cover
Contact Name
Muhamad Agus
Contact Email
agus.muhamad0@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
agus.muhamad0@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No. 3 Pekalongan
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
PENA AKUATIKA : JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Published by Universitas Pekalongan
ISSN : 02165449     EISSN : 2301640X     DOI : 10.31941
Pena Akuatika mempublikasikan artikel-artikel yang berisi ide, gagasan, hasil penelitian, kajian pustaka di bidang ilmu perikanan dan kelautan
Articles 186 Documents
PENAMBAHAN Saccharomyces cerevisiae PADA PAKAN BUATAN KOMERSIAL BENIH LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN, PERTUMBUHAN, DAN KELULUSHIDUPAN Diana Rachmawati; Johannes Hutabarat; Titik Susilowati; Istiyanto Samidjan; Hadi Pranggono
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i2.1177

Abstract

ABSTRAK            Permasalahan yang dihadapi saat ini oleh pembudidaya lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var Sangkuriang) pada umumnya adalah efisiensi pemanfaatan pakan yang belum maksimal dari pakan komersil yang diberikan sehingga biaya pakan tinggi.Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penambahan Saccharomyces cerevisiae pada pakan buatan komersil.S. cerevisiae merupakan salah satu jenis ragi yang berpotensi sebagai imunostimulan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan dan mempercepat pertumbuhan  ikan.Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh S. cerevisiae dalam pakan buatan komersial terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan benih lele Sangkuriang.Ikan uji yang digunakan adalah benih lele Sangkuriang dengan bobot rata-rata 6,20±0,28 g sebanyak 300 ikan.Parameter yang diamati selama penelitian meliputi parameter efisiensi pakan terdiri dari efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio konversi pakan (FCR) dan rasio efisiensi protein (PER), parameter pertumbuhan terdiri dari laju pertumbuhan relatif (RGR), dan kelulushidupan (SR).Hasil penelitian menunjukkan penambahan S. cerevisiae dalam pakan buatan komersial meningkatkan EPP, FCR, PER, dan RGRnamun tidak berpengaruh terhadap SR benih lele Sangkuriang.Dosis S. cerevisiae sebesar 1,5%/kg pakan merupakan dosis terbaik dikarenakan menghasilkan nilai tertinggi EPP,  PER, FCR dan RGR sebesar 78,47%; 3,08; 1,39 dan 3,20 %/hari. Kata Kunci :Saccharomyces cerevisiae,pertumbuhan, lele Sangkuriang, kelulushidupan  ABSTRACT                Common problem faced by fish farmers of Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus var Sangkuriang) is an inefficiency of feed utilization that causes high cost of production. One of the solution to solve the problem is by enriching the feed with Saccharomyces cerevisiae. S. cerevisiaeis one of yeast types that has potential as an imunostimulant to increase efficiency of feed utilizationand growth. The objective of the study was to analyze the effects of S. cerevisiaesupplemented feed on efficiency of feed utilization, growthand survival rate of Sangkuriang catfish juveniles.  The 300 test fish used in the study was Sangkuriang juveniles catfish having mean weight of 6.20±0.28 g. Parameters observed during study were efficiency of feed utilization (EFU), feed conversion ratio (FCR) protein efficiency ratio (PER), relative growth rate (RGR), and survival rate (SR). The results of the study showed that S. cerevisiaesupplemented feed could increase EFU, FCR, PER, and RGR, but it did not affect SR of Sangkuriang catfish juveniles.The dose of S. cerevisiaeas much as1.5%/kg feed was the best dose that generated the greatest values of 78.47%, 3.08, 1.39 and 3.20 %/day respectively for EFU, FCR, PER, and RGR. Keywords : Saccharomyces cerevisiae, growth, Sangkuriang catfish, survival rate
PENGARUH PEMBERIAN AKAR TUBA (DERRIS ELLIPTICA) DAN SAPONIN DENGAN KOMBINASI DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP MORTALITAS IKAN KAKAP PUTIH (LATES CALCARIFER) Lilis Handayani; Hadi Pranggono; Linayati Linayati
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.729

