cover
Contact Name
Dina Elisabeth Latumahina
Contact Email
dina.latumahina@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
dina.latumahina@gmail.com
Editorial Address
Jl. Indragiri No. 5, Kota Wisata Batu, Jawa Timur, Indonesia, 65301
Location
Kota batu,
Jawa timur
INDONESIA
Missio Ecclesiae
ISSN : 20865368     EISSN : 27218198     DOI : -
Missio Ecclesiae adalah jurnal open access yang menerbitkan artikel tentang praktek, teori, dan penelitian dalam bidang teologi, misiologi, konseling pastoral, kepemimpinan Kristen, pendidikan Kristen, dan filsafat agama melalui metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kriteria publikasi jurnal ini didasarkan pada standar etika yang tinggi dan kekakuan metodologi dan kesimpulan yang dilaporkan.
Articles 141 Documents
BERIMAN DAN BERDOA KARENA ALLAH SUATU EKSPOSISI LUKAS 18:1-8 Stevri Indra Lumintang
Missio Ecclesiae Vol. 1 No. 1 (2012): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v1i1.18

Abstract

Karakter janda dalam perumpamaan ini merupakan representatif dari orang-orang pilihan Allah (orang percaya) yang sedang berada dalam dunia. Sekalipun tidak memiliki pengaruh politis, ekonomi, dan sosial, sehingga tidak diperhitungkan dunia (hakim yang lalim), namun mereka diperhatikan oleh Allah secara khusus dalam konteks pemuridan dengan prinsip-prinsip kerajaan Allah. Orang pilihan (orang percaya) yang memang hidup dengan prinsip-prinsip kerajaan Allah pastilah berbeda dengan prinsip-prinsip kerajaan dunia, dan itulah sebabnya mereka menderita. Penderitaan orang pilihan disebabkan oleh karena ketidakadilan dalam dunia. Dalam penderitaan karena ketidakadilan, Tuhan memberikan jaminan bahwa Ia pasti membenarkan atau memberikan keadilan kepada mereka. Jaminan inilah yang sesungguhnya menjadikan orang-orang pilihan bertekun dalam iman mereka kepada Tuhan, dan mengekpresikan ketekunan iman mereka melalui ketekunan atau ketahanan berdoa. Dalam hal ini, Tuhan adalah penyebab orang beriman dan berdoa. Tidak ada alasan atau dasar dari pendoa sehingga doanya terkabalkan, Tuhanlah subjek doa. Tidak seorang pun tahu bagaimana sebenarnya berdoa. Dialah yang sesunguhnya berdoa di dalam dan melalui kita. Melalui Roh Kudus, Ia memimpin kita berdoa sesuai dengan kehendak-Nya, seperti yang Paulus nyatakan sebagai berikut. Roh Kudus menolong kita di dalam kelemahan kita, karena kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus (Rm 8:26-27).
RANCANG BANGUN TEOLOGI MULTIKULTURAL DALAM PERSPEKTIF PERJANJIAN BARU Gunaryo Sudarmanto
Missio Ecclesiae Vol. 1 No. 1 (2012): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v1i1.19

Abstract

Diversitas humanitas mesti dipandang sebagai kreatifitas Allah yang patut dihargai sebagaimana Allah menghargainya sebagai gambar dan rupa-Nya sendiri. Diskriminasi humanitas justru bukti sikap antagonis terhadap otoritas penciptanya. Radikalisme doktrin yang melulu berorientasi pada kebenaran vertikal harus dibarengi dengan pemahaman horisontalnya. Kebenaran sejati justru menjadi utuh ketika kedua aspek tersebut diposisikan secara proporsional. Perbedaan bukan alasan untuk saling melawan dan menghancurkan, karena kasih kepada Tuhan dan sesama bukanlah kebenaran yang dapat dipisahkan sama sekali. Allah sendiri telah berbuat baik kepada semua orang sesuai hakikat Diri-Nya sendiri sebagai Pencipta segalanya. Allah juga menghendaki agar manusia, yang telah diciptakan dalam gambar dan rupa-Nya, saling melakukan perbuatan baik. Semua manusia memiliki tanggung jawab bersama selama kehidupannya di dunia ini, sehingga dibutuhkan solidaritas dengan sesama. Melalui interaksi yang baik justru dimungkinkan adanya point of contact bagi Injil, sehingga dapat terjadi transformasi kesadaran terhadap hakikat kebenaran Injil yang meresap ke segala aspek hidup manusia seperti garam mengasinkan dunia yang tawar (Mat 5:13). Teologi Multikultural melandasi sikap Kristen untuk berelasi dengan semua orang dalam segala bentuk perbedaannya tanpa kehilangan jati diri (keunikan) kekristenannya.
KARUNIA ROH MENURUT PENGAJARAN RASUL PAULUS: SUATU KAJIAN TEOLOGIS TERHADAP PANDANGAN NEO-PENTAKOSTA TENTANG KARUNIA SPEKTAKULAR Robert Calvin Wagey
Missio Ecclesiae Vol. 1 No. 1 (2012): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v1i1.20

