cover
Contact Name
Muhammad Najib Habibie
Contact Email
najib.habibie@gmail.com
Phone
+6285693191211
Journal Mail Official
jurnal.mg@gmail.com
Editorial Address
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
ISSN : 14113082     EISSN : 25275372     DOI : https://www.doi.org/10.31172/jmg
Core Subject : Science,
Jurnal Meteorologi dan Geofisika (JMG) is a scientific research journal published by the Research and Development Center of the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) as a means to publish research and development achievements in Meteorology, Climatology, Air Quality and Geophysics.
Articles 310 Documents
The estimation of sea-breeze front velocity over coastal urban using Himawari-8 images: A case study in Jakarta Muhammad Rezza Ferdiansyah; Arie Wahyu Wijayanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 3 (2022): Special Issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v23i3.810

Abstract

The sea breeze is a meteorological phenomenon that occurs due to the contrast temperature between land and oceans. The propagation velocity of sea breeze are influenced strongly by e.g., synoptic wind and geographical conditions. Therefore, it is important to understand the relationship between the spatial distribution of sea breeze velocity and the surface characteristic, for instance over urbanized and less-urbanized coastal areas. When the sea breeze propagates inland, a cumulus cloudline will form in the vicinity of the sea breeze front (SBF). Previous studies have successfully detected the cloudline automatically using the morphological-snake algorithm. In this paper, we estimate the SBF velocity using Himawari-8 satellite images. The proposed method segmented the cloudline data points using a clustering approach, named machine learning-based k-means++, on the level-set obtained from snake algorithm. We then estimate the SBF velocity by calculating the haversine distance of the segmented cloudline points that propagate over time. The comparison of estimated cloudline speed with SBF speed measured at two observation sites, namely KKP and BPL, reveals the root mean square errors 1.39 m/s and 1.41 m/s, respectively. And the propagation direction was mainly southward.
OPERATIONAL WEATHER SYSTEMS FOR NATIONAL FIRE DANGER RATING Guswanto Guswanto; Eko Heriyanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 10, No 2 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v10i2.37

Abstract

Prakarsa Indonesia untuk sistem FDR dimulai pada bulan April 2000 dengan pengembangan pusat FDRS. Ketika itu FDRS dirancang untuk mendukung lembaga – lembaga sentral di Indonesia yang berkompeten dalam memantau kondisi-kondisi kebakaran dan untuk mengembangkan tindakan tingkat nasional untuk mendukung tindakan pencegahan, pemantauan dan kegiatan mitigasi pada tingkat provinsi. Pada akhir tahun 2001, FDRS tingkat pusat juga akan diadaptasikan dan dioperasikan secara elektronik dan manual di dua provinsi di Indonesia (Provinsi Riau di Sumatra dan di Provinsi Kalimantan Barat). Sebelumnya, pada tahun 2002 (10 Februari) serah terima dari Proyek FDRS kepada BMG untuk mengoperasikan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran harian untuk seluruh wilayah nasional dimulai, berdasarkan pada pengamatan cuaca harian. Pengoperasian dan aplikasi output FDRS di Indonesia juga akan menjadi kegiatan penting di tahun kedua. Untuk Indonesia, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) bertanggung jawab untuk mengumpulkan data dan menyebarluaskan informasi cuaca harian di tingkat nasional dan lokal. Pada tahun 2004 BMG membuat prediksi FDR harian (3 hari) berbasis pada NWP Perancis (modul Sinergi). Implementasi ini adalah kerjasama antara BMG dan Meteo France International (MFI). Pusat Penelitian dan pengembangan BMG membangun Perhitungan FDR dan Model Polutan Udara (termasuk asap dari kebakaran hutan) berdasarkan Numerical Weather Prediction dari CSIRO (menggunakan Output CCAM) pada akhir tahun 2007. Model polutan udara untuk lintasan asap dijalankan dengan menggunakan informasi hotspot dari Dephut (Sipongi Output Program). The Indonesia Initiative for FDR system commenced in April 2000 with the development of a central FDRS. It’s being designed to support Indonesian central agencies in monitoring fire conditions and in developing national level actions to support prevention, monitoring and mitigation activities at a provincial level. In late 2001, the central-level FDRS will also be adapted and operated electronically and manually in two provinces in Indonesia (Riau Province in Sumatra and in West Kalimantan Province). Earlier, in 2002 (10th February) the handover from the FDRS Project to BMG for operated a daily Fire Danger Rating System for whole National Region began, based on daily weather observation. Operations and application of FDRS outputs in Indonesia will also be important activities in year two. For Indonesia, the Meteorology and Geophysical Agency (BMG) is responsible to collect record and disseminate daily weather information at national and local levels. In 2004 BMG produced daily FDR Prediction (3 days) base on France NWP (Synergy module). This implementation is collaboration between BMG and Meteo France International (MFI). R&D of BMG developing FDR Calculation and The Air Pollutant Model (Include smoke from forest fire) base on Numerical Weather Prediction from CSIRO (Using CCAM Output) in late of 2007. The Air Pollutant Model for smoke trajectory runs by using the hotspot information from MoF (Sipongi Output Programs).
PENGARUH AKTIVITAS ENSO DAN DIPOLE MODE TERHADAP POLA HUJAN DI WILAYAH MALUKU DAN PAPUA SELAMA PERIODE SERATUS TAHUN (1901 – 2000) Suwandi Suwandi; Y. Zaim; Bayong Tjasyono H. Kasih
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v15i1.173

