Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan Ega Purnamasari; Eti Yerizel; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.134

Abstract

AbstrakAspartam merupakan gula pengganti rendah kalori yang sering dikonsumsi oleh pengidap diabetes, tetapi keamanannya masih kontroversi. Intensitas rasa manis aspartam yang tinggi diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian lain menyebutkan hasil metabolisme aspartam berupa asam aspartat dan fenilalanin dapat menjadi prekursor glukosa melalui glukoneogenesis. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian aspartam terhadap kadar glukosa darah tikus diabetes melitus diinduksi aloksan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post-test only control group design. Sampel penelitian ini terdiri dari 20 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP), perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2). Aloksan 150 mg/kgBB diinduksikan pada kelompok KP dan P2, aspartam 315 mg/kgBB diberikan pada kelompok P1 dan P2 selama 4 minggu. Kadar glukosa darah puasa diukur setelah 4 minggu menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian ini didapatkan rerata kadar glukosa darah puasa kelompok KN (88,39 mg/dL), KP (134,11 mg/dL), P1 (93,95 mg/dL), dan P2 (66,66 mg/dL). Analisis data dengan Uji ANOVA nilai p= 0,000 (p<0,05), terdapat perbedaan kadar glukosa darah puasa yang bermakna pada semua kelompok. Keimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian aspartam terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes melitus diinduksi aloksan.Kata kunci: aspartam, kadar glukosa darah, diabetes melitus, aloksanAbstractAspartame is a low-calorie sugar substitute that is often consumed by people with diabetes, but the safety of aspartame is still controversial. The high intensity of aspartame sweetness could be expected to lower blood glucose levels. Other study said the results of the metabolism of aspartame such aspartic acids and phenylalanine which can be a precursor of glucose through gluconeogenesis. The purpose of this study was to determine the effect of aspartame on blood glucose levels of alloxan induced diabetic rats. This study is an experimental study with a post-test only control group design. Twenty male Wistar rats were divided into 4 groups: negative control (KN), positive control (KP), treatment 1 (P1), treatment 2 (P2). Alloxan 150 mg/kg body weight induced in KP and P2 groups, aspartame 315 mg/kg body weight administered on P1 and P2 groups for 4 weeks. Fasting blood glucose levels were measured after 4 weeks using a spectrophotometer. The results of this study, the mean fasting blood glucose levels KN group (88.39 mg/dL), KP (134.11 mg/dL), P1 (93.95 mg/dL), and P2 (66.66 mg/dL). Data were analyzed using ANOVA test, p-value=0.000 ( p<0.05 ), there are differences in fasting blood glucose levels were significant in all groups. The conclusions of this study is the provision of aspartame in alloxan induced diabetic rats can cause a decrease in blood glucose levels significantly.Keywords: aspartame, blood glucose levels, diabetes mellitus, alloxan
Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang Angela Lovena; Saptino Miro; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i1.636

Abstract

Sirosis hepatis didefinisikan sebagai penyakit hati kronik yang menyebabkan proses difus pembentukan nodul dan fibrosis pada hati. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang sirosis hepatis merupakan salah satu penyakit terbanyak yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam. Tujuan penelitian ini adalah menentukan karakteristik pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan studi deskriptif observasional dengan menggunakan  data rekam medik pasien sirosis hepatis yang dirawat di ruang rawat inap Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2013, sehingga didapatkan sampel penelitian sebanyak 304 buah. Data yang diambil yaitu tes serologi untuk hepatitis B dan hepatitis C, kadar albumin, jumlah trombosit, kadar kreatinin serum dan komplikasi sirosis hepatis. Hasil penelitian ini mendapatkan penyebab sirosis hepatis terbanyak virus hepatitis B (51,0%), kadar albumin <3,0 g/dl (71,4%), jumlah trombosit normal (48,7%), kadar kreatinin normal (76,7%), komplikasi terbanyak asites (36,3%),dan klasifikasi Child pugh terbanyak adalah Clid pugh C (60,3%). Simpulan penelitian ini adalah hepatitis B sebagai penyebab tersering, kadar albumin terbanyak adalah <3,0 g/dl, jumlah trombosit terbanyak adalah jumlah trombosit dan kadar kreatinin terbanyak adalah yang normal, asites sebagai komplikasi terbanyak dan klasifikasi terbanyak adalah Child pugh C.
Insidens Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS. Dr. M. Djamil Padang Putri Yuriandini Yulsam; Fadil Oenzil; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.295