Abstract

Pengaruh Pemberian Akar Tuba (Derris elliptica) dan Saponin dengan Kombinasi Dosis Yang Berbeda Terhadap Mortalitas Ikan Kakap Putih  (Lates calcarifer) Lilis Handayani, Hadi Pranggono, LinayatiProgram Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas PekalonganEmail : hadipranggono17@gmail.com ABSTRAKIkan kakap (Lates calcarifer) adalah merupakan salah satu komoditas budidaya laut unggulan di Indonesia karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya. Ikan kakp putih salah satu hama di dalam tambak udang, diantara kegagalan budidaya ialah disebabkan oleh masuknya hama kedalam tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis akar tuba dan saponin terhadap mortalitas ikan kakap putih dan untuk mengetahui kombinasi dosis akar tuba dan saponin yang optimum terhadap mortalitas ikan kakap putih. Penelitian ini menggunakan metode RAL dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi dosis akar tuba dan saponin dapat mempercepat mortalitas ikan kakap putih. Data mortalitas perlakuan C menunjukan nilai LC 50 dengan rata-rata yaitu 39,58 menit dan pada LC 100 yaitu 43,28 menit, perlakuan B menunjukan nilai LC 50 dengan rata-rata yaitu 49,45 menit dan pada LC 100 yaitu 49,57 menit dan perlakuan A menunjukan nilai LC 50 dengan rata-rata yaitu 75,86 menit dan pada LC 100 yaitu 80,66 menit. Sehingga diketahui pemberian akar tuba dan saponin dengan kombinasi dosis yang berbeda berpengaruh terhadap mortalitas ikan kakap putih dan dosis yang optimum adalah perlakuan C yaitu 25% akar tuba dan 75% saponin. Kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran optimum dan layak untuk kehidupan ikan kakap putih.  Kata kunci : Ikan kakap putih, akar tuba dan saponin, mortalitas, kualitas air ABSTRACTSeabass is one of the leading marine aquaculture commodities in Indonesia because it has a relatively fast growth and easily adjust to the cultivation environment. Seabass  pheasant fish one of the pests in the shrimp pond, among the failure of the cultivation is caused by the entry of pests into the pond. This study aims to determine the effect of combination of tubal and saponin root dose to mortality of seabass  and to determine the optimum combination of tuba root and saponin doses of seabass  mortality. This research uses RAL method and qualitative analysis. The results showed that combination of tubal doses and saponins could accelerate mortality of seabass . The data of C treatment mortality showed LC 50 value with mean of 39,58 minute and at LC 100 that was 43,28 minutes, B treatment showed the value of LC 50 with average that is 49,45 minutes and at LC 100 that is 49,57 min and A treatment showed the value of LC 50 with average that is 75,86 minutes and at LC 100 that is 80,66 minutes. So it is known to give the tuba root and saponin with a combination of different doses effect on mortality of seabass and the optimum doses is C treatment that is 25% tubal root and 75% saponin. The water quality during research is still within the optimum and feasible range for the life of seabass.  Keywords : Seabass, tuba root and saponin, mortality, water quality
SISTEM BUDIDAYA BIOFILTER KEPITING BAKAU (S. Paramamosain) DENGAN RUMPUT LAUT (Caulerpa racemosa) YANG DIBERI PAKAN BUATAN DIPERKAYA VITAMIN E Istiyanto Samidjan; Diana Rachmawati; Hadi Pranggono; Heryoso Heryoso
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1327

