members of the Mojolaras and Majumawas Karawitan groups must possess. Gamelan groups whose members are artists with minimum experience and a lack of musical education require intensive rehearsals in order to master these musical compositions. These rehearsals are intended to help the Mojolaras Karawitan Group in Mojosongo, Jebres, Surakarta, and theMajumawasKarawitanGroup in Benowo, Ngringo, Jaten, Karanganyar to become familiar with a wide repertoire of compositions and the different ways of treating these compositions. The members of these groups are aware of the need to rehearse, bearing in mind that they often have the opportunity to perform at weddings, circumcisions, and other community events.Keywords :Gamelan,MajumawasKarawitan
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TATA DISPLAY UMKM NGARSOPURO NIGHT MARKET I., Indarto
Abdi Seni Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2713.585 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v7i2.1857

Abstract

Ngarsopuro merupakan suatu kawasan di depan Pura Mangkunegaran, yang dahulu berjajar toko-tokoelektronik kurang tertata serta terdapat pasar antik Triwindu. Kawasan ini sejak tahun 2009 telah diredesainmenjadi suatu tempat yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi.Dengan ditatanya toko-toko dandirehabnya pasar antik Triwindu dengan bangunan etnik yang sekarang berubah nama menjadi pasar antikWindujenar. Di sebelah kiri kanan Jl Diponegoro di kawasan Ngarsopuro tersebut dipasang paving, yangmenyediakan fasilitas bagi para pejalan kaki, tempat duduk, dan berbagai patung serta lukisan menghiasiarea tersebut. Pada setiap malam libur area tersebut menjadi semakin semarak dan menarik untuk dikunjungikarena terdapat night market yang menjual berbagai barang souvenir khas Kota Solo.NgarsopuroNightMarketmenjadi alternatif wisatabagi wisatawan lokal maupun nasional, sehingga pengelolaan manajemen,desain produk, fasilitas tenda, dan desain tata display menjadi syarat utama agar wisatawan banyakberkunjung dan berbelanja. Pelatihan dan Pendampingan Tata Display UMKM NgarsopuroNight Marketsebagai wujud pengabdian kepada masyarakat khususnya Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut SeniIndonesia Surakarta, dimana pelatihan dan pendampingan ini memberikan pengetahuan tentang aspekaspek terkait tata display. Bekal pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan pada dasarnya adalah lebihmengutamakan pada permasalahan mitra, yaitu meliputi: pola pikir UMKM tentang tata display, existingarea tenda, materi produk, pola view terhadap sirkulasi, perangkat tata display, dan pencahayaan.Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Tata Display Produk, Materi Produk, UMKM NgarsopuroNight Market.
PELATlHAN GARAP IRINGAN PAKELlRAN GAYA SURAKARTA DI SANGGAR GUYUP RUKUN JEBRES SURAKARTA Sunarto Sunarto
Abdi Seni Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5750.554 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v2i2.107

Abstract

The main elements ofpakeliran cover garap sabet, iringan, and catur. The three main elements have the same function in supporting the whole performance. During this time, sabet and catur are given more attention than iringan (accompaniment). For the reason, the quality of pakeliran presentation in wayang performance must be improved for wayang kulit performance contains high values that are able to form Indonesian s attitude and behavior: The improvement can be executed through nonformal education, for example, in studio Guyup Rukun. The training of iringan or pakeliran karawitan (Javanese traditional music) in Sanggar Guyup Rukun uses the method of appreciation, discussion, and demonstration. The result, based on the method, is that students in the studio are able to master Ketawang Gendhing Kabor laras slendro pathet nem, Ladrang Gleyong laras pelog pathet nem, Kemuda laras pelog pathet nem and palaran Pangkur, as well as Ladrang Kalongking laras pe log pathet nemo Other material mastered by the students include gendhing and sulukan for wayang golek.Key words: studio, Guyup Rukun, pakeliran accompaniment, training
KOREOGRAFI SEBAGAI PENDIDIKAN APRESIASI SENI BAGI SISWA SMA NEGERI 3 BOYOLALI Soemaryatmi Soemaryatmi
Abdi Seni Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4038.817 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v2i1.81