Abstract

Menurut Rasul Paulus, yang dimaksud dengan karunia Roh adalah suatu kesanggupan khusus yang diberikan Allah kepada setiap orang percaya sesuai kehendak-Nya guna dipakai bagi kepentingan jemaat sebagai tubuh Kristus. Pemberian ini dimungkinkan karena karya keselamatan Kristus di atas kayu salib. Dasar pemberian karunia Roh adalah semata-mata karena kasih dan anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia atau sebagai suatu pahala atas jasa manusia. Karunia Roh berbeda dengan talenta. Karunia Roh diberikan Allah kepada orang percaya untuk kemuliaan Allah. Talenta adalah bakat atau kesanggupan khusus pembawaan seseorang sejak lahir, digunakan untuk kepentingan umum manusia. Setiap talenta/bakat dapat dipakai dan diubah-Nya sebagai karunia Roh pada saat orang tersebut percaya kepada-Nya. Berdasarkan pengertian bahwa karunia-karunia Roh diberikan Allah kepada jemaat untuk pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus, maka setiap anggota jemaat atau orang percaya mempunyai tanggung jawab di dalam pelayanan jemaat. Tanggungjawab itu tidak dapat diwakilkan dan dimonopoli orang lain, secara khusus oleh para pelayan jemaat. Para pelayan jemaat bertanggung jawab untuk memperlengkapi dan mempersiapkan setiap anggota jemaat bagi pelayanan dan pembangunan jemaat, sebagai tubuh Kristus. Jemaat dengan segala karunianya merupakan potensi yang amat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh Kristus. Melalaikan potensi ini berarti kehilangan kesempatan bahkan dapat menghalangi pertumbuhan jemaat. Sebaliknya, melibatkan setiap anggota jemaat, sesuai dengan karunianya, dalam Pelayanan Kesaksian (Marturia), Pelayanan Persekutuan (Koinonia), Pelayanan Sosial (Diakonia) akan berakibat pada pertumbuhan jemaat secara kualitatif dan kuantitatif. Karena itulah tujuan Allah memberikan karunia-karunia Roh kepada jemaat-Nya. Karunia-karunia Roh yang diberikan Allah kepada setiap orang percaya beranekaragam dan berbeda-beda. Perbedaan ini bukan untuk dipertentangkan atau diistimewakan melainkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain, agar seluruh orang percaya sampai kepada kesempurnaan Kristus. Setiap karunia tidak lebih penting dan istimewa daripada karunia-karunia yang lain. Semua sama penting dan sama kualitasnya karena bersumber dari Allah yang sama. Pandangan yang menganggap karunia-karunia Roh yang bersifat spektakular lebih penting daripada karunia-karunia Roh yang lain, tidak benar. Demikian juga, memutlakkan karunia berkata-kata dengan bahasa roh bagi setiap orang percaya tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Setiap orang percaya menerima karunia yang berbeda-beda, sesuai dengan kehendak Allah. Karunia-karunia Roh diberikan Allah kepada setiap orang percaya, pada saat percaya kepada Kristus dan dibaptis di dalam nama-Nya. Pengalaman orang percaya menerima karunia-karunia Roh berlangsung secara simultan. Saat seseorang percaya kepada Kristus dan dibaptis dalam nama-Nya, pada saat itu secara simultan ia menerima keselamatan, menjadi anggota tubuh Kristus, menerima Roh Kudus dan karunia-karunia Roh. Dan menurut Paulus, inilah yang dimaksud dengan dibaptis dengan Roh Kudus. Oleh karena itu, pandangan yang menyatakan pengalaman tersebut berbeda, tidak simultan dengan kelahiran baru melainkan merupakan pengalaman kedua atau second blessing dan karena itu hanya merupakan pengalaman beberapa orang percaya tertentu saja adalah tidak benar.
IBADAH PERJANJIAN BARU SUATU URAIAN DESKRIPTIF TENTANG IBADAH DAN KONTRIBUSINYA BAGI IBADAH MASA KINI Ferdinan Samuel Manafe
Missio Ecclesiae Vol. 1 No. 1 (2012): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v1i1.21

