cover
Contact Name
Dr. dr. Puspa Wardhani, SpPK
Contact Email
admin@indonesianjournalofclinicalpathology.org
Phone
+6285733220600
Journal Mail Official
majalah.jicp@yahoo.com
Editorial Address
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML)
ISSN : 08544263     EISSN : 24774685     DOI : https://dx.doi.org/10.24293
Core Subject : Health, Science,
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML) is a journal published by “Association of Clinical Pathologist” professional association. This journal displays articles in the Clinical Pathology and Medical Laboratory scope. Clinical Pathology has a couple of subdivisions, namely: Clinical Chemistry, Hematology, Immunology and Serology, Microbiology and Infectious Disease, Hepatology, Cardiovascular, Endocrinology, Blood Transfusion, Nephrology, and Molecular Biology. Scientific articles of these topics, mainly emphasize on the laboratory examinations, pathophysiology, and pathogenesis in a disease.
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 2 (2017)" : 20 Documents clear
THE MORPHOLOGICAL FEATURES OF ERYTHROCYTES IN STORED PACKED RED CELLs Dewi Sri Kartini; Rachmawati Muhiddin; Mansyur Arif
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1128

Abstract

Morfologi eritrosit Packed Red Cells (PRC) akan mengalami perubahan selama penyimpanan di suhu 2°–8°C. Eritrosit dalammempertahankan viabilitasnya membutuhkan adenosine triphosphate (ATP). Apabila kadar ATP intraseluler menurun, terjadi kerusakanlipid membran, penumpukan Natrium dan Kalsium intraseluler, penurunan kadar Kalium dan air intraseluler, dehidrasi sel, membranmenjadi kaku dan bentuknya berubah dari cakram menjadi sel krenasi, sferosit dan bite cell. Penelitian ini bertujuan untuk melihatpersentasi bentuk eritrosit crenated cell, sferosit dan bite cell PRC simpan pada hari ke-3 yang digunakan sebagai pembanding, hari ke-7,ke-14 dan ke-21 dari tanggal aktaf kantong darah. Penelitian observasional dengan pendekatan kajian kohort dilakukan pada bulanAgustus 2015 di BDRS RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel sebanyak 30 selang kantong darah menjadi 120 hapusandarah slide. Dari 30 sampel kantong darah dengan golongan darah A 26,6%, B 13,3%, AB 16,6% dan O 43,3%, didapatkan peningkatanpersentase jumlah crenated cell, sferosit dan bite cell setelah penyimpanan hari ke-3, ke-7, ke-14 dan ke-21. Penyimpanan hari ke-3dijadikan pembanding. Data diolah dengan menggunakan uji Fiedman dan Wilcoxon dengan nilai kemaknaan p<0,001. Terdapatpeningkatan persentase perubahan morfologi eritrosit (crenated cell, sferosit dan bite cell) seiring dengan lamanya penyimpanan darahPRC. Pemakaian darah PRC dianjurkan tidak boleh melebihi 21 hari penyimpanan.
DIAGNOSTIC TEST ON THE FOURTH GENERATION HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS IN HIV SUSPECTS Sofitri Sofitri; Ellyza Nasrul; Almurdi Almurdi; Efrida Efrida
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1142