Abstract

AbstrakTujuan penelitian untuk mengkaji rekayasa teknologi budidaya kepiting bakau yang dipelihara di wadah basket ditambak dengan diberipakan buatan diperkaya vitamin E dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau Scylla paramamosain. Metode penelitian menggunakan hewan uji kepiting bakau ukuran 145,5g±0.61 Metode yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilakukan di lapangan, dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A: diberi vit E dosis 0 g/100g pakan buatan dan tanpa rumput laut Caulerpa racemosa), B= diberi vit E 0,2g/100 g pakan pakan dan diberi 100 g rumput laut Caulerpa racemosa), C =diberi vit E dosis 0,4g/100g dan 100 g rumput laut Caulerpa racemosa), D=diberi vit E 0,6g/100g pakan dan diberi rumput laut Caulerpa racemosa bobot 100 g), selanjutnya lingkungan media biofilter system dari rumput laut di inlet air masuk tambak sebagai biofilter system dan diberi pakan sesuai perlakuan sebanyak 5% perbiomas perhari dan masing-masing kepiting dipelihara dalam wadah basket plastik ukuran 30x30x30 cm dan dipelihara selama 42 hari. Data yang diperoleh adalah data pertumbuhan biomassa mutlak, kelulushidupan, FCR dan data kualitas air (suhu, salinitas, amoniak, nitrit, nitrat, oksigen). Penelitian dilakukan di tambak milik petani Bp H.Chambali kelurahan Mangkang Wetan sebagai biofilter system manipulasi lingkungan menggunakan rumput laut Caulerpa racemosa kepiting soft shell seluas ± 1500 m2, dengan teknik budidaya monokultur sistem intensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pakan buagtan yhang diperkaya dengan vit E pada  dosis berbeda dengan berbasis rumput laut sebagai biofilter system  memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi diperoleh dari perlakuan C (58.75±1.010gr) dan kelulushidupan kepiting bakau perlakuan C (90.3333±2.309%%). Peran rumput laut Caulerpa racemosa sebagai biofilter system dapat memperbaiki kualitas air media pemeliharaan kepiting bakau, sehingga dapat meningkatkan kehidupan kepiting bakau yang ramah lingkungan. Kata kunci: biofilter system, mangrove, pakan buatan, Scylla paramamosain , Vit.E. AbstractThe aim of this research was to study the engineering technology of mud crab cultivation reared in basketry containers in a pond with artificial graft enriched with vitamin E with different doses on the growth and survival of Scylla paramamosain mud crab. The method used in this study was a test animal of mud crab size 145.5 g ± 0.61. The method used was an experimental method in the field, using a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, namely A: given vitamin E dose of 0 g / 100g artificial feed and seaweed Caulerpa racemosa), B = given vitamin E 0.2g / 100 g of feed and given 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), C = given vitamin E dose of 0.4g / 100g and 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), D = given 0.6g / 100g vit E feed and given 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), then the environment of the biofilter system media from seaweed in the water inlet enters the pond as a biofilter system and is given feed according to treatment as much as 5% per per day and respectively. Each crab was kept in a plastic basket measuring 30x30x30 cm and reared for 42 days. The data obtained are absolute biomass growth data, survival, FCR and water quality data (temperature, salinity, ammonia, nitrite, nitrate, oxygen). The research was conducted in a farm owned by Bp H. Chambali, Mangkang Wetan sub-district as a biofilter system for environmental manipulation using seaweed Caulerpa racemosa soft shell crabs covering an area of ± 1500 m2, with an intensive system cultivation technique. The results showed that the use of buagtan feed enriched with vitamin E at different doses from seaweed based as a biofilter system had a highly significant effect (P <0.01) on the growth and survival of mud  crabs. The highest absolute weight growth was obtained from treatment C (58.75 ± 1.010gr) and the survival rate of mud crabs in treatment C (90.33 ± 2.309 %%). The role of Caulerpa racemosaseaweed as a biofilter system can improve the water quality of the mud crab maintenance media, so that it can improve the life of the mangrove crab which is environmentally friendly. Keyword: biofilter system, mud crab, artificial feed, Scylla paramamosain, vitaminet E
REKAYASA TEKNOLOGI POLIKULTUR UDANG VANAME DAN RUMPUT LAUT CAULERPA RACEMOSA YANG DIBERI PAKAN BUATAN YANG DIPERKAYA DENGAN ENZIM PROTEASE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN Istiyanto Samidjan; Heryoso Heryoso; Vivi Endar Herawati; Hadi Pranggono
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1148

