cover
Contact Name
sarman
Contact Email
sarman.jaya@yahoo.co.id
Phone
+62401-3084783
Journal Mail Official
sarman.jaya@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Journal Idea of History
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 25987828     EISSN : 26144395     DOI : -
Journal Idea of History diterbitkan untuk menghidupkan atmosfer akademik di Jurusan Ilmu Sejarah FIB UHO. Keberadaan jurnal ini bertujuan untuk mengaktualisasikan hasil penelitian dosen dan mahasiswa di bidang ilmu sejarah. Penerbitan jurnal untuk periode Agustus 2017 ini merupakan serial pertama tahun pertama penerbitan atau volume pertama nomor 01. Beberapa hasil penelitian yang diterbitkan dalam edisi perdana ini merupakan hasil penelitian mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Universitas Halu Oleo.
Articles 104 Documents
SEJARAH BENTENG BANGKUDU DI KECAMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA ABAD XVIII-XXI Emilia . Emilia; Sarman . Sarman
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.463

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah pembangunan Benteng Bangkudu di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Abad XVIII-XXI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo yang terdiri atas lima tahapan kerja, yaitu: (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber (Heuristik) (3) Verifikasi (Kritik sejarah terhadap keabsahan sumber), (4) Interpretasi (analisis dan sintesis), dan (5) Penulisan sejarah (Historiografi). Kajian pustaka dalam penelitian ini menggunakan konsep benteng dan fungsinya, konsep pertahanan dan keamanan, konsep peninggalan sejarah, teori pertahanan, serta teori struktur fungsional. Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembangunan Benteng Bangkudu dilatarbelakangi oleh munculnya gangguan keamanan dari bajak laut Tobelo (poto-poto). Selain itu, Benteng Bangkudu memiliki letak atau posisi yang sangat strategis yakni berada di puncak (tangkeno) Bangkudu sehingga memudahkan untuk mengintai musuh yang berada di laut (Teluk Kulisusu). (2) Bentuk, bahan dan struktur bangunan Benteng Bangkudu yaitu berbentuk simetris, bahan bangunannya berupa batu, pasir, dan kapur, serta struktur fisiknya berdindingkan batu gunung. (3) Fungsi Benteng Bangkudu bagi masyarakat Kulisusu pada masa lampau yaitu (a) Sebagai pusat pertahanan dan keamanan dalam mengatasi berbagai macam ancaman dan gangguan dari bajak laut Tobelo. (b) Sebagai pusat penyebaran agama Islam di Kulisusu. (c) Sebagai pusat kebudayaan masyarakat Kulisusu. (d) Sebagai tempat pemukiman masyarakat Kulisusu yang tergolong aman. Adapun fungsi Benteng Bangkudu pada masa sekarang yaitu (a) Sebagai benda cagar budaya yang terus dijaga, dipelihara dan dilestarikan. (b) Sebagai tempak objek wisata sejarah dan budaya masyarakat Kulisusu. Kata-kata kunci: Benteng Bangkudu, Sejarah, Struktur dan Fungsi
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ORANG JAWA DI DESA LALONGGOTOMI KECAMATAN PONDIDAHA KABUPATEN KONAWE: 1983-2016 Taufiq Insan; Aslim Aslim
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.464

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan sosial ekonomi orang Jawa di Desa Lalonggotomi Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe 1983-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: (1) Pemilihan Topik, (2) Pengumpulan Sumber, (3) Verifikasi, (4) Interpretasi, dan (5) Historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Proses masuknya orang Jawa di Desa Lalonggotomi Kecamatan Pondidaha berawal dari program transmigrasi pemerintah dengan mendatangkan transmigran dari Pulau Jawa ke wilayah Pondidaha tahun 1983 secara bertahap. Tahap pertama 82 KK berasal dari Jawa Timur, kelompok kedua 16 KK dari Jawa Barat, dan kelompok ketiga 10 KK dari Jawa Tengah. Secara keseluruhan jumlah transmigran yang ditempatkan di Desa Lalonggotomi berjumlah 108 KK. (2) Perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Jawa di Desa Lalonggotomi adalah (a) Perubahan pola pikir dan ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA), b) Modernisasi pertanian (3) Wujud perubahan sosial ekonomi orang Jawa di Desa Lalonggotomi dibagi dua yakni perubahan sosial budaya dan perubahan dalam bidang ekonomi. Di bidang sosial (periode 1983-1986), nampak adanya pola hubungan dengan sesama warga transmigran dan (periode 1986-2016) pola hubungan transmigran dengan penduduk lokal (suku Tolaki) yang semakin baik dalam bentuk kerjasama. Pada (periode 1986-2016), terjadi perubahan status sosial dan perubahan pada sistem kerja dari gotong royong ke sistem upah. Di bidang ekonomi, para transmigran mengalami peningkatan hasil pertanian. Kata Kunci : Perubahan Sosial Ekonomi, Transmigrasi Orang Jawa, dan Modernisasi
SEJARAH KELAS SOSIAL MASYARAKAT KERATON BUTON : 1942-2004 Muhammad Syahrul Pala; Hamuni Hamuni
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.465

