cover
Contact Name
A Yunastiawan Eka Pramana
Contact Email
yunasekapramana@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
rekaruang@sttnas.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
REKA RUANG
ISSN : -     EISSN : 26215926     DOI : -
Reka Ruang is a scientific journal focusing on fundamental and applied science in the field of urban and regional studies. We encourage submission of research in the areas of: Regional development; Spatial planning policy; Disaster management; Urban planning and design; Housing development; Public space Urban management; Spatial modeling; Integrated transportation system; Natural resources, ecosystem, and environment.
Arjuna Subject : -
Articles 66 Documents
Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana di Wilayah Lereng Gunung Merapi Studi Kasus Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Candra Ragil; A Yunastiawan Eka Pramana; Hatta Efendi
REKA RUANG Vol 3 No 1 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i1.1586

Abstract

Indonesia adalah negara yang rawan bencana geologis gempa bumi, tanah longsor, erupsi gunung api, dan tsunami. Sebagai konsekuensi kewajiban negara untuk melindungi rakyatnya maka pemerintah diharapkan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi risiko dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk meminimalkan dampak bencana. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Tujuan dalam penelitian ini adalah merumuskan model konseptual living in harmony with disaster (mitigasi berbasis kearifan lokal) masyarakat lereng Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sasarannya adalah mengidentifikasi kondisi eksisting masyarakat dalam aspek tanggap bencana dan mengidentifikasi pola proses mitigasi berbasis kearifan lokal masyarakat lereng Gungungapi Merapi Kabupaten Sleman yang disebut living in harmony with disaster dalam lingkup tata ruang kawasan. Metode penelitian secara studi kasus yang bersifat induktif-kualitatif eksploratif. Pola konseptual inilah yang akan dikembangkan menjadi model di kawasan-kawasan lereng gunungapi lainnya.
Akselerasi Pembangunan Jakarta Smart City Tommy Kurnia
REKA RUANG Vol 3 No 1 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i1.1588

Abstract

DKI Jakarta Province is one of the cities that has succeeded in implementing the concept of smart city in Indonesia, which began in 2014 and was implemented in June 2015. In this short period of time, DKI Jakarta Province has received various awards at both the national and international levels. This shows better urban management compared to other regions in Indonesia. For this reason, the purpose of this study is to find out how the strategy of the DKI Jakarta Province is accelerating the development of smart cities. The approach used is a qualitative approach with a qualitative method. Data collection techniques consist of interviews, field observations and secondary data collection which are then analyzed through descriptive analysis techniques. The results of this study are to accelerate the development of smart cities in DKI Jakarta Province, there are 6 acceleration strategies including differentiation of e-government implementation with smart city, smart city ecosystem management institutions, professional experts, private collaboration, cost social responsibility (CSR) of private companies and promotion through social media.
Nilai Ruang Terkini Alun-Alun Utara Pada Kota Yogyakarta Agil Pahlevi Alhazmi
REKA RUANG Vol 3 No 1 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i1.1589

