cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024" : 7 Documents clear
Analisis Finansial Penggunaan Panel Surya Pada Budi Daya Udang Vaname Febrianti, Desy; Dewi, Resti Nurmala
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.12625

Abstract

Pada sistem budi daya udang intensif, penggunaan kincir air menjadi salah satu kunci keberhasilan budi daya. Kincir air memegang peranan penting dalam penyediaan oksigen terlarut untuk kehidupan udang. Saat ini, kincir air yang banyak digunakan adalah yang menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya dan menghabiskan sekitar 14-15% dari biaya total yang dibutuhkan selama masa pemeliharaan. Hal inilah yang membuat para pembudidaya membutuhkan biaya operasional yang tinggi untuk menggunakan kincir air. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk menganalisis kebutuhan biaya listrik untuk budi daya udang vaname dengan sistem intensif; menganalisis persentase penurunan biaya dengan penerapan solar panel sebagai penggerak kincir pada budi daya udang vaname; dan menganalisis parameter finansial pada budi daya udang vaname yang menggunakan solar panel sebagai pengganti listrik. Penelitian ini telah dilakukan selama dua siklus budi daya pada tambak udang vaname di Kabupaten Jembrana, Bali menggunakan metode survei dan pengamatan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan penggunaan listrik untuk menggerakkan kincir air menelan biaya hingga 9,04% dari biaya total produksi selama masa pemeliharaan. Tingginya kebutuhan listrik yang mencapai 95.040 kWh per tahun untuk empat kolam tambak dengan luas 5.600 m2 menyebabkan penggunaan solar panel menjadi sebuah solusi yang tepat. Selain disebabkan karena penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan, penggunaan solar panel untuk mensubstitusi listrik konvensional juga mampu menurunkan biaya operasional hingga 1,47% dan meningkatkan keuntungan usaha hingga 44,60%. Dengan demikian, penggunaan tenaga surya terbukti dapat menjadi solusi budi daya berkelanjutan. Akan tetapi, penerapan energi ini masih belum maksimal sehingga diperlukan dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan peraturan serta pengembangan kerja sama internasional Tittle: Financial Analysis of the Utilization of Solar Panels in the Vannamei Shrimps Farming In intensive shrimp farming system, the use of waterwheels is one of the keys to successful cultivation. Waterwheels play an important role in providing dissolved oxygen which is essential for shrimp life. However, the majority of waterwheels use electricity as its driving force and spends around 14-15% of the total cost required during the maintenance period. Because of this, cultivators need to incur significant operating costs in order to employ waterwheels. Therefore, it is important to analyze the need for electricity costs for vannamei shrimp farming with an intensive system, analyze the percentage of cost reduction by applying solar panels as a wheel drive, and analyze the financial parameters in using solar panels as an electric replacement. This study was conducted for two cultivation cycles in vannamei shrimp ponds in Jembrana, Bali utilizing survey and direct observation in the location. The results showed that the need to use electricity to drive the waterwheels costed up to 9.04% of the total production cost. The high demand for electricity, which reached up to 95,040 kWh per year for four ponds with an area of 5,600 m2, showed that the use of solar panels is a viable eco-friendly renewable energy solution. The use of solar panels decreased operational costs by up to 1.47% and raised business earnings by up to 44.60%. Thus, it has been shown that using solar energy for farming is a sustainable approach. Though this energy is still not being used to its full potential, government support in the form of laws and regulations as well as the growth of international cooperation are required.
Tren Penelitian Konservasi Laut Berbasis Masyarakat di Indonesia: Analisis Bibliometrik Helmi, Alfian
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.13514