Abstract

Aktivitas fenomena ENSO dan Dipole Mode merupakan sirkulasi tropis non musiman tapi mempunyai peran yang sangat penting terhadap variabilitas curah hujan di wilayah Indonesia antara lain terhadap variasi pola hujan pada setiap periode normalnya. Wilayah penelitian dalam tulisan ini adalah wilayah Maluku dan Papua yang lokasinya lebih dekat dengan aktivitas ENSO dibanding dengan aktivitas Dipole Mode. Selama periode seratus tahun (1901 - 2000) aktivitas kedua fenomena tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variasi pola hujan di wilayah tersebut. Dengan menggunakan metode sintesis yang terdiri atas analisis spektral, analisis korelasi spasial, analisis dinamis dan fisis atmosfer maka dapat diperoleh adanya kaitan yang signifikan antara aktivitas ENSO dan Dipole Mode dengan curah hujan bulanan di wilayah Maluku dan Papua selama periode seratus tahun. Dampak dari aktivitas El Niño, La Niña, Dipole Mode (+), Dipole Mode (-) terbesar dialami oleh pola hujan lokal dibanding terhadap pola hujan monsunal dan ekuatorial yang diindikasikan dari hasil analisis korelasi. Antara aktivitas El Niño dengan pola hujan lokal korelasi tertinggi – 0,94, La Niña dengan pola hujan lokal + 0,60, Dipole Mode (+) dengan pola hujan lokal – 0,67 dan Dipole Mode (-) dengan pola hujan lokal + 0,65. ENSO and Dipole Mode phenomena are non-seasonal tropical circulation. However, they have a very important role in the variability of rainfall in the Indonesian region, such as the variation of rainfall patterns during each normal period. The area of this research is the Maluku and Papua regions, which are located closer to the ENSO activity compared to the activity of Dipole Mode. During a hundred years (1901-2000) the possible activities of both phenomena have a significant influence on the variation of rainfall patterns in those regions. Using the synthesis method consists of spectral analysis, spatial correlation analysis, atmospheric dynamics, and physics analysis, a significant connection between ENSO and Dipole Mode with monthly rainfall in the Maluku and Papua regions for hundred years would be obtained. The effect of El Niño, La Niña, Dipole Mode (+), Dipole Mode (-) activities are mostly due to Local Rainfall Pattern than Monsoonal and Equatorial Rainfall Pattern which has been indicated by the result of correlation analysis. The highest correlations between El Niño with Local Rainfall Pattern is – 0.94, La Niña with Local Rainfall Pattern is + 0,60, Dipole Mode (+) with Local Rainfall Pattern is – 0.67 and Dipole Mode (-) with Local Rainfall Pattern is + 0.65 respectively.
PREDIKSI CURAH HUJAN BULANAN UNTUK PERINGATAN DINI LONGSOR DI BANJARNEGARA BAGIAN SELATAN DENGAN STATISTICAL DOWNSCALING DAN ENSEMBLE Agus Safril; Danang Eko Nuryanto; Ni Luh C. Chevi; Lisa Agustina; Ki Agus Ardi Z; Munawar Munawar; Faturrahman Faturrahman
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 21, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v21i2.698

