cover
Contact Name
Dina Elisabeth Latumahina
Contact Email
dina.latumahina@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
dina.latumahina@gmail.com
Editorial Address
Jl. Indragiri No. 5, Kota Wisata Batu, Jawa Timur, Indonesia, 65301
Location
Kota batu,
Jawa timur
INDONESIA
Missio Ecclesiae
ISSN : 20865368     EISSN : 27218198     DOI : -
Missio Ecclesiae adalah jurnal open access yang menerbitkan artikel tentang praktek, teori, dan penelitian dalam bidang teologi, misiologi, konseling pastoral, kepemimpinan Kristen, pendidikan Kristen, dan filsafat agama melalui metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kriteria publikasi jurnal ini didasarkan pada standar etika yang tinggi dan kekakuan metodologi dan kesimpulan yang dilaporkan.
Articles 141 Documents
MEMAKNAI NILAI DASAR DARI TINDAKAN ORANGTUA DALAM MENOLONG ANAK Yustus Adipati
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 2 (2016): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i2.60

Abstract

Di era globalisasi dan perubahan lingkungan yang demikian cepat ini, maka dalam perjalanan gereja selanjutnya telah menimbulkan berbagai tantangan baru dan menuntut gereja untuk peka terhadap berbagai persoalan berkaitan dengan keberadaan jemaat di masa kini dan yang akan datang. Dalam mengantisipasi perubahan zaman ini, gereja menghadapi tantangan yang cukup berat sebagai dampak atau akibat negatif dari kemajuan umat manusia dan hal yang nyata, salah satu di antaranya adalah terabaikannya hak anak dalam hal pendidikan. Bentuk-bentuk kegiatan mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan penilaian hasil belajar merupakan unsur-unsur penting dalam pendidikan. Sedangkan, upaya menolong anak, semuanya bermuara pada kegiatan pendidikan. Tanggungjawab keluarga menjadi sangat penting terutama bagi dan untuk masa depan anak di kemudian hari. Salah satu implementasi akademisnya adalah bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran serta pengembangan pribadi dengan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakat anak. Sekalipun, tugas dan tanggungjawab terhadap pembinaan serta pendidikan anak secara teologis masih terkait dengan fungsi gereja; namun dalam praktik pelaksanaannya bahwa tugas pokok ini sangat tergantung sepenuhnya pada keterlibatan semua orangtua agar berperan nyata di tengah keluarga berdasarkan kemurahan hati.
RELEVANSI LUKAS 10:1-12 BAGI HAMBA TUHAN SEBAGAI PELAKSANA MISI ALLAH Olivia Masihoru
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 2 (2016): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i2.61

Abstract

Pekerjaan misi yaitu membawa orang-orang berdosa untuk mengenal Tuhan Yesus merupakan tugas semua orang yang percaya kepada-Nya. Semua orang percaya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberitakan Injil, seperti yang diamanatkan Tuhan Yesus (Mat 28:18-20). Namun lebih khusus lagi Allah memanggil dan menetapkan orang-orang tertentu untuk mengerjakan tugas misi itu. Dalam pekerjaan misi membutuhkan banyak pekerja, karena ladang misi sangat luas. Pekerja yang dibutuhkan adalah hamba Tuhan yang memiliki beban misi untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa bagi kemuliaan Tuhan. Hamba Tuhan perlu memahami misi sehingga dapat terlibat dalam pelayanan misi. Injil Kerajaan Allah harus diberitakan kapada semua orang, terutama kepada orang-orang yang belum mengenal Injil, seperti penugasan Yesus kepada ketujuh puluh murid (Luk 10:1-12). Injil adalah berita sukacita yang harus diberitakan kepada segala bangsa melalui para Hamba-Nya, sehingga setiap orang percaya dan mengenal Yesus sebagai Juruselamat dunia. Dalam pelayanan misi Tuhan memakai hamba Tuhan, tentunya dengan penyertaan-Nya melalui kuasa Roh Kudus.
TRADISI PEMAKAMAN DALAM MASYARAKAT SUMBA TIMUR SEBAGAI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Yuliana Lu
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 2 (2016): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i2.62

