cover
Contact Name
Badrah Uyuni
Contact Email
badrahuyuni.fai@uia.ac.id
Phone
+6285811994027
Journal Mail Official
admin.fai@uia.ac.id
Editorial Address
Fakultas Agama Islam | Universitas Islam As-Syafi'iyah Gedung Alawiyah Lt. 6, Jalan Raya Jatiwaringin No. 12 Pondok Gede, Jakarta, Indonesia, 17411
Location
Kota bekasi,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
ISSN : 20855818     EISSN : 26862107     DOI : https://doi.org/10.34005/alrisalah
Al-Risalah focuses on publishing original research articles reviewing articles from contributors and current issues related to Islamic dawah, thought and education.
Articles 150 Documents
STRATEGI DAKWAH DEWAN KEMAKMURAN MASJID (DKM) Farhat Abdullah
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 11 No 2 (2020): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v11i2.823

Abstract

Dengan adanya COVID 19 sebagai pandemi yang telah tersebar ke berbagai negara dan sudah sampai ke negara lndonesia, maka pengurus Dewan Kemakmuran Masjid perlu mengadakan berbagai langkah kegiatan keagamaan untuk pencegahan dan memutus mata rantai covid 19 agar tidak tersebar dan tidak meluas di masjid. Terutama yang ditetapkan sebagai zona merah wilayah yang sudah terpapar, tertular, bahkan sampai menelan korban jiwa maka umat lslam harus tinggal di rumah menjadi pilihan saat keadaan sekitar dirasa merugikan diri sendiri dan orang lain. Ada beberapa hal yang telah dilakukan para Dewan Kemakmuran Masjid di Indonesia dalam strategi dakwah di masa pandemic ini menyesuiakan anjuran MUI RI. Artikel ini menyampaikan hal-hal yang lainnya yang harus dilakukan oleh DKM sebagai strategi dakwah dengan menganalisa berbagai dalil dari beberapa Kitab tafsir klasik.
DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Sya'roni Tohir
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 11 No 2 (2020): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v11i2.789

Abstract

Community development is an effort to improve the social strata of community life from education, economy and social culture. If we relate it to da'wah, then community development is part of da'wah's work. Why does the writer say part of preaching work? Because preaching work is broader than just community development. Da'wah is to invite people to the goodness (all goodness). What is good is improved to be better. The point of preaching is to make multi-dimensional improvements. The dimension of the relationship between the servant and his Lord and the dimension of the relationship between the servant and the servant. And the relationship between the servant and himself. Like the dimension of monotheism, knowledge, economy, health, law, human rights and culture. If we observe the things done by community development activists, then we can conclude that the concepts that are carried out in the efforts of community development are part of the concept of da'wah. If so, then the concept of community development is the concept of da'wah.
PENDIDIKAN MENUJU INTEGRASI ILMU DAN AGAMA Ahmad Faqihuddin
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 10 No 2 (2019): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v10i2.919

Abstract

Perkembangan industri di abad 18 yang telah menimbulkan berbagai implikasi sosial dan politik telah melahirkan kcabang ilmu yang disebut sosiologi. Penggunaan senjata nuklir sebagaimana pada abad 20 telah melahirkan ilmu baru yang disebut dengan polemologi. Jika ilmu memiliki arti yang demikian penting bagi kaum muslimin pada masa awalnya, sehingga tidak terhitung banyaknya pemikir Islam yang larut dalam upaya mengungkap konsep ini. Konseptualisasi ilmu yang mereka lakukan nampak dalam upaya mendefinisikan ilmu yang tiada habis-habisnya, dengan kepercayaan bahwa ilmu tak lebih dari perwujudan “memahami tanda-tanda kekuasaan Tuhan”, seperti juga membangun sebuah peradaban yang membutuhkan suatu pencarian pengetahuan yang komperehensif. Dengan demikian, sebuah reorientasi seharusnya bukan merupakan suatu pengalaman yang baru bagi kita, melainkan sekadar sebuah proses memperoleh kembali warisan kita yang hilang. Jika umat Islam tidak ingin tertinggal maju dengan dunia Barat, maka sudah saatnya untuk menghidupkan kembali (revitalisasi) warisan intelektual Islam yang selama ini terabaikan, dan jika perlu mendefinisikan kembali ilmu dengan dasar epistemology. Dalam konteks ini, negara kita Indonesia termasuk negara yang menempati posisi terbesar jumlah penduduk muslimnya. Tetapi potensi mayoritas muslim tersebut belum menjamin peran sosialnya. Hal ini tentu terkait dengan soal konseptualisasi ilmu dan pendidikan. Apakah pendidikan yang dikembangkan oleh umat Islam Indonesia sudah memenuhi fungsi dan sasarannya? Kata Kunci: Pendidikan; Integrasi Akademis; Metode
The well-known hadith, "Every matter of significance does not begin with the name of God, the Compassionate, the Merciful, it is cut off or amputated" in the nine books Khairul Umam
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 11 No 1 (2020): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v11i1.1180