Abstract

Choreography workshop as an education of art appreciation is held in SMAN 3 Boyolali in order that the students can get direct experience to do creative work through movement. For the reason, the participant is not limited at the students following any extracurricular activities  but also others who are interested in the workshop. Choreography workshop is supposed to give a chance for students to do creativities and to get aesthetic experience through movement activities (dance). Besides that, this workshop is also hoped to produce a positive effect in the cultivation of art feeling, creative attitude, and development of motivation in appreciating arts. The method used in this choreography workshop is the method of assignation play. The method is used because of the minimal  backgrounds of the students. It can be said that only three of the sixteen students have ever studied dance. The choreography worksgop in SMAN 3 aims to motivate the students in ordering movements (pose-pose) to be a short choreography as well as demonstrate it.Key words : workshop, choreography, education, art.
PELATIHAN KREATIFITAS TARI BAGI WARGA BINAAN RUMAH TAHANAN NEGARAKELAS I SURAKARTA Budi Setyastuti
Abdi Seni Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.857 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v7i1.1835

Abstract

Sebagian orang menganggap bahwa para penghuni rutan adalah sampah masyarakat. Rumah Tahananidentik dengan sebuah tempat sempit, terkekang, tidak bebas, dan selalu dibatasi aktifitasnya. Akantetapisaat ini telah berbeda paradikmanya, dalam menangani warga binaan, pemerintah telah melaksanakanberbagai pelatihan-pelatihan, untuk berbagai kepentingan. Pelatihan dimaksud, selain sebagai aktivitas,juga sebagai bekal ketrampilan untuk mempersiapkan diri setelah keluar dari rutan. Pelatihan kreatifitastari yang dilakukan melalui PPM dosen ini dimaksud, agar warga binaan sebagai warga Negara dapatmemunculkan ide, gagasan, serta mengembangkan semua bakat dan kemampuan yang dimiliki, sehinggamendorong untuk bias bersikap mandiri, cerdas, dan percaya diri. Pelatihan kreatifitas seni akan menambahsuasana semarak, dan memicu kemajuan seni budaya. Situasi demikian patut mendapat perhatian, khususnyabagi upaya-upaya memajukan seni budaya bangsa sebagaimana misi kegiatan PKM ISI Surakarta.Programpalatihan dilaksanakan selama enam bulan, dalam pelatihan juga melibatkan langsung para pendampingdari rutan, hal ini sangat berperan dalam kelancaran latihan, dan juga untuk keberlanjutan program.Pelatihan“Kreativitas Seni”, menggunakan metode partisipatif, artinya tutor ikut terlibat secara langsung dalamproses kreatifitas. Tutor memberikan rangsangan-rangsangan kreatif kepada peserta, sehingga pesertaterbuka untuk berani menyampaikan pengalamannya yang diwujudkan dalam kreativits seni. Hasil pelatihanini adalah untuk meningkatkan kreatifitas, menambah materi dan apresiasi, serta memberikan pengalamanpentas bagi warga binaan Rutan Surakarta.Kata kunci: tari, kreatif, partisipatif, rutan.
PELATIHAN DAN PEMBINAAN SANGGAR SENI PEDALANGAN “NGESTI BUDHAYA” DI KARANGANYAR jaka riyanto
Abdi Seni Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.525 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v6i1.2266

