cover
Contact Name
Rino A. Nugroho, Ph.D
Contact Email
-
Phone
+62271637358
Journal Mail Official
spiritpublikfisip@gmail.com
Editorial Address
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Spirit Publik : Jurnal Administrasi Publik
ISSN : 19070489     EISSN : 25803875     DOI : https://doi.org/10.20961/sp
Core Subject : Humanities, Social,
Spirit Publik : Jurnal Administrasi Publik diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret (UNS). Jurnal ini menyajikan hasil penelitian dan artikel dalam lingkup kajian kebijakan dan manajemen publik.
Articles 127 Documents
CAPACITY BUILDING: GOVERNANCE PERSPECTIVE ON WASTE MANAGEMENT UNIT IN SRAGEN BUNDER MARKET Kristina Setyowati; Didik Gunawan; Faizatul Ansoriyah
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Volume 10, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.085 KB) | DOI: 10.20961/sp.v10i2.902

Abstract

 Public waste has become national problems. As part of solving the problem the management of public waste needs to be comprehensive and integrated so the processed public waste able to provide economic benefits, healthy for people, safe for the environment and not to forget also able to change people's behavior. Governance perspective is involving three pillars: government, private and citizens. In this study this parties were represented by Sragen Regency Government as government, Danamon Peduli Foundation as private and small scale vendors as citizens. All of which were expected to bring effectiveness in empowering waste management unit. Partnership and capacity building are expected to strengthen the knowledge as well as managerial capability and capacity in the traditional market waste management. This article aims to describe the waste management with governance perspectibe in Bunder traditional market, Sragen, Indonesia. Keyword: Empowerment, Capacity building, Governance
Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju Terwujudnya Good Public Policy Governance Ahmad Sururi
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 12, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.308 KB) | DOI: 10.20961/sp.v12i2.16236

Abstract

Kebijakan publik sebagai instrumen yang mensinergikan peran pemerintah dan publik belum berjalan secara optimal. Terjadinya fenomena beberapa kebijakan yang dibatalkan atau direvisi oleh Pemerintah merupakan indikasi masih adanya tumpang tindih kebijakan dan rendahnya kemampuan berinovasi (ability to innovate) dan kemauan berinovasi (willingnes to inovate) pejabat publik. Untuk itu diperlukan inovasi kebijakan yang secara substantif dapat memberikan penguatan dalam menyelesaikan permasalahan ditengah masyarakat. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan melakukan analisis bagaimana inovasi kebijakan dalam perspektif pendekatan administrasi pubik dan menganalisis inovasi kebijakan menuju terwujudnya good public policy governance. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Teknik yang dilakukan adalah survei literatur akademis di bidang keilmuan kebijakan publik guna memperoleh konsep-konsep yang relevan dengan kajian inovasi kebijakan publik. Teknik pengumpulan data melalui penelusuran berbagai sumber dan literatur baik dari dokumen pemerintah maupun pemberitaan media massa cetak dan elektronik, jurnal dan buku-buku yang terkait dengan administrasi pubik dan inovasi kebijakan. Penerapan prinsip-prinsip inovasi melalui NPS adalah representasi dari penerapan inovasi kebijakan. Publik dipandang secara utuh, manusiawi dan humanis melalui pendekatan yang memberikan space kepada publik untuk berkolaborasi dan berorientasi pada peningkatan kinerja. Good public policy governance akan terwujud melalui pendekatan 1) Jenis dukungan; 2) Manajemen Inovasi; 3) Karakteristik dalam penerapan nilai.Kata Kunci : Inovasi Kebijakan, Administrasi Publik, Good Pubic Policy Governance
Reformasi Birokrasi Lintas Generasi pada Sektor Transportasi Publik (Studi Kasus Persepsi Generasi Y dan Z) Teguh Budi Santoso; Okki C. Ambarwati; Rino A. Nugroho; Didik G. Suharto
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 13, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.866 KB) | DOI: 10.20961/sp.v13i2.24868