Abstract

Pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat merupakan pendekatan penting dalam upaya konservasi sumber daya laut. Indonesia sebagai negara maritim mempunyai ribuan pulau dan perairan yang luas, maka adanya penelitian-penelitian terkait pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat sangatlah penting. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisis tren penelitian berbasis masyarakat untuk memahamipola dan kontribusi baik penulis maupun lembaga dalam bidang ini. Studi ini menggunakan metode analisis bibliometrik untuk mengevaluasi publikasi ilmiah terkait pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat di Indonesia. Studi ini mengumpulkan data dari basis data Scopus serta jurnal-jurnal terkait dari tahun 1994-2023. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah publikasi, penulis terkemuka, lembaga terkemuka, dan topik penelitian yang paling banyak dibahas. Hasil analisis bibliometrik menunjukkan bahwa jumlah publikasi terkait pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Studi ini menemukan bahwa penelitian terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan konservasi, pembangunan kapasitas, dan pengembangan kebijakan menjadi topik penelitian yang paling banyak dibahas. Selain itu, IPB University menjadi lembaga yang paling banyak melakukan penelitian terkait pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat di Indonesia. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tren penelitian terkini dan kontribusi para penulis dan institusi dalam bidang pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat di Indonesia dengan menemukan topik-topik kunci dalam literatur ilmiah terkait pengelolaan konservasi berbasis masyarakat, serta mengevaluasi perkembangan penelitian dan isu-isu terkini yang perlu ditelaah lebih lanjut pada masa mendatang. Hal ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan penelitian kedepan dan memperkuat pengelolaan konservasi laut berbasis masyarakat di Indonesia. Title: Research Trend on Community Based Marine Conservation in Indonesia: A bibliometric analysisCommunity-based marine conservation management is a crucial strategy for preserving marine resources. Studying this approach is particularly important in a maritime nation like Indonesia, with its thousands of islands and extensive waters. This research aims to analyze trends in community-based conservation studies to understand the contributions and patterns of authors and institutions in this field. The study uses bibliometric analysis to evaluate scientific publications on community-based marine conservation management in Indonesia, drawing data from the Scopus database and related journals spanning 1994-2023. The collected data includes publication counts, leading authors, leading institutions, and prevalent research topics. Findings reveal a steady increase in publications on this subject in Indonesia over time. Key research topics include community participation in conservation management, capacity building, and policy development, with IPB University as the leading institution in this research area. This study enhances understanding of current research trends and institutional contributions, highlighting critical topics and ongoing issues that require further investigation. These insights are a foundation for future research and efforts to strengthen community-based marine conservation management in Indonesia.
Mekanisme dan Kunci Keberhasilan Pengelolaan Kolaborasi Ekowisata Bahari di Kawasan Konservasi Raja Ampat Nuraini, Nuraini; Satria, Arif; Wahyuni, Ekawati Sri; Bengen, Dietriech Geoffrey
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.13054

Abstract

Tantangan pengembangan pariwisata di kawasan konservasi muncul ketika kepentingan pembangunan ekonomi tidak selaras dengan pembangunan ekologi. Raja Ampat memiliki keanekaragaman hayati yang perlu dilindungi. Di sisi lain, keanekaragaman hayati tersebut menjadi potensi wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi. Pemerintah Kabupaten Raja Ampat menetapkan Kawasan Perairan Raja Ampat sebagai zona semiintensif, yakni kawasan yang dirancang untuk menerima kunjungan wisatawan dalam skala kecil dengan aktivitas wisata yang terbatas. Kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam pemanfaatan potensi wisata diperlukan untuk menghindari berbagai konflik kepentingan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan mekanisme dan hubungan dinamis yang kompleks antarpemangku kepentingan dan mengungkapkan kunci keberhasilan pengelolaan kolaborasi ekowisata di kawasan konservasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian dilakukan di Kampung Wisata Arborek, Yenbuba dan Sawinggrai Kabupaten Raja Ampat pada bulan Oktober 2020. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif dan focus group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pengelolaan kolaborasi dilakukan melalui sinergi peran antara pemerintah, masyarakat, LSM, akademisi, dan swasta mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dengan tipe konsultatif. Tipe konsultatif ini ditandai dengan adanya mekanisme dialog antara pemerintah dan masyarakat, tetapi pengambilan keputusan masih dilakukan oleh pemerintah. Kunci keberhasilan pengelolaan kolaborasi ekowisata di kawasan konservasi meliputi (1) koordinasi antarpemangku kepentingan; (2) keterlibatan masyarakat lokal; (3) kesadaran dan komitmen bersama; (4) aturan pengelolaan disepakati bersama; (5) pembentukan kebijakan sesuai dengan kondisi lokal; (6) adanya pembagian kekuasaan dan tanggung jawab; (7) adanya mekanisme penyelesaian konflik; dan (8) berlakunya sanksi. Title: Mechanism and Keys to Successful Collaboration Management of Marine Ecotourism in The Raja Ampat Conservation Area   The challenge of developing tourism in conservation area arises when the interests of economic development are not aligned with ecological development. Raja Ampat has a biodiversity that needs to be protected. On the other hand, this biodiversity is a tourism potential utilized for economic interests. The Raja Ampat Regency Government has designated the Raja Ampat Waters Area as a semi-intensive zone, namely an area designed to receive tourist visits on a smaller scale with limited tourist activities. Collaboration among stakeholders in utilizing tourism potential is required to avoid various conflicts of interest. This research aims to elucidated complex dynamic mechanisms and relationships between stakeholders and revealed the keys to successful collaborative ecotourism management in conservation areas. This research used a qualitative approach with a case study method. Research was conducted in Arborek, Yenbuba, and Sawinggrai Tourism Villages, Raja Ampat Regency in October 2020. Data was collected through in-depth interviews, participatory observation, and focus group discussion. The study results showed that the mechanism collaborative management was carried out through the synergy of multi-party, namely government, communities, NGOs, academics, and the private sector, by forming a collaborative management strategy from planning to monitoring with a consultative type. This consultative type is characterized by the existence of a dialogue mechanism between the government and the community, but decision making is still carried out by the government. The keys to successful collaborative management of ecotourism in conservation areas include (1) coordination between stakeholders; (2) involvement of local communities; (3) awareness and commitment among stakeholders; (4) mutually agreed management rules; (5) local based policies and regulations; (6) a division of power and responsibility; (7) a conflict resolution mechanism; and (8) sanctions apply.
Dinamika Usaha Perikanan Masyarakat Suku Akit di Kepulauan Riau Elsera, Marisa; Wisadirana, Darsono; Edi Kuswandoro, Wawan; Fatma Chawa, Anif; Casiavera, Casiavera; Oprasmani3, Elfa
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.12602