Abstract

Banjarnegara merupakan wilayah pegunungan sehingga sering terjadi longsor. Curah hujan sebagai salah satu parameter cuaca dengan kondisi tertentu mampu memicu terjadinya longsor. Keberadaan prediksi hujan sangat diperlukan untuk informasi berbasis dampak (Impact Based Forecasting) sebagai media untuk mitigasi bencana. Tujuan penelitian ini untuk membuat peringatan dini potensi bahaya longsor bulanan dengan input prediksi curah hujan bulanan (faktor dinamis) dengan metode ensemble dan statistical downscaling (SD). Prediktor yang digunakan terdiri dari CAPE, PW, U850 dan V850 dan SST sebagai parameter atmosfer yang terkait fisis dan dinamis dengan curah hujan. Indeks kerawanan longsor (IKL) yang digunakan sebagai faktor statis untuk peringatan dini bahaya longsor meliputi parameter curah hujan tahunan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Hasil IKL selanjutnya di-overlay dengan prediksi curah hujan dengan tiga kategori persentil, yaitu Curah Hujan < P33 (persentil 33%) sebagai curah hujan rendah, P33-P66 (sedang) dan >P66 (tinggi). Hasil prediksi model ensemble menunjukkan pola curah hujan mengikuti pola musim kemarau dan awal musim hujan (curah hujan prediksi sesuai dengan observasi). Hasil korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa model prediksi layak digunakan sebagai masukan model untuk peringatan dini longsor. Nilai IKL menunjukan bahwa Wilayah Kecamatan Banjarnegara dan Wanadadi merupakan lokasi paling rawan longsor (3,625) kemudian Wanadadi (3,188) dan agak rawan Mandiraja (2,875). Hasil prediksi curah hujan kemudian dioverlay dengan tingkat IKL digunakan sebagai indikator peringatan dini. Hasil validasi dengan data observasi menunjukkan bahwa peringatan dini longsor mempunyai akurasi yang cukup baik (informasi peringatan dini sesuai umumnya dengan kejadian longsor).  Banjarnegara is a mountainous region so landslides often occur. Rainfall is one of the weather parameters with certain conditions that can trigger landslides. The presence of rain predictions is really crucial for impact-based information (Impact Based Forecasting) as a mechanism for disaster reduction. The purpose of this paper is to make an early warning of potential monthly landslides with monthly rainfall prediction input (dynamic factors) with the ensemble and statistical downscaling (SD) methods. Predictors used consisted of CAPE, PW, U850, and V850, and SST as atmospheric parameters related to physical and dynamic rainfall. To build an early warning of landslide hazards, the landslide susceptibility index (IKL) was employed using annual rainfall, slope, and land use parameters. The results of IKL are then overlaid with predictions of rainfall with three percentile categories namely Rainfall <P33 (percentile 33%) as low rainfall, P33-P66 (moderate), and > P66 (high). The results of the ensemble model predictions show that rainfall patterns follow the pattern of the dry season and the beginning of the rainy season (predicted rainfall is in accordance with observations). The IKL value shows that the Districts of Banjarnegara and Wanadadi are the most prone to landslides (3,625) than Wanadadi (3,188) and somewhat vulnerable to Mandiraja (2,875). The rainfall prediction results are then overlaid with the IKL level producing an index as an early warning indicator. The results of the validation with observational data indicate that early warning landslides have quite a good accuracy (early warning information is generally in accordance with landslide events).
KAJIAN DAERAH RAWAN GELOMBANG TINGGI DI PERAIRAN INDONESIA Roni Kurniawan; Muhammad Najib Habibie; Donaldi Sukma Permana
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 3 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v13i3.135

