cover
Contact Name
Frets Keriapy
Contact Email
fretskeriapy1106@gmail.com
Phone
+6282138755314
Journal Mail Official
jurnaledulead@gmail.com
Editorial Address
RT 09 RW 01, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang - Jawa Tengah
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership
ISSN : 2722645X     EISSN : 27225658     DOI : 10.47530
Core Subject : Religion, Education,
EDULEAD merupakan wadah publikasi ilmiah hasil penelitian di bidang Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Anak Usia Dini dan Kepemimpinan Kristen, bagi para dosen di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Kristen Terpadu PESAT, Salatiga, dan institusi lain yang memiliki bidang kajian yang serupa. Selanjutnya yang menjadi fokus dan jangkauan dari EDULEAD adalah: Pendidikan Agama Kristen Pendidikan Anak Usia Dini Kepemimpinan Kristen Kepemimpinan Anak. Dalam jurnal EDULEAD yang menjadi fokus dan jangkauan penelitian adalah: 1. Pendidikan Agama Kristen 2. Pendidikan Anak Usia Dini 3. Kepemimpinan Kristen 4. Kepemimpinan Anak
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 93 Documents
Reorientasi Pendidikan Kristen Melalui Teologi Persahabatan Yornan Masinambow
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.123

Abstract

This article aims to stressed friendship to embrace and then to empower Christian education so can be a friendly, egaliter, or emancipatory reorientation occurs between educators and learners through mutual interaction. The reorientation of Christian education through friendship theology is believed to be able to dismantle the reality of the authoritarian, superior, top-down Christian education praxis with a hierarchical face. Reorientation of Christian education through friendship theology believed can be able to dismantle the reality of the authoritarian, superior, top-down Christian education praxis with a hierarchical perspective. This article uses a descriptive qualitative approach where the author describes the theories about friendship theology and Christian education related to the purpose of writing this article, then brings them together through an interpretive study. The results of this study offer at least four aspects of friendship theologically for the reorientation of Christian education, namely; Christian education on shared story friendship where friendly relations between educators and students are emphasized to share everyday stories, Christian education on the friendship of love with respect and respect for one another, Christian education on the friendship of reciprocal commitments, where equal equality relations, doing hospitality, the common good. Then the Christian education of friendship to implement a shared vision where dialogue exists, and continues to build a balanced learning process as friends dynamically. AbstrakArtikel ini hendak menekankan teologi persahabatan yang merangkul, memberdayakan pendidikan Kristen agar terjadinya reorientasi ramah, egaliter atau emansipatoris antara pendidik dan peserta didik melalui interaksi bersama. Reorientasi pendidikan Kristen melalui teologi persahabatan diyakini mampu membongkar realitas praksis pendidikan Kristen yang otoriter, superior bersifat top-down yang berpandangan hierarkis. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana penulis mendeskripsikan teori-teori seputar teologi persahabatan dan pendidikan Kristen yang terkait tujuan penulisan artikel ini, kemudian memercakapkan keduanya melalui pengkajian interpretatif terhadapnya. Hasil penelitian ini menawarkan setidaknya empat aspek persahabatan secara teologis untuk reorientasi pendidikan Kristen yakni; pendidikan Kristen persahabatan shared story dimana relasi sahabat antara pendidik dan peserta didik ditekankan untuk berbagi cerita sehari-hari, pendidikan Kristen persahabatan cinta kasih dengan adanya rasa hormat serta menghargai satu dengan yang lain, pendidikan Kristen  persahabatan komitmen timbal-balik, dimana relasi persamaan yang setara, melakukan keramahan, kebaikan bersama. Kemudian pendidikan kristen persahabatan untuk menerapkan visi bersama dimana hadirnya dialog, dan terus membangun proses pembelajaran yang seimbang sebagai sahabat secara dinamis.
Analisis Kata “Gembala” pada Mazmur 23:1 Dan Implikasinya Dalam Praktik Kepemimpinan Kristen di Era Disrupsi Teknologi Verry Willyam
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.138

