cover
Contact Name
Husnun Amalia
Contact Email
husnun_a@trisakti.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jbiomedkes@trisakti.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Biomedika dan Kesehatan
Published by Universitas Trisakti
ISSN : 2621539x     EISSN : 26215470     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Biomedika dan Kesehatan is an official publication of Faculty of Medicine Trisakti University. Jurnal Biomedika dan Kesehatan is a third-monthly medical journal that publishes new research findings on a wide variety of topics of importance to biomedical science and clinical practice. Jurnal Biomedika dan Kesehatan online contains both the current issue and an online archive that can be accessed through browsing, advanced searching, or collections by disease or topic.
Arjuna Subject : -
Articles 230 Documents
Hubungan saturasi oksigen dengan risiko terjadinya obstructive sleep apnea pada pria usia 30 - 60 tahun Dhia Maulidya Mirwan; Eveline Margo
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.58-62

Abstract

LATAR BELAKANGObstructive sleep apnea (OSA) merupakan kondisi umum pada saat tidur ditandai dengan mendengkur. Di Indonesia, data prevalensi OSA masih sangat sedikit, namun pada penelitian di Jakarta tahun 2013 didapatkan 70% pada laki-laki dengan rentang usia 35-73 tahun menderita OSA. Kejadian OSA dapat mengganggu sistem pernapasan serta fungsi kognitif seseorang. Hal ini ditandai dengan hipoksia yang dapat menimbulkan fase arousal pada risiko OSA. Namun, pada beberapa penelitian ditemukan tidak terdapatnya hubungan kadar saturasi oksigen pada penderita OSA sehingga membuat peneliti hendak menilai kembali. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan saturasi oksigen dengan risiko terjadinya OSA pada pria usia 30-60 tahun. METODEPenelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan desain studi potong lintang (cross-sectional) yang dilakukan pada bulan April hingga Juni 2019. Penentuan sampel menggunakan teknik random sampling, pada 64 orang pria usia 30-60 tahun. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner Berlin untuk mengetahui ada tidaknya OSA dan dilakukan pengukuran saturasi oksigen menggunakan pulse oximetry. Analisis hipotesis dilakukan dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan yang digunakan p < 0.05. HASILDidapatkan responden 64 orang dengan 42 orang (65.6%) memiliki risiko tinggi OSA, dan 22 orang (34.4%) lainnya memiliki risiko rendah OSA, sedangkan pada uji Chi-square untuk melihat hubungan kadar saturasi oksigen dengan resiko terjadinya OSA didapatkan p=1.000. KESIMPULANPenelitian ini menunjukan tidak ada hubungan bermakna antara kadar saturasi oksigen dengan risiko terjadinya OSA.
Hubungan antara ekspresi vascular endothelial growth factor (VEGF) jaringan dengan respon kemoradiasi pada pasien kanker serviks Mayasari, Atut Cicih; Wratsangka, Raditya
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

LATAR BELAKANGKanker serviks masih merupakan masalah keganasan utama yang dihadapi wanita seluruh dunia. Tidak adanya gejala pada penderita kanker serviks stadium awal, sering menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis. Vascular endothelial growth factor (VEGF) merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam proses angiogenesis dan merupakan sinyal yang digunakan oleh sel kekurangan oksigen untuk memicu pertumbuhan pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan membandingkan respon klinik kemoradiasi pada pasien kanker serviks yang mempunyai ekspresi VEGF tinggi, sedang dan rendah. METODEPenelitian ini menggunakan rancangan studi kasus kontrol untuk mencari hubungan antara ekspresi VEGF dengan respon kemoradiasi pada penderita kanker serviks. Sebagai kelompok kasus adalah pasien dengan respon terapi parsial dan kelompok kontrol adalah pasien dengan respon terapi komplit. Empat puluh lima pasien, masing-masing terdiri dari 15 pasien kelompok kasus dan 30 pasien kelompok kontrol. Data sekunder diambil dari rekam medis RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dilakukan penelusuran blok parafin ke bagian Patologi Anatomi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pemeriksaan ekspresi VEGF dilakukan terhadap jaringan biopsi kanker serviks sebelum kemoterapi. HASILPada faktor risiko umur, didapatkan nilai p=0.18 dan OR 0.37. Maka tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik, namun secara klinik mempunyai nilai protektif lemah. Pada analisa lebih lanjut hanya didapatkan 2 pasien usia ≥ 50 tahun yang mempunyai ekspresi VEGF kuat. Pada faktor risiko stadium, diferensiasi sel, dan body mass index (BMI) berturut-turut mempunyai nilai p 1; 0.46 dan 1, sedangkan nilai OR 1; 2 dan 1, maka tidak bermakana secara statistik dan klinik. Jenis histologi nilai p 0.19 dan OR 3.27 secara statistik tidak bermakna namun secara klinik bermakna. Ekspresi VEGF mempunyai nilai p 0.03 dan OR 0.45 jadi secara statistik dan klinik bermakna. Setelah dilakukan analisis multi variat maka yang mempunyai hubungan paling bermakna secara statistik dan klinik dengan respon terapi adalah ekspresi VEGF. KESIMPULANEkspresi VEGF yang kuat akan memberikan respon terapi/outcome yang buruk.
Hubungan pes planus dan keseimbangan statis pada anak sekolah dasar Yasmasitha, Zharah; Sidarta, Nuryani
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.84-89

