cover
Contact Name
Dina Elisabeth Latumahina
Contact Email
dina.latumahina@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
dina.latumahina@gmail.com
Editorial Address
Jl. Indragiri No. 5, Kota Wisata Batu, Jawa Timur, Indonesia, 65301
Location
Kota batu,
Jawa timur
INDONESIA
Missio Ecclesiae
ISSN : 20865368     EISSN : 27218198     DOI : -
Missio Ecclesiae adalah jurnal open access yang menerbitkan artikel tentang praktek, teori, dan penelitian dalam bidang teologi, misiologi, konseling pastoral, kepemimpinan Kristen, pendidikan Kristen, dan filsafat agama melalui metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kriteria publikasi jurnal ini didasarkan pada standar etika yang tinggi dan kekakuan metodologi dan kesimpulan yang dilaporkan.
Articles 141 Documents
TEOLOGI PAULUS TENTANG KARUNIA-KARUNIA ROH DAN IMPLIKASINYA BAGI PROBLEMATIKA PNEUMATOLOGIS GEREJA MASA KINI Hotman Parulian Simanjuntak
Missio Ecclesiae Vol. 3 No. 2 (2014): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v3i2.39

Abstract

Di sepanjang sejarah perkembangan Gereja yang merupakan sejarah perkembangan teologi hingga pada era postmodern ini, para teolog telah banyak melakukan aktivitas atau upaya menafsirkan, merumuskan, mengajarkan dan memberitakan firman Allah (berteologi). Meskipun aktivitas atau upaya tersebut belum menghasilkan rumusan doktrin teologi yang signifikan dan berlaku bagi semua kalangan Gereja. Salah satunya adalah doktrin Pneumatologi yang kembali hangat dibicarakan dan dimonopoli oleh sekelompok Gereja tertentu, sehingga menjadi topik utama yang dibahas oleh hampir seluruh Gereja di dunia ini, termasuk Gereja-gereja di Indonesia. Misalnya, di kalangan Gereja-gereja Injili, terdapat banyak pandangan yang bukan hanya berbeda dan bertentangan dengan bermuara pada dua kubu polarisasi, yakni kubu neo-Pentakosta dan non-Pentakosta. Inilah isu Pneumatologis yang sangat menonjol baik yang pro dan kontra yaitu isu doktrin karunia-karunia Roh yang mengarah kepada perpecahan jemaat.
INTEGRASI TEOLOGI DAN PSIKOLOGI DALAM PELAYANAN PASTORAL KONSELING KRISTEN Sherly Mudak
Missio Ecclesiae Vol. 3 No. 2 (2014): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v3i2.40

Abstract

Teologi dan psikologi merupakan dua ilmu yang sangat berbeda sehingga tindakan untuk mengintegrasikan teologi dan psikologi bukan masalah yang mudah. Meskipun memiliki tujuan yang terbaik untuk tetap alkitabiah, namun sangatlah tidak mudah untuk mengakui konsep-konsep psikologi atau pemikiran yang berkompromi dengan isi Alkitab. Akibat yang biasa dilakukan namun berbahaya adalah kecenderungan melihat kepada ajaran Alkitab melalui kacamata psikologi sementara kebutuhan kritis adalah melihat kepada psikologi melalui pandangan atau ajaran Alkitab. Teologi (dalam hal ini teologi Kristen) atau kekristenan dan psikologi dapat diintegrasikan, asalkan psikologi berada di bawah otoritas Alkitab. Dengan berotoritaskan Alkitab, maka apabila ajaran Alkitab mengalami konflik dengan konsep atau ajaran apapun, ajaran Alkitab akan tetap diterima sebagai kebenaran karena Alkitab adalah penyataan Allah yang tidak dapat salah. Sedangkan jika konsep lain, sekalipun didukung oleh penelitian ilmiah tetapi jika tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab, maka tidak dapat diterima sebagai kebenaran. Dengan berlandaskan kepada Allah dan penyataan-Nya kepada manusia baik itu penyataan khusus maupun penyataan umum, integrasi teologi dan psikologi sesuai dengan perspektif Alkitab yaitu melayani dan memandang manusia ciptaan Allah sebagai satu keutuhan. Dengan demikian konselor Kristen dapat menerima psikologi hanya jika aspek-aspeknya selaras dengan kebenaran Alkitab dan juga sebaliknya. Maka di dalam memformulasikan proses integrasi antara teologi dan psikologi harus diperhatikan bahwa, sangat tidak beralasan bagi orang Kristen untuk menolak semua hal tentang psikologi yang dibangun di atas dasar ilmu pengetahuan, sebaliknya tidak ada alasan untuk menolak kekristenan hanya karena berlandaskan pada Alkitab. Masalah dalam integrasi, khususnya dalam bidang theologia dan psikologi adalah bagaimana membawa kebenaran Allah, dari segala bidang yang diciptakan-Nya, untuk menunjang karya-Nya atas umat manusia secara utuh.
TOLERANSI AGAMA DAN MOTIF MISI KRISTEN Dewi Magdalena Rotua
Missio Ecclesiae Vol. 3 No. 2 (2014): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v3i2.41