Abstract

Ibadah dalam Perjanjian Baru adalah penggenapan perjanjian Allah kepada manusia, bahwa akhirnya semua orang akan berhadapan dengan takhta Allah yang kudus, dan Anak Domba. Semua bangsa akan bertekuk lutut di hadapan Anak Domba yang menghapus dosa isi dunia. Dengan kata lain, Allah Tritunggal adalah arah dan alamat pujian dan penyembahan orang percaya. Allah Bapa disembah di dalam nama Allah Anak yaitu Yesus Kristus dan dikerjakan oleh Allah Roh Kudus sebagai dinamisator ibadah. Ibadah kitab Wahyu adalah ibadah kepada Tuhan, Allah Bapa, Pencipta alam semesta (Why 4:10-11). Yesus Kristus, Anak Allah, Penebus dan Anak Domba Allah (Why 1:5,6; 5:11-14; 7:9-10). Roh Kudus, ialah tujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya (Why.1:4). Ibadah dalam kitab Wahyu adalah Trinitarian. Bukan kepada; Iblis, “seluruh dunia menyembah naga itu” (13:3); anti Kristus, “iblis memberi kekuasaan kepada binatang itu dan mereka menyembah dia” (13:4); kepada nabi anti-Kristus, “ia menyebabkan seluruh bumi menyembah binatang pertama” (13:11-12). Allah Tritunggal adalah pusat ibadah Perjanjian Baru sebagaimana dinyatakan dalam kitab Wahyu.
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENUNJANG PERTUMBUHAN GEREJA Morris Phillips Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 1 No. 1 (2012): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v1i1.22

Abstract

Sebagai suatu fenomena rohani dan teologis, gerakan pertumbuhan Gereja yang dimulai oleh beberapa hamba Tuhan, tidak dapat tidak harus diakui dan diterima sebagai jawaban Tuhan atas kebutuhan rohani Gereja Kristen dan sekaligus sebagai jawaban Tuhan terhadap kemerosotan-kemerosotan rohani dalam kehadiran dan pelayanan Gereja Tuhan terhadap dunia ini. Karena itu, disarankan supaya Gereja-gereja Tuhan masa kini, perlu masuk dan mengambil bagian yang aktif dan konkrit dalam arus pertumbuhan Gereja ini demi terlaksananya Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20. Akhirnya, kemajuan pertumbuhan Gereja juga sangat ditentukan oleh faktor strategi Tuhan yang dapat kita pelajari dari Alkitab, khususnya kitab Kisah Papa Rasul. Di sana dijelaskan bahwa pertumbuhan Gereja mesti dimulai: (1) di tempat yang dipilih Tuhan, (2) Dilaksanakan dalam waktu Tuhan, (3) Didukung oleh hamba-hamba Tuhan yang dipersiapkan dan dibentuk Tuhan secara khusus, dan (4) Perlu diarahkan dan dibimbing oleh visi misi universal dari Tuhan sendiri. Karena itu, tulisan ini menyarankan agar Gereja-gereja masa kini sungguh-sungguh mencari dan menemukan strategi Tuhan yang khusus untuk tiap-tiap pelayanan misi yang kita kerjakan.
TEKNOLOGI DAN TANGGUNG JAWAB ORANG KRISTEN Phanny Tandy Kakauhe
Missio Ecclesiae Vol. 2 No. 1 (2013): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v2i1.23