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika permasalahan pada usaha penangkapan perikanan dan usaha budi daya perikanan pada masyarakat Suku Akit yang merupakan salah satu dari komunitas adat terpencil (KAT) di Indonesia. Suku Akit belajar melakukan budi daya ketam (kepiting bakau/Scylla) dan siput bakau (Siput mangrove/Telescopium Telescopium) secara otodidak dan mengalami kegagalan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan pada tahun 2020-2021 dan pengolahan data dilakukan pada tahun 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua golongan masalah masyarakat Suku Laut, pertama dalam hal penangkapan mereka hanya bisa melakukan penangkapan dengan menggunakan alat-alat tradisional dengan risiko lingkungan lebih kecil namun hasil tangkapan juga sangat sedikit. Kedua, mereka mengalami kendala pengetahuan, akses dan kurangnya pendampingan pada perikanan budi daya.  Pada usaha budi daya kepiting bakau, mereka masih mengalami beberapa kendala, yaitu pertama, Suku Akit belum memahami tingkah laku kanibalisme ketam yang dibudi dayakan, sehingga ketam dewasa dengan anak ketamdigabungkan dalam satu kolamketambudi daya. Kedua, Suku Akit membuat kolam budi daya ketam yang lebih rendah, sehinggapada saat air pasang ketam yang dibudi dayakan hanyut karena arus pasang surut. Ketiga, mereka tidak dilakukan pengecekan kualitas air pada lingkungan budi daya secara berkala Title: The Dynamics of Problems of Akit Ethnic Community in Riau IslandsThis paper aims to describe the dynamics of fishing and aquaculture businesses in the Akit community, which is one of the remote indigenous communities (KAT) in Indonesia. The Akit learnt to cultivate mangrove crabs (Scylla) and mangrove snails (Telescopium) by themselves and experienced failure. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. The research was conducted in 2020-2021 and data processing was carried out in 2022. Based on the results of the research, two classes of problems of the Sea Tribe community can be identified, firstly in terms of fishing they can only catch using traditional tools with less environmental risk but the catch is also very small. Secondly, there is the issue of aquaculture, where they experience constraints in knowledge, access and lack of assistance.  The weaknesses in the Akit Tribe's fisheries efforts are First, the Akit Tribe combines adult oysters with juvenile oysters because they do not understand the cannibalistic behaviour of the cultivated oysters. Secondly, the Akit Tribe made a lower oyster cultivation pond at high tide so that the cultivated oysters were washed away by the tidal current. Third, there is no regular checking of water quality in the cultivation environment
Persepsi Wisatawan terhadap Destinasi Wisata Pantai Tilalohe, Kabupaten Gorontalo Nago, Ludgardis Fibriyanti; Hamzah, Sri Nuryatin; Panigoro, Citra
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.13130

