cover
Contact Name
sarman
Contact Email
sarman.jaya@yahoo.co.id
Phone
+62401-3084783
Journal Mail Official
sarman.jaya@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Journal Idea of History
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 25987828     EISSN : 26144395     DOI : -
Journal Idea of History diterbitkan untuk menghidupkan atmosfer akademik di Jurusan Ilmu Sejarah FIB UHO. Keberadaan jurnal ini bertujuan untuk mengaktualisasikan hasil penelitian dosen dan mahasiswa di bidang ilmu sejarah. Penerbitan jurnal untuk periode Agustus 2017 ini merupakan serial pertama tahun pertama penerbitan atau volume pertama nomor 01. Beberapa hasil penelitian yang diterbitkan dalam edisi perdana ini merupakan hasil penelitian mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Universitas Halu Oleo.
Articles 104 Documents
AGAMA ISLAM DI MUNA PADA MASA PEMERINTAHAN RAJA TITAKONO:1600-1625 Marwan Rahman; La Ode Ali Basri; Hayari Hayari
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.1000

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Jalur-jalur apa yang digunakan dalam proses penyebaran agama Islam di Muna pada masa pemerintahan Raja Titakono: 1600-1625, (2) Bagaimana perkembangan agama Islam di Muna pada masa pemerintahan Raja Titakono: 1600-1625, (3) Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat ajaran agama Islam di Muna pada masa pemerintahan Raja Titakono: 1600-1625. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarahyang dikemukakan oleh Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahapan yaitu: (1) PemilihanTopik (2) Heuristik Sumber (3) Verifikasi Sumber (4) Interpretasi Sumber (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Jalur-jalur yang digunakan dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam di Muna pada masa pemerintahan Raja Titakono :1600-1625 melalui: (a) Jalur perdagangan, (b) Jalur tasawuf, (c) Jalur kesenian. (2) Agama Islam pada masa pemerintahan Raja Titakono:1600-1625 mulai berkembang secara perlahan setelah kedatangan Firus Muhammad. (3) Faktor pendukung dan penghambat penyebaran agama Islam di Muna pada masa pemerintahan Raja Titakono: 1600-1625 yaitu, pertama, faktor pendukung: (a) Kedatangan Mubaligh Firus Muhammad di Muna membuat agama Islam mengalami perkembangan secara perlahan, (b) Sikap toleransi Raja Titakono terhadap agama Islam, (c) Pengaruh penyebar Islam sebelumnya, membuat masyarakat Muna telah memiliki keyakinan agama Islam sebelum datangnya Firus Muhammad. Faktor penghambat penyebaran agama Islam pada masa pemerintahan Raja Titakono yakni masyarakat Muna masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.
TONGAUNA SEBAGAI BARATA KERAJAAN KONAWE PADA MASA PEMERINTAHAN MOKOLE TEBAWO : 1602-1668 Anita Anita; Fatma Fatma; Khabiirun Khabiirun
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.1001

Abstract

Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan terpilihnya Tongauna sebagai barata di kerajaan konawe di masa pemerintahan Mokole Tebawo. Serta, menjelaskan fungsi barata pada struktur pemerintaha. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melalui lima tahapan-tahapan kerja sebagai berikut (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Kritik sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) latar belakang Tongauna dan sebagai wilayah barata (a) Bermula dari pengelompokkan-pengelompokkan (O’Kambo) kampung yang dipimpin oleh seorang yang dituakan disebut Tono Mutou, dibantu oleh seorang Posudo, seorang Tolea seorang Mbuowai, seorang Mbusehe, seorang Tamalaki, dan Otudo. (b) Kelompok inilah yang kemudian berkembang membentuk sebuah wilayah kekuasaan (Kerajaan kecil) dan mereka mengangkat sebagai pemimpin dari kalangan mereka (Primus Inter Pares) pemimpin yang dapat melindungi kelompok, seorang Raja yang disebut “Mokolele” di beberapa wilayah. (c) (2) Fungsi Tongauna sebagai daerah barata di kerajaan konawe. (a) untuk menjaga keamanan dan pertahanan dari berbagai ancaman baik dari dalam maupun dari luar (b) agar tetap dalam persatuan maka Mokole Tebawo menyusun strategi politik pemerintahannya yang di sebut Siwole Mbatohu dan Pitu Dula Batu.
KESULTANAN BUTON PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN LA SANGAJI : 1591-1597 Duratun Nashihah; Aslim Aslim; Elmy Selfiana Malik
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.1002