Abstract

LATAR BELAKANGKeseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat massa tubuh terhadap axis tubuh untuk melawan gravitasi bumi yang dipengaruhi oleh proses sensorik atau sistem saraf, motorik atau muskuloskeletal. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan pada anak yaitu, gangguan muskuloskeletal berupa kelainan bentuk telapak kaki. Hasil penelitian yang sudah ada masih menunjukkan kontroversi sehubungan dengan hal tersebut. Penelitian ini dibuat untuk melihat lebih lanjut hubungan pes planus (kaki datar) dengan keseimbangan statis terutama pada anak sekolah dasar. METODEPenelitian menggunakan metode studi observasional dengan desain cross-sectional yang mengikutsertakan 145 siswa-siswa SD X di Tangerang dan SD Y di Batam. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Keseimbangan statis diukur dengan metode Standing Stork Test, sedangkan diagnosa pes planus didapatkan dengan metode Wet Foot Print untuk mendapatkan batas lengkung arkus longitudinal medial kaki. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan yang digunakan 0.05. HASILDari 145 responden, didapatkan 18 anak (12.4%) memiliki keseimbangan statis yang buruk dan 42 anak (29%) didiagnosa dengan pes planus. Terdapat 18 anak dengan keseimbangan statis yang buruk dengan 16 (88.9%) diantaranya memiliki pes planus. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan statis dengan pes planus pada anak sekolah dasar (p=0.000). KESIMPULANTerdapat hubungan signifikan antara pes planus dan keseimbangan statis.
Tes serologi dan polimerase chain reaction (PCR) untuk deteksi SARS-CoV-2/COVID-19 Pusparini Pusparini
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.46-48

Abstract

Penyebaran penyakit virus corona 2019 (COVID-19) di dunia meningkat sangat cepat, sehingga oleh World Health Organization (WHO) dinyatakan sebagai suatu pandemi global. Pada kondisi pandemi ini, lansia dan populasi yang rentan perlu mendapat perlindungan dari penyebaran COVID-19. Sebagian besar individu yang terinfeksi virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) tidak menunjukkan gejala atau hanya bergejala ringan sampai sedang, dengan gejala mirip flu atau infeksi flu lainnya, sehingga bila kita kehilangan kemampuan untuk mengikuti jejak semua orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 maka proses identifikasi individu yang potensial terinfeksi akan menjadi sulit. Untuk dapat memproteksi populasi yang rentan maka diperlukan status dari seseorang yang pernah kontak dengan pasien COVID-19 secara cepat.(1)
Review: penyakit virus corona baru 2019 (COVID-19) Nany Hairunisa; Husnun Amalia
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.90-100

Abstract

Sebuah virus corona baru diidentifikasi sebagai SARS-CoV-2, pertama kali teridentifikasi di Wuhan, Cina, pada Desember 2019 dan dikenal dengan nama COVID-19. Memiliki 85% homologi dengan SARS-CoV, S-protein pada virus ini akan mengikat reseptor target (ACE2) pada manusia terutama pada paru, jantung, dan ginjal. COVID-19 memiliki masa inkubasi lebih lama dan penularannya lebih tinggi. Penularan terjadi melalui droplet saluran nafas dan kontak erat dengan penderita. Pandemi terjadi dengan sangat cepat, hingga 19 Mei 2020 telah teridentifikasi 4.943.077 kasus dengan angka kematian 321.998 orang dari 212 negara. Gejala yang paling sering muncul adalah demam, fatique, batuk kering, myalgia, dan sesak. Tingkat keparahan penyakit meningkat pada lansia dan penderita dengan komorbid (penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit paru kronis, hipertensi, dan kanker). Infeksi ini memiliki CFR sebesar 2.3% dan komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian adalah komplikasi pada jantung dan paru. Hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang tepat maupun vaksin untuk penyakit ini, namun penelitian guna pengembangan pengobatan dan vaksin terus dilakukan di seluruh dunia. Upaya maksimal harus dilakukan karena wabah ini mempengaruhi infrastruktur kesehatan publik, ekonomi, dan seluruh aspek di semua negara di dunia. Tindakan pencegahan adalah sangat penting sebagai upaya memutus mata rantai penularan COVID-19.
Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang berhubungan dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun Jufia Syahailatua; Kartini Kartini
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.77-83