Abstract

Diagnosis dini infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat mengurangi kebahayaan transmisi. Infeksi akut dapat ditetapkanberdasarkan pemeriksaan antigen atau asam ribonukleat (RNA/proviral DNA) HIV. Enzyme Immunoassay (EIA) generasi keempatadalah immunoassay yang dapat mendeteksi antigen p24 dan antibodi HIV. Tujuan penelitian adalah mengetahui nilai diagnostik ujiHIV generasi keempat di terduga HIV. Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain potong lintang. Sampel penelitian adalahsemua pasien terduga HIV yang datang ke poliklinik Volunters Counselling and Testing (VCT) RSUP Dr. M. Djamil Padang masa waktuMaret 2015–Maret 2016. Penelitian ini dilakukan untuk menilai ketepatan diagnostik (kepekaan, kekhasan, nilai peramalan positif,nilai peramalan negatif) uji HIV generasi keempat menggunakan Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA) terhadap deteksi RNA HIVmenggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) serta dianalisis menggunakan tabel 2×2. Subjek penelitiansebanyak 70 orang terduga HIV terdiri dari 46 laki-laki (65,7%) dan 24 perempuan (34,3%) dengan rerata umur 27,7 tahun. TransmisiHIV terbanyak adalah perilaku heterokseksual (45,7%). Nilai diagnostik uji HIV generasi keempat terhadap RNA HIV didapatkankepekaan 95%, kekhasan 96%, nilai peramalan positif 97% dan nilai peramalan negatif 92%.
DIAGNOSTIC TEST OF HEMATOLOGY PARAMETER IN PATIENTs SUSPECT OF MALARIA Ira Ferawati; Hanifah Maani; Zelly Dia Rofinda; Desywar Desywar
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1133

Abstract

Malaria masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka kesakitan dankematian yang tinggi. Parasit masuk ke dalam darah selain menimbulkan gejala klinis berupa demam, juga diduga memicu terjadinyaperubahan hematologi antara lain monositosis dan trombositopenia. Penelitian ini bertujuan mengetahui uji diagnostik tolok ukurhematologi di pasien terduga malaria. Penelitian uji diagnostik potong lintang ini dilakukan terhadap 60 orang pasien terduga malariayang memenuhi patokan kesertan dan nonkesertaan masa waktu Juli 2015 sampai Maret 2016 di Instalasi Laboratorium Sentral RSUP.Dr. M. Djamil Padang, Rumah Sakit Tingkat III Reksodiwiryo Padang, Puskesmas Barung Belantai Kabupaten Pesisir Selatan, RumahSakit Hanafie Kabupaten Bungo, Rumah Sakit Sultan Thaha Saifuddin dan Puskesmas Rimbo Bujang Kabupaten Tebo. Tolok ukur yangdiperiksa selain mikroskopis malaria adalah hitung monosit dan trombosit. Analisis statistik menggunakan piranti lunak dan Tabel2×2. Kepekaan dan kekhasan demam, bertempat tinggal atau ditemukan riwayat perjalanan di daerah endemis malaria serta hitungmonosit >8% dan hitung trombosit <150.000/mm3 dibandingkan pemeriksaan mikroskopis pada penelitian ini berturut-turut adalah81,6% dan 81,8%. Nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif pada penelitian iniberturut-turut adalah 88,6%, 72%, 4,5 dan 0,2. Penelitian ini mendapatkan kepekaan dan kekhasan demam, bertempat tinggal atauditemukan riwayat perjalanan di daerah endemis malaria serta hitung monosit >8% dan hitung trombosit <150.000/mm3 yang tinggidibandingkan pemeriksaan mikroskopis di pasien malaria.
THE DIFFERENCE OF PLASMA D-DIMER LEVELS IN ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION WITH AND WITHOUT ST ELEVATION Desi Kharina Tri Murni; Adi Koesoema Aman; Andre Pasha Ketaren
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1140

Abstract

D-dimer terlibat di tahap awal patofisiologi proses Infark Miokard Akut (IMA). Kenaikan Kadar D-dimer di IMA mencerminkanadanya trombosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar D-dimer plasma di IMA dengan ST elevasi dan tanpaST elevasi. Penelitian ini berupa analitik observasional dilakukan secara potong lintang di Instalasi Gawat Darurat RSUP. AdamMalik Medan, masa waktu bulan April–September 2015. Sampel dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sampel dengan diagnosaNSTEMI berjumlah 18 sampel dan sampel dengan diagnosa STEMI berjumlah 18 orang. Semua sampel diperiksa Kadar D-dimer plasma.Penelitian ini menunjukkan ada perbedaan kadar D-dimer plasma di IMA dengan ST elevasi (STEMI) dan tanpa ST elevasi (NSTEMI)yaitu kadar D-dimer di kelompok NSTEMI adalah 440,39±209,33 dan kelompok STEMI adalah 654,89±229,88 (nilai p<0,05). Kadarrerata D-dimer di kelompok STEMI lebih tinggi daripada kadar D-dimer di kelompok NSTEMI.
CORRELATION BETWEEN NT-PROBNP AND LEFT VENTRICULAR EJECTION FRACTION BY ECHOCARDIOGRAPHY IN HEART FAILURE PATIENTS Mutiara DS; Leonita Anniwati; M. Aminuddin
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1131

