cover
Contact Name
Nurindah
Contact Email
buletintas@gmail.com
Phone
+628123101407
Journal Mail Official
buletintas@gmail.com
Editorial Address
Balittas Jl. Raya Karangploso KM-4 Malang Indonesia
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri
ISSN : 20856717     EISSN : 24068853     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri merupakan jurnal ilmiah nasional yang dikelola oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk menerbitkan hasil penelitian dan pengembangan, serta tinjauan (review) tanaman pemanis, serat buah, serat batang/daun, tembakau, dan minyak industri, dengan bidang ilmu pemuliaan tanaman, plasma nutfah, perbenihan, ekofisiologi tanaman, entomologi, fitopatologi, teknologi pengolahan hasil, mekanisasi, dan sosial ekonomi. Buletin ini membuka kesempatan kepada para peneliti, pengajar perguruan tinggi, dan praktisi untuk mempublikasikan hasil penelitian dan reviewnya. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang disajikan pada setiap nomor penerbitan atau di http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober, satu volume terdiri atas 2 nomor.
Articles 131 Documents
Pengaruh Pemupukan N dan K Terhadap Produksi dan Mutu Dua Varietas Baru Tembakau Madura Mochammad Sholeh; Fatkhur Rochman; Djajadi Djajadi
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 8, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.023 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v8n1.2016.10-20

Abstract

Dua varietas baru tembakau madura yang memiliki daun 3–5 lembar lebih banyak dibanding varietas praktik Prancak-95, Prancak N-1, dan Prancak N-2, telah diperoleh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi beberapa dosis N dan K terhadap produksi dan mutu dua varietas baru tembakau madura.  Penelitian dilaksanakan di Desa Bajang, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan mulai bulan Januari hingga Desember 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terbagi dan diulang 3 kali. Perlakuan petak utama adalah 2 varietas tembakau madura: Prancak S1 Agribun dan Prancak T1 Agribun. Sebagai anak petak adalah 9 kombinasi jenis dan dosis pupuk N dan K: 1) 40 kg N + 25 kg K2O, 2) 50 kg N + 25 kg K2O, 3) 60 kg N + 25 kg K2O, 4) 40 kg N + 50 kg K2O, 5) 50 kg N + 50 kg K2O, 6) 60 kg N + 50 kg K2O, 7) 40 kg N + 75 kg K2O, 8) 50 kg N + 75 kg K2O, dan 9) 60 kg N + 75 kg K2O/ha. Pupuk SP-36 sebanyak 36 kg P2O5/ha dan pupuk kandang 5 ton/ha diberikan 3 hari sebelum tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk N bersumber dari pupuk ZA dan K dari ZK masing-masing 1/3 dosis diberikan pada 10 hari setelah tanam (HST), sedangkan sisa pupuk ZA dan ZK masing-masing 2/3 dosis diaplikasikan pada 21 HST. Pengamatan meliputi pertumbuhan, hasil dan mutu tembakau, rendemen, indeks mutu dan indeks tanaman, serta analisa kadar nikotin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh faktor dua varietas tembakau madura Prancak S1 Agribun dan Prancak T1 Agribun yang diuji relatif sama terhadap pertumbuhan, hasil, dan mutu. Hasil uji kontras menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk N tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan, hasil, dan mutu. Namun peningkatan dosis pupuk K berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan, hasil, dan mutu pada dosis pemupukan N tertentu. Kombinasi pupuk N dan K yang diuji berbeda nyata terhadap parameter panjang dan lebar daun, hasil rajangan kering, rendemen, dan indeks tanaman. Berdasarkan nilai indeks tanaman dan keuntungan tertinggi, bahwa rekomendasi pemupukan untuk varietas tembakau madura Prancak S1 Agribun dan Prancak T1 Agribun adalah 50 kg N + 36 kg P2O5 + 75 kg K2O + 5 ton pupuk kandang/ha.Two varieties of madura tobacco which bears3–5 leaves, more than Prancak-95, Prancak N-1, and Prancak N-2 varieties, had been acquired. This study was aimed to obtain an optimal dose of N and K corresponding to those varieties.  Research was conducted at BajangVillage, PakongDistrict, Pamekasan on January to December 2013. The treatments were arranged in split plots design with varieties were as the main plots and N and K dose rates were a ssubplotwith 3 replicates. The varieties were: PrancakS1 Agribun andPrancakT1 Agribun. The subplots were 9 combinations of type and dose of N and K fertilizers: 1) 40 kg N + 25 kg K2O, 2) 50 kg N + 25 kg K2O, 3) 60 kg N + 25 kg K2O, 4) 40 kg N + 50 kg K2O, 5) 50 kg N + 50 kg K2O, 6) 60 kg N + 50 kg K2O, 7) 40 kg N + 75 kg K2O, 8) 50 kg N + 75 kg K2O, and 9) 60 kg N + 75 kg K2O/ha.Thirty six kg P2O5/ha and 5 tons manure/ha were addedat3 days before transplanting as a basic fertilizers. N was sourced from ZA and K of ZK, one third dose of N and K were added at 10 days after planting (DAP) and the rest of N and K dose were applied at 21 DAP. Observations included growth, yield, and quality of tobacco, rendement, grade and crop indexes, and nicotine analysis. In wet conditions of climate anomalies at the beginning of the dry season of 2013, the results showed that there were no difference between Prancak S1 Agribun and Prancak T1 Agribun varieties of madura tobacco in term of growth, yield, and quality. Contrast test results showed that increasing rates of N fertilizer had no effect on growth, yield and quality. However, increasing dose rates of K affected growth, yield and quality at a given rate of N. Combination of N and K affected length and width leaves, yield, and crop index. Based on crop index and benefit, that the fertilizer recommendation for varieties of madura tobacco Prancak S1 Agribun and Prancak T1 Agribun was 50 kg N + 36 kg P2O5 + 75 kg K2O + 5 tons manure/ha. 
Pengaruh Ukuran Sampel dan Lama Waktu Destilasi terhadap Rendemen Minyak Atsiri Tembakau Lokal Indonesia Elda Nurnasari; Heri Prabowo
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 11, No 2 (2019): OKTOBER 2019
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.664 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v11n2.2019.47-57