Abstract

Alun – Alun Utara merupakan salah satu bagian dari Keraton yang difungsikan sebagai ruang publik yang berada di kota Yogyakarta dengan hamparan pasir sebagai tutupan lahannya serta adanya dua buah pohon beringin yang berada di tengah – tengah Alun – Alun Utara. Pertama kali dibuka untuk umum pasca kemerdekaan pada masa HB IX menjadikan Alun – Alun Utara sebagai sebuah wadah untuk tempat berkumpul dan berpariwisata berbasis budaya, yang tentu saja menimbulkan dampak – dampak negatif dari dibukanya kawasan yang dahulunya difungsikan hanya untuk kepentingan Keraton menjadi ruang yang dapat diakses untuk semua kalangan. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk menemukan nilai ruang terkini dari Alun – Alun Utara sebagai ruang publik, yang tentu saja sudah mengalami pergesaran fungsi dan makna secara keseluruhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang menggunakan epistimologi dari sisi fenomenologi yaitu sebuah epistimologi yang mengamati sisi tingkat kesadaran pada tiap individu untuk dijadikan sebagai sebuah esensi dari hasil temuan dilapangan dengan cara pengamatan hasil dari survei lapangan serta wawancara dengan responden yang berada di Alun – Alun Utara dan juga responden dari pihak Keraton. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis menunjukkan bahwa nilai ruang terkini dari Alun – Alun Utara telah berubah secara signifikan menjadi sebuah ruang yang mewadahi adanya kegiatan komersil dan juga sebagai wadah untuk tempat berkumpul serta kegiatan aktivitas non Keraton lainnya yang juga berdampak pada sisi negatif dari adanya hal tersebut diantaranya : berubahnya tonggak awal fungsi Alun – Alun Utara dan adanya perbuatan asusila yang sering terjadi di dua buah pohon beringin tengah yang menyebabkan rusaknya citra Alun – Alun Utara sebagai ruang yang memiliki citra sejarah panjang dan juga salah satu ikon utama kota Yogyakarta.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Leapfrog Housing Development di Kota Lubuklinggau Ramadhona
REKA RUANG Vol 3 No 1 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i1.1612

Abstract

Perkembangan meloncat merupakan salah satu karakteristik perkembangan kota yang memiliki pola tidak beraturan. Pola tersebut akan merugikan pemerintah kota dikarenakan pemerintah kota akan sulit membangun sarana dan prasarana untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Salah satu contohnya adalah Kota Lubuklinggau, pembangunan infrastruktur di kota tersebut berkembang secara pesat seiring dengan permasalahan yang dihadapi dan menuntut ditetapkannya langkah-langkah untuk mengantisipasi perkembangan kota, sekaligus memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Pada tahun 2010an, muncul 29 (dua puluh sembilan) kompleks perumahan yang berada di pusat Kota Lubuklinggau. Seiring bertambah infrastruktur yang tidak memadai lagi di pusat kota, maka pemerintah berinisiatif membangun infrastruktur di pinggiran Kota Lubuklinggau terutama kompleks perumahan. Kompleks perumahan berada di pinggiran kota sebanyak 21 (dua puluh satu). Dari pinggiran kota, memicu timbulnya teori perkembangan meloncat tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkapkan faktor-faktor pemicu munculnya perkembangan melompat di Kota Lubuklinggau. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deduktif kualitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor daya beli perumahan, aksesibilitas, transformasi perumahan, kebijakan perencanaan tata ruang dan preferensi developer menjadi faktor yang mendorong terjadinya leapfrog development di Kota Lubuklinggau.
Arah Ajun Depati Ninik Mamak Sebagai Landasan Tata Ruang Permukiman Masyarakat Adat Datuk Cahayo Depati di Desa Maliki Air, Jambi Ria Herdayani
REKA RUANG Vol 3 No 1 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i1.1851

Abstract

Desa Maliki Air merupakan salah satu desa di Kecamatan Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh-Jambi yang memiliki keunikan dan tidak dijumpai di kawasan lain di Alam Kerinci. Hal ini diketahui dari latar belakang sejarah bahwa Desa Maliki Air merupakan pusat pemerintahan adat dan syarak, pusat pendidikan keagamaan tertua di Alam Kerinci dengan beberapa peninggalan sejarah berupa bangunan dan benda pusaka, serta adanya tatanan kehidupan masyarakat yang sangat mengacu pada aturan adat yang ditetapkan oleh Depati dan Ninik Mamak yang sudah menjadi tradisi dan dijalankan secara turun temurun hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep tata ruang permukiman masyarakat adat Datuk Cahayo Depati di Desa Maliki Air. Metode penelitian yang digunakan adalah induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan pengumpulan data sekunder. Penelitian ini menghasilkan dua konsep ruang dalam pembentukan tata ruang permukiman masyarakat adat, yaitu: (1) Aktivitas keruangan masyarakat berbasis arah ajun dan tradisi turun temurun, serta (2) Depati dan Ninik Mamak sebagai pilar masyarakat. Hubungan kedua konsep ruang inilah yang menjadi landasan tata ruang permukiman masyarakat adat Datuk Cahayo Depati di Desa Maliki Air-Jambi
Peran Stakeholder Pada Placemaking Kampung Warna Warni dan Kampung Tridi Erna Falina; Bakti Setiawan
REKA RUANG Vol 3 No 2 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i2.2079