Abstract

Christian leadership in the current era of disruption looks like it has lost its way, especially in terms of examples. This article aims to re-open the eyes of Christian leaders who are already satisfied with their leadership style, let alone feel they are the most spiritual. Often say and recite the word of God in sermons and advice but ignore the meaning that can be used as a benchmark for a healthy leader for the people he leads. By studying Ps. 23:1 regarding the image that God is my shepherd, invites the reader to interpret literally the meaning of the metaphor in the canticle, where the magnitude of the role of a shepherd (leader) is in the life of the Israelites. By using the text analysis method in finding and understanding the meaning of the verse both lexically and in in-depth grammatical exploration through text analysis, Allah is my shepherd and making it happen for pastoral leadership in the era of disruption. It is described that the intention of the psalmist is like a hope that the Israelites (sheep) can always be under God's guidance through leaders (prophets, kings, elders, and priests) who imitate God as the picture of the perfect Shepherd at that time. Thus, in the era of disruption, it is hoped that shepherds can emulate and be the answer to David's song, and have a positive impact in serving believers (Christians). To always hope in God. As well as having leaders who imitate Christ and lead believers in responding to the changing times that are getting faster. AbstrakKepemimpinan Kristen di era disrupsi saat ini terlihat seperti kehilangan arah terutama dalam hal keteladanan. Tulisan ini bertujuan membuka kembali mata para pemimpin Kristiani yang sudah merasa puas terhadap gaya kepemimpinannya, apalagi merasa paling rohani. Sering mengucapkan dan melafalkan firman Tuhan di dalam khotbah dan nasihat-nasihat namun mengabaikan makna yang dapat dijadikan sebuah tolak ukur pemimpin yang sehat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Dengan mengkaji Mzm. 23:1 mengenai gambaran Allah adalah gembalaku, mengajak pembaca memaknai secara harafiah maksud dari metafora di dalam kantikel tersebut, di mana besarnya peran seorang gembala (pemimpin) dalam kehidupan bangsa Israel. Dengan menggunakan metode analisis teks dalam menemukan dan menafsirkan makna ayat tersebut baik secara leksikal dan gramatikal menggali secara dalam melalui analisis teks Allah adalah gembalaku dan implikasinya bagi kepemimpinan gembala di era disrupsi. Digambarkan bahwa maksud dari pemazmur ialah seperti sebuah harapan bangsa Israel (domba) dapat senantiasa selalu dalam tuntunan Allah melalui pemimpin ( nabi, raja, tua-tua, dan imam) yang meneladani Allah sebagai gambaran Gembala yang sempurna pada masa itu. Demikian di era disrupsi, para gembala diharapkan dapat meneladani dan menjadi jawaban atas nyanyian Daud tersebut, dan membawa dampak positif dalam melayani orang percaya (Kristen). Agar senantiasa selalu berharap kepada Tuhan. Serta memiliki pemimpin yang meneladani Kristus yang memimpin orang percaya dalam menyikapi perubahan zaman yang semakin cepat.
Analisis Kepemimpinan Daud dalam 1 Samuel 23:1-13 berdasarkan Teori Kepemimpinan Spiritual dari Louis William Fry Yose Yose; Panca Parulian S.
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.125

Abstract

The starting point of the author's thoughts to elaborate  spiritual leadership with theological foundations is the discovery of phenomena both in general and in the church related to leadership deviations. To achieve this, this study uses a narrative hermeneutic approach, and the results of the analysis are viewed using the perspective of Fry's theory of spiritual leadership. The results of the analysis are (1) Spiritual leadership that Fry has described with elements of Vision, Faith/Hope and Altruistic Love can also be seen in David's leadership in the text of 1 Samuel 23:1-13; (2) David's leadership can be used as a good example in leadership in general and also in Christian leadership in transformation efforts by relying on God and putting the vision on Faith/Hope to God, seeking God before making a decision to act; and (3) the success of the vision in David's leadership was not the achievement of his personal goals and the goals of his followers, but the achievement of God's purposes; and (4) The application of Altruistic Love in leadership will be able to bring change in a much better directionAbstrakTitik pangkal pemikiran penulis dalam membangun kepemimpinan spiritual dengan fondasi teologis adalah ditemukannya fenomena-fenomena baik umum dan gereja terkait penyelewengan kepemimpinan. Untuk mencapai itu, penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika naratif dan hasil dari analisis tersebut dilihat menggunakan perspektif teori kepemimpinan spiritual dari Louis W. Fry. Hasil dari analisis tersebut adalah (1) Kepemimpinan spiritual yang telah dijelaskan Fry dengan elemen Visi, Iman/Harapan dan Cinta Altruistis dapat terlihat juga dalam kepemimpinan Daud dalam teks 1 Samuel 23:1-13; (2) Kepemimpinan Daud dapat dijadikan teladan baik dalam kepemimpinan secara umum dan juga di dalam kepemimpinan Kristen dalam upaya transformasi dengan bergantung kepada Tuhan dan meletakan visi pada Iman/Harapan kepada Tuhan, mencari Tuhan sebelum mengambil keputusan untuk bertindak; dan (3) Keberhasilan visi di dalam kepemimpinan Daud bukanlah tercapainya tujuan pribadinya dan tujuan pengikutnya, melainkan tercapainya tujuan Tuhan; dan (4) Penerapan Cinta Altruistis dalam kepemimpinan akan mampu membawa perubahan ke arah yang jauh lebih baik.
Kontribusi Pendidikan Agama Kristen Berbasis Literasi-Numerasi terhadap Strategi Pengembangan Keterampilan Literasi-Numerasi di Indonesia Samuel Reinhard Yokom
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.144