Abstract

AbstrakPermasalahan yang sering muncul pada budidaya udang vanname di tambak adalah mortalitas yang tinggi disebabkan oleh faktor lingkungan dan penggunaan kolom air tambak atau petakan tambak kultivan yang dipelihara lebih dari 2 jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji  pengaruh sistem polikultur pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Caulerpa racemosa) dengan bobot rumput laut yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan serta perbaikan kualitas air tambak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sd Maret 2020 di Tambak mitra Pokdakan Sidomulyo, Kelurahan Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Bahan uji yang digunakan adalah  udang vanname  yang berukuran 6,45 ± 0,05 gr dan rumput laut (Caulerpa racemosa) dengan bobot 0, 75, 150, 225 gr. Rancangan penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu T1 (udang vanname 20 ekor), T2 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 75 gr), T3 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 150 gr), dan T4 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 225 gr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa polikultur udang vanname dengan rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, kelulushidupan dan konversi pakan (P<0.05). Pertumbuhan bobot mutlak pada udang vannamei tertinggi  pada T3 (20V+150 CR g RL) =udang vanname20 ekor + bobot rumput laut 150 g dengan bobot mutlak udang vanamei 19.60±3.42b g), kelushidupan 90±0.05b%, 1.65±0.09b, dan pertumbuhan bolbot mutlak C.racemosa T3 (932±2,73b g), kelulushidupan C.racemosa (90.25±4.25b%).Kata kunci: Polikultur, udang vaname, Caulerpa racemosa, pertumbuhan  AbstractThe problems that often arise of white shrimp vanname culture in ponds are high mortality caused by environmental factors and the use of pond water columns or pond plots that are maintained of more than 2 types. This study aims to examine the effect of the polyculture system on white shrimp vanname (Litopenaeus vannamei) and seaweed (Caulerpa racemosa) on different seaweed weights on growth and survival and improvement of pond water quality. The research was carried out from February to March 2020 in Pokkdakan Sidomulyo partner ponds, Krapyak Lor Village, Pekalongan Utara District, Pekalongan City. The test materials used were white shrimp vanname  measuring 6.45 ± 0.05 gr and seaweed (C. racemosa) with a weight of 0, 75, 150, 225 gr. The research design was carried out by experimental method using completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications, namely T1 (20 white shrimp vanname ), T2 (20 white shrimp vanname + 75 gr seaweed), T3 (20 white shrimp vanname + grass. sea 150 gr), and T4 (20 white shrimp vanname + 225 gr seaweed). The results showed that white shrimp vanname polyculture with seaweed had a significant effect (P <0.05) on absolute weight growth, survival and feed conversion (P <0.05). The highest absolute weight growth in white shrimp vanname was at T3 (20V + 150 CR g RL) = 20 vannamei shrimp + 150 g seaweed weight with 19.60 ± 3.42bg absolute weight of white shrimp vanname ), 90 ± 0.05b%, 1.65 ± 0.09b, survival rate and the absolute bolbot growth of C.racemosa T3 (932 ± 2.73b g), survival rate of C.racemosa (90.25 ± 4.25b%). Keyword: Polyculture, white shrimp Vannamei, Caulerpa Racemosa, growth
ANALISIS KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN GASTROPODA SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI RAWA PENING Fian Anggrita Prabandini; Siti Rudiyanti; Wiwiet Teguh Taufani
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1267

