cover
Contact Name
Rinto Hasiholan Hutapea
Contact Email
rintohutapea81@gmail.com
Phone
+6281310083870
Journal Mail Official
jurnaljireh19@gmail.com
Editorial Address
Jl. Untung Surapati, Gang Kincir, RT/RW: 011/005, Kelurahan Batuplat, Kecamatan Alak Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH)
ISSN : 26851393     EISSN : 26851466     DOI : 10.37364
Jurnal JIREH: Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity merupakan jurnal yang mempublikasikan artikel yang diangkat dari hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian analisis kritis dan aplikasi teori di bidang keberagamaan, kewujudan, dan kemanusiaan. Jurnal ini terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 181 Documents
Implementasi Tri Tugas Gereja Pada Masa Pandemi Covid-19 Di GKE Jemaat Efrata Kabupaten Kapuas Setinawati Setinawati
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 3 No 2 (2021): JIREH: Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v3i2.66

Abstract

This research aims to explore the implementation of three tasks of the church during the covid-19 pandemic in the GKE Jemaat Efrata Kapuas Regency. This research uses qualitative methods. The collection of research data through interviews with informants of as many as five people, consisting of elements of pastors, elders, deacons, and congregations. The results showed that in the implementation of fellowship and church testimony Efrata continued to carry out the task of church vocation where it continues to carry out worship and preaching of God's Word through live streaming and Whatapp, as well as carrying out other ministries. Then, with the implementation of diakonia, the Efrata church tried to have mutual care even amid the midst of the covid-19 pandemic, namely by providing reinforcement and comfort to each other's congregations. In other words, the congregation of GKE Efrata Kuala Kapuas can still carry out the three duties of the church well, although in limitations due to regulations and regulations on prevention of covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk menggali implementasi tri tugas gereja pada masa pandemi covid-19 di GKE Jemaat Efrata Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data penelitian melalui wawancara kepada informan sebanyak lima orang, yang terdiri dari unsur pendeta, penatua, diaken, dan anggota jemaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan persekutuan dan kesaksian gereja Efrata tetap melaksanakan tugas panggilan gereja di mana tetap melaksanakan ibadah dan pewartaan Firman Tuhan melalui live streaming dan Whatapp, serta juga melaksanakan pelayanan-pelayanan lainnya. Kemudian, pelaksanaan diakonia, gereja Efrata berusaha untuk saling memiliki kepedulian walaupun di tengah-tengah pandemi covid-19, yaitu dengan saling memberikan penguatan dan penghiburan bagi anggota jemaat satu sama yang lain. Dengan kata lain, jemaat GKE Efrata Kuala Kapuas masih tetap dapat menjalankan tri tugas gereja dengan baik, walau dalam keterbatasan karena regulasi dan peraturan pencegahan covid-19.
Gerakan Keberagamaan Baru: Mitosis dan Reflikasi Pantekosta Amerika ke Indonesia Elia Tambunan; Samuel Kelvin Ruslim
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 3 No 2 (2021): JIREH: Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v3i2.67

Abstract

It is a historical problem if the Pantecostal Church in Indonesia is generalized as a direct result of the Azusa Street global Pentecostal movement. The academic argument of this paper explains, that church, (where W.H. Offiler and W.W. Patterson are the pioneers from American stream even for other Pentecostals today), has its own wordview and is popular in the American Pacific Northwest, it cannot be generalized. Through literature study research using qualitative source criticism techniques, and by prioritizing primary sources, and using socio-religious movement theory, the answer to why, and in what social setting in America and Indonesia, the ideas of Pantecostalism emerged, here is being presented. This provides a new understanding, the history of the idea of ​​religious man is also the history of the Americanization of Pantecostals in the world and even Indonesia. It should be seen, Pantecostals have their own modes of religiousity in their uniquely enterprises to form a theological identity and religious mode although there are similarities with others. Pantecostal studies with GPdI as the focus of study of transnational religious social movements saving sinners are fit to put in the study of Pentecostalism and global religious studies. Adalah masalah secara sejarah apabila Gereja Pantekosta di Indonesia digeneralisasi sebagai hasil langsung gerakan Pentakosta global Azusa Street. Argumen akademik tulisan ini memaparkan, gereja itu, (di mana W.H. Offiler dan W.W. Patterson sebagai pionir dari arus Amerika bahkan bagi Pentakostal lain hari ini), memiliki wordview sendiri dan popular di Pacific Northwest Amerika tidak bisa disamaratakan. Lewat penelitian studi literatur dengan teknik kritik sumber secara kualitatif, dan dengan mengutamakan sumber primer, serta memakai teori gerakan sosial keagamaan, di sini tersingkap jawaban mengapa, dan dalam latar sosial Amerika dan Indonesia seperti apa ide-ide Pantekosta timbul. Ini memberikan pemahaman baru, sejarah ide tokoh agama adalah juga sejarah amerikanisasi Pantekosta dunia bahkan Indonesia. Perlu dilihat, Pantekosta memiliki mode tersendiri dalam usaha-usaha untuk membentuk identitas teologis dan mode keberagamaan meskipun ada similaritas dengan lainnya. Studi Pantekosta dengan GPdI sebagai fokus kajian dalam gerakan sosial keagamaan transnasional untuk menyelamatkan manusia berdosa tepat dimasukkan ke dalam studi Pentakostalisme dan studi agama global.
Moderasi Beragama: Praksis Kerukunan Antar Umat Beragama Prakosa, Pribadyo
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.69