Abstract

AbstractThis research wants to explain what Christian  education is like and how it is based on higher-order thinking skills based on the accommodation of existentialism philosophy in the context of the church, and how it contributes to the development of literacy-numeration skills of students more broadly starting from schools in social life. This research is library research using a qualitative descriptive approach and utilizing textbooks and articles or scientific journals as research data. The results of the study found that existentialist thinking places great emphasis on learning outcomes that are processed and oriented towards (attaining) higher-order thinking skills through strengthening students' creativity as the basis needed for critical-creative skills towards high-order thinking (HOTS) which are needed in empowering and developing various resources for the common welfare. Such things are needed in the context of Christian education in the current existentialist era to balance the strengthening of moral and spiritual skills with the cognitive skills of students so that they can contribute to students' literacy-numeration skills in the form of moral-ethical literacy which leads to solidarity skills.AbstrakPenelitian ini utamanya dilatarbelakangi oleh dua hal. Pertama, rendahnya keterampilan literasi-numerasi naradidik di Indonesia. Kedua, meningkatnya kebutuhan penguatan keterampilan literasi-numerasi naradidik dari berbagai lintas kurikulum. Di saat bersamaan, peranan PAK dalam membantu meningkatkan keterampilan literasi-numerasi tampaknya kurang begitu diperhatikan. Dengan demikian, penelitian ini hendak memaparkan seperti apa dan bagaimana Pendidikan Agama Kristen yang berbasis keterampilan berpikir taraf tinggi berdasarkan pengakomodasian filsafat eksistensialisme dalam konteks ke-Indonesiaan, serta bagaimana kontribusinya terhadap pengembangan keterampilan literasi-numerasi naradidik secara lebih luas yang dimulai dari sekolah dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan memanfaatkan buku teks dan artikel atau jurnal ilmiah sebagai data penelitian. Hasil penelitian menemukan, bahwa pemikiran eksistensialisme sangat menekankan pada capaian pembelajaran yang berproses dan berorientasi pada (pencapaian)  keterampilan berpikir tingkat tinggi, melalui penguatannya terhadap kreativitas naradidik, sebagai dasar yang dibutuhkan bagi penguatan keterampilan literasi-numerasi. Hal-hal demikian diperlukan dalam konteks Pendidikan Agama Kristen di era eksistensialis saat ini, guna semakin menyeimbangkan penguatan keterampilan moral dan spiritual dengan keterampilan kognitif naradidik sehingga mampu berkontribusi terhadap keterampilan berpikir kritis-kreatif tingkat tinggi etis-teologis, yang bermuara pada keterampilan literasi-numerasi moral-etis dan keterampilan bersolidaritas. 
Implementasi Pemuridan Transformatif Berbasis Pendidikan Kristen Bagi Generasi Era Digital pada Gereja XYZ di Tangerang Wayan Kawi Arliyanti; Khoe Yao Tung
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.145