Abstract

Ada banyak bermunculan kampung tematik pada berbagai kota di Indonesia dengan tema yang berbeda-beda. Dua diantaranya adalah Kampung Warna Warni dan Kampung Tridi di Kota Malang yang sebelumnya merupakan permukiman kumuh di bantaran Sungai Brantas. Keduanya merupakan pelopor kampung tematik yang diinisiasi oleh masyarakat. Penerapan konsep placemaking pada kedua kampung tersebut menimbulkan dampak positif bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya yang pada akhirnya menjadikan kedua kampung tersebut sebagai salah satu tujuan wisata di Kota Malang. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari peran stakeholder yang terlibat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran stakeholder tersebut, pada placemaking Kampung Warna Warni dan Kampung Tridi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus melalui analisis penjodohan pola dari unit informasi yang diperoleh dengan proposisi yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa stakeholder yang terlibat dalam placemaking Kampung Warna Warni berasal dari berbagai kalangan, antara lain akademisi, pemerintah, swasta, seniman, tokoh masyarakat, komunitas sosial, dan warga setempat. Masing-masing stakeholder mempunyai peran yang berbeda yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori, antara lain inisiator, koordinator, fasilitator dan implementer.
Sinergi Antar Stakeholder Dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur Fidelis Meo; Dwita Hadi Rahmi
REKA RUANG Vol 3 No 2 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i2.2117

Abstract

Pengelolaaan TWAL 17 Pulau sebagai objek wisata unggulan masih memiliki permasalahan terkait penurunan kunjungan wisatawan dan kerusakan ekosistem. Hal ini dapat menggambarkan bahwa belum baiknya pengelolaan TWAL 17 Pulau juga tidak dapat dipisahkan dari keberadaan para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dari masing-masing stakeholder dan menemukan sinergi yang terjalin antar stakeholder dalam pengelolaan TWAL 17 Pulau. Sebab dengan diperolehnya informasi ini, dapat menjadi bahan masukan bagi para stakeholder untuk bersinergi dalam memperbaiki dan mengatasi permasalahan yang terjadi dengan harapan dapat melakukan pengelolaan TWAL 17 Pulau yang lebih baik. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deduktif dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan peran dari setiap stakeholder dan menemukan sinergi antar stakeholder dalam pengelolaan TWAL 17 Pulau. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa 29 stakeholder yang telibat dalam pengelolaan TWAL 17 Pulau memiki pengaruh dan kepentingan yang berbeda-beda sesuai tugas dan fungsinya. Sinergi antar stakeholder dalam pengelolaan TWAL 17 Pulau belum berjalan optimal. Hal ini ditandai dengan masih kurangnya 5 parameter keberhasilan sinergi dari total 6 parameter yang ada, yaitu: koordinasi yang kurang optimal akibat terdapat tumpang tindih kegiatan, kurangnya komunikasi yang terjalin antar stakeholder, kurang maksimalnya umpan balik yang dilakukan, kurangnya sikap terbuka untuk menciptakan kepercayaan antar stakeholder, dan belum adanya kreativitas yang optimal untuk mengatasi permasalahan yang ada. Sedangkan parameter yang sudah tercapai adalah tujuan bersama yang menjadi pedoman bagi setiap stakeholder.
Faktor Dominan yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Minapolitan di Desa Gondosuli Arumingtyas Septi Ristiana; Retno Widodo Dwi Pramono
REKA RUANG Vol 3 No 2 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i2.2122