Abstract

AbstrakPenyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit non-infeksi yang menjadi sorotan dunia. Hal ini terkait dengan adanya perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan zaman. WHO pada tahun 2008 memperkirakan 17,3 juta jiwa meninggal akibat penyakit kardiovaskular, 7,3 juta jiwa diakibatkan oleh PJK dan 6,2 juta akibat strok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran insidens riwayat hipertensi dan diabetes melitus pada pasien PJK di RS. Dr. M. Djamil Padang. Ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang yang dilakukan di Bagian Rekam Medik RS. Dr. M. Djamil Padang yang berlangsung dari Februari 2012 sampai Maret 2013. Populasi penelitian sebanyak 184 rekam medik, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 124 sampel Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi pasien PJK berdasarkan usia yaitu kelompok usia 51-56 tahun sebesar 30,64% dan sebagian besar adalah laki-laki (75%). Prevalensi riwayat hipertensi pada pasien PJK didapatkan sebesar 46,77%, sedangkan riwayat diabetes melitus sebesar 10,48%.Kata kunci: penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus AbstractCoronary heart disease (CHD) is one of the non-infectious disease that become the world spotlight. It is associated with a change in lifestyle paralel to the era development. WHO in 2008 estimated that 17,3 million people died from cardiovascular disease, 7,3 million attributable to CHD, and 6,2 million died due to stroke. The objective of this study was to describe the incident history of hypertension and diabetes mellitus in patient with CHD in Dr. M. Djamil Hospital Padang. This was a descriptive study with cross sectional design which carried out in Medical Record of Dr. M. Djamil Hospital Padang from February 2012 until March 2013. The population in this study were 184 medical record, but the samples had the inclusion and exclusion criteria were 124 medical record. All data were processed and analysed by manually and then the data shown by frequency distribution table. The result showed the highest distribution of CHD patient based on age is in the age group of 51-56 years, and majority were male (75%). The prevalence of hipertension history in CHD patient is 46.77% while a history of diabetes mellitus is 10,48%.Keyword: coronary heart disease, hypertension, diabetes mellitus.
Perbedaan Jumlah Leukosit pada Pasien Kanker Payudara Pasca Bedah Sebelum dan Sesudah Radioterapi Rizqy Auliya Lubis; Efrida Efrida; Dwitya Elvira
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.691

Abstract

Radioterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker payudara. Radioterapi dapat menekan sistem hematopoetik pada sumsum tulang dengan efek akut berupa penurunan jumlah leukosit (leukopenia) yang memengaruhi prognosis pasien. Tujuan penelitian ini adalah menentukan perbedaan jumlah leukosit pasien kanker payudara pasca bedah sebelum dan sesudah radioterapi. Desain penelitian ini adalah analitik potong lintang. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh data rekam mmedik pasien kanker payudara pasca bedah sebelum dan sesudah radioterapi di bagian Radioterapi RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2014-2016. Penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling pada 31 pasien kanker payudara dengan analisis statistik uji t berpasangan. Uji statistik bermakna jika p < 0,05. Subjek penelitian pasien kanker payudara memiliki rentang usia paling banyak 40-49 tahun (51,6%),  sedangkan  kanker  payudara  dominan  berlokasi  di  payudara  kiri  (51,6%)  dengan  stadium  terbanyak ditemukan yaitu stadium III (41,9%). Rerata jumlah leukosit sebelum radioterapi sebanyak 8015/mm3, sedangkan rerata jumlah leukosit sesudah radioterapi sebanyak 6256/mm3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah leukosit yang bermakna secara statistik pada pasien kanker payudara pasca bedah sebelum dan sesudah radioterapi.
Gambaran Castelli’s Risk Index-1 pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang Eka Musmita Sabebegen; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 2 (2021): Online July 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i2.1719