Abstract

Kemajuan dunia di segala bidang melalui ilmu pengetahuan dan teknologi sesungguhnya berakar atau bersumber pada karya Tuhan sendiri yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang diberikan kemampuan untuk merekreasi kreasi Tuhan. Itu sesuai dengan amanat Tuhan sendiri kepada manusia yaitu amanat kebudayaan yang tertulis dalam Kejadian 1:28. Amanat budaya ini hanya diberikan kepada manusia sebagai ciptaan Allah yang paling istimewa, karena manusia diciptakan menurut gambar atau rupa Allah. Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab dalam menunaikan tugas usaha pengembangan ilmu dan teknologi, baik bagi para teknokrat, maupun usahawan, buruh, pemerintah dan juga orang-orang yang turut ambil bagian dalam ilmu dan teknologi, harus selalu mengingat syarat pokok keagamaan dan kesusilaan yang dituntut oleh Tuhan dari manusia dalam mengusahakan dan mengembangkan ilmu dan teknologi itu, antara lain: (1) Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Ams 1:7a); (2) Jangan mengucapkan saksi dusta (Kel 20:16a), yang penting di dalam ilmu dan teknologi ialah mengucapkan atau memberi kesaksian; (3) Syarat keagamaan dan kesusilaan yang perlu dipertahankan dalam bidang ilmu dan teknologi ialah rendah hati, dan tidak sombong;
ALIRAN KEBATINAN DI PULAU JAWA DAN PENDEKATAN IMAN KRISTEN Cecilia Ilona
Missio Ecclesiae Vol. 2 No. 1 (2013): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v2i1.24

Abstract

Aliran kebatinan yang hanya menekankan soal persekutuan batin dengan Tuhan, menjadi tantangan bagi kita, orang Kristen. Kita sebaiknya berdialog dan menunjukkan kepada mereka bahwa persekutuan dengan Tuhan ini terjadi apabila kita berada dalam Kristus, dan bahwa berbakti kepada Tuhan tidak dapat hanya ditekankan pada segi batin saja, melainkan kita harus berbakti kepada-Nya dengan seluruh keadaan manusia, dengan perbuatan, pikiran serta hati, dengan lahir dan batin sebab Tuhan berfirman: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37). Kita juga harus menuntun mereka agar mau menggunakan Alkitab untuk mencari jawaban bagi persoalan-persoalan yang mereka hadapi, karena Kitab Suci inilah yang dapat memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus (2 Tim 3:15). Karena segala tulisan dalam Alkitab itu diilhamkan oleh Allah untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran, sehingga tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2Tim 3:16,17). Terlebih daripada itu kita harus mampu menunjukkan dari teladan kita bahwa di dalam keresahan dan tekanan sosial, Kristus-lah sumber pengharapan kita. Jadi, jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi mereka sehingga mereka lari ke dunia mistik. Penulis setuju dengan John T. Seamands yang mengatakan bahwa cara hidup dan perbuatan kita harus benar-benar mencerminkan kasih Kristus. Kita harus menjadi saksi bahwa Yesus Kristus mempunyai kuasa untuk mengubah diri kita dan diri mereka juga. Kita uraikan bagaimana Yesus melayani yang sakit, yang lapar dan yang putus asa dan bukti dari kasih-Nya ketika sekalipun di kayu salib Dia masih berdoa: “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan (Luk 23:34).”Yang terutama harus kita tonjolkan adalah kesucian dan kesalehan, kasih dan belas kasihan, perhatian dan pertolongan-Nya kepada yang miskin, yang di dalam keperluan, yang sakit dan yang berdosa. Pengharapan dari iman Kristen juga perlu ditekankan: damai Allah, sukacita, penghiburan, pengharapan akan kedatangan-Nya kembali dan harapan akan mewarisi kerajaan Sorga. Semoga dengan demikian mereka dapat diyakinkan betapa pentingnya mereka menerima Yesus sebagai Juruselamat menuju kehidupan kekal.
KEBANGKITAN TUBUH MENURUT I KORINTUS 15:25-58 DAN IMPLIKASI ETIS Danik Astuti Lumintang
Missio Ecclesiae Vol. 2 No. 1 (2013): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v2i1.25