Abstract

Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan berbudaya, termasuk masyarakat Sumba Timur. Namun di kecenderungan manusia, meekspresikan budaya mereka, tidak bisa dipisahkan dengan ekspresi spiritual mereka, karena manusia memang adalah makhluk spiritual, yang selalu berkerinduan untuk memiliki relasi dengan Sang Pencipta. Berbagai usaha dilakukan manusia, yang biasanya sarat dengan penyembahan berhala. Masyarakat Sumba Timur, juga sarat dengan penyembahan berhala, sejak seorang bayi berada di kandungan ibunya, hingga dia harus meninggalkan dunia ini. Namun bagi Masyarakat Sumba Timur yang sudah bertobat dan menjadi orang Kristen sebaliknya harus merefleksikan imannya yang relevan dan bermakna bagi masyarakat dan budaya Sumba Timur. Adapun rekomendasi-rekomendasi yang penulis berikan kepada Masyarakat Sumba Timur adalah sebagai berikut: 1) Harus menghindari ritus-ritus yang tidak sesuai dengan Firman Allah. Orang Kristen harus bersikap kritis terhadap budaya-budaya setempat yang merusak iman Kristen. Firman Tuhan harus menjadi tolak ukur etika; 2) Orang Kristen juga harus menjadi saksi yang hidup bagi masyarakat yang masih terlibat dalam upacara pemakaman. Misalnya dalam upacara pemakaman ini, pemukulan gong dengan irama duka bisa dilaksanakan oleh orang Kristen sebagai pertanda bahwa di tempat tersebut terjadi kematian. Tetapi pemukulan gong dengan irama pata lamba yang bertujuan untuk memanggil arwah leluhur (marapu) tidak boleh dilakukan oleh orang Kristen. Pemotongan hewan untuk menjamu makan para keluarga dan kerabat yang datang melayat untuk dimakan, orang Kristen dapat melakukannya. Tetapi pemotongan hewan yang tidak untuk dimakan, namun hanya sebagai simbol mendampingi arwah si mati, atau sebagai bekal si mati menuju alam baka tidak perlu dilakukan oleh orang Kristen, dan gereja harus melarang hal ini karena dari segi ekonomi hal tersebut sangat merugikan, dan dari segi teologis hanyalah menyia-nyiakan berkat Tuhan. Penyimpanan mayat yang terlalu lama dari segi kesehatan tidak menguntungkan, demikian juga dari segi ekonomi sangat merugikan karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Sebaliknya seluruh keluarga berembuk dan menyelesaikan pertikaian, yang mungkin ada, dalam waktu yang tidak terlalu lama, agar si mati dapat dikubur cepat. Upacara padita waimata dapat dilakukan oleh orang Kristen dalam bentuk ibadah pengucapan syukur tutup duka. Upacara paludungu (menyampaikan arwah si mati) tidak perlu dilakukan oleh orang Kristen. Karena bagi orang Kristen setelah mati ia kembali berada dalam tangan Tuhan Sang Pencipta bukan menjadi marapu.
KONTEKSTUALISASI MISI MELALUI TRADISI PUKUL SAPU DI DESA MORELLA Chresty Thessy Tupamahu
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 2 (2016): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i2.63

Abstract

Mengabarkan Injil ialah upaya orang percaya dalam menyampaikan kabar kasih karunia Allah kepada seseorang, sehingga ia berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui Anak-Nya, Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus. Melihat kondisi di Maluku, dan secara khusus di Desa Morela, maka berita Injil pun haruslah sampai dan mengubah hidup mereka. Saat ini hampir sebagian besar orang Maluku masih belum mendengar tentang Tuhan Yesus dan karya keselamatan-Nya. Karena tradisi Pukul Sapu telah menjadi salah satu tradisi yang sangat populer dan hampir sebagian besar orang Maluku mengetahui tradisi ini, maka upaya menyampaikan Injil melalui tradisi ini dapat dimanfaatkan, dengan harapan ada banyak orang yang mendengar dan menerima kabar keselamatan, secara khusus masyarakat di desa Morella. Keberhasilan pelayanan lintas budaya atau pelayanan khusus melalui suatu tradisi tidak hanya ditentukan pada pemahaman tentang tradisi tersebut, melainkan juga dibutuhkan pemahaman yang luas akan ilmu kontekstualisasi itu sendiri, sehingga antara tradisi dan strategi atau metode yang akan dipakai dapat rancang atau disiapkan dengan baik agar peluang untuk bisa masuk atau menceritakan Injil melalui tradisi tersebut dapat diterima dan juga dapat dipahami dengan baik.
BERSAKSI TENTANG KRISTUS SEBAGAI GAYA HIDUP PEMUDA GEREJA MASA KINI Natalia Debora Pantas
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 2 (2016): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i2.64