Abstract

Atherogenic dyslipidemia is one of the risk factors for the acute coronary syndrome (ACS). Castelli's risk index-1 (CRI-1) is one of which risk markers for ACS. Castelli's risk index-1 is the ratio of total cholesterol and HDL cholesterol. The test is cheap and easy to do in the hospital setting. Objectives: To described CRI-1 in ACS patients in Dr. M. Djamil Padang Hospital. Methods: This descriptive study was carried out in the central laboratory and the CardioVascular Care Unit (CVCU) of Dr. M. Djamil Hospital Padang from September 2017 to September 2018. The population was all ACS patients who have been diagnosed by the clinician. The samples were part of the population that meet the inclusion and exclusion criteria. Colorimetric enzymatic method using automated clinical chemistry used to measure total cholesterol and HDL cholesterol. Results: This study used CRI-1> 4. Data were presented descriptively in a frequency distribution table. Seventy ACS patients were consisting of 50 (71.43%) males and 20 (28.57%) females, with a median age of 60.1 (8.93) years old. The median total cholesterol and HDL cholesterol levels were 178.66 (46.84) mg / dL respectively and 35.71 (10.86) mg / dL. CRI-1 mean is 5.43 (2.27). 81.43% CRI-1 subject results were more than four. Conclusion: The low levels of HDL cholesterol and within normal median total cholesterol level made CRI-1 value increased.Keywords: Acute coronary syndrome, Castelli’s risk index-1
Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid Vika Rahma Velina; Akmal M. Hanif; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.602

Abstract

AbstrakDiagnosis definitif demam tifoid adalah dengan biakan, tetapi pada beberapa daerah sering tidak tersedia fasilitas untuk biakan, maka cara lain untuk membantu menegakkan diagnosis yang praktis dan tersedia di rumah sakit yaitu uji Widal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hasil uji Widal pada pasien suspek demam tifoid. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik  RS Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian ini adalah retrospektif deskriptif yang telah dilaksanakan dari Juli 2013 sampai Februari 2014. Jumlah sampel yang didapatkan adalah sebanyak 46 orang. Dari 46 sampel didapatkan hasil uji Widal dengan titer antibodi terhadap antigen O 1:80 sebanyak 6,51%, 1:160 sebanyak 73,89%, 1:320 sebanyak 19,54%, dan 1:640 sebanyak 0%. Titer antibodi terhadap antigen H 1:80 sebanyak 4,34%, 1:160 sebanyak 47,80%, 1:320 sebanyak 45,63%, dan 1:640 sebanyak 2,17%. Kesimpulan hasil studi ini ialah 1:160 adalah titer yang tersering ditemukan dengan titer antibodi terhadap antigen O tertinggi yakni 1:320 lebih sering ditemukan pada lama demam dengan rentang 6 – 8 hari sedangkan titer antibodi terhadap antigen H tertinggi yakni 1:640 ditemukan pada lama demam dengan rentang 6 – 8 hari.Kata kunci: demam tifoid, uji Widal, Salmonella typhi AbstractThe definitive diagnosis of typhoid fever is  proven by culture, but in some areas is often no way of culture. There is another examination that has been found to help the diagnosis that is practical and available in hospital which is called Widal test. The objective of this study was to describe the results of Widal test in patients with suspected typhoid fever. This research was conducted at the medical record of Dr. M. Djamil Padang Hospital. This is a descriptive research which was held in July 2013 – February 2014. The number of samples obtained are as many as 46 people.  The 46 samples obtained Widal test, the results was made with titres of antibodies against O antigens 1:80 as much as 6,51%, 1:160 as much as 73,89%, 1:320 as much as 19,54%, and 1:640 as much as  0%. Titers of antibodies against H antigens 1:80 as much as 4,34%, 1:160 as much as 47,80%, 1:320 as much as 45,63%, and 1:640 as much as 2,17%. The conclusion is 1:160 is the most often titres found in patients with suspected typhoid fever with the highest value of antibody titers against the O antigens that is 1:320, is more common in duration of fever with a range of 6-8 days and the highest value of antibody titers against H antigens that is 1:640 has found in duration of fever with range 6-8 days.Keywords: typhoid fever, Widal test, Salmonella typhi
Korelasi Glukosa Kapiler Metode Glucose Dehidrogenase-Nicotinamide Adenine Dinucleotide Dengan Glukosa Serum Metode Heksokinase Syarifah Tridani Fitria; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 3 (2021): Online November 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i3.1827