Abstract

Numerous studies have shown that digital technology, specifically information technology, has shaped the characteristics of this generation. Therefore, this digital generation needs to be prepared to face the challenges of this day and age through spiritual education that creates a transformed life. Discipleship in small groups as a form of Christian education generates transformation because it has the potential to cause internalization and multiplication. XYZ church in Tangerang have implemented discipleship for the young digital generation in the form of KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) for more than 10 years. This research aims to understand the experience of discipleship for the digital generation and how it impacts their spiritual growth. Phenomenological qualitative research is used as the research design. The collected data comes from in-depth interviews with KTB members, along with their parents and KTB mentors. The research results show that the KTB member’s understanding of discipleship within KTBs is a process where they are mentored personally to spiritually grow through deep knowledge of the Scripture, better application of the word of God, and involvement in mission and ministry. A community with a healthy relationship is an excellent medium for spiritual growth within the members of “Kelompok Tumbuh Bersama”.AbstrakBeberapa penelitian menyatakan bahwa teknologi digital khususnya teknologi informasi telah membentuk karakteristik generasi ini. Maka generasi digital ini harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan zaman ini dengan memberikan pendidikan spiritual yang menghasilkan transformasi hidup. Pemuridan transformatif berbasis pendidikan Kristen dalam kelompok kecil memungkinkan terjadinya internalisasi dan multiplikasi. Gereja XYZ di Tangerang mengerjakan pemuridan kepada generasi digital dalam bentuk Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) selama lebih dari 10 tahun.  Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengalaman pemuridan bagi generasi digital dan bagaimana pemuridan itu berdampak pada pertumbuhan rohani mereka. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam kepada anggota Kelompok Tumbuh Bersama, pembina dan orang tua yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman anggota KTB terhadap pemuridan dalam Kelompok Tumbuh Bersama adalah sebuah proses di mana mereka dibimbing secara pribadi untuk bertumbuh secara rohani melalui pengertian Firman Tuhan yang lebih mendalam, penerapan Firman Tuhan yang lebih baik dan keterlibtan dalam misi dan pelayanan. Komunitas yang memiliki relasi yang sehat merupakan media yang baik bagi pertumbuhan rohani anggota "Kelompok Tumbuh Bersama". 
Teologi Publik dan Pendidikan Agama Kristen K-12 di Indonesia: Suatu Eksplorasi Awal Adrianus Yosia
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.140

Abstract

Religion’s role is emerging in Indonesian public life today while public theology is discussed more in academic discussions in Indonesia. Hence, this article discusses the conversation between public theology and religious study, especially in a primary and secondary education context, where the dialogue between them rarely happens. Also, the urgency of this article is the phenomenon that theology is one of the aspects that influences the Indonesian public space. Hence, religious education must embrace public theology. The result of the research is three perspectives regarding the impact of public theology on primary and secondary education, the purpose of education, and also the imagination of a teacher. Based on public theology, a school is a space for the dissemination of knowledge for the vision of the common good. Then, the purpose of the education itself is to bring the students to understand public issues and can contribute something to the issue. Lastly, a teacher is a public intellectual that can bring his student to know the world. Hence, with these results, religious education also can be more explicitly involved in the issues of the public.AbstrakBelakangan ini, terlihat bahwa peranan agama semakin santer di ruang publik Indonesia. Peranan agama yang semakin santer beriringan dengan pembahasan mengenai teologi publik di ruang akademik Indonesia. Lantas, tulisan ini adalah suatu inisiasi untuk mengaitkan teologi publik dengan Pendidikan Agama Kristen yang mana keterkaitan antara keduanya jarang dibahas. Selain itu, urgensi dari tulisan ini adalah suatu fenomena bahwa teologi pun merupakan salah aspek yang memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen pun perlu untuk memeluk isu ini. Kajian ini akan dibangun berdasarkan studi interdisiplin PAK dan juga teologi publik. Hasil akhir dari tulisan ini adalah tiga perspektif mengenai teologi publik terhadap sekolah, tujuan pendidikan dan juga imajinasi guru. Berdasarkan teologi publik, sekolah adalah ruang diseminasi pengetahuan mengenai visi kemaslatan bersama. Lalu, tujuan pendidikan Kristen sendiri adalah untuk membawa peserta didik mengerti isu-isu publik dan dapat melakukan sesuatu di dalamnya. Terakhir, guru adalah seorang intelektual publik yang dapat membawa siswanya mengenal dunia. Kesimpulannya adalah bagaimana PAK pun dapat berbagian dalam perkembangan di ruang publik Indonesia lewat teologi publik.
Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Melalui Pendekatan Norma Agama dan Perubahan Perilaku dalam Mengatasi Bullying Antar Siswa di SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah Silvia Rahmelia; Stephanus Prihadi; Nopitha Nopitha
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.142