Abstract

Persepsi positif dalam pengembangan suatu destinasi wisata tidak lepas dari persepsi wisatawan terhadap keberadaan destinasi tersebut. Pada dasarnya, persepsi wisatawan merupakan salah satu bentuk penilaian terhadap eksistensi pariwisata yang bertujuan untuk pengembangan destinasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana, persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas, persepsi wisatawan terhadap sumber daya alam, dan persepsi wisatawan terhadap kualitas kawasan wisata.  Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai April 2023, dengan menggunakan metode campuran (mix method). Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi, wawancara, dan kuesioner. Responden dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 100 orang berdasarkan formula Slovin. Metode analisis data menggunakan skala likert untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap wisata Pantai Tilalohe. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi wisatawan terhadap keberadaan destinasi wisata Pantai Tilalohe berada  dalam kriteria baik, dengan nilai persentase sebesar 73,51%. Persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana memperoleh nilai persentase sebesar 75,52%, persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas sebesar 61,25%, persepsi wisatawan terhadap sumber daya alam sebesar 77,73%, serta persepsi wisatawan terhadap kualitas kawasan wisata memperoleh nilai persentase sebesar 79,53%.  Meskipun secara umum persepsi wisatawan terhadap keberadaan objek wisata Pantai Tilalohe mendapat hasil yang positif, tetapi masih adanya wisatawan yang memberikan persepsi rendah terhadap keberadaan destinasi wisata ini, perlu menjadi perhatian pihak pengelola dan pemerintah daerah sebagai upaya menjaga eksistensi destinasi Wisata Pantai TilaloheTitle: Tourist Perceptions of Tilalohe Beach Destinations in Gorontalo RegencyThe positive perception and development of a tourist destination cannot be separated from the perception of tourists towards the existence of the destination. Tourist perception is a form of assessment of the existence of tourism that aims at destination development. This study aims to determine tourist perceptions of facilities and infrastructure, tourist perceptions of accessibility, tourist perceptions of natural resources, and tourist perceptions of the quality of tourist areas in Tilalohe Beach. This research was conducted from January to April 2023, using a mixed method: observation, interviews, and questionnaires to collect research data. Respondents in this study were determined as many as 100 people based on the Slovin Formula. The data analysis method uses the Likert scale to assess tourist perceptions of Tilalohe Beach tourism. The results show that, in general, tourists' perceptions of the existence of the Tilalohe Beach tourist destination are good, with a percentage value of 73.51%. Tourists' perceptions of facilities and infrastructure obtained a percentage value of 75,52%, and tourists' perceptions of accessibility were 61,25%, tourists' perception of natural resources was 77,73%, and tourists' perception of the quality of tourist areas obtained a percentage value of 79,53%. Although, in general, tourists' perception of the existence of the Tilalohe Beach tourist attraction has received positive results, there are still tourists who have a low perception of the existence of this tourist destination, and it needs the attention of the management and regional government to maintain the existence of Tilalohe Beach tourist destinations.
Peran Pedagang Udang Vaname terhadap Akses Informasi Harga dan Pasar di Muncar, Kabupaten Banyuwangi Rosyidah, Lathifatul; Suman, Agus; Manzilati, Asfi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.12911