Abstract

Rapid and accurate measurement of capillary glucose level using point-of-care testing (POCT) is needed to maintain the patient’s normoglycemic status in obtaining adequate management. The glucose POCT method should be evaluated to determine analytical performance by comparing with the hexokinase method as a reference method to provide accurate and reliable results. Objectives: To determined the correlation between capillary glucose using glucose dehydrogenase-nicotinamide adenine dinucleotide (GDH-NAD)  and serum glucose hexokinase methods. Methods:  This analytic cross-sectional study on 42 outpatients who underwent fasting blood glucose examination at Dr. M Djamil Padang General Hospital. This study was conducted from February until September 2020. Capillary fasting blood glucose was measured using glucose POCT GDH-NAD method and serum glucose with hexokinase method. The Spearman correlation test was used to analyze data, significant if p<0.05. Results: The subjects were 28 male (66.7%),14 female (33.3%) with mean age and hematocrit level was 56.12±12.97 years and 40.90±2.42%, respectively. The median capillary glucose GDH-NAD method and serum glucose hexokinase method were 100.00 mg/dL each, with a median difference was 3.00 mg/dL. Spearman correlation test showed very strong positive correlation and statistically significant (r=0,961;p=<0,001). Conclusion: Capillary glucose GDH-NAD method had a very strong positive correlation with serum glucose hexokinase method.Keywords:  hexokinase, fasting glucose level, GDH-NAD, glucose POCT
Perbandingan Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Masyarakat Terpapar dengan Tidak Terpapar Emisi Pabrik PT. Semen Padang Mira Purwinanty; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 2
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.824

Abstract

Emisi pabrik semen tidak hanya berisiko pada pekerja di pabrik semen, tetapi berdampak pada penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsentrasi PM (particulate matter) di udara memiliki korelasi dengan tingkat mortalitas dan morbiditas. Emisi pabrik semen terutama particulate matter bersifat nefrotoksik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kadar ureum dan kreatinin masyarakat yang terpapar dengan tidak terpapar emisi pabrik semen. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan potong lintang terhadap 152 subjek terpapar dan 169 subjek tidak terpapar dari bulan Juni 2015-September 2016. Parameter yang diperiksa adalah ureum menggunakan metode enzimatik (glutamat dehidrogenase) dan pemeriksaan kreatinin menggunakan metode kolorimetri (Jaffe). Hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji t, bermakna bila p <0,05. Subjek penelitian daerah terpapar terdiri dari laki-laki 33 orang (21,7%) dan perempuan 119 orang (78,3%) dengan rentang umur 19-75 tahun sedangkan daerah tidak terpapar terdiri dari laki-laki 18 orang (10,7%) dan perempuan 151 orang (89,3%) dengan rentang umur 20-80 tahun. Kadar rerata ureum daerah terpapar 17,53(6,7) mg/dL dan kadar rerata ureum daerah tidak terpapar 17,22(5,1) mg/dL, hasil statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05). Kadar rerata kreatinin daerah terpapar 0,85(0,3) mg/dL dan kadar rerata kreatinin daerah tidak terpapar 0,79(0,2) mg/dL, hasil statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p <0,05). Kadar kreatinin pada masyarakat terpapar emisi pabrik PT. Semen Padang lebih tinggi tetapi masih dalam batas normal sedangkan kadar ureum tidak menunjukkan perbedaan. Penelitian kohort prospektif diperlukan untuk mendapatkan gambaran perjalanan penyakit berdasarkan lama paparan.
Hubungan Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M. Djamil Padang Suchi Ilmi Herman; Muhammad Syukri; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.256