Abstract

The Indonesian state has religious pluralism, therefore an effort is needed to maintain inter-religious harmony. One of them is through religious moderation. The principle of religious moderation is to be balanced on two things, namely understanding religious texts (holy books) that must be in accordance with the context, and upholding humanity as the core of religion itself. Christians in Indonesia, both individuals and church institutions need to take part in living religious moderation. The purpose of this research is to describe and analyze the understanding and practice of religious moderation at church. One of them is at Gereja Kalimantan Evangelis (GKE), namely GKE Kasongan, Katingan Regency, sentral Kalimantan Province. The method used is a qualitative method with a descriptive-analytical approach. Sources of data from interviews and literature review on religious moderation. The results show that although most of the members of the GKE Kasongan do not understand the term religious moderation, in practice it has been realized. It is necessary to socialize and realize religious moderation which can be started from each religious community in Indonesia. Negara Indonesia memiliki kemajemukan agama, oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memelihara kerukunan antar umat beragama. Salah satunya adalah melalui moderasi beragama. Prinsip moderasi beragama yakni seimbang pada dua hal yakni memahami teks (kitab suci) keagamaan harus sesuai dengan konteks, dan menjunjung kemanusiaan sebagai inti dari beragama itu sendiri. Umat kristen di Indonesia, baik individu maupun institusi gereja perlu ambil bagian dalam menghidupi moderasi beragama. Tujuan Penelitian adalah mendeskripsikan dan menganalisa pemahaman dan praksis moderasi Beragama di gereja. Salah satunya adalah di Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) yakni GKE Kasongan, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis. Sumber data dari hasil wawancara dan kajian literatur tentang moderasi beragama. Hasil Penelitian menunjukkan sekalipun sebagian besar Jemaat GKE Kasongan belum memahami istilah moderasi beragama namun praksis moderasi beragama sudah diwujudkan, sehingga perlu disosialisasikan dan diwujudkan dalam hal pemahaman maupun praksis yang dimulai dari masing-masing komunitas umat beragama di Indonesia.
Konsep Sinergi Piramida Dalam Pendidikan Kristen: Upaya Cegah Tangkal Perilaku Korupsi di Indonesia Anjaya, Carolina Etnasari; Novalina, Martina
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.71

Abstract

Corruption has been entrenched in this country and is very difficult to eradicate. It has been found that in recent years corrupt behavior has even been carried out by non-believers. This condition is very dangerous because people who do not believe as guardians and proclaimers of the truth of God's word are actually found as perpetrators of corruption. This study aims to examine the contribution of Christian education in anticipating and eradicating the culture of corruption that is rife in Indonesia. The research method uses descriptive qualitative with a literature study approach. The results of the study conclude that in the application of anti-corruption education, the church, family and need to work together in the form of pyramid synergy. This is because the three domains are the holders of the mandate of Christian moral education for students so that they can fulfill their duties as the light of God in society. The implementation of anti-corruption education in schools and families has its own obstacles, but these obstacles can be overcome by the church as the largest scope and within the scope of the pyramid. The family is the second order from the base in considering the family is the closest scope of students and has a better portion of time in carrying out anti-corruption education. Perilaku korupsi telah membudaya di negeri ini dan sangat sulit diberantas. Ditemukan fakta pada beberapa tahun terakhir ini perilaku korupsi bahkan dilakukan oleh orang-orang percaya. Kondisi ini sangat berbahaya karena orang percaya sebagai penjaga dan pemberita kebenaran firman Tuhan justru ditemukan sebagai pelaku korupsi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kontribusi Pendidikan Kristen dalam upaya mengantisipasi dan memberantas budaya korupsi yang marak di Indonesia. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dalam penerapan pendidikan anti korupsi, gereja, keluarga dan sekolah perlu bekerja sama dalam bentuk sinergi piramida. Hal ini disebabkan ketiga ranah tersebut sebagai pemegang mandat pendidikan moral Kristiani anak didik agar dapat memenuhi tugas sebagai terang Tuhan dalam masyarakat. Pelaksanaan pendidikan antikorupsi pada lingkup sekolah dan keluarga memiliki kendala masing-masing, namun kendala tersebut dapat diatasi oleh gereja sebagai lingkup yang memiliki daya dan potensi paling besar dan berada dalam lingkup paling dasar dalam sinergi piramida. Keluarga menempati urutan kedua dari dasar dalam piramida mengingat keluarga merupakan lingkup terdekat anak didik dan memiliki porsi waktu yang lebih dalam menjalankan pendidikan anti korupsi.
Sebuah Perbandingan Terhadap Spiritualitas Postmodern dan Spiritualitas Pentakosta Katu, Jefri Hina Re
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.72

