cover
Contact Name
Enang Yusuf Nurjaman
Contact Email
enangyusuf@iain-ternate.ac.id
Phone
+6281572238784
Journal Mail Official
altadabbur2017@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota ternate,
Maluku utara
INDONESIA
Al-Tadabbur ; Jurnal Kajian sosial, Peradaban dan Agama
ISSN : 25273248     EISSN : 26139154     DOI : -
AL-TADABBUR (P-ISSN : 2527-3248; E-ISSN : 2613-9154 ) is a Journal published by Faculty of Ushuluddin Adab dan Dakwah of IAIN Ternate, Indonesia. It is a peer-reviewed open access journal in social civilization and religion.
Articles 113 Documents
MENEMUKAN NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM RAKHMAT RAKHMAT
AL-TADABBUR Vol 2, No 1 (2016): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.53 KB)

Abstract

Pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam di Madrasah sebagai bagian yang integral dari Pendidikan Agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan watak dan kepribadian anak. Tetapi secara substansial mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada anak untuk mempraktekkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah kebudayaan Islam diMadrasah tidak hanya berisi kompetensi kognitif semata, tetapi lebih dari itu yang sangat mendasar adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada.
UMAR BIN KHATAB: ALASAN PERLUASAN WILAYAH DAN STRATEGI POLITIK DALAM NEGERINYA Sahrani Adaruddin
AL-TADABBUR Vol 4, No 2 (2018): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.069 KB)

Abstract

Abu Bakar Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau. Abu bakar menjadi khalifah hanya dua tahun . masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam Negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad , dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu , mereka menentang Abu Bakar. Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (Perang Melawan Kemurtadan). Khalid Ibn Walid adalah Jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
ISLAMISASI DI TAYANDO KOTA TUAL MALUKU (POLA ADAPTASI RITUAL DAN PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN ISLAM) Islamization in Tayando of Tual City Maluku (Pattern of Adaptation Ritual and Development Institutional Islamic) JAMAIN WARFEWUBUN
AL-TADABBUR Vol 2, No 1 (2016): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.317 KB)

Abstract

AbstractThe aims of this research is to examine the process of Islamization in Tayando of Tual City in Maluku;  the system of ritual adaptation in Tayando of Tual City in Maluku, and the development of Islamic Institutions in Tayando of Tual City in Maluku.This research employed historical research where teh writing was conducted though analytic descriptive that relies on written sources or documentation. Data were collected by library research, inteview, and documentation. Technique used for data analysis was source critics, interpretation, and then writing of history.The result of the research show that  the process of Islamization in Tayando of Tual City in Maluku is from Datuk Abdullah from Banda Neira trough Seram, Ambon, Kepulauan Kur, Tam, and ends in Tayando. Islamization is also influenced by Kesultanan Ternate and Tidore. However, the influenced of Kesultanan Tidore is more dominan; (ii) the ritual adaptation in Tayando of Tual City in Maluku is the tradition of each district had existed before Islam existed in the district so it gives its own color for Islam. The dominant forms of ritual adaptation in Tayando society in education, and tasauf. The Islamization in Tayando of Tual City in Maluku is through cultural approach, namely adaptive and accomodative with local culture and tradition. The spreading of Islam in Tayando of Tual City is withouth force as well with sword. Hawever, teh spreading of Islam is only through dakwah, meetings as in wedding party or Islamic events; (iii) the development of Islamic institutions in Tayando of Tual City in Maluku are religious institutions in bureaucracy structure, mosques, religius education institution, religius and politic organizations, art anda sport institutions.
Nabi Muhammad Dan Strstegi Dakwahnya Mustamin Gilling
AL-TADABBUR Vol 4, No 2 (2018): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.78 KB)

Abstract

Dakwah adalah  amar ma'ruf nahi munkar secara praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah dengan hamba-Nya (periode Nabi Adam as.), dan akan  berakhir bersamaan dengan berakhimya kehidupan di dunia ini.  Berdakwah, ber-amar makruf dan ber-nahi munkar adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manusia, fungsi tersebut berjalan terus-menerus seiring dengan kompleksitas problematka kehidupan manusia dari zaman ke- zaman,  dakwah tidak berada dalam sket masyarakat yang statis, tetapi berada dalam sket masyarakat yang dinamis dan tantangan dakwah yang semakin luas dan komplek, menconoh metode dakwah Nabi, masyarakat Arab Jahiliyah ketika itu berwatak “asadduh kufran wanifἂkan berubah menjadi khairah ummah” oleh karena itu peningkatan kualitas kompetensi muballigh harus secara terus menerus dilakukan secara efektif. Disamping itu perlu adanya sebuah metode yang bagus untuk menjawab tantangan dakwah yang semakin hari semakin komplit. Aplikasi metode dakwah tidak cukup mempergunakan metode tradisional, melainkan perlu penerpaan metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi zaman di post modern
MASYARAKAT DALAM TINJAUAN TEORI FUNGSIONALDAN INTERAKSIONISME:KONVERGENSI DAN DIVERGENSI Muhamad Mustaqim -
AL-TADABBUR Vol 4, No 1 (2018): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.35 KB)