Abstract

Petanda biologis NH2-terminal fragment of proBrain Natriuretic Peptide (NT-proBNP) berguna untuk diagnosis dini, menyingkirkangejala klinis yang berasal dari luar jantung serta pemantauan pengobatan dan meramalkan perjalanan penyakit pasien gagal jantung.Pemeriksaan NT-proBNP dapat dilakukan secara otomatis, sehingga hasil tidak bersifat subjektif. Pemeriksaan ekokardiografi merupakanpemeriksaan penunjang yang telah umum digunakan untuk mendiagnosis gagal jantung. Namun, pemeriksaan ekokardiografi tidakselalu tersedia di seluruh rumah sakit, khususnya rumah sakit di daerah, serta memerlukan tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaandan hasil pemeriksaan bersifat subjektif. Salah satu tolok ukur yang dinilai pada pemeriksaan ekokardiografi adalah fraksi ejeksiventrikel kiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenasaban antara kadar NT-proBNP dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yangdiperoleh dari pemeriksaan ekokardiografi. Penelitian bersifat quasi experimental dengan pendekatan pretest and posttest only withoutcontrol. Sampel penelitian berjumlah 41 orang, dikumpulkan selama bulan Februari–April 2015 dari Ruang Perawatan Jantung RSUDDr. Soetomo Surabaya. Pemeriksaan kadar NT-proBNP menggunakan metode chemiluminescent (Immulite 1000) dengan prinsip solidphasetwo site chemiluminescent immunometric assay. Hasil dianalisis secara statistik menggunakan uji kenasaban Spearman’s, ujit 2 sampel berpasangan, Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Rentang kadar NT-proBNP sebelum dan sesudah pemberian pengobatandi pasien gagal jantung masing-masing antara 1.296–34.374 pg/mL dengan rerata 10.422,49 pg/mL (Simpang Baku (SB) 8.608,05)dan 997–34.401 pg/mL dengan rerata 8.899,41 pg/mL (SB 8.489,46). Rentang persentase fraksi ejeksi ventrikel kiri sebelum dansesudah pemberian pengobatan di pasien gagal jantung masing-masing antara 20–62% dengan rerata 35,61% (SB 10,00) dan 22–71%dengan rerata 41,49% (SB 10,96). Didapatkan perbedaan bermakna rerata kadar NT-proBNP serta persentase fraksi ejeksi ventrikel kirisebelum dan sesudah pemberian pengobatan di pasien gagal jantung dengan setiap nilai p=0,001. Didapatkan kenasaban negatif yangbermakna antara kadar NT-proBNP dan fraksi ejeksi ventrikel kiri di pasien gagal jantung sebelum dan sesudah pemberian pengobatandengan masing-masing nilai p=0,001, r=-0,81 dan nilai p=0,001, r=-0,80. Didapatkan kenasaban negatif yang bermakna antarakadar NT-proBNP dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri di pasien gagal jantung sebelum dan sesudah pemberian pengobatan. Berdasarkanhal tersebut maka pemeriksaan petanda biologis NT-proBNP dapat diusulkan untuk digunakan sebagai tolok ukur pilihan penggantiekokardiografi untuk gagal jantung.
GLYCATED HEMOGLOBIN A1C AS A BIOMARKER PREDICTOR FOR DIABETES MELLITUS, CARDIOVASCULAR DISEASE AND INFLAMMATION Indranila KS
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1145