Abstract

Tanaman tembakau merupakan tanaman yang memiliki aroma yang khas, hal ini menunjukkan bahwa tembakau mengandung minyak atsiri. Ekstraksi minyak atsiri tembakau terkendala rendahnya rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri tembakau merupakan salah satu diversifikasi produk tembakau non rokok yang dapat dimanfaatkan dalam bidang biofarmaka (antibakteri) dan kosmetik (parfum badan). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ukuran sampel dan lama waktu destilasi terhadap rendemen minyak atsiri tembakau lokal Indonesia. Daun tembakau berasal dari enam daerah sentra tembakau di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Enam daerah tersebut antara lain Temanggung, Yogyakarta, Purwodadi, Boyolali, Blitar dan Probolinggo. Minyak atsiri tembakau diperoleh dengan metode destilasi uap-air dengan variasi ukuran sampel daun tembakau dan lama waktu destilasi. Penelitian dilakukan dengan dua kali ulangan. Lama waktu destilasi yang digunakan adalah 2; 4; dan 6 jam, sedangkan ukuran serbuk daun tembakau yang digunakan adalah 6; 8; dan 10 mesh. Rendemen tertinggi diperoleh pada daun tembakau ukuran 10 mesh tembakau Boyolali yakni sebesar 3,39% dengan waktu destilasi selama 6 jam.Effect of Sample Size and Destilation Time on Rendement of Indonesian Tobacco Essential OilTobacco plants are plants that have a distinctive aroma, this shows that tobacco contains essential oils. Tobacco essential oil extraction is constrained by the low yield of essential oil produced. Tobacco essential oil is a diversification of non-tobacco products that can be utilized in the field of biopharmaca (antibacterial) and cosmetics (body perfume). This study aims to extract local tobacco essential oil and increase its yield through variations in leaf powder size and distillation time. Tobacco leaves originate from six tobacco centers in Central and East Java. The six regions are Temanggung, Yogyakarta, Purwodadi, Boyolali, Blitar and Probolinggo. Tobacco essential oil is obtained by the steam water distillation method with variations in the size of the tobacco and the time of distillation. The study was conducted with two replications. The duration of distillation used is 2; 4; and 6 hours, while the size of tobacco leaf powder used is 6; 8; and 10 mesh. The highest yield was obtained in Boyolali tobacco leaf size of 10 mesh which is 3.39% with a distillation time of 6 hours.
Karakter Agronomi yang Berpengaruh Terhadap Hasil dan Mutu Rajangan Kering Tembakau Temanggung . Djumali
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.408 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v3n1.2011.17-29