Abstract

LATAR BELAKANGSaat ini keterlambatan perkembangan masih menjadi masalah serius di negara maju maupun negara berkembang. Profil kesehatan Indonesia tahun 2016, mengemukakan sekitar 56.4% anak usia di bawah lima tahun di Indonesia mengalami gangguan tumbuh kembang. Apabila deteksi tumbuh kembang terlambat, maka dapat mengakibatkan penyimpangan pada anak yang sukar diperbaiki. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perkembangan anak adalah pengetahuan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun. METODEPenelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain potong zlintang. Perhitungan besar sampel studi menggunakan rumus potong lintang. Sampel dipilih secara consecutive non-random sampling yang mengikutsertakan 367 responden di wilayah kerja Puskesmas Waena, Jayapura Papua, yang dilakukan pada bulan April sampai Juni 2019. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang dan perkembangan pada anak usia 1-3 tahun. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mengunakan kuesioner pengetahuan tumbuh kembang dan kuesinoner pra skrining perkembangan (KPSP). Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan 0.05. HASILHasil penelitian didapatkan 83.7% ibu berpengetahuan baik dengan perkembangan anak sesuai usia. Sebanyak 83.7% ibu berpendidikan tinggi memiliki anak dengan perkembangan sesuai usia. Uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun (p< 0.05). KESIMPULANPengetahuan dan pendidikan ibu tentang tumbuh kembang berhubungan dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun.
Asupan kafein dari kopi dan teh serta hubungannya dengan kepadatan tulang pada perempuan pascamenopause Stella Verinda; Elly Herwana
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.70-76

Abstract

LATAR BELAKANGOsteoporosis merupakan kondisi patologis tulang dengan karakteristik bone mineral density (BMD) yang rendah disertai perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang, sehingga meningkatkan risiko fraktur. Faktor risiko osteoporosis yaitu perempuan pascamenopause, genetik, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, asupan gizi dan mineral, merokok, serta asupan alkohol, dan kafein. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek kafein dari kopi dan teh terhadap kepadatan tulang pada perempuan pascamenoapuse. METODEPenelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah perempuan pascamenopause yang berusia >40 tahun berjumlah 92 orang. Asupan kafein dinilai dari total asupan yang berasal dari kopi dan teh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Perhitungan asupan total kafein diperhitungkan dengan penyetaraan asupan kopi dan teh per minggu. Kepadatan tulang dinilai menggunakan alat calcaneal quantitative ultrasound untuk menetukan nilai-T sebagai parameter osteoporosis. Subjek dikelompokkan sebagai kepadatan tulang normal (nilai-T≥-1), osteopenia (nilai-T antara -1 sampai -2.5) dan osteoporosis (nilai-T<-2.5) Analisis statistik dilakukan untuk menilai hubungan kedua variabel dilakukan dengan uji Chi-square. HASILRerata (simpang baku) usia subjek adalah 57.84 ± 7.57. Sebanyak 26 (28.3%) subjek dengan kategori osteoporosis, 50 (54.3%) osteopenia, dan 16 (17.4%) normal. Asupan kafein didapatkan 69 subjek (75%) dengan kategori rendah dan 23 (25%) tinggi. Hasil analisis didapatkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kafein dan kepadatan tulang (p=0.419; p>0.05). KESIMPULANTidak terdapat hubungan antara asupan kafein dari kopi dan teh dengan kepadatan tulang pada perempuan pascamenopause.
Spondilitis tuberkulosis: perbaikan yang signifikan setelah intervensi dini Bayan Basalamah; Balqis Khansa Nabila; Yudhisman Imran; Mulia Rahmansyah
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.137-143