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal-usul La Sangaji Sultan Buton III dan untuk mengetahui situasi kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan La Sangaji. Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan pendekatan strukturis dalam ilmu sejarah. Tahapan penelitian ini yaitu: (1) pemilihan topik; (2) heuristik sumber; (3) verifikasi sumber (kritik sumber melalui kritik eksternal dan kritik internal); (4) interpretasi sumber (analisis dan sintesis); (5) historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Sultan La Sangaji adalah putra dari Sultan Murhum yang lahir pada 1 safar 936 Hijriah (1530 M) dari perkawinannya dengan Sarifah Putri Datu Selayar. Sultan Murhum adalah anak hasil perkawinan dari Sugi Manuru dengan Watubapala yang pada saat itu Sugi Manuru merupakan Raja yang berkuasa di Muna. Sugi Manuru adalah anak dari Sugi Patani sedang Watubapala adalah anak dari Kiayi Jola yang merupakan keturunan Wa Kaa kaa. Situasi di Buton pada masa pemerintahan Sultan La Sangaji mengalami masa kegelapan karena adanya musim kemarau panjang yang mengakibatkan pekerjaan benteng tidak selesai dan juga menimbulkan bahaya kelaparan dan penyakit yang merajalela. Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Sultan La Sangaji tidak ada rakyat yang meninggal karena kelaparan.
PERUBAHAN ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT DESA TONGALERE KECAMATAN WAWONII UTARA KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN: 1987-2018 Yusriani Yusriani; Abdul Alim; Ajeng Kusuma Wardani; Sitti Hermina
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.1014

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adat perkawinan masyarakat Desa Tongalere Kecamatan Wawonii Utara Kabupaten Konawe Kepulauan: 1987-2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo dengan tata kerja penelitian sejarah sebagai berikut: (1) Pemilihan Topik, (2) Heuristik sumber (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Desa Tongalere Kecamatan Wawonii Utara terdiri dari beberapa tahap berikut: (a) Melamasi (pelamaran), (b) Mompepanga (peminangan), (c) Kawia (kawin/ijab kabul), (d) Ponteoa (pengantaran). (2) Bentuk perkawinan masyarakat Desa Tongalere Kecamatan Wawonii Utara yaitu (a) Perkawinan meminang (saba), (b) Kawin lari (mompolaisako), (c) Kawin paksa (mompolaisako). (3) Perubahan dalam adat perkawinan masyarakat Desa Tongalere Kecamatan Wawonii Utara yaitu (a) Perlengkapan adat (kolungku sara) yaitu tidak digunakannya talam adat tempat peletakan kolungku sara, (b) Mahar (tinasuka) yaitu berubah dari “boka” menjadi “ringgi” setelah itu menjadi kelapa, (c) Proses pernikahan/perkawinan yaitu dimulai dari pemilihan jodoh sampai dengan ponteoa, namun dengan adanya perubahan proses pemilihan jodoh sudah tidak digunakan lagi. (4) Faktor penyebab terjadinya perubahan pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Desa Tongalere yaitu (a) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, (b) Sistem pendidikan yang maju, (c) Transportasi dan informasi.
RELASI KEKERABATAN MUNA, WOLIO, DAN WAKATOBI DI SULAWESI TENGGARA: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF DAN ETNOLINGUISTIK Rahman Rahman; Wa Ode Halfian; Zahrani Zahrani; Ahmad Keke; Maulid Taembo
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.1015