Abstract

Hasil dan mutu tembakau temanggung merupakan hasil interaksi pengaruh genetik tanaman dan kondisi ling-kungan tumbuh. Pada tembakau virginia, peubah-peubah agronomi tanaman merupakan karakter genetik ta-naman yang mempengaruhi hasil dan mutu. Pada tembakau temanggung, hal ini belum diketahui. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh peubah agronomi sebagai karakter genetik tembakau temanggung dan ka-itannya dengan hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di rumah kaca Balittas, Malang sejak Maret–Agus-tus 2008. Sembilan kultivar tembakau temanggung disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang ti-ga kali. Pengamatan dilakukan terhadap peubah agronomi yang dimulai pada saat pemangkasan sampai pa-nen akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah agronomi yang meliputi tinggi tanaman, sudut daun, luas daun, jumlah daun, bobot spesifik daun, luas daun per helai, bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, rasio tajuk/akar, bobot kering batang, bobot kering daun, bobot kering bunga, dan bobot kering tunas samping merupakan karakter genetik tembakau temanggung. Karakter agronomi tersebut mem-pengaruhi hasil dan mutu rajangan kering dengan total pengaruh masing-masing sebesar 92,8% dan 76,7%. Lima karakter agronomi utama yang mempengaruhi hasil rajangan kering adalah luas daun per helai, jumlah daun, bobot spesifik daun, tinggi tanaman, dan bobot kering daun dengan total pengaruh sebesar 89,4%. Adapun lima karakter agronomi utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering adalah luas daun, rasio tajuk/akar, bobot kering tanaman, bobot kering bunga, dan tinggi tanaman dengan total pengaruh sebesar 75,7%. The yield and quality of temanggung tobacco are influenced by plant genetic and growth environmental. In virginia tobacco, plant agronomic variables were genetical characteristics determining yield and quality. The effect of agronomical characteristic on yield and quality of temanggung tobacco is not yet well defined. The research which aim to find plant agronomical variables as genetic characters and its relationship on dry slice and quality of temanggung tobacco, was conducted in glass house of IToFCRI, Malang from March–August 2008. Nine cultivars of temanggung tobacco were arranged in randomized block design and three replica-tions. The results showed that agronomic variables i.e. plant height, leaf angle, leaf area, number of leaf, spe-cific leaf weight, leaf area per strand, plant dry weight, shoot dry weight, root dry weight, shoot/root ratio, bast dry weight, leaf dry weight, flower dry weight, and sucker dry weight were genetic characters of temang-gung tobacco, which had effect on yield and quality with total effect of them were 92.8% and 76.7% res-pectively. Leaf area per strand, number of leaf, specific leaf weight, plant height, and leaf dry weight were agronomical characteristics which had significant effect on dry slice yield of 89.4%. Leaf area, shoot/ root ra-tio, plant dry weight, flower dry weight, and plant height were agronomical characteristics which had signi-ficant effect on quality of 75.7%.
Keragaman Karakter Morfologi Plasma Nutfah Wijen (Sesamum indicum L.) Rully Dyah Purwati; Tantri Dyah Ayu Anggraini; Hadi Sudarmo
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 7, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.339 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v7n2.2015.69-78