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah kelas sosial pada Masyarakat Keraton Buton: 1942-2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995) yang terdiri atas (a) Pemilihan topik, (b) Heuristik, (c) Verifikasi, (d) Interpretasi, dan (e) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa(1) Sejarah kelas sosial di Buton merupakan hasil bentukan dari Wa Kaa Kaa. Hal tersebut didasari oleh sistem kerajaan Buton yang menetapkan tongkat kepemimpinan berdasarkan silsilah raja sebelumnya sehingga dibentuklah kasta untuk mengklasifikasi urutan raja. Setiap orang diukur berdasarkan kasta. Hal tersebut tergantung dari garis nasab seseorang. Jika berasal dari kelas kaomu yaitu keturunan Wa Kaa Kaa maka seterusnya menjadi kaomu, jika nasabnya walaka maka seterusnya walaka begitupula Parabela dan Babatua. (2) Bentuk dan fungsi kelas sosial dalam masyarakat Buton memiliki bentuk yang beragam, kaomu terbentuk dari nasab bangsawan melalui Wa Kaa Kaa dan berfungsi sebagai Raja, walaka terbentuk dari nasab garis keturunan bangsawan yaitu mia patamia dan berfungsi sebagai pemilih dan melantik raja dari kelas kaomu, dan parabela terbentuk dari loyalis kerajaan Buton yang berfungsi menjaga kadhie, dan babatua merupakan bentuk budak pelayan kerajaan. Kasta tersebut berpengaruh di bidang sosial politik masyarakatnya. Kata Kunci: Sejarah, Kelas Sosial, Keraton Buton
SEJARAH PEREMPUAN MUNA PEMECAH BATU DI DESA TANJUNG TIRAM KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN: 1995-2016 Zahirin Zahirin; Evang Asmawati
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.466

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah perempuan Muna pemecah batu di Desa Tanjung Tiram Utara Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan: 1995-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahapan yaitu: (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Mayoritas perempuan pemecah batu di Desa Tanjung Tiram berasal dari pulau Muna yang melakukan migrasi untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Pada awalnya kehidupan ekonomi difokuskan pada pertanian, tetapi karena kurang berhasil sehingga kepala keluarga beralih menjadi nelayan, sementara para perempuan berinisiatif membantu suami dengan menjadi pemecah batu. Para perempuan Muna memutuskan menjadi pemecah batu sejak 1995 dan berjumlah 6 orang. Jumlah tersebut bertambah menjadi 40 orang pada 2017. Para perempuan Muna pemecah batu di Desa Tanjung Tiram mayoritas berstatus ibu rumah tangga. Alasan menjadi perempuan pemecah batu karena faktor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (2) Perubahan sosial ekonomi keluarga perempuan Muna pemecah batu di Desa Tanjung Tiram terbagi atas dua periode. Periode pertama 1995-2003 yaitu kehidupan ekonomi keluarga tergantung pada pertanian dan nelayan, sedangkan para perempuan mencari aktivitasnya dengan menjadi pemecah batu namun jumlahnya masih sedikit dan kondisi ekonomi masih sederhana. Periode kedua 2004-2016 yaitu kondisi sosial ekonomi telah mengalami perubahan, ditandai dengan kondisi sosial kaum perempuan yang semakin membaik dari segi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Kata Kunci: Sejarah, perempuan Muna pemecah batu, perubahan sosial ekonomi
SEJARAH ORANG BAJO DI DESA TONDASI KECAMATAN TIWORO UTARA KABUPATEN MUNA BARAT: 1980-2016 Nurhayati Nurhayati; La Ode Ali Basri
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.467