Abstract

Pentecostal and Postmodern spirituality deserve to be discussed because it seems as if the Pentecostal tradition in building spirituality has similarities with the idea of ​​spirituality in Postmodern. There is no denying that the Pentecostal group is plagiarism of postmodern spirituality. Therefore, in this paper, I would like to conduct a comparative analysis of Pentecostal and Postmodern spirituality using non-experimental qualitative research methods, reviewing the relevant literature with Pentecostalism and Postmodernism. Spiritualitas Pentakosta dan Postmodern layak dipercakapkan karena seolah-seolah tradisi pentakosta dalam membangun spitirualitasnya memiliki kemiripan dengan gagasan spiritualitas dalam Posmoderen. Tidak dapat disangkali bahwa kelompok Pentakosta semacam melakukan penjiplakan terhadap spiritualitas posmoderen. Karena itu, dalam penulisan ini saya hendak melakukan suatu analis perbandingan terhadap spiritulaitas Pentakosta dan Posmoderen dengan memakai metode penelitian kualitatif non eksperimental dalam hal ini melakukan telaah terhadap literatur-literatur yang relevan dengan Pentakostalisme dan Posmodenisme.
Agama dan Politik: Perbandingan Sosio-Historis Antara Konteks Indonesia dan Kerajaan Israel Bersatu Moru, Osian Orjumi
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.76

Abstract

The purpose of this article is to describe various forms of formalization, interpretation, and concretization of the relationship between religious and political entities that are integralistic, intersectional, or secular in the context of Indonesia and the United Kingdom of Israel. The approach used to describe the above is a hermeneutic approach through literature study. The results of the study show that the relationship between religious and political entities, both in the context of the Indonesian state and the context of the United Kingdom of Israel is an intersectional and integralistic relationship. The model and the nature of these relations are clearly seen in the pattern and process of selecting the head of government, the elaboration of ideology and the basis of the state, such as in the formation of Pancasila and the J source, to the concretization of forms of community social interaction which are always related to socio-religious dynamics. At this point, although the state of Indonesia and the United Kingdom of Israel have different contexts and concepts of government, the relationship between religious and political entities is a form of reciprocal relationship and reflects the concept of idealistic culture. Tujuan penulisan artikel ini adalah mendesripsikan berbagai bentuk formalisasi, intepretasi, maupun konkretisasi hubungan antara entitas agama dan politik yang bersifat integralistik, intersectional, ataupun sekularistik baik pada konteks Indonesia maupun Kerajaan Israel Bersatu. Pendekataan yang digunakan untuk mendeskripsikan perihal di atas adalah pendekatan hermeneutik melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa relasi antara entitas agama dan politik baik pada konteks negara Indonesia maupun konteks Kerajaan Israel Bersatu merupakan relasi yang bersifat intersectional dan integralistik. Model dan sifat relasi tersebut terlihat jelas dalam pola dan proses pemilihan kepala pemerintahan, elaborasi ideologi dan dasar negara seperti dalam pembentukan Pancasila dan sumber Y, sampai pada bentuk-bentuk konkritisasi interaksi sosial masyarakat yang selalu berhubungan dengan dinamika sosial-keagamaan. Pada titik ini, meski negara Indonesia dan Kerajaan Israel Bersatu memiliki perbedaan konteks dan konsep pemerintahan, namun ralasi antara entitas agama dan politik menjadi bentuk relasi yang resiprokal dan mencerminkan konsep idealistic culture.
Enkulturasi Nilai-nilai Kristiani dalam Tradisi Batak melalui Lagu “Nunga Loja Daginghon” sebagai Bentuk Pendidikan Spiritual dalam Keluarga Sarmauli, Sarmauli; Bate’e, Yamowa’a; Pransinartha, Pransinartha
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.82