Abstract

Usaha pengembangan wijen saat ini banyak diminati petani terutama untuk lahan-lahan sawah sesudah padi. Untuk itu diperlukan varietas wijen yang berumur genjah sehingga sesuai dengan pola tanam di lahan tersebut. Untuk merakit varietas diperlukan keragaman genetik yang dicerminkan oleh keragaman karakter morfologi, sehingga perlu dilakukan karakterisasi plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi karakter morfologi plasma nutfah wijen. Karakterisasi dilaksanakan di KP Karangploso, Malang yang terletak di ketinggian 515 m dpl. dengan curah hujan 1.500 mm/tahun, dan jenis tanah Gleymosol Gleik/Inceptisol, mulai bulan Maret sampai dengan Agustus 2012. Pada penelitian ini digunakan 35 aksesi. Penanaman wijen dilakukan pada 12 Maret 2012, masing-masing aksesi ditanam dalam satu baris pada petak berukuran 1 m x 5 m dengan jarak tanam 25 cm, satu tanaman per lubang. Hasil karakterisasi morfologi menunjukkan bahwa keragaman morfologi yang tinggi ditunjukkan oleh karakter kuantitatif yaitu panjang petiol, lebar daun, rasio panjang : lebar daun, dan jumlah cabang dengan nilai masing-masing KK 27,49%;39,43%; 40,79%; dan 49,59%. Semua karakter kualitatif menunjukkan adanya keragaman morfologi kecuali tipe pertumbuhan, tanda ‘v’ pada korola bagian dalam, dan warna kapsul. Pengelompokan plasma nutfah menghasilkan keragaman yang tinggi; pada tingkat kemiripan 36,06% koleksi plasma nutfah wijen terbagi menjadi dua kelompok besar dan pada tingkat kemiripan 57,37% terbagi menjadi sembilan kelompok. Development of sesame is directed to rice field after rice has been harvested, and thus requires early ma-turing varieties which are suitable for cropping system in these areas. The genetic diversity of sesame germ-plasm is reflected by the diversity of agromorpho-logical characters, therefore collection of sesame germ-plasm have to be characterised. The objective of this research was to collect information of morphological characters of sesame germplasm. Characterization activities was held in Karangploso Experimental Station, Malang which is laid on 515 above sea level, rainfall 1,500 mm/year, and soil type Gley-mocol Gleik/Incepticol, from March to August 2012. Sesame accessions were planted on 12 March 2012, each accession was planted in a row in 1 m x 5 m plot size, with 25 cm plant spacing, and one plant per hole. Fertilizer used was 45 kg N + 36 kg P 2O5 + 30 kg K2O. Characterization of quantitative morphological characters resulted in high diversity of pe-tiole length, leaf width, leaf length : width ratio, and number of branches characters, each character had CV value 27.49%; 39.43%; 40.79%; and 49.59%. Diversity was observed for all quali-tative morphological characters, except plant growth type, ‘v’ mark of inner side of corolla, and seed coat color. Clustering showed that sesame germplasm had high genetic diversity ; sesame germplasm is divided into two large groups on 36.06% similarity level, whereas based on 57.37% similarity, sesame germplasm is divided into nine groups.
Teknik Pematahan Dormansi Dua Aksesi Benih Kenaf ( Hibiscus cannabinus L.) Untuk Meningkatkan Daya Berkecambah Benih Taufiq Hidayat RS; Marjani Marjani
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 10, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.477 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v10n2.2018.72-81