Abstract

Pada umumnya pemuda memiliki gaya hidup yang cenderung instant, mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang ada di sekitarnya. Demikian juga dengan pemuda gereja. Keluarga maupun komunitas di mana dia berada turut mempengaruhi gaya hidupnya. Secara khusus perihal kerohanian seseorang sangat mempengaruhi gaya hidupnya. Karena itu seorang pemuda gereja atau pemuda Kristus harus memiliki gaya hidup yang berbeda dari dunia ini yaitu gaya hidup yang sesuai dengan standar Alkitab yaitu Firman Allah. Salah satunya adalah gaya hidup yang bersaksi tentang Kristus. Berkenaan dengan hal ini pemahaman seseorang mengenai bersaksi sangat berpengaruh pada penerapan hal tersebut dalam kehidupannya. Apakah pemahamannya mengenai bersaksi bersifat sempit atau secara luas. Pada umumnya pemuda gereja memahami bersaksi dalam arti sempit yaitu menyaksikan kebaikan Tuhan, pertolongan Tuhan dalam study, keluarga, keberhasilan yang diperoleh. Lebih dari itu pemahaman mengenai bersaksi harus dimengerti dalam arti yang luas yakni dalam arah bersaksi tentang Kristus. Pengalaman seseorang dengan Tuhan dalam arti perjumpaan seseorang secara pribadi dengan Tuhan memulihkan kehiduapannya bahkan mendorong dia untuk menyaksikan itu bagi orang lain dengan tujuan orang lain mengalami hal yang sama. Tujuan bersaksi tentang Kristus supaya orang boleh mengenal Tuhan, percaya kepada Tuhan bahkan dapat juga menjadi saksi Kristus. Ada tantangan ataupun hambatan yang dihadapi pada saat bersaksi tentang Kristus. Adapun hambatan yang dialami berasal dari dalam pribadi yang bersaksi maupun dari luar. Tantangan dari luar berkaitan dengan konteks masyarakat setempat, perbedaan suku, budaya dan agama yang mengarah pada perbedaan pemahaman atau konsep tentang keselamatan. Sedangkan tantangan dari dari pribadi yang bersaksi adalah adanya rasa takut, malu, tidak berani berkata-kata bahkan tidak siap untuk menghadapi resiko atau konsekuensi yang akan dialami termasuk menghadapi penganiayaan. Berkaitan dengan hal ini diperlukan hikmat Tuhan dan pertolongan Roh Kudus dalam menyampaikan berita kesaksian tentang Kristus dan karyaNya. Secara khusus pemuda gereja yang hidup dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk. Bersaksi tentang Kristus dapat dilakukan bukan hanya secara verbal tetapi juga non-verbal. Melalui perkataan dan perbuatan pemuda gereja yang berbeda dari gaya hidup dunia ini, bahkan menjadi berkat bagi banyak orang.Pengalaman hidup bersama Tuhan dan anugerah keselamatan yang dianugerahkan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus tidak dapat digantikan atau ditukar dengan apapun. Hal itu merupakan suatu kesukaan dan berita yang harus disampaikan kepada orang lain secara khusus orang yang belum percaya. Perbuatan Tuhan yang ajaib yang dialami orang percaya dapat diceritakan kepada orang lain sehingga orang tersebut dikuatkan iman percayanya. Tetapi dalam arti yang lebih luas berita tentang Kristus harus disampaikan kepada semua orang. Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Seorang saksi adalah seorang yang mengalami sendiri suatu peristiwa sehingga dapat menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Demikian juga dengan seorang saksi Kristus harus memberitakan Injil tentang Yesus Kristus; memberitakan tentang kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, dan barangsiapa yang percaya kepada-Nya mendapat pengampunan dosa dan memperoleh hidup yang kekal. Demikian juga dengan para pemuda dipanggil untuk menjadi saksi Kristus yaitu bersaksi tentang Kristus melalui kehidupan para pemuda dan menjadikan itu sebagai gaya hidup setiap hari. Gaya hidup berarti pola perilaku yang sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan seseorang, dan hal ini sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Para rasul dalam kitab Kisah Para Rasul menjadikan bersaksi tentang Kristus sebagai gaya hidup mereka. Walaupun mengalami tantangan ataupun penganiayaan, para rasul tetap mentaati perintah Tuhan Yesus untuk bersaksi (Kis. 1: 8).Bersaksi bukan hanya sekedar berkata-kata tentang pertolongan Tuhan, tetapi menyampaikan tentang berita kesaksian yaitu Injil Yesus Kristus, bahkan hidup sesuai dengan teladan Kristus. Pentingnya bagi orang percaya untuk menyatakan kesaksiannya melalui perkataan dan perbuatan sehingga orang yang belum percaya dapat mengenal Kristus melalui kehidupan orang percaya. Gereja perlu terus mendorong para pemuda untuk menggunakan dan memaksimalkan semua potensi yang ada pada mereka dalam arah yang benar yaitu terus dipakai untuk melayani Tuhan. Bahkan gereja perlu juga mendorong semua pemuda untuk terlibat dalam pelayanan gereja melalui program-program pelayanan yang dibuat oleh gereja. Tentunya masing-masing pemuda dilibatkan dalam bidangnya sesuai dengan apa yang dapat dikerjakannya. Bagi pemuda gereja, perlunya dibuat kelompok-kelompok kecil atau kelompok tumbuh bersama bagi para pemuda, sehingga dari situ para pemuda semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Tentunya hal berdampak pada kerohanian yang semakin dewasa bukan hanya pada satu pribadi tetapi kepada semua pemuda. Selain itu pokok-pokok pengajaran tentang bersaksi dapat diajarkan kepada para pemuda. Mulai dari sikap pribadi yang bersaksi, landasan dari bersaksi tentang Kristus, bagaimana cara bersaksi, tujuan dari bersaksi dan gaya hidup seorang yang menjadi saksi Kristus. Dengan demikian hal ini dapat mendorong pemuda gereja untuk semakin giat bersaksi tentang Kristus dan menjadikannya sebagai gaya hidup.
SIKAP KRISTEN DALAM ARENA POLITIK Ferdinan Samuel Manafe
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.66