Abstract

 Role of Christian religious education teachers is considered strategic in cultivate character and behavior of Christian students as an extension of God's hand in the world whose full of love. However, the current reality is inversely proportional to the bullying phenomena that occur in schools. Bullying among students that occurred at SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah motivated researchers to identify the role of Christian education teachers at that school in overcoming bullying through the approach of religious norms and behavior change. The aims of this research were to identify forms of bullying and describe the role and efforts of teachers in dealing with bullying at SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah. This research uses a qualitative approach with observation, interviews and documentation as data collection techniques. Results proved that the forms of student bullying behavior that occurred at  SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah were in the category of verbal and realtion/social bullying. Based on research findings, teachers have carried out roles and efforts such as 1) preparing several students to be appointed as "friends" for victims of bullying; 2) allocate time or special sessions to communicate with perpetrators/victims of bullying before subjects end; 3) give advice and direct bullying students to write a statement/commitment letter; 4) creating an anti-bullying environment consistently by voicing the content of religious values and norms in the ceremonial supervisor's speech session.AbstrakPeran Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) terbilang strategis dalam membentuk perilaku siswa Kristen yang penuh cinta kasih sebagai perpanjangan tangan Tuhan di dunia. Namun realita saat ini berbanding terbalik dengan banyaknya fenomena perundungan yang terjadi di sekolah. Perundungan antar siswa yang terjadi di SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah melatarbelakangi peneliti untuk mengidentifikasi peran guru PAK di sekolah tersebut dalam mengatasi perundungan melalui pendekatan norma agama dan perubahan perilaku. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi bentuk-bentuk perilaku perundungan di SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah; 2) mendeskripsikan peran dan upaya guru PAK dalam mengatasi perundungan di SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa bentuk-bentuk perilaku perundungan siswa yang terjadi di SMPN Satu Atap-1 Katingan Tengah ialah dalam kategori perundungan lisan dan hubungan. Berdasarkan temuan penelitian, guru PAK telah melakukan peranan dan upaya seperti 1) mempersiapkan beberapa siswa untuk ditunjuk sebagai “sahabat” bagi siswa korban perundungan; 2) mengalokasikan waktu atau sesi khusus untuk berkomunikasi dengan pelaku dan korban perundungan sebelum berakhir mata pelajaran PAK; 3) memberi nasihat dan mengarahkan siswa pelaku perundungan untuk menulis surat pernyataan/surat komitmen; 4) menciptakan lingkungan anti bullying secara konsisten dengan menyuarakan muatan nilai dan norma agama pada sesi amanat pembina upacara.
The Parenting Impact of Controlling Mom in Sunday School Children's Emotional Problems Tambunan, Debora Tiurlan
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 5, No 2 (2024): Pendidikan Agama Kristen dan Kepemimpinan - Desember 2024
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v5i2.225

Abstract

AbstrakPeran ibu membentuk kecerdasan emosional seseorang. Henry Cloud dan John Townsend menciptakan enam kelompok ibu bermasalah dan masing-masing memiliki dampak tersendiri terhadap masalah emosional anak. Salah satu permasalahan dalam mengasuh anak adalah ibu yang mengontrol dan hal ini banyak dijumpai di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Penelitian ini menjawab pertanyaan apa dampak kontrol ibu terhadap masalah emosional anak Sekolah Minggu GBIS Bunga Bakung Magelang. Penelitian kualitatif ini menemukan perasaan malu, sakit hati, depresi dan kemarahan yang tidak sehat. Sedangkan gangguan kecemasan dan perasaan bersalah yang dikemukakan oleh Henry Cloud dan John Townsend tidak ditemukan dalam penelitian ini. 
Kepemimpinan Gembala Dan Pembelajaran Moral: Sebuah Studi Kasus Tentang Perlakuan Atas Perilaku Indisiplin Siswa SMA XYZ Manado Berdasarkan Teori Tahapan Moral Lawrence Kohlberg Agustin, Irene
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 5, No 2 (2024): Pendidikan Agama Kristen dan Kepemimpinan - Desember 2024
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v5i2.244