Abstract

Kenaf termasuk tanaman semusim yang memiliki struktur benih yang relatif keras dan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih. Viabilitas benih dapat dihambat oleh adanya kemampuan benih untuk menunda perkecambahan, yaitu mempunyai sifat dormansi. Beberapa teknik pematahan dormansi dapat dilakukan untuk membantu perkecambahan benih yang disebabkan oleh kondisi fisik maupun fisiologis benih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh antara teknik pematahan dormansi pada dua aksesi benih terhadap peningkatan daya berkecambah benih kenaf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2017. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial. Faktor pertama adalah aksesi benih yang terdiri dari dua aksesi yaitu ACC 322 dan ACC 1301, sedangkan faktor kedua adalah teknik pematahan dormansi yang terdiri atas 10 perlakuan yaitu perendaman air suhu 90ºC selama 3 menit, perendaman air suhu 90ºC selama 5 menit, perendaman air suhu 27ºC selama 12 jam, perendaman air suhu 27ºC selama 16 jam, pemotongan pada salah satu sisi benih, pemanasan benih dalam oven 80ºC selama 10 menit, pemanasan benih dalam oven 80ºC selama 20 menit, perendaman 98% H2SO4 selama 10 menit, perendaman 98% H2SO4 selama 15 menit dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemotongan pada salah satu sisi benih dapat meningkatkan persentase daya berkecambah hingga >90% dan merupakan teknik pematahan dormansi yang mampu meningkatkan daya berkecambah pada dua aksesi benih kenaf. Techniques of Dormancy Breaking in Two Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Accessions t o Increase Seed Germination ABSTRACTKenaf is a seasonal plant that has a relatively hard seed structure and greatly affects the viability of the seed. The viability of seeds can be inhibited by the ability of seeds to delay germination, which has dormancy character.  Some dormancy breaking techniques can be done to help seed germination caused by physical and physiological conditions of the seed. The purpose of this study is to examine the effect of dormancy breaking techniques on some seed accessions on increasing the germination of kenaf seeds. This study was conducted from March to May 2017. This research method used a factorial completely randomized block design. The first factor was the accession of seeds consisting of two accessions ie ACC 322 and ACC 1301, while the second factor was dormancy breaking technique consisting of 10 treatments ie. soaking in 90ºC water for 3 minutes, in 90ºC water for 5 minutes, soaking in 27ºC water for 12 hours, soaking in water 27ºC for 16 hours, seed cutting, seed heating in oven 80ºC for 10 minutes, seed heating in oven 80ºC for 20 minutes, soaking in 98% H2SO4 for 10 minutes, soaking in 98% H2SO4 for 15 minutes and control. The results showed that the cutting treatment on one side of the seed can increase the percentage of germination power up to >90% and is a dormancy breaking technique that can increase germination on two accessions of kenaf seeds.  
Keefektifan Kalsium Polisulfida terhadap Rhizoctonia solani dan Rhizoctonia bataticola secara In Vitro Nurul Hidayah; Kristiana Sri Wijayanti; Nur Asbani
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.999 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v4n1.2012.32-36

Abstract

Rhizoctonia solani dan R. bataticola merupakan jamur patogen pada tanaman kapas yang sulit dikendalikan, karena dapat menghasilkan sklerosia sebagai struktur istirahatnya di dalam tanah meskipun tidak ada inang. Perlindungan tanaman sejak awal perlu dilakukan untuk melindungi dari serangan patogen tersebut. Pengguna-an kalsium polisulfida yang merupakan pestisida ramah lingkungan dapat menjadi alternatif untuk mengenda-likan penyakit yang diakibatkan kedua jamur tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan kalsium polisulfida dalam menghambat pertumbuhan jamur R. solani dan R. bataticola secara in vitro. Tu-juh level konsentrasi kalsium polisulfida yakni 0% (kontrol); 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dan 3% masing-masing dituang ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan dengan 10 ml media PDA (Potato Dextrose Agar). Inokulum R. solani dan R. bataticola masing-masing secara terpisah diinokulasikan setelah media pa-dat dan diinkubasi pada suhu kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara in vitro, kalsium polisulfida hanya mampu menghambat pertumbuhan miselia jamur R. solani dan R. bataticola sampai dengan hari kedua setelah perlakuan. Setelah itu persentase penghambatannya berangsur-angsur menurun. Both of Rhizoctonia solani and R. bataticola are the difficult fungal pathogens to control since they can pro-duce sclerotia as the resting spore in the soil even though there is no host. An early plant protection is im-portant to defend from the pathogen infection. The use of calcium polysulfide, an environmentally friendly pesticide, could be an alternative method to control diseases caused by both of them. The objective of this research was to identify the potency of calcium polysulfide in inhibiting of R. solani and R. bataticola growth in vitro. There were seven level of concentration of calcium polysulphide, ie. 0% (control), 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, and 3%, were poured onto petridish and added by PDA medium. R. solani and R. bataticola inocula were inoculated onto agar plate separately and incubated in room temperature. The result indicated that calcium polysulfide could inhibit the growth of R. solani and R. bataticola in vitro until two days after inoculation (dai), after that its capability was decreased slowly.
Toleransi Beberapa Galur Unggul Kapas pada Tumpang Sari dengan Kacang Hijau Prima Diarini Riajaya; Fitriningdyah Tri Kadarwati
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.978 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v5n1.2013.1-10