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelimpahan gastropoda, konsentrasi bahan organik dan variabel pendukung kualitas perairan di Rawa Pening. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 menggunakan teknik purposive sampling dengan total 3 stasiun (inlet, center, outlet). Sampel yang diambil adalah substrat dasar perairan dan gastropoda. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi bahan organik berkisar antara 1,06 – 2,62% dengan konsentrasi bahan organik tertinggi terdapat pada stasiun 2 (center) dan konsentrasi bahan organik terendah pada stasiun 1 (inlet). Hubungan antara bahan organik dan kelimpahan gastropoda memiliki korelasi yang kuat dengan (r) sebesar 0,658. Jenis gastropoda yang ditemukan pada perairan Rawa Pening dikelompokan dalam 5 spesies yaitu Melanoides sp, Pila ampullacea, Pila polita, Pila scutata, dan Radix rubiginosa. Kelimpahan individu gastropoda berkisar antara 127 – 4619 ind/m3. Berdasarkan indeks keanekaragaman yang diperoleh, kondisi perairan di Rawa Pening mulai tercemar.Kata kunci: Gastropoda, Indikator Perairan, Kelimpahan, Keanekaragaman, Danau Rawa Pening ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the abundance of gastropods, the concentration of organic material and the suppoting variables of water quality on Rawa Pening. The research was conducted in October 2019 using purposive sampling technique with three stations (inlet, center, outlet). The samples taken  on the bottom substrate and gastropods. The results showed that the concentration of organic material ranged from 1.06% to 2.62% with the highest concentration of organic material at station 2 and the lowest concentration of organic material at station 1. The relationship between organic material and abudance of  gastropods had a strong correlation with (r) 0.658. The types of  gastropods which found in Rawa Pening waters are grouped into 5 species, namely Melanoides sp, Pila ampullaceal, Pila polita, Pila scutata, and Radix rubiginosa. The abundance of individual gastropods ranged from 128571 – 220000 ind/m3. Based on the diversity index obtained, the water conditions in Rawa Pening began to become polluted.Keywords: Gastropods, Water Indicator,  Abundance,  Diversity, Rawa Pening Lake
EVALUASI KARAKTER SIRIP PEKTORAL HILANG (SPH) PADA IKAN LELE Clarias gariepinus STRAIN DUMBO DITINJAU DARI ASPEK PERTUMBUHAN Farikhah Farikhah; Aminin Aminin; Triana Retno Palupi; Khudori Khudori
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i2.1178

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang profil daya tumbuh ikan lele Clarias gariepinus strain dumbo yang membawa karakter sirip pektoral hilang (SPH). Penelitian menggunakan metoe deskriptif untuk mendapatkan variabel-variabel yang telah ditetapkan yaitu capaian bobot (g), capaian Total Length(cm), laju pertumbuhan spesifik baik bobot dan panjang (SGRBB, SGRTL), dan faktor kondisi (K) antara dua kelompok yang dibandingkan yaitu populasi ikan SPH dan ikan SPL. Seluruh karakter pertumbuhan dianalisis secara kuantitatif dan penarikan kesimpulan menggunakan t-test (α=0,05). Dua variabel lainnya, yaitu kematian (%) dan rasio konversi pakan (Food Conversion Ratio) dari kedua kelompok dibandingkan dan dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan analisis t-test (selang kepercayaan 95%) disimpulkan bahwa ikan yang membawa karakter sirip pektoral hilang  (SPH) memiliki daya tumbuh yang sama dengan ikan yang memiliki sirip pektoral lengkap atau lestari (SPL) dengan mengevaluasi beberapa variabel pertumbuhan yaitu capaian bobot (g) dan panjang (cm), SGRBB (%BB/hari), SGRL (%TL/hari), faktor kondisi (K), dalam satu periode pemeliharaan yang memadai (35hari). Adapun variabel mortalitas dan rasio konversi pakan, menunjukkan bahwa  ikan  yang membawa karakter SPH mengandung kerentanan pada kematian dan memiliki rasio konversi lebih tinggi dari ikanSPL.Kata kunci: faktor kondisi, mortalitas, rasio konversi pakan, variasi adaptif, kolam AbstractThis study aims to obtain information about the growth profile of Clarias gariepinus catfish strain dumbo strains that carry missing pectoral fin (SPH) characters. The study uses descriptive methods to obtain predetermined variables namely weight gain (g),Total Length (cm), specific growth rates both weight and length (SGRBB, SGRTL), and condition factor (K) between the two groups compared namely SPH fish population and SPL fish. All growth characters were analyzed quantitatively and conclusions were drawn using t-tests (α = 0.05). Two other variables, namely mortality (%) and feed conversion ratio (Food Conversion Ratio) of the two groups were compared and analyzed qualitatively. Based on t-test analysis (95% confidence interval), it was concluded that fish carrying missing pectoral fin character (SPH) had the same growth power as fish that had complete or sustainable pectoral fins (SPL) by evaluating several growth variables, namely weight gain (g ) and length (cm), SGRBB (% BB / day), SGRL (% TL / day), condition factor (K), within an adequate maintenance period (35 days). The mortality variable and feed conversion ratio, shows that fish carrying SPH characters contain vulnerability to death and have a higher conversion ratio than SPL fish.Keywords: condition factor, mortality, food conversion ratio, adaptable variation, pond
PENGARUH KOMBINASI TEPUNG IKAN DAN TEPUNG JEROAN BANDENG YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN DAN PERTUMBUHAN JUVENIL UDANG WINDU (Penaeus monodon) Pinandoyo Pinandoyo; Muhammad Bahrus Syakirin; Vivi Endar Herawati
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1068