Abstract

Berkaitan dengan pentingnya informasi tentang gelombang laut, terutama bagi keselamatan beragam kegiatan di laut, berdasarkan data periode tahun 2000-2010, dilakukan studi tentang gelombang tinggi di perairan Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa variasi spasial dan temporal tinggi gelombang dan frekuensi terjadinya gelombang tinggi mempunyai pola yang berasosiasi dengan siklus angin monsunal, periode monsun Australia (Desember, Januari, Februari) dan monsoon Australia (Juni, Juli, Agustus). Daerah rawan gelombang tinggi pada periode monsun Asia umumnya lebih luas daripada pada periode monsun Australia. Pada periode peralihan antar monsun, sebagian besar wilayah perairan Indonesia tidak rawan gelombang tinggi. Daerah rawan gelombang tinggi pada periode peralihan antar monsun umumnya lebih sempit dan terdapat di perairan Indonesia yang menjadi bagian dari Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, terutama selatan Jawa sampai Bengkulu. Meskipun korelasinya tidak signifikan, berlangsungnya El- Nino menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang di wilayah perairan Indonesia bagian timur, terutama utara ekuator dan berlangsungnya La-Nina menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang di perairan Indonesia yang berada di Samudera Hindia terutama di selatan Jawa. Sedangkan terjadinya IODM negatif menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang di perairan barat Sumatera sebelah utara ekuator. Related to the importance of information about ocean waves, especially for the safety of a variety activities at sea, based on data in the period 2000-2010 obtained by numerical wave model, conducted a study of high waves in the Indonesian waters.The study shows that the spatial and temporal variations in wave height and frequency of high waves have a pattern associated with monsunal wind cycle, Australia monsoon period (December, January, February) and the Australian monsoon (June, July, August). High waves prone areas in the period of monsoon Asia are generally wider than the Australia monsoon period. In the transitional period between monsoons, most of the Indonesian territorial waters are not high waves prone areas. High waves prone areas in the transitional period between monsoons are generally narrower and it were in the Indonesian waters, which became part of the South China Sea, Pacific Ocean and Indian Ocean, particularly southern part of Java to Bengkulu. Although the correlation is not significant, El-Nino led to an increasing wave height in the eastern waters of Indonesia, especially north of the equator and La-Nina led to an increasing wave height in the Indonesian waters around the Indian Ocean, especially in the southern part of Java, while the negative IODM caused increasing wave height in the northern equator of western part of Sumatra waters.
PENGEMBANGAN MODEL ENSEMBEL GELOMBANG LAUT MRI-III DAN WINDWAVE-05 MENGGUNAKAN KECERDASAN BUATAN Asteria Satyaning Handayani; Hastuadi Harsa; Roni Kurniawan; Sri Noviati; Wido Hanggoro
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 18, No 3 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v18i3.346

Abstract

Kondisi gelombang laut dimodelkan oleh MRI-III dan Windwaves-05. Penelitian ini mengembangkan model ensembel untuk menggabungkan output dua model tersebut. Proses ensembel dilakukan oleh jaringan syaraf tiruan menggunakan metode pembelajaran resilient propagation. Parameter input ensembel adalah ketinggian maksimum dan ketinggian signifikan gelombang yang dihasilkan oleh kedua model, sedangkan parameter output ensembel adalah ketinggian maksimum dan ketinggian signifikan gelombang. Target untuk melatih jaringan syaraf tiruan adalah data yang diperoleh dari perekaman data lapangan di dua lokasi: Sawarna dan Bengkulu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa model ensembel ini mampu memberikan output yang lebih mendekati nilai perekaman data langsung di lapangan dibanding output kedua model input secara individu.
PENENTUAN TINGKAT KEKERASAN BATUAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI Boko Nurdiyanto; Eddy Hartanto; Drajat Ngadmanto; Bambang Sunardi; Pupung Susilanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v12i3.103