Abstract

Penelitian ini membahas relasi kekerabatan Muna, Wolio, dan Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan aspek bahasa dan budaya (kabhanti). Penelitian ini dilakukan karena selain dari masih kurangnya pembahasan mengenai relasi kekerabatan bahasa juga didasarkan adanya pandangan bahwa ketiga masyarakat tersebut memiliki banyak kemiripan dari segi ritual-ritual kelahiran, kematian, perkawinan, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya seperti keberadaan sastra lisan dalam bentuk nyanyian rakyat atau lebih popular dikenal dengan istilah kabhanti. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan fonem bahasa Muna, Wolio, dan Wakatobi; (2) mendeskripsikan relasi kekerabatan bahasa-bahasa tersebut berdasarkan aspek fonologi dan kajian linguistik historis komparatif; dan (3) menjelaskan relasi kekerabatan subkelompok Muna, Wolio, dan Wakatobi dari perspektif kajian budaya (etnolinguistik). Penelitian ini menggunakan deskripsi kuantitatif dan kualitatif melalui metode wawancara yang disertai dengan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat. Hasil deskripsi fonologi menunjukkan adanya kedekatan bahasa Muna, Wolio, dan Wakatobi. Perhitungan leksikostatistik menunjukan bahwa tingkat relasi kekerabatan bahasa Muna, Wolio, dan bahasa Wakatobi berada pada persentase berkisar 41-45% yang menunjukan kategori subkeluarga bahasa atau perbedaan bahasa dengan relasi kekerabatan bahasa yang cukup erat. Dari kajian budaya adanya persamaan-persamaan fungsi dan kearifan lokal dari budaya nyanyian rakyat kabanti pun menunjukkan bahwa masyarakat pada wilayah-wilayah tersebut berasal dari nenek moyang yang sama.
PERLAWANAN RAKYAT WANGI-WANGI TERHADAP KEBIJAKAN PENARIKAN PAJAK PEMERINTAH HINDIA BELANDA PADA AWAL ABAD XX Nurvianti Lina; Ali Hadara; Hayari Hayari
Journal Idea of History Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i2.1116

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak pemerintah Hindia Belanda pada awal abad XX. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri atas lima tahapan kerja yaitu, (1) Pemilihan topik, (2) Heuristik sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak dimulai sejak penandatanganan perjanjian Asyikin-Brugman pada tahun 1906. Pada saat itu wilayah Kesultanan Buton direstrukturisasi ke dalam sistem distric. Salah satu distrik tersebut yakni distrik Wanci yang ada di Pulau Wangi-Wangi. Masyarakat melakukan perlawanan karena menganggap mekanisme pemungutan pajak yang kurang etis secara adat. (2) Proses Perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak pemerintah Hindia Belanda dimulai pada masa akhir pemerintah Hindia Belanda. Perlawanan rakyat Wangi-Wangi juga dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara melarikan diri dari besarnya jumlah pajak, bahkan rakyat yang tidak tahan terpaksa melarikan diri dari daerah tersebut. (3) Dampak perlawanan rakyat Wangi-Wangi terhadap kebijakan penarikan pajak dibagi menjadi dua yaitu: dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif yakni masyarakat hidup dalam kemiskinan dan kemeralatan. Dampak positif yakni aksi perlawanan tersebut berhasil menyalakan semangat patriotik di dalam dada seluruh rakyat Wangi-Wangi untuk memperjuangkan kemerdekaannya.
SOSIALISASI DAN EDUKASI MASYARAKAT MELALUI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENANGANAN COVID-19 DI KELURAHAN KAMPUNG SALO KECAMATAN KENDARI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA Aswati Aswati; Aslim Aslim; Sarman Sarman
Journal Idea of History Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i2.1117

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini membahas Sosialisasi dan Edukasi Masyarakat Melalui Kearifan Lokal sebagai Upaya Penanganan Covid-19 Di Kelurahan Kampung Salo Kecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Pengabdian ini dilakukan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat dalam hal bahaya penularan serta cara pencegahan Covid-19. Menjelang penerapan New Normal di Kota Kendari, upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah beserta Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara adalah menghimbau masyarakat agar mengikuti kebijakan social distancing, mencuci tangan dan selalu menggunakan masker. Berdasarkan gambaran permasalahan, pengabdian ini bertujuan untuk memberikan edukasi pemahaman kepada masyarakat di kelurahan Kampung Salo tentang penanganan Covid-19 melalui kearifan lokal sehingga masyarakat akan lebih mudah memahami dan mematuhi serta melakukan pola hidup sehat sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19. Kegitan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi masyarakat di Kelurahan Kampung Salo Kecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara melalui kearifan lokal sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini telah dilakukan di Kelurahan Kampung Salo Kecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Pengabdian ini menggunakan metode pelaksanaan yaitu berupa langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat dalam penanganan Covid-19 yaitu melalui tahapan persiapan materi, pelaksanaan kegiatan, serta tahapan evaluasi kegiatan.
FRAGMENTASI IDENTITAS DALAM NOVEL BUKAN CINTA SESAAT KARYA MIRA WIDJAJA Faika Burhan
Journal Idea of History Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i2.1119