Abstract

Manusia diberi kuasa atas ciptaan. Allah berfirman kepada manusia pertama: "Penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej.1:28). Kuasa menjadi sebagian struktur ciptaan. Allah melihatnya, "sungguh amat baik" (Kej.1:31). Manusia, seperti seluruh ciptaan, hidup di bawah kuasa Allah.Tetapi manusia, berbeda dengan ciptaan lain, juga diberi kuasa sebagai subyek.Ia berkuasa atas makhluk yang lain. Pelaksanaan kuasa manusia atas manusia yang lain juga merupakan sebagian aturan kehidupan yang ditentukan Allah. "Tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah" (Roma 13:1). Orang Kristen boleh berpolitik;ia boleh berkuasa. Orang Kristen berpolitik bukan untuk menghapuskan kuasa, tetapi untuk berusaha supaya kuasa dapat dipakai untuk tujuan yang benar dan adil. Orang Kristen perlu belajar bagaimana menghubungkan moralitas dengan kuasa supaya ia berhasil memperbaiki masyarakat. Sikap politik Yesus itu menjadi dasar bagi keterlibatan gereja dalam politik.Jelas, gereja bukanlah lembaga politik. Gereja tidak menyamakan diri dengan sebuah partai politik. Gereja tidak menganjurkan umatnya memilih partai tertentu. Akan tetapi, gereja melakukan pendidikan politik. Salah satu bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK) Orang Dewasa adalah pendidikan politik melalui khotbah, buku, pemahaman Alkitab, dan yang lainnya. Itu bukan berarti bahwa kita menjadi anggota suatu partai, melainkan bahwa kita mempunyai kesadaran politik. Kita bukan bersikap masa bodoh, melainkan mengkritisi keadaan dengan cara setiap hari membaca fakta dan opini di surat kabar. Kristus adalah Tuhan atas diri kita sebagai individu dan juga atas diri kitasebagai bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, kita turut berpartisipasi dalam menentukan warna keyakinan dan kebijakan mengatur Negara. Salah satu cara partisipasi itu adalah ikut pemilu dan pilkada. Dengan ikut politik, orang percaya ikut menentukan nasib hari depan masyarakat sebab suara setiap orang percaya yang berhak ikut dalam demokrasi politk akan ikut dihitung. Di situlah orang percaya bisa memilih pemimpin yang bersih, gesit, cakap, kreatif, produktif, berintegritas dan dapat dipercaya, serta adil terhadap semua golongan etnik atau agama. Dengan partisipasi itu orang percaya sedang bersikap politis yang alkitabiah. Politik yang alkitabiah adalah suatu upaya dan proses sadar untuk memahami dan memaknai realitas politik dari cara pandang dan pola pikir Alkitab. Sebagai orang percaya yang mau atau sudah terjun dalam dunia politik agar hidup sesuai kebenaran firman Tuhan. Lakukanlah yang baik dan berkenan kepada Tuhan, bersikaplah jujur dan miliki integritas sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, berani menanggung resiko dari prinsip kebenaran yang dipegang teguh, dan menolak dosa dan tawaran duniawi. Berpolitik bukan berarti boleh kompromi dengan dosa atau hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Dalam berpolitik semua orang percaya harus mengedepankan prinsip firman Tuhan supaya tidak terjadi hasil keputusan yang