Abstract

Tanaman kapas dalam program pengembangan selalu ditanam secara tumpang sari dengan palawija. Pera-kitan varietas kapas untuk mendapatkan galur yang mempunyai toleransi tinggi terhadap sistem tumpang sari dengan palawija perlu/penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji galur-galur unggul ka-pas yang mempunyai toleransi tinggi terhadap sistem tumpang sari dengan kacang hijau. Pengujian dilakukan di Asembagus mulai bulan Februari sampai Juli 2009. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Perlakuan terdiri atas enam galur unggul kapas: 99022/1, 99002/2, 99023/5, 98037, 98045/40/11, 98050/9/2/4 dan dua varietas pembanding: Kanesia 13 dan Kanesia 14. Galur-galur kapas tersebut merupa-kan hasil persilangan yang mempunyai keunggulan dalam produktivitas dan mutu serat, serta ketahanan terha-dap hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur kapas yang toleran terhadap sistem tumpang sari de-ngan kacang hijau adalah galur 98050/9/2/4, dengan hasil kapas berbiji 1.940 kg/ha dan hasil kacang hijau 276 kg/ha, peningkatan hasil kapas berbiji sebesar 10,9% pada sistem tumpang sari dengan kacang hijau dibanding pada sistem monokultur dengan persentase terhadap potensi hasil 92% dan nilai kesetaraan lahan (NKL) ter-tinggi (1,57). Galur 98050/9/2/4 menunjukkan keragaan yang lebih unggul daripada Kanesia 13 dan Kanesia 14. Cotton is mainly grown under intercropping system with secondary food crops. Cotton breeding program to get high tolerance under multiple cropping with secondary crop should be conducted. Research of cotton in-tercropped with mungbean was done in Asembagus Experimental Station from February to July 2009. The field trial was lay out in a randomized block design with three replications. Monoculture of cotton and mung-bean were sown to calculate land equivalent ratio (LER). The treatments were 6 cotton lines (99022/1, 99002/2, 99023/5, 98037, 98045/40/11, 98050/9/2/4) and 2 cotton varieties (Kanesia 13 and Kanesia 14) as control varieties. The cotton lines tested were yields of cross breeding that had advantages in improving yield, lint quality, and resistance to pest. Results showed that cotton lines 6 (98050/9/2/4) was tolerant to intercropping system with mungbean yielded seed cotton and mungbean 1,940 kg/ha and 276 kg/ha, increased by 10.9% than solecrop with percentage to yield potential 92% and the highest LER (1.57). Cotton line 98050/9/2/4 had higher yield performance under intercropping than Kanesia 13 and Kanesia 14.
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Tani Tembakau Rakyat di Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan Felicia Nanda Ariesa; Rita Nurmalina; Wahyu Budi Priatna
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 6, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v6n2.2014.81-90