Abstract

Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan seni tradisional yang memiliki misi dalam seni. Misi ini meliputi penelitian seni dan penciptaan seni/karya seni yang didedikasikan untuk kepentingan manusia. Seni ini selalu ada karena berdiri di lingkungan yang mendukung keberadaannya. Masyarakat terus memberikan kontribusinya dengan memberikan umpan balik. Perkembangan seni dapat terwujud dengan adanya penciptaan seni intensif dan di dukung oleh pekerja kreatif seperti guru, seniman, kritikus, dan pemain seni yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan seni secara terbuka. Oleh karena itu, Institut Seni Indonesia Surakarta sebagai barometer penelitian dan penciptaan karya seni memilikiperan aktif dalam mengadakan program pelayanan publik misalnya dalam pembelajaran seni. Pembelajaran seni menjadi pilar penopang kekuasaan seni budaya Jawa. Lembaga informal ini memiliki kontribusi besar dalam konservasi, kemajuan dan perkembangan kesenian Jawa. Salah satunya adalah “Ngesthi Budaya” studio. “Ngesthi Budaya” studio terletak di Tegal Asri RT 07/04 Bejen, Karanganyar. Studio seni ini merupakan target pelatihan dan pembangunan, dengan tujuan membuat seni tradisional pedalangan dapat bertahan, dan tidak akan diambil dari akar budayanya sebagai akibat dari pengaruh budaya global. Tanggung jawab moral memaksa guru akademik Jurusan Pedalangan ISI Surakarta untuk memberikan perhatian lebih ke studio seni ini. Diharapkan dengan pelayanan publik, program kegiatan ini dapat membuat “Ngesthi Budaya” studio seni lebih eksis dan mentransfer ilmu seni pedalangan secara akademik kepada mahasiswa. Bentuknya dapat diwujudkan dengan pelatihan dan membangun program tentang elemen pedalangan untukmeningkatkan konsep dan keterampilan siswa dalam bidang pedalangan. Program ini dapat meningkatkan “Ngesthi Budaya” studio seni dapat eksistensi di masyarakat dengan memiliki perhatian dari generasi muda untuk menghormati, mencintai, dan memiliki beberapa kepentingan dalam melestarikan kesenian tradisional peninggalan dari nenek moyang kita yang mengandung nilai-nilai yang tinggi.Kata kunci: studio seni, pedalangan, Ngesthi Budaya.
“Pelatihan Koreografi” Sebagai Pendidikan Apresiasi Seni Bagi Siswa SMA N 7 Surakarta Soemaryatmi Soemaryatmi
Abdi Seni Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3823.153 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v1i1.45

Abstract

Pendidikan seni di sekolah sebaiknya diberikan dengan pendekatan apresiasi. Pendidikan seni dengan pendekatan apresiasi dimaksud untuk menumbuhkan minat dan apresiasi siswa untuk menghargai dan menikmati seni, merangsang kemampuan berseni, serta memanfaatkan pengalaman estetiknya dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan Koreografi (menata gerak) tingkat dasar sebagai upaya pendidikan dalam bidang apresiasi seni. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Surakarta yang dipandang siswanya mempunyai potensi seni. Fenomena yang ada, sejumlah sekolah didapati kondisi yang masih memprihatinkan. Misalnya, kemampuan sekolah dalam menyediakan guru pendidikan seni sesuai bidangnya rata-rata amat langka. Di sekolah jarang tersedia lebih dari satu guru bidang seni. Begitu juga ketersediaan sarana dan prasarana, buku-buku pegangan, dan referensinya masih minim. Hal tersebut mencerminkan bahwa peran sekolah pada umumnya dalam pendidikan seni belum berfungsi secara efektif dan maksimal.Keyword : Koreografi
MENGENAL LARAS MELALUI PROSES BELAJAR GAMELAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR AL-ISLAM 2 JAMSAREN SURAKARTA Isti Kurniatun
Abdi Seni Vol 5, No 1 (2013)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.119 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v5i1.183

Abstract

Nowadays, Students of Elementary school are less interested in Larasan Gamelan (melody of music).It caused by limited time for them to knowing and studying music melody. PKM activities conductedby Indonesian Art Institute of Surakarta especially at Al-Islam Surakarta Elementary School haveprovided a chance for knowing and studying music melody. Although there are many challengesand inhibitors, music melody conservation must to do. Method for introducing larasan (melody)among student at elementary school needs for improvement to stimulate their interest. The finalaim of this activity is give musical richness for students.Key words : laras, studying, interest.
PELATIHAN PHOTO STORY MENGGUNAKAN HANDPHONE DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PRACIMANTORO Sri Wastiwi Setyawati
Abdi Seni Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.247 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v7i2.1871

Abstract

Kualitas foto dari kamera handphone tidak kalah dengan kualitas foto dari kamera digital. Permasalahannnyayaitu siswa terlalu terbelenggu dengan handphone, sehingga susah bersosialisasi. Tujuan kegiatan adalahmelatih kreativitas serta kepekaan siswa terhadap orang lain dan lingkungan sekitar dengan fasilitaskamerahp. Hasil pelatihan, yaitu siswa mampu membuat photo story atau foto cerita dengan tema-tema yangdidapat dari lingkungan sekolah atau sekitar tempat tinggal siswa.Kata kunci: kamera handphone, photo story.

Page 3 of 24 | Total Record : 236