Abstract

Pelayanan publik di bidang transportasi saat ini telah menuntut dilakukan reformasi birokrasi dengan menggunakan teknologi didalamnya. YLKI menyebutkan bahwa karena buruknya layanan transportasi publik menyebabkan berkembanglah transportasi online di masyarakat. Mayoritas pengguna transportasi online adalah masyarakat generasi Y dan Z. Artikel ini bertujuan melihat faktor-faktor penggunaan transportasi online dari generasi tersebut dengan Technology Acceptance Model (TAM) sebagai pertimbangan dalam reformasi di bidang transportasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis PLS SEM. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan faktor antara generasi Y dan Z dalam menggunakan transportasi online. Hasil dan implikasinya di bahas lebih lanjut dalam artikel ini.Kata kunci: transportasi online, TAM, generasi
EXPANSION OF THE VILLAGE FOR IMPROVING EFFICIENCY OF PUBLIC SERVICE Sudarsana Sudarsana
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Volume 10, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.939 KB) | DOI: 10.20961/sp.v10i1.892

Abstract

 The research background about the village set out in Law No.32 of 2004 : “village is a legal entity with boundaries whose authority controls and manages the interest of local communities, based on their origin and local customs which are respected by the government system of the Republic of Indonesia”. Considering that the village has the authority to regulate and manage the interests of the community in accordance with the local socio-cultural conditions, the original village autonomy is strategically positioned that requires balanced attention to the implementation of regional autonomy because strong village autonomy will significantly affect the realization of local autonomy. Establishment of a village aims to create effectiveness and efficiency of village governance and improve public services to accelerate the realization of public welfare . Establishment of new village outside existing villages or as a result of village expansion management. Village expansion is splitting a village into two or more villages. The purpose of this study is to investigate and analyze implementation of requirements that must be met in the establishment of new villages in terms of social ,economic, cultural, and legal aspects especially in villages Ketro  and Wonosidi, District Tulakan, Pacitan, beside Simultaneously formulating a feasibility recommendation of new village establishment according to social economic, cultural and legal issues in preparation for splitting the village into independent villages especially in villages Ketro and Wonosidi, District Tulakan, Pacitan.            The research method, research activities on the potential for rural district expansion as an effort to increase the efficiency of public services in the distric of Pacitan is a descriptive qualitative research and will be supported by the data both quantitative and qualitative            (socio economic, cultural and legal aspects). The research is carried out the villages Ketro and Wonosidi, District Tulakan, Pacitan. Research is focused on assessing the requirement variables mechanisms and procedures for the establishment expansion of a new village district that must be met by the provisions of the enforced legislation in terms of socio economic, cultural and legal issues in preparation for the village expansion to independent villages especially villages in Ketro and Wonosidi. Data are collected through observation, interviews, questionnaires, focus groups, and document studies. In order to test the validity of the data, a series of validation is done throught data triangulation and data analysis using interactive analysis, stakeholder analysis, hierarchy process analysis and strength, weakness, opportunity, and threat (SWOT).            The results showed that the preparation of village expansion in Ketro and Wonosidi, District Tulakan, Pacitan is done according to the terms of a new village establishment, the village formation mechanisms and procedures for the establishment of the village, infrastructure setting, sociate institution setting, village wealth setting, village boundaries setting and a map of the village, and the village zoning arrangement.            The conclusion, based on the requirements, mechanisms and procedures in accordance with Regulation village expansion area Pacitan districs No.4 of 2008, the village Ketro “meet” requirements and deserves to be split into four independent villages,  namely, the master village / definitive Ketro named village, while the village expansion / preparation Ketro village named Asri, Sempurejo and Pelemrejo. Meanwhile, Wonosidi village, district, and Tulakan is also eligible and worthy to be split into two independent villages with the main village Wonosari. Effects of the village expansion is the responsibility of the concerned villages and local governments can regulate the expansion of the village in accordance with legislation in force. Keywords : Village Expansion Potential, efforts to improve public service efficiency.
Analisis Kebijakan Prinsip Governance dan Aktor Melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Perencanaan Kota Bambang Utoyo Sutiyoso
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 12, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.084 KB) | DOI: 10.20961/sp.v12i1.11740