Abstract

Hemoglobin glikasi (HbA1c) telah diakui secara luas sebagai petanda biologis peramal untuk keparahan Diabetes Melitus (DM).Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) adalah petanda biologis penting yang mencerminkan kepekatan glukosa plasma puasa dan postprandialselama 120 hari sebelumnya. Telah dianggap sebagai alat penting dalam diagnosis dan manajemen diabetes. Peningkatan kadar HbA1cberarti resistensi insulin jangka panjang dan konsekuensi berat adanya hiperglikemia, dislipidemia, hiperkoagulabilitas dan responsinflamasi. Terdapat hubungan positif antara HbA1c tinggi dan hasil yang buruk pada DM, penyakit kardiovaskular (CVD) dan inflamasi.HbA1c adalah petanda biologis peramal tidak hanya di DM, tetapi juga untuk CVD dan inflamasi.
CORRELATION OF NEUTROPHILS/LYMPHOCTES RATIO AND C-REACTIVE PROTEIN IN SEPSIS PATIENTS Henny Elfira Yanti; Fery H Soedewo; Puspa Wardhani
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1143

Abstract

Sepsis merupakan penyebab umum dari kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Diagnosis yang cepat dan tepat sangatdiperlukan. Salah satu respons fisiologis pada sistem imunitas terhadap inflamasi sistemik adalah peningkatan jumlah neutrofil danpenurunan jumlah limfosit. Rasio neutrofil/limfosit telah diketahui sebagai petanda inflamasi yang cepat, sederhana dan murah. Tujuanpenelitian ini adalah membuktikan adanya kenasaban antara rasio neutrofil/limfosit dan c-reactive protein di pasien sepsis. Penelitianbersifat ptong lintang observasional, dilakukan masa waktu Januari hingga Juni 2015. Sampel penelitian terdiri dari 42 pasien sepsisyang dirawat di Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Semua sampel dilakukan pemeriksaan jumlah limfosit, neutrofil,CRP. Hasil dianalisis menggunakan uji kenasaban Spearman’s. Rasio neutrofil/limfosit berkisar antara 3,42–57,47 (21,74±14,1). KadarCRP antara 1,22 mg/L–361,86 mg/L (158 mg/L±97,4 mg/L). Hasil penelitian tidak terdapat kenasaban antara RNL dan kadar CRPdi pasien sepsis (p=0,51). Tidak terdapat kenasaban antara RNL dan kadar CRP di pasien sepsis. Hal ini disebabkan adanya perbedaanjalur aktivasi antara neutrofil dengan CRP sehingga menyebabkan peningkatan CRP tidak sebanding dengan peningkatan jumlahneutrofil.
COMPARISON RESULTS OF ANALYTICAL PROFILE INDEX AND DISC DIFFUSION ANTIMICROBIAL SUSCEPTIBILITY TEST TO TECHNICAL DEDICATED REASONABLE 300B METHOD IG Eka Sugiartha; Bambang Pujo Semedi; Puspa Wardhani; IGAA Putri Sri Rejeki
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1134