Abstract

This study aims to discuss criticism of the hadith about practice which is interrupted without basmalah. The focus of this study is on the aspect of tracing the existence of these hadiths in the kutub tis'ah as well as studying the hadith criticism. This study is a literature study with a descriptive data presentation pattern. The data sources used include the book Mu'jam Mufahros li Alfadz al-Hdits, Tadzhib al-Kamal, and so on. Apart from the purpose of starting all good deeds by chanting the name of Allah, that some differences of opinion about basmalah often occur, giving birth to debates among the people such as whether to start the recitation of fatihah in prayer with basmalah or not, whether basmalah is a verse from surah alfatihah or not, is basmalah included verse of every letter in the Koran or not. The stages of the study carried out were performing hadith takhrij using the alfadz method. Then the hadith that has been reviewed, a ranji sanad is made to criticize the hadith. The findings in this paper indicate that the hadith with the matan redaction “كل امر ذي بال لا يبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع أو أبترnot in the kutub tis'ah. However, the redaction found in several main books of the hadith readكل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد أقطع In terms of hadith criticism, that this hadith is weak because one of the narrators is disabled. تهدف هذه الدراسة إلى مناقشة نقد الحديث "كل أمر ذي بال لا يبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع أو أبتر". وتركز على متابعة وجود ذلك الحديث في الكتب التسعة وكذلك دراسة نقد الحديث. هذه الدراسة هي دراسة مكتبية ويكون عرض بياناتها وصفيا. وتشمل مصادر البيانات المستخدمة المعجم المفهرس لألفاظ الحديث، تذهيب الكمال وغيرهما. وبغض النظر عن مشروعية بدء كل الأعمال الصالحة بذكر اسم الله، قد حدث اختلاف الآراء حول البسملة، بحيث تلد مناظرات بين الناس مثل هل تلزم قراءة البسملة قبل الفاتحة في الصلاة أم لا؟، هل البسملة من أيات الفاتحة أم لا؟، أو هل البسملة من فاتحة كل سور في القرآن الكريم أم لا؟. ومن خطوات هذه الدراسة هي القيام بتخريج الحديث بطريقة الألفاظ، ثم رسم شجرة الأسانيد لأجل نقد الحديث. أظهرت نتائج هذه الدراسة أن الحديث بالمتن "كل أمر ذي بال لا يبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع أو أبتر" لا برد فب الكتب التسعة. ولكن الوارد في بعض أمهات كتب الحديث هو"كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد أقطع". وفي نقد الحديث، أن هذا الحديث ضعيف لأن في أحد رواته عيب.
A CORRECTNESS BEHAVIOUR IN THE CONTEXT OF MULTICULTURAL SOCIETY Ifham Choli
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 12 No 1 (2021): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v12i1.1190