Abstract

AbstrakSumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi ke-4 di Indonesia. Prevalensi penyakit ini meningkat disebabkan karena faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu dislipidemia, hipertensi, diabetes melitus, merokok, dan obesitas. Faktor risiko tersebut terkait dengan peningkatan kejadian PJK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan kejadian PJK. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan di RS Dr. M. Djamil Padang dari Desember 2012 sampai Mei 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien PJK yang dirawat inap dan telah dilakukan angiografi pada Januari 2012 sampai Desember 2012 dengan 68 orang sebagai subjek penelitian. Data pasien didapatkan dari rekam medik. Data dideskripsikan dengan tabel dan dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi terbanyak pasien PJK terdapat pada kadar kolesterol HDL rendah (64,6%) dan hipertensi (72,5%), namun hasil uji bivariat tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol HDL rendah dan hipertensi terhadap kejadian PJK. Kesimpulan hasil penelitian ini ialah kadar kolesterol HDL rendah dan hipertensi belum tentu menyebabkan PJK.Kata kunci: penyakit jantung koroner, faktor risiko, HDLAbstractWest Sumatra is a province with the highest prevalence of heart disease 4th in Indonesia. The prevalence of this disease increases due to modifiable risk factors, namely dyslipidemia, hypertension, diabetes mellitus, smoking, and obesity. The risk factors associate with an increased incidence of Coronary Heart Disease (CHD). The objective of this study was to determine the relationship of modifiable risk factors with CHD events. This study was a cross-sectional analytic design conducted at Hospital Dr. M. Djamil Padang from December 2012 until May 2013. The population in this study were all hospitalized CHD patients and angiography was performed in January 2012 - December 2012 with 68 patients as a research subject. Obtained from the patient's medical record. The data described in tables and analyzed with the chi-squared test. The result showed that the frequency distribution of most CHD patients are at low levels of HDL cholesterol (64.6%) and hypertension (72.5%). Bivariate test results showed no significant association between low HDL cholesterol and hypertension on the incidence of CHD. The conclusion is the low HDL cholesterol levels and hypertension not necessarily lead to CHD.Keywords: coronary heart disease, risk factors, HDL
Kriptokokal meningitis: Aspek klinis dan diagnosis laboratorium Efrida Efrida; Desi Ekawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i1.7