Abstract

Angka kematian infeksi aliran darah cukup tinggi, berkisar 20–50%. Patogen penyebab dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kulturdarah yang dilanjutkan dengan uji kepekaan antibiotika. Metode pemeriksaan dapat dilakukan secara manual atau automatis baiksemiautomatis ataupun automatis penuh. Metode manual relatif tidak memerlukan biaya yang besar dibandingkan metode automatisasi.Penelitian ini merupakan analisis observasional dengan desain potong lintang. Metode identifikasi manual memakai metode API danuji kepekaan antibiotika metode difusi cakram antibiotika Kirby Bauer. Kedua metode ini dibandingkan dengan metode semiautomatisTDR-300B. Metode automatis penuh VITEK 2 digunakan sebagai metode rujukan untuk menilai kinerja metode konvensional dansemiautomatis. Bakteri penyebab infeksi aliran darah didominasi Gram negatif kebanyakan Eschericia coli dan Klebsiella pneumonia.Ketepatan metode identifikasi API terhadap VITEK 2 sebesar 87,87%, ketepatan identifikasi metode TDR-300B terhadap metode VITEK2 adalah 90,9%. Hasil ketepatan uji kepekaan antibiotika metode konvensional difusi cakram antibiotika Kirby Bauer terhadap metodeVITEK 2 adalah 84,64%. Ketepatan uji kepekaan antibiotika metode TDR-300B terhadap metode VITEK 2 sebesar 82,5%. Ketepatanmetode API terhadap metode TDR-300B sebesar 84,84%. Ketepatan uji kepekaan antibiotika metode konvensional terhadap metodeTDR-300B sebesar 78,21%. Hasil metode identifikasi dan uji kepekaan antibiotika konvensional tidak berbeda bermakna secara statistikdengan metode semiautomatis TDR-300B. Metode identifikasi dan uji kepekaan antibiotika konvensional masih dapat dipercaya terutamauntuk daerah dengan keterbatasan biaya atau pemeriksaan masih sedikit.
CORRELATION OF COAGULATION STATUS AND ANKLE BRACHIAL INDEX IN DIABETES MELLITUS PATIENTS WITH PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE Lany Anggreani Hutagalung; Adi Koesema Aman; Syanti Syafril
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1139

Abstract

Diabetes Melitus (DM) sering dihubungkan dengan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Hiperglikemia merupakan faktorkebahayaan aterosklerosis dan penyakit vaskuler yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah serta menyebabkan terjadinya glikasiterhadap hemoglobin, protrombin, fibrinogen dan protein lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan. Diabetes melitus merupakansalah satu faktor kebahayaan Penyakit Arteri Perifer (PAP). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status koagulasiterhadap nilai ABI pasien penyakit arteri perifer dengan diabetes melitus. Penelitian ini bersifat analitik observasional yang dilakukandi Departemen Penyakit Dalam RSUP. Adam Malik Medan masa waktu bulan April-Oktober 2015. Pasien DM dilakukan pemeriksaanAnkle Brachial Index (ABI) dan status koagulasi seperti PT, APTT, fibrinogen dan D-dimer. Pada Penelitian ini menunjukkan perbedaanbermakna antara kadar fibrinogen dan D-dimer dengan PAP, yaitu kadar fibrinogen dan D-dimer di pasien DM dengan PAP lebih tinggidibandingkan dengan pasien DM non-PAP (333,35±127,49 vs 244,95±83,96; p=0,001) dan (648,40±443,96 vs 302,45±108,41;p=0,008). Didapatkan perbedaan bermakna antara kadar fibrinogen dan D-dimer dengan derajat PAP, yaitu kadar fibrinogen danD-dimer di derajat PAP berat lebih tinggi, dibandingkan dengan PAP ringan (374,00±114,94 vs 327,14 ± 136,45; p=0,012) dan (1170,67± 398,72 vs 537,36 ± 348,08; p=0,012). Setelah dilakukan uji kenasaban Spearman, Didapatkan adanya hubungan bermakna antarakadar D-dimer dengan PAP, yaitu peningkatan kadar D-dimer berhubungan dengan rendahnya nilai ABI (r -0,577; p=0,000). KadarFibrinogen dan D-dimer di pasien DM dengan PAP lebih tinggi dibandingkan di pasien DM non-PAP. Peningkatan kadar D- dimerberhubungan dengan rendahnya nilai ABI.
IDENTIFICATION OF DENGUE VIRUS SEROTYPES AT THE DR. SOETOMO HOSPITAL SURABAYA IN 2016 AND ITS CORRELATION WITH NS1 ANTIGEN DETECTION Jeine Stela Akualing; Aryati Aryati; Puspa Wardhani; Usman Hadi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1138