Abstract

Singing nunga loja daginghon as a lullaby for children in the family has become an inseparable tradition in the life of the Christian Batak family. A spiritual song born in the socio-historical context of the poor and oppressed proletariat in Germany has been adopted into a lullaby spiritual song in Batak derived from Ende's book written with a description of the evening chant. The specialty of this song in the life of the Batak Christian family is interesting to examine with a qualitative approach through the study of literature in a musical and socio-historical perspective. This approach is done to find the background of this song used as a lullaby at night and also at the same time to find the meaning contained in this song as a medium of spiritual education for children in the life of the Christian Batak family. Researchers argue that based on an analysis of the song form and socio-historical context of Nunga Loja Daginghon's song, singing this song at night is very effective as a form of spiritual education for children in the context of Christian Batak family life. Menyanyikan lagu Nunga Loja Daginghon sebagai pengantar tidur bagi anak-anak dalam keluarga telah menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan keluarga Batak Kristen. Lagu rohani yang lahir dalam konteks sosio-historis kaum proletar yang miskin dan tertindas di Jerman telah diadopsi menjadi lagu rohani pengantar tidur dalam bahasa Batak yang bersumber dari buku Ende yang ditulis dengan keterangan nyanyian pada malam hari. Keistimewaan lagu ini dalam kehidupan keluarga Batak Kristen menarik untuk ditelaah dengan pendekatan kualitatif melalui studi kepustakaan dalam perspektif musik dan sosio-historis. Pendekatan ini dilakukan untuk menemukan latar belakang lagu ini dijadikan sebagai lagu pengantar tidur pada malam hari dan juga sekaligus untuk menemukan makna yang terkandung dalam lagu ini sebagai media pendidikan spiritualitas bagi anak-anak dalam kehidupan keluarga Batak Kristen. Peneliti berpendapat bahwa berdasarkan analisis terhadap bentuk lagu dan konteks sosio-historis terhadap lagu Nunga Loja Daginghon, menyanyikan lagu ini pada malam hari sangat efektif sebagai bentuk pendidikan spiritualitas bagi anak-anak dalam konteks kehidupan keluarga Batak Kristen.
Implikasi Kepemimpinan Melayani Dalam Pelayanan Gereja Terhadap Peningkatan Spiritualitas Umat Widiyanto, Mikha Agus; Zebua, Yaterrorogo
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.83

Abstract

Leadership is an important aspect to influence a person's behavior specifically in the relationship between leaders and followers. The servant leadership of the pastor which is implied as the leader of the people through guidance, guidance and encouragement has an effect on increasing the spirituality of the people. This research aimed to examine the implications of servant leadership in pastoring the church on increasing the spirituality of the people. This research used a quantitative approach with a causal correlation method. The research was conducted at the Christian Church of Sangkakala Indonesia (GKSI) Bethlehem Satellite in Tangerang, Depok and Jakarta with a total sample of 200. The results showed that the application of servant leadership in pastoral care in the church had a significant impact on increasing the spirituality of the people. Applying servant leadership that originates from and imitates Jesus Christ in the Christian faith has an impact on improving the spiritual life of the people for the better. Through the servant leadership, the pastor can build good relationships, prioritizing service to the people rather than his own interests, so that he can drive and encourage people to implement the values of the Christian faith in the lives of the people. Kepemimpinan sebagai aspek penting yang mempengaruhi perilaku seseorang secara khusus dalam relasi antara pemimpin dengan orang yang dipimpin. Kepemimpinan melayani yang diimplikasikan gembala sebagai pimpinan umat melalui bimbingan, tuntunan dan dorongan yang diberikan, berpengaruh terhadap peningkatan spiritualitas umat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implikasi kepemimpinan melayani dalam penggembalaan gereja terhadap peningkatan spiritualitas umat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional kausal. Penelitian dilakukan di gereja Kristen Sangkakala Indonesia (GKSI) Satelit Betlehem yang ada di Tangerang, Depok dan Jakarta dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 200 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kepemimpinan melayani dalam pelayanan gembala di gereja berdampak pada peningkatan spiritualitas umat yang signifikan. Menerapkan kepemimpinan melayani yang bersumber dan meneladi Yesus Kristus dalam iman Kristen berdampak pada meningkatkan kehidupan spiritualitas umat menjadi lebih baik. Melalui kepeimpinan melayani gembala dapat membangun hubungan yang baik, mengutamakan melayani umat dari pada kepentinganyan dirinya, sehingga mampu menggerakkan dan mendorong umat untuk mengimplementasikan nilai-nilai iman Kristen dalam kehidupan umat.
Partisipasi Orangtua Sebagai Agen Misi Dalam Keluarga: Mixed Method Tameon, Sance Mariana; Ully, Irene Sondang; Lele, Jeni Isak; Mada, Debby Yunita
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.89