bertentangan dengan isi firman Tuhan. Mazmur 37:27 berkata: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya.” Kalau engkau setia dan taat kepada firman-Nya dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidupmu, maka engkau akan diangkat Tuhan kepada posisi yang terbaik sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupanmu. Politik itu bersih di tangan orang yang bersih hati dan sikapnya, tetapi kotor di tangan orang yang jahat. Ingatlah akan penderitaan sesamamu dan lakukanlah yang terbaik untuk kebaikan semua tanpa mengabaikan kebenaran iman Kristiani.
INDIKATOR PENANAMAN NILAI-NILAI PAK DALAM KELUARGA BAGI PERBINAAN IMAN ANAK REMAJA DI ZAMAN NOW Magdalena Grace Kelly Tindagi
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.67

Abstract

Menurut Undang-undang no 10 Tahun 1992, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Bab 1 Pasal 1 butir 10: disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami-isteri-anak, ayah-anak, atau ibu anak. Dimensi Kristen sangat penting sebagai kaidah, norma, referensi, model tolok ukur dari seluruh performance pendidikan Kristen, serta menjadi “Imitatio Christi” yang kemudian mengaktualisasikan nilai-nilai Kristen dalam perilaku etis. Secara khusus karena keluarga menjadi pilar utama tempat pemeliharaan dan pelatihan iman. Tugas dan peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai keluarga bagi pembinaan iman anak remaja di zaman now ini menjadi sangat vital dan mendasar bagi kehadiran keluarga Kristen, oleh karena apabila dilihat dari makna dalam bahasa Indonesia makna dari kata keluarga yang dapat diartikan sebagai suatu unit keluarga yang terdiri dari pasutri dan anak-anak, atau istilah keluarga dapat juga diartikan seisi rumah atau mereka yang hidup di bawah satu atap dan satu pemimpin. Peranan Pemimpin dalam keluarga adalah orangtua yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai dasar berdirinya keluarga (I Kor. 3:11; 11:3). Jadi tugas dan peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai keluarga bagi pembinaan iman anak remaja sangat signifikan di zaman now ini. Menurut Solaeman bahwa pengertian keluarga dalam arti yang lebih luas adalah ikatan yang meliputi semua pihak yang ada hubungan darah, atau yang disebut dengan clan atau marga, dan dalam arti sempit adalah hubungan darah antar keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Sehingga, tugas orangtua dalam melibatkan anak remajanya dalam mewujudkan nilai-nilai kristiani menjadi sangat penting bagi penananam fondasi gereja selanjutnya. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sehingga, tugas terpenting bagi gereja adalah menyiapkan fondasi yang kuat bagi lingkungan keluarga, sebagai lingkungan utama gereja (selain lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah), agar para orangtua ikut berperan dan memberikan nuansa pada perkembangan anak remaja di zaman now; oleh karena baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.
MISI GEREJA MELALUI DUNIA POLITIK Yohanis Udju Rohi
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.68