Abstract

Indonesia adalah negara yang kaya. Ada beribu-ribu pulau, banyak budaya dan bahasa, bahkan terdapat berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Mahaesa di bumi pertiwi ini. Toleransi beragama merupakan suatu agenda yang penting mengingat pluralitas agama yang ada di negara kita. Sebagai kaum Injili kita juga turut andil dalam toleransi agama dengan memberikan wawasan Alkitabiah toleransi agama serta memberi wawasan kebangsaan yang berjiwa Pancasila pada jemaat. Di samping itu kita juga harus mengagendakan upaya dialog antar umat beragama. Kemajemukan agama merupakan fakta keragaman bangsa Indonesia yang harus diterima dan disyukuri sebagai bagian dari kehendak Tuhan sendiri. Pluralitas tidak perlu diperdebatkan dan dieksploitasi sebagai sarana menggugat kelompok-kelompok tertentu atau bahkan disingkirkan demi supremasi dan kepentingan politik dan agama tertentu. Sebagai pengikut Kristus kita harus proaktif dalam mengupayakan terjadinya toleransi beragama di negeri ini. Upaya dan kerja keras sangat dibutuhkan mengingat ancaman disintegrasi bangsa. Pluralitas agama disatu pihak merupakan kekayaan dan keunikan bangsa Indonesia yang tidak dapat dipungkiri. Hal ini harus disikapi dengan bijak, agar masyarakat Indonesia dapat hidup dengan damai di negeri yang tercinta ini. Hendaknya toleransi tidak sekedar menjadi suatu wacana saja tetapi harus teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa misi Kristen merupakan bukti keberadaan Kekristenan di dunia pada umumnya serta di Indonesia ini. Penginjilan yang memberi tempat pada kejujuran dan tanpa melukai atau merendahkan agama lain. Kemajemukan masyarakat di tengah-tengah pluralitas agama dan kebudayaan adalah perilaku yang harus di responi dengan sikap toleransi. Semua agama memiliki kedudukan yang sama di bumi pertiwi ini sesuai dengan dasar Negara Pancasila. Misi Kristen merupakan satu wujud keunikan iman Kristiani tanpa melupakan fakta adanya penganut agama lain, serta tanpa kehilangan identitas misi Kristen yang bersifat Misio Dei, yang turut memberi sumbangsih bagi kesejahteraan bangsa. Maka tidaklah dapat diragukan lagi misi Kristen merupakan hal yang sangat penting bagi kekristenan di masa mendatang.
HAKEKAT MISI YESUS KEPADA PARA MURID DALAM MATIUS 10:1-15 SEBAGAI DASAR MISI GEREJA DALAM MENJALANKAN MISI ALLAH Yohanis Udju Rohi
Missio Ecclesiae Vol. 3 No. 2 (2014): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v3i2.42

Abstract

Kedatangan Yesus ke dunia memiliki misi yang jelas, di mana Yesus datang untuk menyatakan kasih Allah yang menyelamatkan. Gereja sebagai tubuh Kristus bukan hanya diselamatkan tetapi juga dipanggil untuk menjadi pembawa berita keselamatan bagi orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Oleh karena itu gereja harus memiliki dasar pemahaman dan praktek misi yang benar sesuai dengan misi Yesus yang juga adalah misi Allah.
DAMAI SEJAHTERA MENANTI KIAMAT Matius 25:14-30 Awasuning Manaransyah
Missio Ecclesiae Vol. 3 No. 2 (2014): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v3i2.43