Abstract

Kebangkitan tubuh atau orang mati dalam 1 Korintus 15:25-58 adalah misteri yang menjadi pokok bahasan hangat di sepanjang zaman. Hal ini dinyatakan sebagai misteri, karena masih menjadi perbincangan atau pertanyaan bagi banyak orang Kristen sendiri. Tidak sedikit orang Kristen yang memiliki doktrin yang benar, pengetahuan dan pemahaman yang cukup, namun doktrin atau pengetahuan dan pemahaman yang benar tersebut tidak nampak atau tidak tercermin pada sikap yang benar. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang bertanya, dengan tubuh apakah orang percaya dibangkitkan. Apakah dengan tubuh yang telah rusak, tubuh yang tercerai berai karena orang tersebut waktu meninggal mengalami kecelakaan, apakah benar tubuh itu yang dibangkitkan? dan apakah orang yang sudah meninggal, pada saat tubuh dibangkitkan, mereka dapat bertemu dengan keluarganya, seorang suami dapat bertemu dan melihat istrinya dengan tubuh yang dahulu dia lihat ataukah sebaliknya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hingga kini masih menjadi misteri bagi banyak orang, mereka belum mendapatkan jawaban yang benar. Karena itulah penulis ingin memberikan jawaban yang benar mengenai kebangkitan tubuh atau orang mati menurut surat 1 Korintus 15:25-58.
IBADAH SEBAGAI GAYA HIDUP MENURUT ROMA 12:1 DAN IMPLIKASINYA BAGI IBADAH MASA KINI Jammes Juneidy Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 2 No. 1 (2013): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v2i1.26

Abstract

Ibadah yang sejati bukan hanya didasarkan pada pengalaman tetapi didasarkan pada sebuah pemahaman teologis yang mendasar. Artinya ibadah harus di dasarkan pada Alkitab yang adalah Firman Allah. Maka kebenaran dari ibadah bersifat mutlak dan harus dilakukan. Jika ibadah didasarkan kepada pengalaman pribadi, maka kebenaran dari ibadah tersebut tergantung apa kata pribadi sehingga nilai kebenarannya adalah relatif, manusia sebagai penentu kebenaran. Jika kebenaran ibadah adalah relatif, maka ibadah dapat ditolak yang berarti perlawanan terhadap Allah. Ibadah yang didasarkan pada pengalaman semakin jelas tujuannya yaitu ibadah antropocentris. Karena itu, ibadah harus dikaji secara teologis dengan melihat beberapa aspek penting yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan berfondasi pada Alkitab. Jika hal ini dilakukan, maka dipastikan bahwa ibadah tersebut adalah ibadah yang sehat karena memberi gizi yang tepat bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah.
GEREJA DAN TRANSFORMASI KRISTEN SUATU TINJAUAN KRITIS TERHADAP MISI GERAKAN TRANSFORMASI Ridwan Henry Simamora
Missio Ecclesiae Vol. 2 No. 1 (2013): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v2i1.27