Abstract

Penyediaan sumber daya manusia yang kompeten penting dalam usaha tani tembakau. Komoditas tembakau ditekan oleh perubahan kondisi lingkungan global, sehingga diperlukan petani yang mampu beradaptasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewira-usahaan dan kinerja pertanian, 2) Menganalisis pengaruh sifat individu dan faktor lingkungan terhadap peri-laku kewirausahaan, dan 3) Menganalisis pengaruh sifat individu, faktor lingkungan, dan perilaku kewirausa-haan terhadap kinerja tembakau rakyat. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas (terikat) diukur dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Sifat individu dan faktor lingkungan mempengaruhi perilaku kewirausahaan dengan pengaruh terbesar berasal dari sifat individu. Perilaku kewirausahaan berpe-ngaruh signifikan terhadap kinerja usaha, namun bukan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja pertanian. Lingkungan ekonomi menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja pertanian. Peri-laku kewirausahaan saja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Dengan demikian, perilaku kewirausa-haan harus dipandang sebagai salah satu faktor yang berperan dalam mendorong kinerja. Provision of competent human resources is important in tobacco farming. Tobacco as commodities pressured by changes in global environmental conditions so that required adaptable farmers. Therefore, this research aimed to: 1) Determine the factors that influence entrepreneurial behavior and performance of the farm; 2) Analyze the influence of personality trait and environmental factors to entrepreneurial behavior; and 3) Analyze the influence of personality trait, environmental factors, and entrepreneurial behavior to the perfor-mance of individual tobacco farming. The effect of independent variables on the measurement dependent variables were analyzed using multiple linear regression analysis. The personality trait and environment fac-tor influence entrepreneurial behavior with the greatest influence comes from the personality trait. Entrepre-neurial behavior has significant effect on the performance of the business, but not a dominant factor affect-ting the performance of the farm. Economic environment to be the most influential variable on the perfor-mance of the farm. Entrepreneurial behavour alone has no significant effect on performance. Thus, entre-preneurial behaviour should be viewed as only one causal factor in a complex model of factors that promote performance.
Pengaruh Rizobakteri dalam Meningkatkan Kandungan Asam Salisilat dan Total Fenol Tanaman terhadap Penekanan Nematoda Puru Akar Kristiana Sri Wijayanti; Bambang Tri Rahardjo; Toto Himawan
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 9, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1488.384 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v9n2.2017.53-62

Abstract

 Penyakit puru akar pada tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp. mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas serat. Kolonisasi rizobakteri dalam rizosfer berperan sebagai antagonis yang dapat dimanfaatkan dalam ketahanan tanaman terhadap patogen.  Peran rizobakteri sebagai bioprotektan dapat menurunkan populasi nematoda yang akan mempengaruhi perkembangan patogen penyebab penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rizobakteri yang potensial dalam meningkatkan ketahanan tanaman kenaf terhadap infeksi nematoda Meloidogyne spp. melalui pembentukan metabolit sekunder diantaranya kandungan total fenol dan asam salisilat. Aplikasi rizobakteri dengan cara perendaman dan tanpa perendaman baik secara tunggal maupun konsorsium.  Rizobakteri yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis, dan Azotobacter sp. Pengamatan kandungan total fenol dan asam salisilat diamati pada 15 dan 25 hari setelah inokulasi dengan menggunakan alat spektrofotometer. Peningkatan total fenol dan asam salisilat tertinggi diperoleh ketika benih kenaf direndam dengan bakteri P. fluorescens berturut-turut sebesar 513,45% dan 235,99%. Terdapat peningkatan bobot kering tanaman kenaf dengan aplikasi rizobakteri dibandingkan dengan kontrol. Effect of Rhizobacteria  in Content  of Salicylic Acid and Total Phenol of Kenaf Against Nematodes Infections Root knoot disease of kenaf caused by nematodes Meloidogyne spp. is an important disease since it lowers quality and quantity of the fiber. Colonization of rhizobacteria in rhizosphere acts as an antagonist that can be utilized in plant resistance to pathogens. The role of rhizobacteria as a bioprotectan could reduce nematode population, and thus affect development of the disease. This study aimed to evaluate the potency of rhizobacteria in improving kenaf resistance against root knot nematode by inhibiting the production of total phenols and salicylic acid. Application of rhizobacteria was done by soaking or without soaking kenaf seeds either singly or in consortium. There were three rhizobacteria used in this study, i.e: Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis, and Azotobacter sp. The content of total phenols and salicylic acid was observed at 15 and 25 days after inoculation using a spectrophotometer. The highest elevation level of total phenols and salicylic acid was obtained when kenaf seeds were soaked in P. fluorescens 513,45% and 235,99% respectively. There is an increase dry weight of kenaf with aplication of rhizobacteria compared with controls.
Karakter Tanaman Tembakau Temanggung yang Berpengaruh Terhadap Hasil dan Mutu Rajangan Kering . Djumali
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.714 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v3n2.2011.57-65