Abstract

Kiamat merupakan satu isu yang tidak ada habis-habisnya dibicarakan dari waktu ke waktu. Kiamat selalu digambarkan dengan keadaan yang sangat mengerikan, yang mana terjadi kehancuran bumi dan kebinasaan seluruh makhluk hidup. Sehingga ketika seseorang mendengar istilah kiamat, maka yang muncul dalam pikirannya adalah suatu gambaran peristiwa yang sangat menyeramkan dan menakutkan. Tapi saya yakin bahwa Saudara sudah pernah mendengar begitu banyak isu tentang datangnya kiamat. Dan respon setiap orang yang mendengar isu itu pun berbeda-beda. Prinsip-prinsip penting antara lain: Ucapan Syukur, Mari kita menjalani hidup ini dengan penuh ucapan syukur, karena Tuhan telah mengaruniakan talenta-Nya kepada kita masing-masing; Menemukan Talenta, Siapapun kita, terutama yang percaya dan mengenal Tuhan Yesus, pasti ada talenta tertentu yang Tuhan telah karuniakan kepada kita masing-masing. Maka langkah pertama yang dapat kita lakukan adalah menemukan talenta apa yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing; Bekerja Keras, Kita harus meninggalkan kebiasaan santai, malas, hidup tanpa tujuan dan mari kita mengembangkan kebiasaan “berani bermimpi”, berani melangkah dan bekerja keras, maksimal bahkan berusaha sampai “sempurna”. Kita harus berani berinovasi melayani pekerjaan Tuhan, dan Senantiasa Siap Diaudit, Mulai dan akhiri setiap hari dengan ucapan syukur dan menyerahkan diri kepada Tuhan Yesus, jalani hidup sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan Yesus. Apabila Tuhan Yesus datang secara tiba-tiba, kita didapati berkenan di hadapan-Nya. Amin.
SINERGISME MISI PERKATAAN DAN PERBUATAN SUATU EKSPOSISI MAZMUR 19:1–15 Stevri Indra Lumintang
Missio Ecclesiae Vol. 4 No. 1 (2015): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v4i1.44