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah orang Bajo di Desa Tondasi Kecamatan Tiworo Utara Kabupaten Muna Barat: 1980-2016. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo, yaitu (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi (4) Interpretasi, dan (5) Historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada awalnya orang Bajo di Desa Tondasi berasal dari Bajoe Selatan daerah Lassareng. Orang Bajo meninggalkan Bajoe Selatan didorong oleh keinginan untuk mencari tempat yang lebih aman dan memperoleh hasil laut yang cukup menjanjikan. Pada 1980 orang Bajo tiba di Desa Tondasi dan mulai menetap karena merasa cocok dan nyaman. (2) Perkembangan ekonomi orang Bajo di Desa Tondasi ditandai dengan pola pemukiman masyarakat Bajo yang sudah membuat rumah permanen dengan menggunakan semen dan berjendela kaca. Orang Bajo yang berprofesi sebagai nelayan juga telah memanfaatkan alat-alat penangkap ikan yang bersifat tradisional dan modern. (3) Perubahan sosial orang Bajo di Desa Tondasi dapat dilihat pada hubungan kemasyarakatan mereka baik sesama masyarakat Bajo maupun dengan masyarakat Bugis, Buton dan Selayar. Pada umumnya hubungan antara kedua kelompok tersebut dapat dilihat antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kata Kunci: orang Bajo, pola pemukiman, kehidupan sosial-ekonomi
POLA FORMULA DALAM TUTURAN KABHANTI MODERO PADA MASYARAKAT MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Samsul Samsul
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.468

Abstract

Penelitian ini terfokus pada pola formula tradisi lisan kabhanti modero pada masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan pola formula dan pola pewarisan yang ada dalam tradisi lisan kabhanti modero pada masyarakat Muna. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan data pustaka. Dalam penelitian ini, beberapa konsep yang digunakan adalah tradisi lisan, formula, kelisanan, konteks pertunjukan, dan penciptaan tradisi lisan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi (salah satu pendekatan Kajian Tradisi Lisan). Dengan pendekatan etnografi, pengetahuan masyarakat setempat tentang pola formula tradisi lisan kabhanti modero dapat diungkapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola fomula yang digunakan dalam tradisi lisan kabhanti modero berbentuk kata, sebagian kata, frasa, dan satu lirik. Kata kunci: Formula, Tradisi Lisan, Konteks Pertunjukan, kabhanti Modero, Kelisanan
MIGRASI ORANG MUNA DI KELURAHAN DODUNG KECAMATAN BANGGAI KABUPATEN BANGGAI LAUT: 1960-2017 Marwina Marwina; Hasni Hasan
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.469

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah migrasi orang Muna di Kelurahan Dodung Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai Laut periode 1960-2017. Penelitian ini mengacu pada penelitian sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahapan yaitu : (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi data, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Latar belakang orang Muna melakukan migrasi ke Kelurahan Dodung Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai Laut tahun 1960, disebabkan oleh dua faktor yakni faktor pendorong dari daerah asal (pulau Muna) dan faktor penarik di daerah tujuan (Kelurahan Dodung). Faktor pendorong yaitu (a) Faktor keamanan akibat adanya gangguan keamanan dari gerombolan DI/TII di Pulau Muna, (b) Faktor ekonomi. Faktor Penarik (a) Faktor geografis karena Kelurahan Dodung memiliki kondisi geografis yang strategis berada di pesisir pantai serta tingkat kesuburan tanah, (b) Potensi alam yang subur cocok untuk pertanian, pemanfaan sumber daya laut dan sumber daya alam. (2) Proses migrasi orang Muna ke Kelurahan Dodung Kecamatan Banggai terjadi secara bertahap yakni periode 1960-1965, periode 1965-1990, dan periode 1990-2017. (3) Pola pemukiman orang Muna berbentuk memanjang mengikuti garis pantai dan jalan raya. (4) Kehidupan sosial, ekonomi dan budaya orang Muna setelah menetap di Kelurahan Dodung secara perlahan mengalami perubahan. Etos kerja berhasil memperbaiki tingkat ekonomi keluarga yang berdampak pada kehidupan sosial, budaya, adat istiadat dan bahasa. Kata Kunci : Migrasi, orang Muna, Banggai Laut
EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM DWILOGI NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA Faika Burhan
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.470