Abstract

Urban spatial planning as a part of spatial planning activities actually is a form of public policy formulation related with urban space management. Actions done by the policy actor in the formulation process of public policy will be extremely determined by the perspectives used. Governance as the main perspective in public administration and management demands the application of principles which attributed to it in order to achieve good governance. Based on that, the problem of the research is: how is the priority of the governance principles related to the actor/agent involved in urban planning? The purposes of the research are to know, to describe, and to analyze the priority of governance principles related to the actor/agent involved in urban planning. The type of the research, basically, is a descriptive research using the quantitative model analysis, that is Analythical Hierarchy Process. Data sources are taken from the research respondents which are consisting of municipal government elements; civil society and private (business) sector.The result shows that the priorities of governance principles application in urban planning based on the involved actor/agent are:  first: participation (3.141); second: responsive (3.021); third : transparancy (3.009); and fourth : accountability (2.867), with the actors value: civil society (1.168); municipal government (1.096); and business (private) sector by the value of (0.736) respectively. Civil society participation is done to the whole phases of urban planning in the form of providing data and information, opinion and aspiration, as well as objection and rebuttal toward the concept of city territorial development.  Meanwhile, practically, the research recommends the need of regulation toward the civil society participation in urban planning in local nature to find the best practice; the application of governance principles should become the mindset of public officer and the planner in spatial planning.
Perlindungan Hukum Terhadap Desa di Indonesia Danang Ari Wibowo
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 13, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.087 KB) | DOI: 10.20961/sp.v13i1.22932

Abstract

Desa merupakan struktur organisasi terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Desa mempunyai hak asal usul dan hak tradisional yang digunakan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, serta ikut berperan dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah maju dan berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga sangat perlu untuk dilindungi dan diberdayakan agar menjadi desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis, sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Library Research atau penelitian kepustakaan. Berdasarkan penelitian kepustakaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :  Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di Indonesia perlindungan hukum terhadap desa adalah dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.Kata Kunci: Perlindungan Hukum,  Desa, Indonesia
EFEKTIVITAS PENERAPAN PROGRAM E-KELURAHAN DI KELURAHAN SILAING BAWAH KOTA PADANG PANJANG Fristiza Dwi Tami; Nora Eka Putri
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.131 KB) | DOI: 10.20961/sp.v14i1.34004

Abstract

Penelitian yang dilakukan ini beranjak dari adanya permasalahan dalam penerapan program e-kelurahan, dimana dalam penerapannya masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan program e-kelurahan untuk mengurus keperluan administrasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas penerapan program e-kelurahan di Kelurahan Silaing Bawah Kota Padang Panjang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan program e-kelurahan di Kelurahan Silaing Bawah Kota Padang Panjang, serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi data. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, efektivitas penerapan progam e-kelurahan di Kelurahan Silaing Bawah Kota Padang Panjang berdasarkan indikator pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata sudah berjalan dengan baik, namun belum sepenuhnya efektif. Hal ini dilihat dari kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada pegawai kantor kelurahan maupun kepada masyarakat itu sendiri serta kurangnya pemanfaatan program e-kelurahan oleh masyarakat. Adapun kendala yang dihadapi yaitu kurangnya pengaplikasian program oleh pegawai kantor serta kurangnya kepuasan masyarakat terhadap program. Dan untuk mengatasi kendala tersebut, Pemerintah akan melakukan sosialisasi lebih lanjut lagi kepada pegawai kantor maupun masyarakat Kelurahan Silaing Bawah Kota Padang Panjang.
BUS RAPID TRANSIT POLICY IN MUNICIPAL CITY OF BANDAR LAMPUNG Dedy Hermawan; Simon Sumanjoyo
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Volume 10, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.536 KB) | DOI: 10.20961/sp.v10i2.1262

Abstract

The aim of the research is to describe and discess the policy cycle of Bus Rapid Transit, the polemic in the policy of bus rapid transit, and the involvement of the stakeholder and their role in bus rapid transpit policy in Bandar Lampung. This research uses post positivistic paradigm with the approach of qualitative descriptive research method. This research resulted as: firstly, the bus rapid transit is an derivative regulation of Act No. 22 2009 regarding Traffic and Road  Transport, aimed to reduce traffic jam in Bandar Lampung city. Secondly, the policy of bus rapid transit was arranged stage-by-stage with a full iniative from the Municipal goverement of Bandar Lampung, collaborated with the leading sector from Transportation Bureau of Bandar Lampung, involving PT Trans Bandar Lampung as the management in charge. Thirdly, there was a polemic of bus rapid transit policy regarding the monopoly of route of people transportation by the bus rapid transit, special treatment to bus rapid transit which don’t pay bus station retribution which is unfair, and there was some illegal fees on the employee in PT Trans .Bandar Lampung. Fourthly, the of bus rapid transit involves many stakeholders, such as Ministry of Transportatio of The Republic of Indonesia, |Transportation Bureau of Bandar Lampung City, The Regional Representatives Council of Bandar Lampung, Road Transportation Organization of Bandar Lampung, PT. Trans Bandar Lampung, Perum DAMRI Bandar Lampung, Lampung Region of Indonesia Transportation Society, Communication Forum of Public Car Transportation Bandar Lampung, CV. Devis Jaya, and also Indonesian Police and Civil Servant Security Forces. Keyword: Public policy, Transportation, Bus Rapid Transit
Peran Stakeholder dalam Penanganan Anak Putus Sekolah di Kota Ambon Yani Talakua
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 13, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.875 KB) | DOI: 10.20961/sp.v13i1.22890