Abstract

Mamur 19:1-15 dibagi dalam dua bagian besar berdasarkan dua syair yang berbeda, namun sinergis, yaitu syair pertama dalam ayat 1–7, dan syair kedua dalam ayat 8–15. Sinergisnya kedua syair ini membahas tentang pujian-pujian kepada Allah. Dan secara terpisah namun berkaitan, maka syair pertama membahas tentang keagungan dan kebesaran penyataan Allah dalam karya penciptaan langit dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (General Revelation); sedangkan syair kedua membahas tentang keagungan dan kebesaran penyataan Allah secara khusus dalam Hukum Taurat (Special Revelation). Keduanya bersinergi satu dengan yang lain, sebagai modus Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Misi Allah adalah misi Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Ada dua modus misi penyataan Allah, yaitu modus penciptaan dan modus perkataan. Dengan kata lain, misi Allah adalah misi melalui aksi penciptaan dan misi melalui perkataan yang ditulis dan yang kemudian diberitakan. Gereja, dalam sejarahnya, jatuh hanya pada salah satu sisi misi Allah, sehingga membentuk kutub misi ekstrim kiri, yakni misi penciptaan (humanity) dan misi ekstrim kanan yakni misi pemberitaan Firman (spirituality), pada hal, Allah tidak bermaksud demikian. Penyusun Mazmur 19 mengajak dua kutub misi yang ekstrim untuk memformulasi misi yang seutuhnya, lepas dari kutub ekstrim dan berani untuk berangkulan dengan kutub yang lain, sehingga menghasilkan suatu bangunan misi yang seutuhnya. Misi Allah tidak berhenti pada misi penciptaan, sebagaimana Pemazmur yang menulis Mazmur 19 tidak hanya berhenti pada ayat 7, melainkan berlanjut pada misi pemberitaan, yaitu misi melalui Firman Tuhan, sebagaimana yang dikemukakan Pemazmur pada ayat 8 dan seterusnya. Misi yang hanya berhenti pada ayat 7 menghasilkan misi agama-agama, karena agama ada sebagai respon terhadap penyataan Allah secara umum. Inilah misi yang tidak bersingungan dengan tema keselamatan, pada hal, setelah penciptaan, dunia bukan hanya dinodai, melainkan dirusak oleh dosa manusia, sehingga misi penciptaan tidak mungkin lagi berlanjut. Misi penciptaan sesungguhnya berhenti pada kitab Kejadian pasal dua. Karena itu, Allah melanjutkan dengan misi, yaitu keselamatan dari dosa dengan cara memberikan Firman, yang membebaskan manusia dari dosa (Kej 3:15). Misi ini dimulai oleh Allah dengan memilih orang tertentu, seperti Abraham, sampai memilih bangsa tertentu, seperti Israel untuk menjadi alat misi. Misi ini dilaksanakan secara eksklusif oleh orang atau bangsa tertentu, namun untuk menjangkau orang atau bangsa secara inklusif. Dari uraian di atas, maka misi yang bersifat inklusif yaitu misi ALLAH melalui ciptaan-Nya, dan misi ini berlanjut pada misi yang bersifat eksklusif, yaitu misi TUHAN melalui Firman-Nya. Misi inklusif melalui penciptaan adalah misi universal, sedangkan misi ekslusif melalui firman adalah misi bersifat partikular. Allah hanya memberikan Firman-Nya (Taurat, Peraturan, Titah, Perintah, Takut akan Tuhan, dan Hukum) kepada umat pilihan-Nya. Karena itu, Mazmur 19:8-11 adalah himne pujian umat Allah, yaitu umat yang berkitab, yang memuji Allah karena mengenal Allah melalui Firman Allah. Lebih jauh lagi, misi penyataan Allah melalui alam semesta, hanya dapat dimengerti dan dialami melalui misi penyataan Allah secara khusus yaitu Firman Tuhan. Artinya, manusia dapat mengenal Allah melalui alam semesta dalam terang Firman Tuhan. Tanpa beriman kepada Firman, manusia tidak dapat mengenal Allah melalui alam semesta. Akhirnya, sekalipun dua modus tidak dapat dipisahkan, namun keduanya dapat dibedakan. Misi Allah menyatakan diri-Nya melalui penciptaan adalah bersifat umum karena dialamatkan kepada semua orang; sedangkan misi Allah menyatakan diri-Nya melalui Firman-Nya adalah bersifat tertentu, yaitu khusus kepada umat pilihan atau umat yang berkitab. Pengenalan akan Allah melalui Taurat Tuhan adalah lebih jelas atau lebih terang dibandingkan dengan pengenalan melalui alam. Karena pengenalan melalui Taurat Tuhan adalah bersifat obyektif, yaitu manusia mengenal berdasarkan wahyu Allah yang tertulis; sedangkan pengenalan akan Allah melalui alam adalah bersifat subyektif, yaitu manusia mengenal Allah berdasarkan sudut pandang dan latar belakang dari manusia itu sendiri melihat dan memaknai ciptaan Allah. Karena itu, penyataan Allah secara umum melalui alam melahirkan penyembahan dan pujian kepada Allah yang tidak dikenal atau penyembahan berhala. Sedangkan penyataan Allah secara khusus melalui Firman melahirkan ibadah kepada yang dikenal melalui hubungan. Karena itu, kekristenan bukan hanya suatu agama, melainkan lebih dari itu, yaitu hubungan dengan Allah. Kristen bukan hanya agama yang mengakui adanya Allah, melainkan mengenal Allah dan Tuhan dengan cara berhubungan secara intim.
KELUARGA KRISTEN YANG DIBERKATI TUHAN: OBSERVASI TERHADAP MAZMUR 133:1-3 Awasuning Manaransyah
Missio Ecclesiae Vol. 4 No. 1 (2015): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v4i1.45

Abstract

Tema “Keluarga Kristen yang Diberkati Tuhan” di atas merupakan tujuan dari setiap keluarga Kristen, yakni untuk mengalami kerukunan dan kebahagiaan dalam keluarga. Di sisi lain, penulis juga melihat bahwa saat ini, ada begitu banyak keluarga Kristen yang mengalami konflik antara suami dengan istri dan antara orangtua dengan anak-anak. Oleh karena itu, ada banyak keluarga Kristen mengalami keretakan dalam rumah tangga bahkan perceraian antara suami dengan istri. Dengan memahami konsep keluarga Kristen yang hidup bersama dalam kerukunan yang diberkati Tuhan, saya berharap bahwa kualitas keluarga akan lebih baik, sehingga mereka akan mampu bertahan hidup di era ini, dengan hidup berjalan bersama-sama dengan Tuhan, bersekutu dalam keluarga, membaca Alkitab, berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan bersama-sama setiap hari.
BERJALAN BERSAMA ALLAH: REFLEKSI THEOLOGIS BERDASARKAN PENGALAMAN ABRAHAM, ISHAK, DAN YAKUB; SUATU PELAJARAN BAGI GEREJA MASA KINI Morris Phillips Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 4 No. 1 (2015): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v4i1.47