Abstract

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perdesaan salah satunya dapat diimplemantasikan dalam pengembangan kawasan minapolitan. Kawasan minapolitan di Desa Gondosuli tergolong kawasan yang memiliki potensi besar di bidang perikanan budidaya. Keberhasilan program minapolitan di Desa Gondosuli tentunya tidak bisa terlepas dari partisipasi masyarakat. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor internal dan eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan minapolitan di Desa Gondosuli. Metode yang digunakan adalah menggunakan deduktif dengan analisis deskriptif kuantitatif guna untuk mengetahui hubungan antar setiap faktor terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Hasil akhir penelitian menyatakan bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan minapolitan masuk dalam katagori kekuasaan warga. Hal ini berarti bahwa masyarakat memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan pemerintah. Sedangkan untuk faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penyuluhan yaitu keterkaitan organisasi luar, faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan kawasan minapolitan yaitu usia, lama tinggal dan keterkaitan dengan oraganisasi luar dan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kawasan minapolitan yaitu jenis kelamin dan keterkaitan dengan organisasi luar.
Pola Keruangan Daya Saing Komoditas Sawit di Pulau Kalimantan Solikhah Retno Hidayati; Widjonarko Widjonarko
REKA RUANG Vol 3 No 2 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i2.2143

Abstract

Pulau Kalimantan sebagai salah satu pulau terluas di Indonesia, memiliki potensi sumber daya lahan dan sumber daya air yang berlimpah. Keberadaaan sumber daya lahan dan sumber daya air menjadi satu keuntungan untuk pengembangan pertanian, khususnya tanaman yang cocok untuk tumbuh pada karakter tanah dengan kandungan gambut tinggi. Salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik adalah Sawit. Sawit Kalimantan memiliki peran strategis secara nasional dan menyumbang 25% dari total produk sawit nasional. Perkebunan sawit telah berkembang pada hampir seluruh daerah otonom di Pulau Kalimantan. Untuk mendukung keberlanjutan sistem produksi dan nilai tambah dalam jangka panjang maka penting dilakukan pemetaan daya saing komoditas sawit pada tiap wilayah di Pulau Kalimantan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kabupaten di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur memiliki daya saing yang cukup kuat. Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah wilayah hulu mulai berkembang aktivitas sawit yang berdaya saing. Kondisi ini dikhawatirkan akan memberikan eksternalitas terhdap lingkungan hidup di Pulau Kalimantan. Pemetaan daya saing secara keruangan diharapak dapat menjadi pijakan dalam pengembangan industri turunan berbasis Sawit yang berkelanjutan di Pulau Kalimantan.
Membangun Ketangguhan dan Adaptasi Transformatif: Kasus Pengurangan Risiko Bencana Banjir di Jakarta Tri Mulyani Sunarharum
REKA RUANG Vol 3 No 2 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i2.2149

Abstract

Flooding has been increasingly seen as a 'real problem' in Jakarta since 2013. Since then, the Provincial Government of DKI Jakarta has urged the implementation of various mega infrastructure developments, including increasing the capacity of the Ciliwung River. However, the project was hampered by differences in perceptions and understanding between the community and the government regarding the risk of flooding and efforts to reduce risk. This study aims to analyze how governments, non-governmental organizations and vulnerable communities understand flood risk and how they cooperate in the decision-making process for flood risk reduction. This research also examines efforts to increase resilience and transformative adaptation that have been carried out, as well as evaluates policies and plans related to flood disaster risk reduction in DKI Jakarta. This research focuses on case studies of disaster risk reduction in high flood risk areas in the Kampung Melayu, DKI Jakarta. Empirical research provides qualitative data on the influence of collaborative mechanisms in decision-making processes related to flood risk reduction efforts. In addition, this research has the potential to increase knowledge transfer on increasing resilience in urban planning implementation related to disaster risk reduction, as well as increasing transformative adaptation to the impacts of climate change.