Abstract

A Correctness behaviour is a guidance from Islamic Religion. The flexibility of Islamic religion is seen from its doctrinal aspect which emphasizes convenience, good behaviour, and moderation allowing the religion to coexist in a multicultural community entity, such as in Indonesia. The ability of the people in accepting new values that come from outside their communities is a multicultural experience that is difficult to match. Indonesian Islam is of course formed in a multicultural atmosphere that is almost without the slightest contradiction. Differences in language, tradition, culture, communal values, and even religions and beliefs, are integrated into a religious life that is unique and too difficult to separate. For people who can understand the existence of religion from a socio-historical perspective, religious teachings that have given birth to new traditions in that society are proof that religion does not reject tradition as a whole. On the other hand, religion can provide space for local values that are considered good. Religion that has entered a multicultural society will experience an acculturation process so that religion can have many versions, especially in the aspect of implementation, from the perspective of understanding to the importance of religion in accordance with the culture of each region or place. From this multicultural society, differences in expression were born in carrying out religious orders. Correctness behaviour to create a multicultural society can be done by forming a harmonious community, intertwining together to build a religious community, so that what is later called as a form of Islamic civilization comes from a background of different traditions in society, but is able to integrate politically into a community. Multicultural community through ties of faith that transcend their religious boundaries. Perilaku Ihsan adalah pedoman dari Agama Islam. Fleksibilitas agama Islam dilihat dari aspek doktrinalnya yang mengedepankan kenyamanan, perilaku yang baik, dan moderasi yang memungkinkan agama tersebut hidup berdampingan dalam entitas masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Kemampuan masyarakat dalam menerima nilai-nilai baru yang datang dari luar komunitasnya merupakan pengalaman multikultural yang sulit ditandingi. Islam Indonesia tentunya terbentuk dalam suasana multikultural yang nyaris tanpa kontradiksi sedikitpun. Perbedaan bahasa, tradisi, budaya, nilai komunal, bahkan agama dan kepercayaan, diintegrasikan ke dalam kehidupan beragama yang unik dan terlalu sulit dipisahkan. Bagi masyarakat yang dapat memahami keberadaan agama dari perspektif sosio-historis, ajaran agama yang melahirkan tradisi baru dalam masyarakat tersebut merupakan bukti bahwa agama tidak menolak tradisi secara keseluruhan. Di sisi lain, agama bisa memberi ruang bagi nilai-nilai lokal yang dianggap baik. Agama yang telah memasuki masyarakat multikultural akan mengalami proses akulturasi sehingga agama dapat memiliki banyak versi terutama dalam aspek pelaksanaannya, mulai dari perspektif pemahaman hingga pentingnya agama sesuai dengan budaya masing-masing daerah atau tempat. Dari masyarakat multikultural inilah lahir perbedaan ekspresi dalam menjalankan tatanan agama. Perilaku kebenaran untuk mewujudkan masyarakat multikultural dapat dilakukan dengan membentuk masyarakat yang rukun, terjalin bersama untuk membangun masyarakat yang beragama, sehingga apa yang kemudian disebut sebagai wujud peradaban Islam berasal dari latar belakang tradisi yang berbeda-beda dalam masyarakat, namun mampu berintegrasi secara politik ke dalam komunitas. Komunitas multikultural melalui ikatan keimanan yang melampaui batas agama mereka.
TAHQEEQ MA’NAA QOUL ALLAH TAÁLA “LAA YAMASSAHU ILLA AL-MUTHAHHARUUN’’ WA MAA YATAFARRAÚ ANHU MIN AHKAAM Dahrun Sajadi
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 12 No 1 (2021): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v12i1.1191

Abstract

فقد سبق أن اطلعت على رسالة صغيرة، وكانت بعنوان آية من كتاب الله وتأويلها ((لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ - الواقعة:79 ويستجيب لذلك بتوثيق النص ، والتحقيق في المشكلة ، ومراجعة الأدلة ؛ بشكل عام بالنسبة لي: هناك تناقض في هذه الرسالة لأن هناك قواعد متناقضة وهناك فهم مختلف لنصوص وأقوال الأئمة. لهذا حاولت الإجابة عليه بأخذ بعض أقوال الكهنة السلفيين. Saya telah melihat risalah singkat, yang berjudul sebuah ayat لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ - الواقعة:79 .Dan menanggapi ini, dengan mendokumentasikan teksnya, menyelidiki masalahnya, dan meninjau buktinya; Secara umum bagi saya: terdapat ketidaksesuaian dalam Risalah ini karena terdapat aturan yang kontradiktif dan adanya pemahaman yang berbeda tentang teks dan ucapan para imam. Oleh karena itulah saya berusaha untuk menjawabnya dengan mengambil beberapa pendapat para imam salaf.
THE CRITICAL CONCEPT OF NORMAL PERSONALITY IN ISLAM Abdul Hadi; Badrah Uyuni
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 12 No 1 (2021): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v12i1.1192