Abstract

AbstrakKomponen  biaya produksi terbesar yang diserap oleh pakan, adalah  50-70 %  dari total biaya produks.i Bahan baku  tepung jeroan bandeng  diharapkan dapat  menekan  biaya produksi  dan limbah jeroan bandeng sebagai salah satu bahan alternaif dalam pembuatan pakan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing dengan 3 ulangan. Masing-masing perlakuan menggunakan  kombinasi tepung jeroan bandeng  dan tepung ikan. Perlakuan A (0% ; 60%), B (20% ; 40%), C (40% ; 20%) dan D (60% ; 0%).  Pakan diberikan sebanyak 4 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 13.00, 17.00 dan 23.00 sebanyak 8% dari bobot biomassa udang.  Materi yang digunakan adalah juvenile udang windu dengan rata-rata bobot biomasa  0,75-1,29  g.  Juvenil udang dipelihara dengan kepadatan 30 ekor dalam ember dengan volume air 30 L dan salinitas 25 ppt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan berbentuk crumble dengan kombinasi persentase tepung jeroan bandeng dan tepung ikan  yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap RGR, EPP, dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PER, tapi tidak berpengaruh nyata (P˃0,05) terhadap SR juvenile udang windu. Perlakuan B memberikan pertumbuhan relatif tertinggi yaitu 4,90%/hari. Nilai rasio efesiansi protein dan efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi diperoleh dari perlakuan B sebesar 1,69 dan 56,96%. Kelulushidupan udang windu berkisar antara 83,33-87,78%. Kisaran kualitas air masih dalam kondosi yang layak untuk media budidaya udang windu. Berdasarkan penelitian dapat dwasimpulkan bahwa penggunaan substitusi 20% tepung jeroan bandeng dalam pakan buatan memberikan pertumbuhan dan kelulushidupan udang windu terbaik. Kata Kunci: Tepung Jeroan Bandeng, Penaeus monodon, Efisiensi Pakan, Pertumbuhan, Kelulushidupan.*) Corresponding Author pinandjaya@yahoo.com AbstractTotal production cost component of 50-70% was absorbed by the food. Accordingly, to reduce the cost of tiger shrimp production to try of waste utilization as an material alternative for feed substitution. The experiment method was used completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replicates each. Treatment has different ratio Innards flour (%) and Fish flour (%). Treatment A (0% : 60%), B (20% : 40%), C (40% : 20%) and D (60% : 0%). The Feed given 4 times a day which was at 08.00, 13.00 17.00 and 23:00 as much as 8% of the weight of the shrimp biomass. The material used juvenile tiger shrimp with an average weight of 0.75 - 1.29 g biomass. Juvenile tiger shrimp maintained at a density of 30 head in a bucket of water with a volume of 30 L and salinity 30 ppt. The results showed that the artificial feeding crumble-shaped with a different substitution milkfish innards flour has a high significantly (P<0.01) on the RGR, EPP, and the PER had significantly effect (P<0.05), and but had no significantly effect (P˃0.05) on SR juvenile shrimp. Value of relative growth rate was highest in treatment B 4.90%/day. The best of protein efficiency ratio and feeding efficiency was obtained in treatment B 1.69 and 56.96%. Survival rate ranged of tiger shrimp between 83.33 - 87.78%. Range of water quality was still in decent condition for shrimp cultivation media. Based on the research, it could be concluded that using substitution of 20% innards milk fish flour in the feed artificial provides the best growth and survival rate of shrimp. Keywords: Innards Milkfish Flour, Penaeus monodon, feed  efficiency, growt , survival rate.
MASKULINISASI IKAN CUPANG (Betta splendens) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK PURWOCENG (Pimpinella alpina) PADA MEDIA PEMIJAHAN Siti Qotijah; Sri Hastuti; Tristiana Yuniarti; Subandiyono Subandiyono; Fajar Basuki
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1228