Abstract

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode seismik refraksi di daerah Sumbawa yang bertujuan untuk menentukan tingkat kekerasan batuan. Pengambilan data lapangan dalam bentuk lintasan dan dibagi tiga bagian, yaitu menggunakan end-off spread di kedua ujung dan mid-spread. Tahapan pengolahan data diawali dengan melengkapi informasi posisi dari masing-masing geophone dan sumber seismiknya dengan mengedit geometri, sehingga dapat dikenali oleh komputer sebagai satu kesatuan data base. Untuk menghilangkan noise yang menenggelamkan sinyal firstbreak, dilakukan proses BPFB (Band Pass Filter Butterworth) sebesar 10-100 Hz. Proses inversi yang digunakan adalah refraction tomography, dengan pendekatan non linier least square inversion dan perhitungan pemodelan maju untuk menghitung nilai Vp menggunakan forward refraction raytracing. Penentuan densitas batuan menggunakan rumus empiris Gardner's relationship. Hasil interpretasi data menunjukkan empat lapisan batuan dengan kecepatan rambat gelombang P adalah 200-1800 m/sec dan densitasnya 1.17-2.05 gr/cc. Pengelompokan lapisan berdasarkan kecepatan rambat gelombang P adalah lapisan pertama (200-700 m/sec), lapisan kedua (700-1100 m/sec), lapisan ketiga (1100-1700 m/sec) dan lapisan keempat (>1700 m/sec). Litologi batuan bawah permukaan terdiri dari soil (1.17-1.59 g/cc), granodiorit lapuk kuat (1.59-1.78 gr/cc), granodiorit lapuk lemah (1.78-1.99 gr/cc) dan granodiorit segar (>1.99 gr/cc). Batuan keras terdapat dari permukaan hingga kedalaman 30 meter. Seismic refraction research have been done in Sumbawa to determine the level of rocks density. Field data acquisition in lines and are divided into three parts that are end-off spreads at both ends and mid-spreads. The first step of the processing was to identified positions of each geophone and its shot by editing the geometry, so it can be recognized by computer as a single unified database. Bandpass Filter Butterworth process at 10-100 Hz has been done to eliminate noise that drowned the firstbreak signal. Inversion process using the refraction tomography with non-linear least squares inversion approach and the forward modeling for calculate Vp value using forward refraction raytracing. While the rock density determination used empirical formula from Gardner's relationship. Results of the  interpretation shows four layers of rock with the P-wave propagation velocity are 200-1800 m/sec and density are 1.17-2.05 g/cc. Grouping layers based on the P-wave propagation velocity are the first layer (200-700 m/sec), second layer (700-1100 m/sec), third layer (1100-1700 m/sec) and fourth layer (>1700 m/sec). Sub-surface lithology consists of soil (1.17-1.59 g/cc), strong weathered layer of granodiorite (1.59-1.78 g/cc), weak weathered layer of granodiorite (1.78-1.99 g/cc) and fresh granodiorite (>1.99 g/cc). Hard rock layer found from surface to 30 meters depth.
PENERAPAN MODEL WRF UNTUK PREDIKSI AWAL MUSIM HUJAN DI INDONESIA Robi Muharsyah
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 3 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i3.329

Abstract

Selama ini model WRF telah digunakan di BMKG untuk prediksi hujan harian dalam skala jangka pendek (1-7 hari kedepan). Penggunaan data CFSv2 sebagai boundary condition atau inputan memungkinkan WRF untuk menghasilkan prediksi hujan harian dalam skala jangka panjang (1-6 bulan ke depan). Pada penelitian ini dipilih inisial data CFSv2 selama enam bulan berturut-turut dari Mei hingga Oktober 2014 untuk menghasilkan prediksi hujan 3 bulanan: JJA, JAS, ASO, SON, OND dan NDJ. Selanjutnya diperoleh prediksi hujan 24 dasarian (Jun I 2014 s.d Jan III 2015). Keluaran WRF diatur pada resolusi ~20 Km. Berdasarkan hal tersebut sebanyak 300 dari 342 ZOM dapat dibuat prediksi awal musim hujan 2014/15. Hasil verifikasi keluaran WRF terhadap data observasi menunjukan 148 ZOM (49.33%) SESUAI, 74 ZOM (24.67%) MAJU dan 78 ZOM (26%) MUNDUR. Persentase keluaran WRF untuk kategori SESUAI masih lebih rendah dari prediksi AMH 14/15 yang dibuat oleh BMKG yaitu sebesar 54%.
PENGARUH CENS-CT TERHADAP CURAH HUJAN EKSTRIM DAN BANJIR DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS TANGGAL 5 DAN 6 FEBRUARI 2021) Zauyik Nana Ruslana; Sulistyowati Sulistyowati; Umaroh Umaroh; Rudi Setro Prihatin; Sri Endah ANA
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v23i2.761