Abstract

Misi adalah tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada orang percaya atau Gereja untuk pergi dan bersaksi melintasi tapal batas budaya untuk menyampaikan kabar sukacita (syalom) di tengah masyarakat, bangsa dan negara secara holistik tentang Tuhan Yesus Kristus Juruselamat dunia. Gereja adalah umat Allah yang dipanggil keluar dari kegelapan dan menjadi milik Allah untuk menjadi utusan dan saksi Allah di dalam dunia. Politik adalah ilmu untuk memerintah dan mengatur negara oleh pemerintah, untuk mencapai kebaikan bersama demi mencapai masyarakat yang sejahtera (syalom). Situasi dan kondisi politik di Indonesia belum stabil, hal itu ditandai dengan adanya pelaksanaan politik yang tidak sehat, seperti: politik uang, kampanye hitam, korupsi, kolusi dan nepotisme politik. Ruang lingkup politik terdiri dari: Masyarakat, negara, demokrasi, hak asasi manusia, partai politik dan penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif). Tujuan misi Gereja berkaitan dengan politik ialah memuliakan Allah dan membawa syalom di tengah bangsa dan negara. Tugas Gereja berkaitan dengan misi dan politik ialah Gereja harus ikut berpartisipasi dengan memberikan ide, pikiran dan gagasan bagi negara, dan memberikan pemahaman kepada warga Gereja agar ikut berpartisipasi dalam mendukung terciptanya politik yang sehat dalam kehidupan bangsa, memilih pemimpin yang takut akan Tuhan dan berjiwa nasionalis, taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Gereja harus membangun strategi misi melalui Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sarana untuk menyampaikan misi Allah, karena keduanya sejalan dengan maksud firman Allah, dan dengan tidak mengabaikan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan politik adalah semata-mata untuk kesejahteraan rakyat. Hal itu searah dengan tujuan Allah dalam misi-Nya untuk memuliakan Allah dan menghadirkan syalom bagi bangsa-bangsa, temasuk bangsa Indonesia.
INTEGRITAS HAMBA TUHAN MENURUT 1 TIMOTIUS 4:11-16 Josina Mariana Riruma
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.69

Abstract

Integritas yaitu suatu keadaan dimana seorang hamba Tuhan dapat dipercaya karena antara perkataan yang dikeluarkan dan tindakan memiliki kesamaan. Integritas seorang hamba Tuhan harus terlihat nyata dalam kehidupan pelayanannya dan kehidupan pribadi karena keduanya itu akan memberikan dampak pada kekelalan yaitu keselamatan kekal. Sebagai seorang gembala yang masih sangat muda, rasul Paulus memberikan beberapa nasehat agar dapat menjadi hamba Tuhan yang memiliki integritas. Untuk menjadi hamba Tuhan yang berintegritas maka ada beberapa nasehat yang harus dilakukan berkenaan dengan kehidupan umum dan kehidupan pribadi. Tiga hal yang utama yang harus dilakukan oleh Timotius berkenaan dengan kehidupan umum yaitu memberikan pengajaran yang sehat, memelihara rasa hormat dan memiliki keseimbangan dalam pelayanan. Jemaat akan tetap memilki rasa hormat apabila Timotius senantiasa menjadi teladan kepada jemaat dalam perkataan, tingkah laku, kasih, iman dan kemurnian atau kesucian hidup. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan keseimbangan dalam pelayanan yaitu Timotius tetap tekun dalam membaca Firman Tuhan, pemberian nasehat dan pengajaran Firman Tuhan. Dalam kaitannya dengan pribadinya, Timotius harus menggunakan karunia yang sudah diberikan Tuhan kepadanya. Selain itu, memiliki komitmen untuk taat melakukan segala sesuatu yang udah diajarkan oleh rasul Paulus. Akibat dari melakukan hal-hal tersebut yaitu, Timotius akan menyelamatkan dirinya sendiri dan setiap jemaat yang dilayani.
MAKNA DOA BAGI ORANG PERCAYA Sherly Mudak
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.70