Abstract

Fenomena Gerakan Transformasi yang berkembang di Indonesia, satu sisi harus diberi apresiasi. Upaya yang dilakukan dalam beberapa kegiatan akbar sebagai wujud ingin mempersatukan lembaga-lembaga Gereja dan gerejawi dalam kegiatan persekutuan dan doa bersama, serta berkolaborasi antara tokoh-tokoh nasional dengan internasional telah memberi pengaruh yang cukup signifikan, dan bahkan bisa disebutkan sebagai suatu kegiatan yang fenomenal di Indonesia. Namun demikian, harus juga dicermati kemana arah transformasi yang diinginkan. Apakah sebatas hanya untuk memperlihatkan bahwa lembaga-lembaga Gereja dan Gerejawi dapat berkumpul bersama-sama, wujud dari kesatuan, atau untuk memperlihatkan bahwa Tuhan berkarya meningkatkan jumlah orang-orang Kristen? Jika bisa disebutkan dengan bahasa iman. Atau hanya sebatas suatu kegiatan Kristen rohani yang didukung oleh sebagian dari tokoh-tokoh Kristen internasional atau dengan bahasa “kumpul-kumpul bareng”? Atau bisa jadi kegiatan tersebut justru tidak rohani (berbagai perspektif dapat berkembang untuk terminologi istilah rohani, bahkan penyimpangannya). Kemanakah arah yang mau dibawa oleh tokoh-tokoh Kristen untuk transformasi di Indonesia? Jika tanpa merumuskan secara sistematis dan pengakuan bersama akan apa yang dilakukan di dalam Gereja serta di luar Gereja. PL dan PB mendorong manusia untuk memperbaiki dunia. Allah, hakim-hakim, para nabi, raja-raja, dan Yesus melakukan upaya yang terus menerus dalam memberitakan suara transformasi; keadilan dan kebenaran, menaati hukum, mengkritisi ketidakadilan dan ketidakbenaran, membela hak-hak orang yang miskin, lemah, yang ditindas, serta mengupayakan kesejahteraan bangsa. Keberadaan dunia ini pada dasarnya tidak jahat, melainkan baik karena diciptakan Tuhan. Tentu ciptaan yang baik itu telah dinodai oleh dosa. Manusia telah memanipulasi dan merampas kebaikan dan kasih yang benar. Namun ciptaan itu masih berharga dan perlu diperbaiki di dalam penebusan Kristus. Gereja atau orang Kristen tidak berhak menolak keberadaan dunia yang merupakan ciptaan Allah di dalam Kristus (Kol 1:15-16), melainkan ikut serta memberi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh dunia. Dunia adalah dunia Allah di mana Gereja hidup dan tinggal menjadi berkat. Gerakan Transformasi yang menekankan mobilisasi doa massa bisa jadi hanya mengarah kepada pencapaian kesatuan Gereja-gereja, dan upaya damai sejahtera (feel good theology) yang akan dialami secara transformatif di Indonesia. Hal itu bisa saja menjadi gerakan yang lebih mirip ambisi doa dan perilaku “nabi-nabi” yang dikritik oleh beberapa nabi dan Tuhan Yesus. Jika Gereja tidak menyuarakan kebenaran dengan mengingatkan pemerintah, para politikus, para tokoh agama, para pengusaha secara khusus pemimpin dan pengusaha Kristen yang sarat dengan prilaku KKN dan mengabaikan hukum serta tidak adanya upaya yang sistematis dari pihak Gereja untuk memperbaiki keadaan sosial, maka doa-doa orang Kristen bisa jadi hanya sebatas artifisial belaka. Artinya doa-doa yang diungkapkan dan “kumpul-kumpul bareng” tidak menjadi edukasi bagi orang-orang Kristen, dapat dilepaskan dari prilaku hidup benar, serta terlepas dari takut akan Tuhan dan mengabaikan hukum yang merupakan prasyarat kesejahteraan bangsa dan Negara. Jika di dalam Gereja dan Yayasan Kristen serta partai politik sendiri menyimpan kebusukan dan mempertontonkan perilaku ketidakadilan dan ketamakan akan kekuasaan dan harta serta tidak memperdulikan kesejahteraan orang lain, maka transformasi seperti apa yang dapat kita harapkan? Pada satu sisi gerakan transformasi yang telah dikemukakan di atas harus dihargai dalam upaya untuk kesatuan Gereja-gereja Tuhan di Indonesia, serta upaya mengembangkan spirit kerjasama antar orang-orang Kristen dalam persekutuan. Namun pada sisi lain, gerakan tersebut menyisakan persoalan-persoalan yang tidak kalah merisaukan, sebab spirit transformasi yang ditawarkan adalah dalam rangka mobilisasi masa untuk menghacurkan kuasa kegelapan bukannya upaya sistematis dalam menyuarakan pertobatan dan memberlakukan keadilan serta upaya menanggulangi kemiskinan yang merupakan salah satu isu utama di Indonesia, demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Gereja dan umat Tuhan membutuhkan keseriusan dalam upaya transformasi di dalam Kristus, merumuskan dan mengajar-ajarkan dogma dalam ibadah dan keharmonisannya dengan kehidupan praktis sebagai tanggungjawab dan ketaatan kepada Allah dan sesama. Hal itu berarti Gereja akan bergumul dengan isu-isu yang berkembang dan kompleks pada eranya dan mungkin sekali sebagai suatu persiapan kedepan dalam kerangka mempersiapkan yang pada umumnya disebut tanggungjawab pelayan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

Page 1 of 15 | Total Record : 141