Abstract

Tulisan ini bermaksud mengkaji fenomena masyarakat (sosial) dalam kerangka dua teori besar, interaksionisme dan fungsionalisme. Teori fungsional  merupakan salah satu aliran teori sosial yang menekankan pada fungsi-fungsi dalam masyarakat. Tatanan masyarakat ibarat organisme, yang setiap individu mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda, dalam mewujudkan sebuah keteraturan sosial. Sedangkan interasinalisme menekankan pada pola interaksi sosial melalui makna yang termanifestasikan melalui simbol tertentu. Kedua teori tersebut memandang masyarakat secara berbeda, persinggungan antara kedua aliran tersebut tentunya menarik untuk dikaji. Hasilnya melahirkan dua kecenderungan, konvergensi dan divergensi. Konvergensi terkait dengan pengerucutan kedua teori, dengan titik temu dan singgungannya. Divergensi mengacu pada pengambilan jalan masing-masing antar kedua teori. Konvergensi dalam tulisan ini meliputi persinggungan konsep keteraturan, peran sosial dan integrasi. Sedangkan divergensi meliputi, setting sosial, kerangka teoritis dan pembangunan madzhab. 
KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT ‘IDDAH Firiana Firdausi
AL-TADABBUR Vol 5, No 1 (2019): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.439 KB)

Abstract

Until now, ‘iddah for some women has been a dilemma. The dilemma is because some obligations that must be undertaken by a mu’taddah seem to limit a woman’s self actualization, within a certain period of time. Prohibition of leaving the house (QS. 65:1) may be a very severe consequence for mu’taddah today. This article tries to understand verses relating to ‘iddah using the perspective of Abdullah Saeed’s contextual theory. Institutionalization of ‘iddah, in its historical context, is an effort to protect and provide justice to women. Finally, what must be considered, according to Saeed, is the fundamental value of verse, not the instructional value.
“ Kota Madinah Dan Risalah Kenabian Muhammad SAW” USMAN NOMAY
AL-TADABBUR Vol 2, No 1 (2016): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Madinah sebagai model kota peradaban yang di dalamnya tumbuh-kembang model perilaku masyarakat yang berperadaban. Mengawali perjalanannya pada tanggal 12 Rabiul awal, Nabi Muhammad SAW  melaksanakan hijrah ke Madinah. Hal ini merupakan sebuah langkah refolusioner. Beliau berhasil menerapkan nilai-nilai qur’an secara konprehensip. Hubungan antar kelompok yang sebelumnya dibangun di atas pertalian darah, kemudian diubah oleh Nabi berdasarkan idiologi yang sama. Nabi tidak melakukan pemaksaan kepada kelompok lain. Ia justru menyebut orang-orang muslim, kaum Pagan dan Yahudi sebagai ummah satu, yang   bersepakat untuk tidak saling menyerang dan menjamin kebebasan bagi tiap kelompok. Muhammad SAW telah menjadi sumber inspirasi bagi perdamaian di kota Madinah. Beliau memiliki integritas tinggi dengan penuh keberanian dan berusahaa tanpa kenal putus asa untuk  mencapai apa yang dicita-citakan. Cita-cita yang dimilikinya itu, mampu mendorong dirinya untuk tetap konsisten.  Keberhasilan Nabi di Madinah harus menjadi pijakan dan rujukan bagi setiap muslim untuk membangun kepercayaan diri yang tinggi, bahwa Islam yang diusung Muhammad SAW adalah agama yang dapat menerima kebhinekaan dan mendorong perdamaian. Dan salah satu khazanah yang sangat penting adalah visi dan misi Madinah, sebagai gaun peradaban seluruh umat manusia, tanpa memandang suku, ras, etnis dan golongan.
KEPERCAYAAN KOMUNITAS TOWANI TOLOTANG Jamaluddin Iskandar
AL-TADABBUR Vol 5, No 1 (2019): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.685 KB)