Abstract

ABSTRAK Ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan cupang yang berkelamin jantan mempunyai warna yang lebih menarik dan memiliki nilai komersial lebih tinggi daripada betina. Keistimewaan lain dari ikan cupang jantan adalah siripnya yang indah. Upaya untuk memperoleh persentase jantan dapat dilakukan dengan cara pengarahan kelamin dengan cara melakukan perendaman ikan pada media pemijahan yang mengandung ekstrak purwoceng. Tanaman purwoceng (Pimpinella alpina) merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang memiliki senyawa aktif stigmasterol yang mampu menimbulkan efek androgenik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan maskulinisasi ikan cupang (B. splendens) dengan penambahan ekstrak purwoceng pada media pemijahan.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli  hingga September 2018 di CV Galaxy Aquatic Indonesia, Pedurungan, Semarang.Induk jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dan induk betina sebanyak 20 ekor dengan jumlah total 40 ekor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan dan 10 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan dosis purwoceng yang berbeda melalui perendaman pada media pemijahan. Perlakuan tersebut adalah A dosis 0 mg/L, perlakuan B dosis 20 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman menggunakan ekstrak purwoceng dengan dosis yang berbeda pada perendaman induk memberikan pengaruh nyata terhadap persentase jantan, betina dan kelulushidupan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap derajat penetasan dan pertumbuhan. Persentase kelamin jantan pada perlakuan A yaitu 34,80%, perlakuan B 84,54%. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran layak untuk budidaya ikan cupang (B. splendens) yaitu suhu 26-280C; pH 6,5-7,0; dan DO 2,3-2,8 mg/L. Kata kunci:  dosis, Ikan cupang, ikan jantan, Purwoceng ABSTRACT Betta fish (Betta splendens) is one type the ornamental fish that has high economic value. Male betta fish has more attractive colors and higher commercial value than females. Another feature of male betta fish is its beautiful fin. Efforts to obtain percentage of male fish can be done by sex reversal through submersion spawning media with Purwoceng extract. Purwoceng (Pimpinella alpina) is one of the Indonesian endemic herbs which haves active compound stigmasterol which is able to make androgenic effect.  The purpose of this study is to determine the effect of the addition of purwoceng extract on spawning media to the male genital formation on Betta fish (B. splendens). This research was conducted from July to September 2018 at CV Galaxy Aquatic Indonesia, Pedurungan, Semarang. There were 20 male brooders and 20 female brooders with a total of 40 fishes. This research was conducted by using the experimental method and Completely Randomized Design (CRD) which are consisting of 2 treatments and 10 replications. The treatment in this study was the use of different purwoceng extract doses through submesrsion on spawning media. The treatments are A dose (0 mg / L) and B dose (20 mg / L). The result showed that immerstion using different doses of purwoceng extraxt gives a significant effect on percentage of male , female ang survival rate, but not significant on hatching rate and growth. Percentage value of male sex in treatment A was34,80% and treatment B was 84.54 ± 2.20%. Water quality in the breeding media that is suitable for Betta fish cultivation are temperature 26 – 28 0C, pH 6.5-7.0, and DO 2.3-2.8 mg / L.Keywords: Immersion, Betta fish, doses, Purwoceng, Male fish
ANALISIS POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) CILACAP Arlika Phuryandari; Abdul Ghofar; Suradi Wijaya Saputra
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i2.1128