Abstract

Pada awal bulan Februari 2021, CENS (Cross Equatorial Northerly Surge) mengalami lonjakan aliran permukaan dari LCS (Laut Cina Selatan) hingga mencapai pesisir Pulau Jawa sehingga memicu aktivitas kuat konveksi yang berpotensi hujan dengan intensitas Sangat Lebat – Ekstrim. Analisa dari wilayah CT (Cold Tongue) menunjukkan penjalaran suhu dingin dari LCS bersamaan dengan CENS hingga Laut Jawa yang berpotensi memperburuk untuk terjadinya hujan ekstrim. Transpor uap air di khatulistiwa dari BBU (Belahan Bumi Utara) ke BBS (Belahan Bumi Selatan) secara klimatologis terjadi pada periode DJF (Desember-Januari-Februari). Berdasar analisa pada dasarian ke-1 bulan Februari 2021 aliran uap air berasal dari Pasifik Barat dan LCS serta Samudera Hindia bagian Selatan Pulau Sumatera dan Jawa. Kejadian hujan ekstrim juga dibuktikan dengan peningkatan transportasi uap air pada low level (1000 - 850 mb) mulai pukul 01.00 LT dan meningkat tinggi pada pukul 03.00 - 04.00 LT kemudian turun pada pukul 05.00 - 06.00 LT, sedangkan dari transportasi uap air pada ketinggian 1000 - 500mb juga menunjukkan banyaknya transportasi uap air sejak pukul 01.00 - 06.00 LT. Dari distribusi curah hujan tanggal 5 Februari 2021 juga menunjukkan tingginya curah hujan hingga level ekstrim dari pesisir Kota Semarang (Kecamatan Tugu, Ngaliyan dan Semarang Barat) hingga level hujan lebat di wilayah Selatan Kota Semarang (Kecamatan Tembalang dan Banyumanik), bila distribusi pada dasarian ke-1 bulan Februari 2021 dibandingkan dengan normalnya adalah lebih tinggi. Berdasarkan historis kejadian banjir, bulan Februari  tertinggi kedua setelah bulan Januari. dalam periode tahun 2008 - 2020 kejadian banjir pada bulan Februari di Kota Semarang mengalami peningkatan signifikan. Sinkronisasi data hujan dengan kejadian banjir periode tahun 2021 - 2020 terdapat kaitannya antara banjir dan hujan dengan intensitas lebat - sangat lebat
NUMERICAL SIMULATION OF FLOW OVER TWO-DIMENSIONAL MOUNTAIN RIDGE USING SIMPLE ISENTROPIC MODEL Siswanto Siswanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 10, No 1 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v10i1.28

Abstract

Model sederhana isentropis telah diaplikasikan untuk mengidentifikasi perilaku aliran masa udara melewati topografi sebuah gunung. Dalam model isentropis, temperature potensial θ digunakan sebagai koordinat vertikal dalam rezim aliran adiabatis. Medan angin dalam arah vertikal dihilangkan dalam koordinat isentropis sehingga mereduksi sistim tiga dimensi menjadi sistim dua dimensi lapisan θ. Skema komputasi beda hingga tengah telah digunakan untuk memformulasikan model adveksi. Paper ini membahas aplikasi sederhana dari model isentropis untuk mempelajari gelombang gravitasi dan fenomena angin gunung  dengan desain komputasi periodik dan kondisi batas lateral serta simulasi dengan topografi yang berbeda. The aim of this work is to study turbulent flow over two-dimensional hill using a simple isentropic model. The isentropic model is represented by applying the potential temperature θ, as the vertical coordinate and is conversed in adiabatic flow regimes. This implies a vanishing vertical wind in isentropic coordinates which reduces the three dimensional system to a stack of two dimensional θ–layers. The equations for each isentropic layer are formally identical with the shallow water equation. A computational scheme of centered finite differences is used to formulate an advective model. This work reviews a simple isentropic model application to investigate gravity wave and mountain wave phenomena regard to different experimental design of computation and topographic height.