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan sosial perempuan yang termarjinalkan dalam masyarakat. Dalam karya sastra perempuan juga terjebak dalam mistik femininitas yang membatasi geraknya. Akibatnya perempuan terlampau jatuh ke dalam imanensi yang mencegahnya menuju transendensi untuk pencapaian eksistensi diri. Permasalahan tersebut dianalisis menggunakan teori feminis eksistensialis Simone de Beauvoir dan Jean-Paul Sartre mengenai kehadiran perempuan sebagai en-soi (ada dalam dirinya) dan pour-soi (ada untuk dirinya) menuju eksistensi diri dan didukung metode analisis dialektik Lucien Goldmann untuk melihat kedudukan karya sastra sebagai fakta kemanusiaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan yang bebas mampu mencapai eksistensinya sebagai manusia. Ketika seorang perempuan mampu bereksistensi, maka dirinya telah menciptakan eksistensi untuk perempuan lainnya. Setiap pilihan yang dijalani perempuan merupakan citra yang dibangun untuk dirinya dan dunia. Kehadirannya merupakan inspirasi sekaligus menjadi simbol untuk kebangkitan perempuan di sekelilingnya. Kata Kunci: eksistensi perempuan, kebebasan, dan solidaritas
PELAYARAN NIAGA ORANG MENUI ABAD XX Rahman Jaenun Jaenun; Ali Hadara Hadara
Journal Idea of History Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari - Juni 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1190.74 KB) | DOI: 10.33772/history.v2i1.670

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah pelayaran niaga orang Menui abad XX. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyodengan melalui lima tahapan kerja, yaitu (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Kritiksumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa (1)orang Menui melakukan pelayaran niaga abad XX untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Hal tersebut disebabkan karena kondisi alam Menui merupakan kepulauan sehingga masyarakattidak dapat bertani dan berkebun. Oleh karena itu, orang Menui memanfaatkan potensi laut danmelakukan pelayaran dan perdagangan untuk mendapatkan sumber penghasilan. (2) Jenis-jenisperahu niaga orang menui abad XX berupa koli-koli, katinti, bodi, bangka, dan motoro. (3) Rutepelayaran niaga orang Menui abad XX yakni pelayaran tradisional/lokal, pelayaran nusantara, danpelayaran internasional. (4) Adapun barang yang diperdagangkan orang Menui berupa kopra, rotan,cengkeh, parasali (kayu manis), dan pala. Kata Kunci: Pelayaran Niaga, Perdagangan, Tipe-tipe Perahu, Rute Pelayaran.
TRADISI ABDA’U DI DESA TULEHU KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH ABAD XX Sumarni Lausiry Lausiry; La Ode Ali Basri
Journal Idea of History Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari - Juni 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1213.615 KB) | DOI: 10.33772/history.v2i1.671

Abstract

This research aims to describe the Abda'u Tradition at Tulehu Village, Salahutu District, and Central Maluku Regency. The method used in this study was the historical method according toKuntowijoyo with the following stages: 1) Topic selection, 2) Collection of sources, 3) Verification,4) Interpretation, and 5) Historiography. The theory used was the theory of rationality. The resultsof the study showed that: 1) The tradition of abda'u in Tulehu Village was one of the traditions ofthe local community which was believed to have a positive impact and also united the kinshipamong people and brough prosperity. This tradition must be carried out every year as a sense ofdevotion as a servant of Allah. 2) The process of carrying out the abda'u tradition at Tulehu Villageconsisted of a procession of slaughtering livestock sacrifices. General slaughter was carried outafter the Eid al-Adha prayer and specifically slaughter was carried out in the afternoon with threecompanion goats (one core and two companions). 3) Values embodied in the implementation of thistradition were social values, religious values, cultural values and educational values. Keywords: Tradition; Abda'u, Tulehu; Maluku.

Page 2 of 11 | Total Record : 104