Abstract

Abstrak Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans, infeksi ini secara luas ditemukan di dunia dan umumya dialami oleh penderita dengan sistem imun yang rendah. Munculan klinis terutama adalah meningitis dan meningoensefalitis yang dikenal dengan kriptokokal meningitis. Sejalan dengan infeksi HIV yang menjadi pandemi, kriptokokosis sebagai infeksi oportunistik juga semakin berkembang di dunia. Kriptokokal meningitis merupakan infeksi oportunistik kedua paling umum yang terkait dengan AIDS di Afrika dan Asia Selatan dengan kejadian kriptokokosis 15%-30% ditemukan pada pasien dengan AIDS. Tanpa pengobatan dengan antifungal yang spesifik, mortalitas dilaporkan 100% dalam dua minggu setelah munculan klinis kriptokokosis dengan meningoensefalitis pada populasi terinfeksi HIV. Di Indonesia, sebelum pandemi AIDS kasus kriptokokosis jarang dilaporkan. Sejak tahun 2004, seiring dengan pertambahan pasien terinfeksi HIV, Departemen Parasitologi FKUI mencatat peningkatan insidensi kriptokokal meningitis pada penderita AIDS yaitu sebesar 21,9%. Faktor yang terkait dengan virulensi Cryptococcus neoformans adalah adanya kapsul polisakarida, produksi melanin dan sifat thermotolerance. Imunitas yang dimediasi oleh sel memiliki peranan penting dalam pertahanan pejamu terhadap Cryptococcus. Pemeriksaan laboratorium penunjang untuk diagnosis adalah pemeriksaan mikroskopis langsung menggunakan tinta India, deteksi antigen, metode enzyme immunoassay, kultur, dan metode molekular. Kata kunci: kriptokokal meningitis, Cryptococcus neoformans,infeksi oportunistik Abstract Cryptococcosis is an infection caused by Cryptococcus neoformans, that is widely found worldwide and generally experienced by patients with immunodeficiency. Meningitis and meningoencephalitis is the major clinical symptoms in cryptococcal meningitis. Coincide with the pandemic of HIV infection, cryptococcosis as an opportunistic infection is also growing in the world. Cryptococcal meningitis is the second most common opportunistic infection associated with AIDS in Africa and South Asia with the incidence of cryptococcosis is 15% -30% found in patients with AIDS. Without specific antifungal treatment, 100% mortality reported within two weeks after clinical cryptococcosis with meningoencephalitis in HIV-infected population. In Indonesia, before the AIDS pandemic, cryptococcosis cases are rarely reported. Since 2004, by the increasing HIV-infected patients. Department of Parasitology Faculty of Medicine, Indonesian University also reported an increase incidence of cryptococcal meningitis in AIDS patients that is about 21.9%. Associated factors with virulence of Cryptococcus neoformans is the polysaccharide capsule, melanin production and thermotolerance. Cell-mediated immunity has an important role in host defense against Cryptococcus. Laboratory tests for cryptococcosis diagnosis is direct microscopic examination using India ink, antigen detection, enzyme immunoassay, culture, and molecular methods. Keywords: cryptococcal meningitis, Cryptococcus neoformans, opportunistic infection
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Ade Asyari Afriwardi Afriwardi Aghnia Jolanda Putri Akmal M. Hanif Al Hafiz Almurdi Almurdi Alya Binti Azmi Amirah Zatil Izzah Andani E Putra Andani Eka Putra Angela Lovena Anggun Hatika Riska Arnelis Arnelis Asman Manaf Asterina Asterina Atika Indah Sari Bakma, Isphandra Besri, Hanifa Zahra Bestari Jaka Budiman Chicamy, Yhosie Anto Desmawati Desmawati Desywar Desywar Desywar Desywar Desywar Desywar Desywar, Desywar Devi Gusmaiyanto Dia Rofinda, Zelly Dia Dian Eka Putri Dian Eka Putri, Dian Eka Dian Pertiwi Dian Pertiwi Dona Mirsa Putri Donaliazarti Donaliazarti Dwi Amelisa Edwina Dwi Yulia Dwitya Elvira, Dwitya Effy Huriyati Efiariza, Nurul Navela Ega Purnamasari Eka Musmita Sabebegen Eka Nofita Elisda Yusra Ellyza Nasrul Ellyza Nasrul Elmatris Elmatris Elmatris Sy Elvinawaty Elvinawaty Endang Primawaty Harahap Endrinaldi Eryati Darwin Eti Yerizel Ety Yerizel Eugeny Alia Fachzi Fitri Fadil Oenzil Fathiyyatul Khaira, Fathiyyatul Febria Prima Utari Finny Fitry Yani Fiona Septi Mulya Fitria, Syarifah Tridani Fitrina, Dewi Wahyu Hanifah Maani Hanny Hafiar Harahap, Endang Primawaty Hasmiwati Hendra Permana Herman, Deddy Husni Husni Husnil Kadri Ida Parwati Ike Sri Redjeki Ilhamifithri Ilhamifithri Ilmiawati, Ilmiawati Ima Septia Indah Fitriani Isphandra Bakma Jacky Munilson Jamsari Jamsari Kartika Aulia Sari Lestari, Rahmi Lillah Lillah Malinda Meinapuri Masrul Basyar Masrul Syafri Mefri Yanni Mega Redha Putri Mira Purwinanty Mohamad Reza Mulya, Fiona Septi Nanda Oktavia Narlis Narlis Netti Suharti Nirza Warto Novialdi . Nur Afrainin Syah Nur Indrawati Lipoeto Nur Indrawaty Lipoeto Nuzulia Irawati Oktavia, Nanda Prihandani, Tuty Prima O Damhuri Puja, Annisa Fitria Putri Yuriandini Yulsam Rahmadina, Rahmadina Rahmatini . Ramadhani, Jihan Regina Ivanovna Rendi Dwi Prasetyo Reni Lenggogeni Rikarni Rikarni Rike Puspasari Rismawati Yaswir Rizanda Machmud Rizqy Auliya Lubis Rossy Rosalinda Roza Kurniati Rudy Afriant Russilawati, Russilawati Sabebegen, Eka Musmita Saptino Miro Sari, Deswita Sari, Kartika Aulia Selfi Renita Rusjdi Siti Nurhajjah Sofitri Sofitri Suchi Ilmi Herman Sukri Rahman Syarifah Tridani Fitria Syofiati, Syofiati Trisuliandre, Muhammad Rizki Tuty Prihandani Ulya Uti Fasrini Vanny Syafitri Vika Rahma Velina Yan Edward Yulia, Dwi Yulistini, Yulistini Yusrawati Yusrawati Yusri Dianne Jurnalis Yusri, Elfira Yustini Alioes Zahira, Aisyah Dhia Zelly Dia Rofinda Zhuhra, Rahma Tsania