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Kota Ambon Kecamatan Sirimau mengunakan fariabel tunggal (X) yaitu peran pemerintah Kota Ambon dalam penangan anak putus sekolah terhadap (a) Anak Putus Sekolah (b) Orang Tua Sebagai Lembaga Yang Mendasar Dalam Masyarakat (c) Pemerintah Dalam Fungsinya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan) (d) Masyarakat dan lingkungan (e) Keaktifan lembaga-lembaga Kemasyarakatan dan sosial dalam bidang pendidikan dan penanganan anak putus sekolah. Pemerintah Kota Ambon secara jelas berusaha untuk mengoptimalkan dan meminimalisasi serta menekan angka anak putus sekolah di Kota Ambon, karena pemerintah Kota Ambon turut ambil bagian dalam proses pembinaan serta perencanaan persiapan generasi muda yang lebih berdaya. Pemerintah Kota Ambon juga terus mengupayakan agar tingkat anak putus sekolah dapat ditekan seminimal mungkin dan bila perlu sampai tuntas. Kemudian lembaga-lembaga masyarakat yang lain juga memiliki peran yang sama dalam membantu proses terwujudnya kehidupan masyarakat yang sejahtera dan makmur serta meminimalisasi tingkat angka pengangguran. Satu sektor penting yang secara langsung menyediakan kontribusi paling besar pada peningkat mutu dari sumber daya manusia adalah sektor pendidikan. Pendidikan anak-anak adalah satu integral bagian dari potensi bangsa. Melalui pendidikan, anak-anak menyiapkan seperangkat pengetahuan, kesadaran positif dan kemauan menemukan dan mengelola tujuan untuk mereka sendiri di masa mendatang. Kata Kunci : Anak, Pendidikan, Peran Stakeholder, Putus Sekolah
Forum Konsultasi Publik : Aktivis Masyarakat Sipil atau Klient Penguasa Rutiana Dwi Wahyunengseh
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 12, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.069 KB) | DOI: 10.20961/sp.v12i2.26986

Abstract

Forum Konsultasi Publik adalah bagian dari Musrenbang (Konsultasi Masyarakat Tahunan tentang Perencanaan Pembangunan) yang diintervensi sebagai bagian dari fase siklus perencanaan penganggaran daerah. Prosesnya dirancang untuk berorientasi pada pengambilan keputusan perencanaan pembangunan dengan format yang demokratis dan partisipatif. Dilihat dari dimensi akuntabilitas sosial, apakah mereka yang terlibat benar-benar anggota aktif atau klien? Artikel ini bertujuan untuk menganalisis fenomena perangkap "klien-komunitas aktif", karena perannya penting untuk kualitas dan output prosesnya. Hasil beberapa studi kasus di Kota Surakarta dan Magelang menunjukkan bahwa konsep komunitas aktif memiliki makna yang berbeda dilihat dari forum dan konteks fungsi akuntabilitas sosial. Pemerintah mengundang para peserta yang dianggap aktif berdasarkan penilaian birokrat. Atas nama forum yang lebih efisien, ada kooperasi forum melalui instruksi teknis pada organisasi forum. Akibatnya, pada dasarnya konsultasi publik membuat dialog semu untuk membuat keputusan secara akuntabel. Itu karena peserta aktif yang terlibat sebenarnya adalah klien yang dikooptasi sesuai dengan prosedur pemerintah. Kesimpulannya adalah bahwalingkungan budaya formalitas birokrat dan kebiasaan komodifikasi dalammasyarakat menghasilkan patologi yang mengaburkan makna "komunitasaktif" terhadap "klien aktif".

Page 2 of 13 | Total Record : 127