Abstract

LATAR BELAKANGTuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Salah satu bentuk TB ekstra paru adalah Spondilitis TB atau biasa dikenal dengan Pott’s disease (PD). DESKRIPSI KASUSPerempuan berusia 40 tahun datang ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Hermina Daan Mogot dengan keluhan nyeri punggung bawah yang memberat sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan demam, batuk lama, penurunan berat badan disangkal. Terdapat kontak dengan penderita TB. Pemeriksaan fisik didapatkan numeric rating scale (NRS) 10, dan kekuatan motorik normal (5555) pada keempat anggota gerak. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan radiologi rontgen lumbosakral menunjukkan penyempitan diskus intervertebralis pada vertebra L2 dan L3. Pasien kemudian diberikan tata laksana nyeri Non Steroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAID), antidepresan, dan opioid. Dalam perawatan pasien mengalami kelemahan tungkai kiri, kekuatan motorik turun menjadi ‘1155’. Pasien dirujuk untuk dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) lumbal dengan kontras dan tindakan operasi. Hasil MRI menunjukkan proses destruktif yang melibatkan L1, L2, dan L3 dan bukti ekstensi kanal paraspinal dan spinal yang menekan kantung thecal dan menyebabkan stenosis berat pada medula spinalis. Radiografi thoraks dalam batas normal. Dilakukan operasi dekompresi dan stabilisasi tulang belakang dan pemberian regimen standar obat anti tuberkulosis (OAT). Setelah menjalani operasi, klinis pasien menunjukkan perbaikan signifikan. Kekuatan motorik meningkat ke '5555' dan NRS turun menjadi 4. Pasien saat ini mengkonsumsi OAT bulan ke-14. KESIMPULANSpondilitis TB adalah infeksi tulang belakang kronis yang dapat terjadi dengan atau tanpa tuberkulosis paru. Intervensi dini dapat memberikan perbaikan yang signifikan dan prognosis yang lebih baik.
Kanker lambung: kenali penyebab sampai pencegahannya Juni Chudri
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.144-152

Abstract

Kanker lambung merupakan kelompok penyakit keganasan yang mempunyai penyebab multifaktorial yaitu dari faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan. Kelainan gen pada kromosom ke - 16 dapat menyebabkan Hereditary Difuse Gastric Cancer (HDGC). Selain faktor genetik, adanya pola diet yang tidak tepat, kebiasaan merokok dan alkohol juga dapat menjadi faktor risiko seseorang menderita kanker lambung. Pola diet yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kolonisasi dari bakteri Helicobacter pylori di dalam lambung yang dalam perkembangannya, bakteri ini dapat menimbulkan keganasan. Selain infeksi bakteri H. pylori, terdapat juga infeksi Virus Epstein Barr (EBV) sebagai faktor risiko dari kanker lambung. Adanya infeksi EBV pada penderita kanker lambung memberikan gambaran sistem imun penderita di mana kondisi ini dapat mempengaruhi prognosis penderita. Angka kejadian kenker lambung meningkat pada Negara di Asia Timur, Eropa Tengah dan Timur serta Amerika Selatan. Kanker lambung lebih banyak dijumpai pada laki-laki dan diatas usia 50 tahun. Kanker lambung Gejala yang ditimbulkan oleh kanker lambung pada awalnya tidak khas seperti gejala pada keluhan pencernaan umumnya. Kanker lambung sering kali ditemukan pada stadium yang sudah lanjut dan mengakibatkan prognosis yang kurang baik. Oleh karena itu diperlukan adanya diagnosa dini pada penderita kanker lambung yaitu dengan tindakan endoskopi sebagai tindakan deteksi stadium dini. Tata laksanaanker lambung tergantung pada kondisi stadium yang ditemukan. Pada stadium awal, tata laksana yang diberikan hanya tindakan reseksi minimal sedangkan pada stadium lanjut dapat dilakukan tata laksana dengan prinsip multi modalitas yang melibatkan tindakan pembedahan dan tindakan kuratif.
Di masa COVID-19, bagaimana cara melindungi diri sendiri dan orang lain? Angham G Hadi; Mohammed Kadhom; Emad Yousif; Nany Hairunisa
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.153-158

Abstract

Coronaviruses are a big identified group of viruses that could result in sickness in humans and animals. It was confirmed that many of these viruses caused respiratory diseases among humans and their symptoms range from popular colds to more serious diseases, such as the Middle East respiratory syndrome (MERS) and severe acute respiratory syndrome (SARS). The recently detected Coronavirus (called SARS-CoV-2) causes the COVID-19 pandemic, which causes a serious threat worldwide. There was no previous knowledge of this virus before the outbreak of Wuhan city in China in December 2019. However, there is progress in defining, understanding and dealing with this virus. In this review, we are focusing on the common questions regarding coronavirus transition and spread, and how to prevent the infection.

Page 8 of 23 | Total Record : 230