Abstract

This research aims to investigate the causes of students' indisciplined behavior and propose appropriate leadership strategies to overcome this. In this study, a qualitative approach was used to conduct a case study conducted with interviews using instruments from the story of Heinz's dilemma presented by Lawrence Kohlberg. The presentation of Heinz's dilemma is used to identify the position of the moral stages of indiscipline perpetrators. Then interviews were also conducted with the teachers to find out the leadership approach and treatment that has been applied so far. The results of the study show that the leadership and treatment methods used by teachers are not suitable for the various moral stages of students. Most teachers only hit one treatment flat to apply to all students. The results of this study recommend that teachers apply a shepherd leadership model that emphasizes in-depth recognition of student characteristics before treating students. This shepherd leadership model is then applied using the Heinz dilemma instrument, which is to identify the moral stages that students have and after that they can be treated according to their respective moral stages. Knowing the moral stage of students is part of the teacher's introduction before giving treatment so that in the end it will help in dealing with indisciplined behavior more effectively.AbstrakPenelitian ini bertujuan menyelidiki penyebab perilaku ketidakdisiplinan siswa dan mengusulkan strategi kepemimpinan yang tepat untuk mengatasi hal ini. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif studi kasus yang dilakukan dengan wawancara menggunakan instrumen dari kisah dilema Heinz yang dipaparkan oleh Lawrence Kohlberg. Pemaparan kisah dilema Heinz digunakan untuk mengidentifikasi posisi tahapan moral pelaku indisiplin. Kemudian wawancara juga dilakukan kepada para guru untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan dan perlakuan yang selama ini diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kepemimpinan dan perlakuan yang digunakan oleh guru tidak cocok dengan tahapan moral siswa yang beragam. Sebagian besar Guru hanya memukul rata satu perlakuan untuk diterapkan bagi semua siswa. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar guru menerapkan model kepemimpinan gembala yang lebih menekankan pengenalan mendalam terhadap karakteristik siswa sebelum memberi perlakuan kepada siswa. Model kepemimpinan gembala ini kemudian diaplikasikan dengan menggunakan instrumen dilema Heinz yakni mengidentifikasi tahap moral yang dimiliki siswa dan setelah itu dapat diberikan perlakuan sesuai dengan tahapan moral masing-masing. Mengetahui tahap moral siswa merupakan bagian pengenalan guru sebelum memberikan perlakuan sehingga pada akhirnya akan membantu dalam menangani perilaku ketidakdisiplinan secara lebih efektif.
Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keteladanan Mahasiswa Dalam Pelayanan Umat Dengan Model IEO (Input-Environment-Outcome) Pada Sekolah Tinggi Teologi Di Kabupaten Semarang Kusumaningrum, Christyan Dyah; Sutarto, Joko; Yanto, Heri
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 5, No 2 (2024): Pendidikan Agama Kristen dan Kepemimpinan - Desember 2024
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v5i2.232

Abstract

Pendidikan merupakan salah satu sarana penting yang membawa individu pada perubahan melalui pengembangan diri. Sekolah Tinggi Teologi (STT) adalah lembaga pendidikan yang mencetak calon-calon pelayan umat. STT harus mampu membekali mahasiswa baik secara kognitif maupun dalam pembentukan sikap. Seiring dengan tuntutan masyarakat yang terus meningkat terhadap kinerja pemimpin umat. Sikap keteladanan merupakan salah satu tuntutan yang harus dimiliki oleh pemimpin umat. Masyarakat memerlukan pemimpin umat yang mampu jadikan sebagai sosok teladan. Penelitian ini mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi sikap keteladanan dalam pelayanan umat pada mahasiswa STT di Kab. Semarang. Mencakup lima variabel yaitu dukungan keluarga, pemenuhan fasilitas belajar, motivasi berprestasi, student engagement dan sikap keteladanan. Dengan mengadakan survei untuk mengumulkan data tentang kelima variabel. Penelitian ini mengumpulkan 175 item data yang dianalisis menggunakan deskriptif dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh student engagement terhadap sikap keteladanan, terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap sikap keteladanan dalam pelayanan umat, terdapat pengaruh positif motivasi berprestasi terhadap student engagement, terdapat pengaruh pemenuhan fasilitas belajar terhadap student engagement, terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap student engagement, dukungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan fasilitas belajar, dan terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap pemenuhan fasilitas belajar.

Page 8 of 10 | Total Record : 93