Abstract

This study come to high light the normal personality in Islam in regarding to human nature and behaviors. human in the perception of Islam is composed of the body and spirit, and behavior. Is the outcome of the interaction of these two components, to understand that interaction and those relationships must be aware of the first part of the human, and the other part of God. Human behavior mostly belongs to two different systems, starting to work and influence since the creation of the fetus in the mother's womb, this creation has two aspects, one body and the other breathed the soul. The Islamic point of view in interpreting human behavior on several levels, each level is suitable for understanding a specific knowledge source and a specific research methodology: There is a reflexive level of behavior and could be understood by way of behavior theory. And there is a physiological level and is understood by the physiological path., and there is a social level and is understood by sociology and anthropology, and there is spiritual level and is understood by divine science (revelation). Studi ini menyoroti kepribadian normal dalam Islam dan kaitannya dengan sifat dan perilaku manusia. Manusia dalam persepsi Islam terdiri atas badan, roh, dan tingkah laku. Apakah interaksi dan hubungan komponen-komponen tersebut harus menyadari bagian pertama dari manusia, dan bagian lain dari Tuhan. Tingkah laku manusia sebagian besar termasuk dalam dua sistem yang berbeda, mulai dari bekerja dan terpengaruh sejak lahirnya janin dari kandungan ibu, ciptaan ini memiliki dua aspek, satunya adalah jasad dan satunya lagi adalah bernafas. Sudut pandang Islam dalam memaknai tingkah laku manusia terdiri dari beberapa tingkatan, masing-masing tingkatan cukup untuk memahami sumber pengetahuan tertentu dan metodologi penelitian tertentu: Ada tingkah laku yang bersifat refleksif dan dapat dipahami melalui teori tingkah laku. Dan ada tingkat fisiologis dan dipahami oleh jalur fisiologis., Dan ada tingkat sosial dan dipahami oleh ilmu sosiologi dan ilmu antropologi, dan ada tingkat spiritual dan dipahami oleh ilmu ketuhanan (wahyu).
AL-BIIÁH FII DHAWÍL QURÁNIL KAREEM Hadi Yasin
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 12 No 1 (2021): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v12i1.1199

Abstract

المحادثات حول البيئة هي موضوع كان دائمًا موضوعًا شائعًا في وسائل الإعلام المختلفة, لأن البيئة هي إحدى القضايا العالمية التي لطالما كانت مصدر قلق للمجتمع العالمي. الإسلام كدين عالمي خالٍ من الحدود القبلية وحتى حدود الدولة ، بالطبع له قيم مهمة يجب الكشف عنها ، خاصة اهتمام القرآن بالبيئة. لهذا السبب تريد هذه الورقة الكشف عن مدى اهتمام القرآن بالمشاكل البيئية. يريد المؤلف في هذه الورقة الكشف عن كيفية كشف الله سبحانه وتعالى عن العلامات العلمية من آيات القرآن فيما يتعلق بموضوع البيئة وكيفية التعامل معها. على وجه الخصوص ، فإن العناصر الخمسة الرئيسية للبيئة ، وهي: الماء والهواء والأرض والحيوانات والأشجار ، تلخص آيات القرآن حول عناصر البيئة الخمسة ، تكملها عدة شروح وتحليلات علمية من كبار المعلقين. Pembicaraan seputar lingkungan hidup, merupakan tema yang senantiasa menjadi trending topik di berbagai media, karena lingkungan hidup termasuk satu di antara isu-isu global yang selalu menjadi perhatian masyarakat dunia. Islam sebagai agama global yang terbebas dari skat-skat kesukuan bahkan skat-skat negara, tentu memiliki nilai-nilai yang penting untuk diungkap, khususnya perhatian Al-Quran terhadap lingkungan hidup. Itulah sebabnya makalah ini hendak mengungkap sejauh mana perhatian al-quran terhadap masalah lingkungan hidup. Pada tulisan ini penulis hendak mengungkap tentang bagaimana Allah SWT mengungkap isyarat-isyarat ilmiah dari ayat-ayat Al-Quran seputar tema lingkungan hidup, dan bagaimana memperlakukannya, khsusnya 5 unsur pokok lingkungan hidup, yaitu: air, udara, tanah, hewan, dan pepohonan, dengan merangkum ayat-ayat al-Quran seputar lima unsur lingkungan hidup tersebut, dilengkapi dengan bebepara penjelasan dan analisa ilmiah dari para mufassir terkemuka.
CONCEPT AND IMPLEMENTATION OF RELIGIOUS MODERATION IN INDONESIA Khairan M Arif
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 12 No 1 (2021): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v12i1.1212