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fragmentasi identitas dalam novel Bukan Cinta Sesaat karya Mira Widjaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, sedangkan metode analisis menggunakan teori identitas dengan melihat fenomena-fenomena yang terkait dengan fragmentasi identitas itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan Mira Widjaja dalam novel Bukan Cinta Sesaat menunjukkan gejala kekerasan dan diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa. Meskipun mengalami kekerasan dan diskriminasi tokoh Nina dihadirkan sebagai perempuan Tionghoa yang kuat dan berupaya menghadapi kerasnya hidup sebagai etnis minoritas. Kekerasan dan diskriminasi tersebut menyebabkan terjadinya fragmentasi identitas. Identitas yang terbangun adalah identitas yang terpecah-belah diakibatkan oleh situasi. Dalam hal ini, identitas yang terpecahbelah tersebut dialami oleh warga etnis Tionghoa seperti yang diceritakan di dalam novel. Adapun bentuk fragmentasi identitas yang muncul dalam novel ini yakni kecemasan dan keterasingan individu terhadap lingkungan sosialnya.
PENGETAHUAN PERSONALISTIK MASYARAKAT ETNIS KAILI RAI TERHADAP TOPEULE DI DESA SILANGA KECAMATAN SINIU KABUPATEN PARIGI MOUTONG Hendra Hendra
Journal Idea of History Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i2.1120

Abstract

Topeule merupakan salah satu bentuk perwujudan dari kekutan supranatural atau ilmu gaib hitam yang dimiliki oleh manusia. Dengan ilmunya tersebut Manusia ini dianggap mampu menjatuhkan penyakit pada diri korban-korbannya dengan cara merubah wujudnya. Focus kajian tulisan ini adalah menggali informasi mengenai pengetahuan personalistik masyarakat etnis Kaili Rai terhadap topeule di Desa Silanga terkait pengetahuan mereka tentang topeule dan jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh ilmu topeule. Informan dipilih menggunakan teknik porposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwasanya topeule adalah manusia yang diyakini masyarakat memiliki kekuatan supranatural dalam hal ini ilmu gaib hitam. Adapun orang yang memiliki ilmu topeule terbagi atas dua yakni yang diperoleh melalui sengaja maupaun yang diperoleh secara tidak sengaja. Topeule mampu menyerang korban-korbanya hingga jatuh sakit bahkan kematian. Adapun gejalanya ialah korban akan mengalami Muntah-muntah (Muntah Rumput dan Muntah Lumpur), Kesurupan (nekaratani) , dan mata tinggi (nekambulaya atau nekangga mata).
KRITIK SOSIAL DALAM PUISI SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA KARYA EMHA AINUN NADJIB Elmy Selfiana Malik; Dian Yuliarti Malik
Journal Idea of History Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i2.1121

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kritik sosial yang terdapat dalam puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya karya Emha Ainun Nadjib. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode literary sociology yang menganalisis fenomena-fenomena yang terdapat dalam puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya untuk memahami gejala sosial masyarakat dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya karya Emha Ainun Nadjib mengandung kritik terhadap isu-isu sosial yang terjadi di Indonesia. Emha dalam puisi ini mengingatkan individu-indivu atau kelompok-kolompok untuk tidak hanya mengejar kebutuhan dunia ataupun kebutuhan ukhrawi semata. Emha dalam puisi ini juga mengritik penguasa ynag berbuat semena-mena terhadap rakyatnya dan juga mereka yang mudah menyalahkan orang lain atau kelompok lain hanya karena perbedaan pendapat.

Page 5 of 11 | Total Record : 104