Abstract

Ikan layur (Trichiurus sp.) merupakan jenis ikan demersal yang hidup bergerombol, memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan komoditas ekspor penting. Sumberdaya ikan layur yang berada di perairan Samudera Hindia khususnya selatan Jawa telah banyak di eksploitasi. Agar tidak terjadi over-exploited perlu adanya pengelolaan sumberdaya ikan layur. Salah satu pusat pendataan hasil tangkapan ikan layur tersebut adalah di PelabuhanPerikanan Samudera (PPS) Cilacap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur ukuran, potensi lestari dan tingkat pemanfaatan ikan layur di perairan selatan Kabupaten Cilacap ke daerah yang didaratkan di PPS Cilacap. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2019 hingga Januari 2020 di PelabuhanPerikanan Samudera (PPS) Cilacap, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Data yang dikumpulkan adalah ukuran panjang ikan, produksi dan trip harian, jenis alat tangkap serta data statistik perikanan layur selama 10 terakhir. Hasil penelitian diperoleh ukuran panjang ikan berkisar 52-114 cm. Ukuran pertama kali tertangkap (Lc50%) ikan layur adalah 79,5 cm. Potensi lestari dihitung berdasarkan model surplus produksi Schaeffer. Hasil perhitungan diperoleh effort lestari (fopt) sebesar 710 trip/tahun dan tangkapan lestari (CMSY) sebesar 1136 ton/tahun. Tingkat pemanfaatan maksimum terjadi pada tahun 2012 sebesar 167%, sedangkan tingkat pemanfaatan minimum terjadi pada tahun 2017 sebesar 15%. Rata-rata tingkat pemanfaatan ikan layur masih dibawah 100%, sehingga dapat dikatakan bahwa sumberdaya ikan layur masih terjaga kelestariannya.
ANALISIS MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY) PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MENGGUNAKAN BUBU LIPAT DI PERAIRAN PACIRAN LAMONGAN Miftachul Munir; Muhammad Zainuddin
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i2.989

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui status Maximum Sustainable Yield (MSY) potensi lestari Penangkapan sumberdaya Rajungan yang ada di Kabupaten Lamongan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada  Februari 2018 - Aril 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perhitungan Maximum Sustainable Yield (MSY) diperoleh hasil tangkapan (CMSY) mencapai 6.879 kg/tahun. Kondisi pada level CMSY dapat dicapai oleh unit penangkapan bubu rajungan dengan melakukan upaya penangkapan (EMSY) sebanyak 1264 trip dalam satu tahun. Keuntungan yang dapat dicapai pada level CMSY mencapai Rp. 176.760.926 pada unit penangkapan bubu rajungan. Nilai rata-rata produksi tahun 2013-2017 menunjukkan bahwa produksi rajungan di Kabupaten lamongan belum mengalami overfishing. Kata kunci : Rajungan (Portunus pelagicus), MSY, Bubu lipat

Page 9 of 19 | Total Record : 186


Filter by Year

2010 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 24 No. 1 (2025): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 23 No. 2 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 23, No 1 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 23 No. 1 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 22, No 2 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 22, No 1 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 21, No 2 (2022): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 21, No 1 (2022): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 20, No 2 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 18, No 2 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 18, No 1 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 17, No 2 (2018): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 17, No 1 (2018): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 16, No 1 (2017): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 15, No 1 (2017): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 14, No 1 (2016): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 13, No 1 (2016): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 12, No 1 (2015): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 2, No 1 (2010): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 2, No 1 (2007): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2010): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2009): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2008): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2007): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN More Issue