Abstract

Serotipe virus dengue yang beredar terus mengalami perubahan dan berbeda di setiap daerah. Pergeseran serotipe maupun genotipedi dalamnya, mempengaruhi terjadinya wabah dengue di berbagai negara. Perbedaan serotipe diduga bernasab dengan deteksi antigen(Ag) non-structural 1 (NS1), namun belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut. Penelitian potong lintang dikerjakan sejakFebruari-Agustus 2016 dan didapatkan 60 subjek infeksi virus dengue (IVD) dan 25 non-IVD. Ribonucleic acid (RNA) virus denguediperiksa di semua subjek menggunakan Simplexa Dengue Real-Time Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)termasuk identifikasi serotipe virus dengue dan pemeriksaan NS1 menggunakan uji cepat NS1 Panbio. Perbedaan perbandingan variabelkategorikal dianalisis dengan uji Fisher Exact. Kenasaban antara serotipe dengan deteksi Ag NS1 dianalisis dengan Chi-Kuadrat. RNAvirus dengue terdeteksi di 43 dari 60 subjek IVD (71,7%). Serotipe terbanyak adalah DENV-3 (62,8%). Pergeseran dominasi serotipetelah terjadi di Surabaya, sebelumnya dari DENV-2 ke DENV-1 dan sekarang DENV-3, kemungkinan akibat mobilitas pejamu, transporvirus dan faktor geografis. Kepekaan uji cepat NS1 75% dan kekhasan 100%. Persentase deteksi NS1 antar serotipe berbeda bermakna(p=0,002). Deteksi NS1 lebih rendah pada DENV-1 dibandingkan DENV-2 (p=0,007) ataupun DENV-3 (p=0,003). Serotipe virusdengue bernasab dengan deteksi NS1 (p=0,005). Ciri serotipe maupun genotipe virus dengue kemungkinan mempengaruhi sekresiNS1. Telah terjadi pergeseran serotipe virus dengue di pasien IVD di Surabaya sehingga diperlukan surveillance berkesinambunganuntuk memperkirakan terjadinya wabah. Serotipe bernasab dengan deteksi NS1. Salah satu penyebab hasil negatif palsu NS1 adalahperbedaan serotipe.

Page 1 of 2 | Total Record : 20


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2025) Vol. 31 No. 3 (2025) Vol. 31 No. 2 (2025) Vol. 31 No. 1 (2024) Vol. 30 No. 3 (2024) Vol. 30 No. 2 (2024) Vol. 30 No. 1 (2023) Vol. 29 No. 3 (2023) Vol. 29 No. 2 (2023) Vol 29, No 1 (2022) Vol. 29 No. 1 (2022) Vol 28, No 3 (2022) Vol. 28 No. 3 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol. 28 No. 2 (2022) Vol. 28 No. 1 (2021) Vol 28, No 1 (2021) Vol. 27 No. 3 (2021) Vol 27, No 3 (2021) Vol. 27 No. 2 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol. 27 No. 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2020) Vol. 26 No. 3 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol. 26 No. 2 (2020) Vol 26, No 1 (2019) Vol. 26 No. 1 (2019) Vol. 25 No. 3 (2019) Vol 25, No 3 (2019) Vol. 25 No. 2 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2018) Vol. 25 No. 1 (2018) Vol 24, No 3 (2018) Vol. 24 No. 3 (2018) Vol. 24 No. 2 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol 24, No 1 (2017) Vol. 24 No. 1 (2017) Vol. 23 No. 3 (2017) Vol 23, No 3 (2017) Vol. 23 No. 2 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2012) Vol. 19 No. 1 (2012) Vol. 18 No. 3 (2012) Vol 18, No 3 (2012) Vol 18, No 2 (2012) Vol 18, No 1 (2011) Vol. 18 No. 1 (2011) Vol 17, No 3 (2011) Vol 17, No 2 (2011) Vol 17, No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2010) Vol 16, No 2 (2010) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2009) Vol 15, No 2 (2009) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14, No 3 (2008) Vol 14, No 2 (2008) Vol 14, No 1 (2007) Vol 13, No 3 (2007) Vol 13, No 2 (2007) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12, No 3 (2006) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12, No 1 (2005) More Issue