Abstract

Religious moderation became a very important narrative and concept in the global era, facing the rise of radicalism and religious and ideological liberalism. The purpose of this research is to provide the concept and strategy of implementation of religious moderation in Indonesia, with the approach of Islam and the Constitution of the Republic of Indonesia that is pancasialis and religious. The type of method used in this research is Qualitative method with Library Research approach by analyzing in depth primary and secondary references about religious moderation and moderation in Islam. The results of this Study gave birth to several concepts, first; Moderate understanding and attitude is a middle attitude that avoids extremities and or liberality, fair and proportionate in understanding and practicing religious teachings for its participants and moderation is the best understanding and attitude in human life both according to Islamic sources and social philosophers. Secondly; In Islam moderation is the understanding and attitude of the middle or fair, balanced and proportionate in religion. Moderasi beragama menjadi narasi dan konsep yang sangat penting di era global, menghadapi maraknya radikalisme dan liberalisme agama dan ideologi. Tujuan penelitain ini adalah memberikan konsep dan Srategi Implementasi Moderasi beragama di Indonesia, dengan pendekatan Islam dan Konstitusi Negara Republik Indonesia yang pancasialis dan religius. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif dengan pendekatan Library Research dengan menganalisa secara mendalam referensi-referensi Primer dan sekunder tentang Moderasi beragama dan moderasi dalam Islam. Hasil Peneltian ini melahirkan beberapa konsep, pertama; Paham dan sikap moderat adalah Sikap pertengahan yang menghindari ekstrimitas dan atau liberalitas, adil dan proporsional dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama bagi pemeluk-pemeluknya dan moderasi adalh paham dan sikap terbaik dalam kehidupan manusia baik menurut Sumber-sumber Islam maupun para filosof sosial. Kedua; Dalam Islam Moderasi adalah paham dan sikap pertengahan atau adil, seimbang dan proporsional dalam beragama.
ISLAM MODERATE IN INDONESIA Ahmad Faqihuddin
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 12 No 1 (2021): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/alrisalah.v12i1.1238

Abstract

Islam is a religion of peace, meaning that Islam does not justify violent practices, in a radical way to achieve a political goal or to maintain a belief that is considered sacred. Religion, which should be a guide for a friendly and tolerant life, has resulted in violence and terrorism. This means that there is a mistake in understanding and implementing fundamental religious teachings. Isn't it the opposite, Islam taught by the Prophet Muhammad SAW, in fact, proves to be a religion that upholds peace, compassion, and respects peace? The mission of Islam brought by the Prophet Muhammad SAW to mankind is peace (salam), this is why this religion is not called Mohammadanism, Arabism, or other isms, but this religion is called Islam which means safety, peace and peace, anyone who preaches Islam must have the principle of prioritizing peace not the other way around. Terrorism and religious radicalism are actually not only a problem of the perpetrators, and not the people who are victims of these actions, but terrorism and radicalism that must be paid attention to are problems of theological beliefs, meaning that the perpetrators can be arrested, imprisoned, and killed, but ideological beliefs and doctrines are not easily abolished. Therefore, it is necessary to discuss a friendly, tolerant, and soothing paradigm of Islamic understanding. This understanding is more suitable for Islamic moderation (Islam Wasathiyah). Islam adalah agama damai, artinya Islam tidak membenarkan praktek kekerasan, dengan cara radikal untuk mencapai suatu tujuan politik atau untuk mempertahankan keyakinan yang dianggap suci, sangat tidak Islami. Agama yang seharusnya menjadi panduan hidup yang ramah dan toleran jusru menjadi timbulnya kekerasan dan terorisme. Hal ini berarti ada kesalahan dalam memahami dan mengimplementasi ajaran agama yang fundamental. Bukankah sebaliknya, Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, justru membuktikan sebagai agama yang menjunjung tinggi perdamaian, kasih sayang, dan memahargai perdamaian? misi Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW kepada ummat manusia adalah perdamaian (salam), dari sinilah mengapa agama ini tidak dinamakan Mohammadanisme, Arabisme, atau isme lain, akan tetapi agama ini dinamakan Islam yang berarti selamat, tentram dan damai, siapapun yang mendakwahkan Islam harus berprinsip mengutamakan perdamaian bukan sebaliknya. Terorisme dan radikalisme agama sebenarnya tidak hanya masalah pelakunya, dan bukan pula para orang-orang yang menjadi korban dari aksi tersebut, akan tetapi terorisme dan radikalisme yang harus di perhatikan adalah masalah keyakinan teologis, artinya pelaku bisa ditangkap, dipenjarakan, dan dibunuh, akan tetapi keyakinan dan doktrin ideologinya tidak mudah dihapuskan begitu saja. Oleh karena itu, perlu mewacanakan paradigma pemahaman keislaman yang ramah, toleran, dan menyejukkan. Pemahaman ini lebih cocok pada moderasi Islam (Islam Wasathiyah)

Page 6 of 15 | Total Record : 150