Abstract

Pemilihan Allah untuk berjalan bersama Dia, penyataan diri-Nya, ikatan perjanjian dan pemberian berkat-berkat-Nya, pada zaman Perjanjian Baru ini tidak terbatas lagi pada golongan-golongan rohaniawan semata, tetapi Allah dalam kemurahan-Nya dan kedaulatan-Nya telah membentuk suatu partner kerja bagi rasul-rasul-Nya, nabi-nabi-Nya atau murid-murid-Nya untuk mewujudkan rancangan-Nya pada akhir zaman ini, suatu golongan manusia rohani yang bergelar Imamat orang percaya (1Ptr 2:9). Baik rasul-rasul-Nya atau murid-murid-Nya pada satu sisi maupun para imam-imam Perjanjian Baru pada sisi lain, Allah telah mengaruniakan semua kekayaan kemuliaan-Nya kepada kita, agar kita semua baik Yahudi maupun non Yahudi, budak atau merdeka telah diterima di dalam keluarga Allah dan persekutuan dengan Dia dan berita Injil-Nya, supaya kita bersama-sama dan bersatu menikmati segala kekayaan sorgawi itu dan menyampaikan kepada dunia ini agar dunia percaya kepada Kristus dan taat kepada kehendak-Nya (Yoh 17:20-21; Ef 2:12-22). Oleh karena itu setiap orang percaya kepada Kristus yang berasal dari latar belakang dan status sosial serta golongan apapun mendapat tempat yang pantas dan proposional di dalam keluarga Allah dan kerajaan Allah. Mereka turut mengambil bagian dalam hidup berjalan bersama Allah pada satu sisi, dan pada sisi lain menerapkan cara hidup seperti ini dalam dinamika dan romantika hidup setiap hari. Dan justru inilah tugas gereja dan hamba Tuhan nuntuk mengajarkan cara hidup seperti ini kepada mereka melalui strategi dan program yang relevan, kontekstual, dan efektif. Baik tugas intern ke dalam persekutuan gereja maupun ke luar kepada lingkungan di luar gereja. dan dalam kebersamaan dengan orang-orang percaya kita memenangkan dunia ini bagi Kristus (Mat 28:18-20; Mrk 16:15-18; Kis 1:8).
DIPANGGIL UNTUK DIUTUS Maria Hanie Endojowatiningsih
Missio Ecclesiae Vol. 4 No. 1 (2015): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v4i1.48

Abstract

Profil Yunus menarik untuk disimak, karena Yunus bisa dikatakan sebagai misionari pertama yang dicatat di dalam Perjanjian Lama. Di tengah pelayanannya sebagai nabi di kerajaan Israel Utara, Tuhan mengutus dia untuk pergi ke Niniwe dengan tugas yang jelas, yakni menyampaikan pesan Tuhan yang sangat penting. Dalam 2Raja-raja 14:25 disebutkan bahwa Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer, menubuatkan bahwa Yerobeam II, raja Israel Utara (793-753 SM) akan mengambil kembali daerah milik Israel yang telah diduduki bangsa Aram, karena saat itu pemerintahan Aram melemah, di bawah Raja Benhadad II. Dan pemerintahan Israel Utara saat itu sangat kuat atau jaya di bawah Yerobeam II, meskipun raja itu tidak hidup takut akan Tuhan, dan memerintah sangat lama (2 Raja-raja 14:23-24).
RELEVANSI PERJANJIAN LAMA BAGI KEHIDUPAN GEREJA MASA KINI Evendy Tobing
Missio Ecclesiae Vol. 4 No. 1 (2015): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v4i1.49

Abstract

Pertanyaan mendasar bagi kita dalam mempelajari Perjanjian Lama adalah: apakah Perjanjian Lama masih relevan bagi kehidupan kita masa kini? Jika Perjanjian Lama masih relevan, bagaimana menerapkannya? Untuk memahami relevansi Perjanjian Lama bagi kehidupan dan pelayanan gereja masa kini, maka dalam tulisan singkat ini penulis memaparkan antara lain: probelamatika studi Perjanjian Lama, Isu-isu theologis yang berkembang mengenai relavansi Perjanjian Lama sepanjang sejarah, landasan theologis sebagai dasar relevansitas Perjanjian Lama untuk masa kini serta pengajaran-pengajaran berharga dari Perjanjian Lama yang relavan bagi kehidupan dan pelayanan gereja masa kini

Page 3 of 15 | Total Record : 141