Abstract

Budi daya udang vaname mempunyai peranan penting dalam perekonomian masyarakat pesisir di Muncar. Namun, sampai saat ini, pembudi daya kekuatan negosiasinya masih lemah dalam menentukan harga dengan pedagang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran pedagang dalam akses dan informasi harga pada pemasaran udang vaname di Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman dan perspektif subjek penelitian. Jenis data pada penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi kepada responden kunci, yaitu pembudi daya udang vaname dan tiga orang pedagang (supplier). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagang memiliki kendali yang kuat dalam memperoleh akses informasi harga yang memengaruhi kesejahteraan pembudi daya. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu memfasilitasi akses informasi harga bagi pembudi daya agar dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining position) kepada pedagang udang vaname. Title: The Role of Vaname Shrimp Traders in Accessing Price and Market Information in Muncar, Banyuwangi Regency aname shrimp farming plays an important role in the economy of coastal communities in Muncar. However, they have less negotiation power in determining prices with intermediaries. This study aims to identify and analyze the role of traders in accessing and price information on Vaname shrimp marketing in Wringinputih Village, Muncar District, Banyuwangi Regency. This research was conducted in June 2023 using a qualitative phenomenological approach to gain a deep understanding of the experiences and perspectives of research subjects. The primary and secondary data were used in this study. Data has been collected using in-depth interviews, observation, and documentation of key respondents, namely Vaname shrimp farmers and traders/suppliers. The results showed that traders have strong control in gaining access to price information that affects the welfare of farmers. Therefore, local governments must facilitate farmers' access to price information to improve bargaining positions for Vaname shrimp traders.
Penguatan Lembaga Adat Panglima Laot: Pembelajaran dari penyelesaian Konflik Nelayan dalam mewujudkan Komunitas Nelayan yang Inklusif Afriandi, Fadli; Abdillah, Ligar; Mardhatillah, Muntaha
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.13834

Abstract

Konflik nelayan terjadi di Kabupaten Aceh Singkil yang merupakan wilayah perbatasan antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, terutama antara nelayan Kabupaten Singkil dengan nelayan dari luar daerah. Penelitian ini penting untuk dilakukan dikarenakan selama ini kajian konflik nelayan dengan resolusi konflik dengan pendekatan bottom-up masih minim. Ada tiga tujuan penelitian, yaitu: memetakan wilayah rawan konflik nelayan, mengkaji peran Panglima Laot dalam upaya penyelesaian konflik yang berkeadilan, dan menganalisis dampak penyelesaian konflik nelayan berbasis kearifan lokal terhadap keinklusivan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teori konflik dari Lewis A. Coser. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2023. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara, focus group discussion (FGD) bersama pemerintah, Panglima Laot, dan masyarakat nelayan. Data sekunder dikumpulkan dari buku, jurnal, berita, aturan adat, dan observasi lapangan juga dilakukan untuk mengamati kondisi perikanan secara langsung . Hasil penelitian menemukan bahwa 1). Konflik nelayan terjadi akibat masuknya nelayan luar Aceh Singkil yang menangkap ikan dengan cara yang dilarang yang menyebabkan rusaknya habitat ikan dan berkurangnya kuantitas tangkapan nelayan lokal; 2). Konflik nelayan yang terjadi membuat lembaga adat semakin kuat dan membaik dengan terbentuknya aturan adat penangkapan ikan beserta sanksinya; dan 3). Konflik nelayan meningkatkan rasa solidaritas, integritas, adanya konsensus, dan meningkatkannya pengawasan diantara nelayan serta adanya aturan penindakan terhadap pelaku illegal fishing.Title: TouristStrengthening Panglima Laot Traditional Institutions: Lesson Learned from Fishermen Conflict Resolution in Realizing an Inclusive Fishing CommunityFishermen's conflicts occur in Aceh Singkil Regency, a border area between Aceh and North Sumatra Provinces, especially between fishermen in Singkil Regency and fishermen from outside the region. This research is essential because the study of fishermen's conflicts with conflict resolution with a bottom-up approach is minimal. The research has three objectives: mapping areas prone to fishermen's conflicts, examining Panglima Laot's role in resolving conflicts justly and analyzing the impact of fishermen's conflict resolution based on local wisdom on community inclusion. This qualitative research uses conflict theory from Lewis A. Coser. The study was conducted from August to October 2023. Primary data was collected through interviews and focus group discussions (FGD) with the government, Panglima Laot, and the fishing community. Secondary data collected from books, journals, news, customary rules, and field observations are also carried out to observe fisheries conditions directly. The results of the study found that 1). Fishermen's conflicts occur due to the entry of fishermen outside Aceh Singkil who catch fish in prohibited ways that cause damage to fish habitats and reduce the number of local fishermen's catches; 2). The conflicts between the fishermen made customary institutions stronger and improved with the formation of customary fishing rules and their sanctions; and 3). Fishermen's conflicts increase the sense of solidarity, integrity, consensus, and increased supervision among fishermen, as well as the existence of enforcement rules against illegal fishing perpetrators. 

Page 1 of 1 | Total Record : 7