Abstract

Ada ungkapan bijak yang menyatakan, “if you only pray when you’re in trouble, then you are in trouble.” Doa bukan hanya dipanjatkan pada saa seseorang merasa perlu atau ada dalam masalah dan pergumulan saja. Doaitu bukan suatu hal yang remeh dan merupakan nomer dua atau sekedar ritual untuk memperkuat keyakinan atas motivasi seseorang. Orang percaya harus berdoa karena Firman Allah memerintahkan kepadanya untuk berdoa. Firman Tuhan mengatakan, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" Yesaya 55:6. Tuhan Yesus juga mengatakan suatu perumpamaan supaya murid-murid-Nya tidak jemu- jemu berdoa. Lukas 18:1. 1 Tesalonika 5:17 berkata, "Tetaplah berdoa." Doa adalah perintah Allah dan disertai janji Allah. Allah yang memerintahkan untuk berdoa adalah Allah yang berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam doa. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 50:15, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan,Aku akan meluputkan engkau,dan engkau akan memuliakan Aku" juga dalam Matius 7:7-8, "Mintalah,maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat;ketoklah,maka pintu akan dibukakan kepadamu. Karena setiap orang yang meminta, menerima,dan setiap orang yang mencari, mendapat,dan setiap orang yang mengetok,baginya pintu dibukakan." Allah menginginkan agar setiap umat-Nya berdoa dan hal ini pun diajarkan oleh Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada para murid-Nya agar mereka berbicara kepada Bapa di surga saat mereka berdoa. Berdoa ialah berbicara dengan Bapa yang di surga. Ini merupakan persekutuan dengan Allah. "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu" Yakobus 4:8a. Tuhan sangat senang saat anak-Nya berbicara dengan Dia dalam doa. Inilah alasan utama mengapa orang percaya harus berdoa yaitu karena Allah menginginkan orang percaya untuk berdoa. Setiap orang percaya dituntut untuk berdoa untuk melewati perjalanan kehidupan rohaninya. Yesus berkata bahwa orang percaya dapat meminta kepada Bapa Surgawi segala sesuatu yang butuhkan, termasuk pada saat di mana iadicobai oleh Iblis dan jatuh ke dalam dosa, maka ia harus berdoa dan meminta Tuhan agar melepaskannya dari pencobaan tersebut. Jika orang percaya jatuh dalam dosa, maka iahanya bisa diampuni jika ia mau mengakui dosa kepada Tuhan lewat doa. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." 1 Yohanes 1:9. Allah turut campur tangan dalam mengatasi persoalan atau mewujudkan impian atau keinginan orang percaya. Tanpa Allah tidak mungkin keinginan dan rencana manusia dapat tercapai. Amsal 19:21 mengatakan, “Banyaklah rencangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” Ini menunjukan bawa manusia tidak berkuasa untuk mencapai apa yang diingini. Dalam Amsal 16:3 dikatakan, “Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.” Jelas sekali hubungan kedua ayat ini. Rancangan manusia tanpa diserahkan kepada Tuhan tidak akan terlaksana. Apapun itu keinginan hati kita,dapat diuatarakan kepada Allah di dalam doa-doa dan pasrahkan semuanya dalam tangan kuasa Allah, maka Tuhan akan mengabulkannya.

Page 5 of 15 | Total Record : 141