Abstract

Indonesia terdapat banyak agama yang dianut oleh masyarakatnya, ada enam yang telah disyahkan oleh Negara menjadi agama resmi, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Meski agama yang diakui Negara jumlahnya, dalam kenyataannya banyak sekali agama-agama lain yang juga ada dan berkembang di Indonesia. Agama-agama tersebut pada umumnya merupakan agama yang memiliki sedikit penganut dan bersifat lokal karena kehadiran serta perkembangannya yang sangat terbatas dalam ruang lingkup geografis tertentu.Agama-agama lokal merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Indonesiajauh sebelum agama-agama ‘impor’ dikenal. Agama ini hadir di setiap kelompok masyarakat yang menampilkan wajah yang berbeda dengan apa yang dianut di tempat-tempat lain. Agama-agama non resmi Negara yang berkembang secara khusus seperti itulah yang kemudian dikenal dengan sebutan agama lokal. Istilah agama lokal merupakan antitesa dari agama luar atau agama “impor”, yaitu kepercayaan yang berasal dari sejumlah peradaban luar nusantra. Menurut Muttaqien, agama lokal merupakan istilah yang disematkan terhadap kepercayaan Nusantara yaitu agama tradisional yang telah ada jauh s
USMAN BIN AFFAN (Melacak Akar Pemberontakan dari Isu Nepotisme MARWA MARWA
AL-TADABBUR Vol 2, No 1 (2016): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.513 KB)

Abstract

Rasulullah Saw sebagai Nabi penutup, tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin dengan maksud untuk mendewasakan mereka. Maka di mulailah masa Khilafah Rasyidah yang diawali dengan pembaiatan Abu Bakar al-Shiddiq ra. sebagai Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja, untuk menggantikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Kemudian Umar bin Khattab ra. melanjutkan estafet kepemimpinan Abu Bakar, dan selanjutnya melalui tim formatur terpilihlah Usman bin Affan ra. menggantikan kepemimpinan Umar, dan khilafah Rasyidah ditutup dengan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.  Di antara keempat Khilafah Rasyidah tersebut, kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan memang sangat berbeda. Ini dimungkinkan karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut, sehingga pemerintahan Usman yang berlangsung selama 12 tahun tidak sepenuhnya berjalan mulus. Paruh terakhir kepemimpinan beliau, muncul pemberontakan yang berujung terbunuhnya Khalifah Usman yang salah satu faktornya karena akumulasi dari kekecewaan rakyat akibat kebijaksanaan beliau mengangkat beberapa anggota keluarganya dalam kedudukan tinggi yang dalam zaman ini dikenal dengan istilah nepotisme.
UMAR BIN KHATTAB : Potret Keteladanan Sang Pemimpin Umat Marwah Marwah
AL-TADABBUR Vol 4, No 2 (2018): Al-Tadabbur
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.482 KB)

Abstract

Umar bin Khattab r.a., adalah salah satu sahabat Nabi yang berbeda dengan segala apa yang dianugerahkan kepadanya. Sosok yang satu ini seperti tak pernah kering sebagai sumber inspirasi dan ilmu bagi banyak orang, selalu saja menjadi objek kajian dan penelitian yang menarik minat para ulama, cendekiawan dan ilmuwan. Khalifah kedua setelah khalifah Abu Bakar r.a. ini, memiliki potret keteladanan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan maupun kepribadiannya. Umar bin Khattab r.a. sebagai salah satu sahabat Nabi Saw terkenal memiliki keistimewaan luar biasa dalam seluruh dimensi kehidupannya. Khalifah Umar r.a. tidak saja dikenal karena kemampuannya memperluas daerah kekuasaan umat Islam dan menjalankan manajemen pemerintahan yang teratur, namun pokok-pokok pikiran khalifah Umar r.a. di bidang keilmuan pun memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perkembangan hukum Islam. Kepemimpinan Umar bin Khattab r.a. selama sepuluh tahun sebagai amirul mukminin, sebagai pemimpin dan kepala pemerintahan, dengan prestasi yang telah dicapainya memang terasa unik, jika membaca langkah demi langkah perjalanan hidupnya, dan itu sungguh mengesankan. Umar bin Khattab r.a. sebagai khalifah tak sekedar kepala Negara dan kepala pemerintahan, namun lebih dari itu beliau sebagai Sang Pemimpin Umat

Page 3 of 12 | Total Record : 113