Abstract

The mission of God in this world is accomplished through the presence of families. However, ignoring their role as God’s mission agents, many parents do not understand their duties and responsibility to participate as God’s mission agents for their family. To add, maturity level of parents in terms of spiritual, individual, and knowledge is still low because they prioritize money, prestige, and carrier instead of being a role model to their children. To investigate such issues, this research applied a mixed methods approach Sequential Exploratory (quantitative and qualitative). The quantitative research sample was 135 parents and qualitatively from each church, one parent was taken from three (3) different church denominations, namely GMIT, GMII, and the Indonesian Morning Star Church. The result shows more than 75% parents got involved in being mission agents to their families as evangelist, disciple maker, and example of faith. The responsibility is shown through actively shape the spirituality of each family member by practicing praying together, developing good communication to nurture spiritual maturity, supporting family members to get involved in church services, and above all being a role model to family members. Misi Allah dalam dunia ini dikerjakan melalui keluarga. Sebagai agen misi Allah, orangtua harus dapat menjalankan tanggungjawabnya, namum ada banyak orangtua yang belum paham mengenai tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen misi bagi keluarganya sendiri. Di samping itu, tingkat kedewasaan orangtua dalam kerohanian, kepribadian, dan wawasan pun masih minim, di mana orangtua tidak menjadi teladan iman bagi anggota keluarganya dan sibuk mengejar materi, prestise dan karier. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method dengan metode kombinasi Sequential Eksplanatory (kuantitatif dan kualitatif). Sampel penelitian kuantitatif berjumlah 135 orangtua dan secara kualitatif masing-masih gereja diambil 1 orangtua dari tiga (3) denominasi gereja yang berbeda yakni GMIT, GMII dan Gereja Morning Star Indonesia. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 75% orangtua telah menjalankan perannya sebagai agen misi dalam keluarga sebagai penginjil, desciple maker, dan teladan iman. Tanggungjawab tersebut ditunjukkan dengan cara aktif membangun kerohanian anggota keluarga melalui pemberlakukan ibadah keluarga, membangun komunikasi yang dinamis demi pendewasaan kerohanian anggota keluarga, mendorong anggota keluarga untuk terlibat dalam pelayanan gerejawi, dan yang paling penting adalah menjadi teladan bagi anggota keluarga.
Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Kristen Dalam Gereja Bagi Disabilitas Mauleky, Amus
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 1 (2022): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i1.90

Abstract

In accordance with the principle of equity justice in education management, every member of the church has the right to an education, including church members with limited abilities or disabilities. Even though they experience limitations such as just sitting in a wheelchair, experiencing visual impairment, speech and other conditions, they still have the right to access educational services. There is no curriculum for congregations with disabilities, both adult congregations and children with special needs (ABK). This study aims to examine the curriculum management of Christian Religious Education in the church related to services to the congregation in the congregation. This research uses qualitative methods with a literature study approach. The results of the study revealed that the church needs to develop a management of Christian Religious Learning specifically for congregations with disabilities. It is based on the text of Psalm 139:16 which states that every human being is created noble and miraculous. In other words, congregants with disabilities also have the same right to christian teaching and education in the church. Sesuai dengan prinsip equity keadilan dalam manajemen pendidikan maka setiap anggota gereja berhak mendapatkan pendidikan, termasuk anggota gereja dengan kemampuan yang terbatas atau disabilitas. Walupun mereka mengalami keterbatasan seperti hanya duduk di kursi roda, mengalami tuna netra, wicara dan kondisi lainya mereka tetap memiliki hak akses terhadap layanan pendidikan. Belum adanya kurikulum bagi jemaat dengan disabilitas, baik jemaat dewasa maupun anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manajemen kurikulum Pendidikan Agama Kristen dalam gereja terkait layanan pada jemaat disabiltas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa gereja perlu menyusun manajemen Pembelajaran Agama Kristen khusus jemaat disabilitas. Hal ini didasarkan pada teks Mazmur 139:16 yang menyatakan bahwa setiap manusia diciptakan mulia dan ajaib. Dengan kata lain, jemaat dengan disabilitas pun memiliki hak yang sama untuk memperoleh pengajaran dan Pendidikan Agama Kristen dalam gereja.

Page 5 of 19 | Total Record : 181