Abstract

Peningkatan hasil dan mutu rajangan kering tembakau temanggung dapat dilakukan bila telah diketahui ka-rakter tanaman yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering. Penelitian yang bertujuan untuk menentukan karakter utama tembakau temanggung yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada Oktober−Desember 2010. Lima karakter fisiologis utama, lima karakter fenologis utama, dan lima karakter pertumbuhan tanaman uta-ma, hasil, dan mutu rajangan diambil dari data base penelitian tahun 2008. Analisis regresi linier berganda langkah mundur dilakukan untuk menentukan karakter utama yang mempengaruhi hasil dan mutu rajangan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 karakter utama tembakau temanggung yang mem-pengaruhi hasil rajangan kering dan 8 karakter utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering. Keenam karakter utama yang mempengaruhi hasil rajangan kering mulai dari yang paling besar pengaruhnya secara verturut-turut adalah partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk pada 0−30 hst, bobot kering daun, jum-lah satuan panas dari daun muncul−daun berhenti meluas, jumlah satuan panas dari panen pertama−pa-nen akhir, jumlah satuan panas dari berbunga−panen akhir, dan tinggi tanaman. Dari keenam karakter uta-ma tersebut, partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk pada 0−30 hst, jumlah satuan panas dari panen pertama−panen akhir, dan jumlah satuan panas dari berbunga−panen akhir berpengaruh negatif terhadap hasil rajangan kering, sedangkan yang lainnya berpengaruh positif. Adapun kedelapan karakter utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering mulai dari yang paling besar pengaruhnya secara berturut-turut adalah partisi karbohidrat untuk pembentukan nikotin dan pertumbuhan tajuk pada 60 hst−panen akhir, partisi kar-bohidrat untuk pertumbuhan tajuk pada 30−45 hst, jumlah satuan panas dari tanam−pemangkasan, partisi karbohidrat untuk pertumbuhan daun pada 0−30 hst, jumlah satuan panas dari daun berhenti meluas−daun dipanen, partisi karbohidrat untuk pertumbuhan bunga, dan tinggi tanaman. Dari kedelapan karakter utama tersebut, partisi karbohidrat untuk pembentukan nikotin pada 60 hst−panen akhir dan untuk tajuk pada 30− 45 hst serta jumlah satuan panas dari daun berhenti meluas−daun dipanen berpengaruh positif terhadap mutu rajangan kering, sedangkan yang lainnya berpengaruh negatif. Yield and quality of dry sliced temanggung tobacco could increase when the plant characters which affect them have been identified. The aim of the research was to identify the important plant characters which affect yield and quality of dry sliced temanggung tobacco. The experiment was conducted at Indonesian To-bacco and Fiber Crops Research Institute (IToFCRI), Malang from October to December 2010. A data base of the research result in 2008 was used as data source for five physiological characters, five phenological characters, five plant growth characters, dry sliced yield, and quality. Backward stepwise analysis was used to determine the important plant characters wich affect the dry sliced yield and quality. The results showed that the were six important characters that affected dry sliced yield and eight main characters affected dry sliced quality. The six characters that affected dry sliced yield sorted from the largest were carbohydrate partitioning for shoot growth in 0−30 dap, leaf dry weight, total heat unit from leaf initiation to harvesting period, total heat unit from first harvesting to final harvesting, total heat unit from flowers initiation to final harvesting, and plant height. The carbohydrate partitioning for shoot growth in 0−30 dap, total heat unit from first harvesting to final harvesting, and total heat unit from flowers initiation to final harvesting had ne-gative effect on dry sliced yield, and the others had positive effects. The eight characters that affected dry sliced quality sorted from the largest were carbohydrate partitioning for nicotine formation and the shoot growth from 60 dap−final harvesting, carbohydrate partitioning for shoot growth in 30−45 dap, total heat unit from planting to topping, carbohydrate partitioning for leaf growth in 0−30 dap, total heat unit from ter-minal leaf expansion to harvesting period, carbohydrate partitioning for the flower growth, and plant height. The carbohydrate partitioning for nicotine formation from 60 dap−final harvesting, carbohydrate partitioning for shoot growth in 30−45 dap, and total heat unit from terminal leaves expansion to leaf harvest had posi-tive effect on dry sliced quality and the others had negative effect.

Page 8 of 14 | Total Record : 131