cover
Contact Name
Cecep Romli
Contact Email
cecep.romli@uinjkt.ac.id
Phone
+6281210424703
Journal Mail Official
jurnal.dakwah@uinjkt.ac.id
Editorial Address
Gedung Faklutas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta Jl. Ir. H. Juanda no 95 Ciputat Tangerang Selatan
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
ISSN : 14112779     EISSN : 26861283     DOI : https://10.15408/dakwah
DAKWAH: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan is a journal that publishes original research and current issues on dawah and communication studies in Indonesian and Asean society. The focus study of DAKWAH: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan are Dakwah Management Islamic Guidance and Counseling Study Communication and Broadcasting of Islam Journalistic Social Welfare. Development of Islamic Society.
Articles 83 Documents
DAKWAH DI TENGAH PLURALISME AGAMA: Studi Pemikiran Dakwah Inklusif Alwi Shihab Ade Masturi
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 21, No 1 (2017): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v21i1.11795

Abstract

Para ahli agama (Islam) sudah banyak merumuskan konsep dakwah yang sejalan dengan nilai-nilai al-Qur’an dan sunnah. Salah satu cendekiawan Muslim yang konsens dengan dakwa Islam inklusif adalah Alwi Shihab. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pemikiran Alwi Shihab tentang dakwah di tengah tantangan pluralisme agama? Tulisan ini merupakan hasil penelitian atas karangan Alwi Shihab Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama; Islam Sufistik; dan Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Selain itu juga mengeksplorasi bagaimana penilaian dan pandangan berbagai kalangan melalui tulisan mereka tentang tokoh tersebut.Menurut Alwi Shihab, dakwah di Indonesia harus menentukan prioritasnya. Orientasi kerja dakwah seharusnya diarahkan ke arah perwujudan ummatan washata (umat pertengahan dan berorientas pada kualitas), kemudian untuk menumbuhkan perkembangan kehidupan beragama yang sehat dan damai melalui dialog yang konstruktif. Ada beberapa pokok pikirannya tentang dakwah di tengah pluralisme yakni niat, dipercaya, kata sesuai dengan tindakan. Dakwah harus ditujukan untuk menghidupkan kembali semangat Islam melalui pendidikan yang layak yang menjadikan setiap Muslim duta yang potensial bagi Islam. Menghindari Ekstrimisme dalam penyampaian dakwah. Tasamuh (toleransi), dan ‘adl (keadilan) dan menghormati norma-norma budaya lokal selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Para ahli agama (Islam) sudah banyak merumuskan konsep dakwah yang sejalan dengan nilai-nilai al-Qur’an dan sunnah. Salah satu cendekiawan Muslim yang konsens dengan dakwa Islam inklusif adalah Alwi Shihab. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pemikiran Alwi Shihab tentang dakwah di tengah tantangan pluralisme agama? Tulisan ini merupakan hasil penelitian atas karangan Alwi Shihab Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama; Islam Sufistik; dan Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Selain itu juga mengeksplorasi bagaimana penilaian dan pandangan berbagai kalangan melalui tulisan mereka tentang tokoh tersebut.Menurut Alwi Shihab, dakwah di Indonesia harus menentukan prioritasnya. Orientasi kerja dakwah seharusnya diarahkan ke arah perwujudan ummatan washata (umat pertengahan dan berorientas pada kualitas), kemudian untuk menumbuhkan perkembangan kehidupan beragama yang sehat dan damai melalui dialog yang konstruktif. Ada beberapa pokok pikirannya tentang dakwah di tengah pluralisme yakni niat, dipercaya, kata sesuai dengan tindakan. Dakwah harus ditujukan untuk menghidupkan kembali semangat Islam melalui pendidikan yang layak yang menjadikan setiap Muslim duta yang potensial bagi Islam. Menghindari Ekstrimisme dalam penyampaian dakwah. Tasamuh (toleransi), dan ‘adl (keadilan) dan menghormati norma-norma budaya lokal selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam.
IMPLIKASI BANK ASI TERHADAP KETENTUAN HUKUM RADHA’AH SEBAGAI WUJUD DINAMIKA ISLAM DI INDONESIA farida nurun nazah
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 23, No 1 (2019): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v23i1.13927

Abstract

AbstractOfficially, there is no ASI Bank institution in Indonesia. But in practice, the legal facts are found in the community in the form of breastfeeding donors (donor ASI). In principle, the performance process of distributing breast milk banks and breast milk donors has many similarities. However, the breastfeeding donors in the community are not always redeemed by payment, in contrast to the concept of Bank ASI which is clear and clearly trades breast milk. From an Islamic legal perspective, these two legal facts have the same legal effect on the provisions of radha'ah (mahram sepersusuan). If the process of distributing breastfeeding donors is not carried out according to the provisions of Islamic law, then the practice of breastfeeding donors can violate the provisions of radha'ah so that Islam cannot justify it. AbstrakSecara resmi, belum ada lembaga Bank ASI di Indonesia. Namun secara praktek, fakta hukumnya ditemukan di masyarakat dalam bentuk donor ASI. Pada prinsipnya, proses kinerja pendistribusian Bank ASI dan donor ASI punya banyak kesamaan. Hanya saja,  donor ASI di masyarakat tidak selalu ditebus dengan pembayaran, berbeda dengan konsep Bank ASI yang terang dan jelas memperjualbelikan ASI. Ditinjau dari perspektif hukum Islam, kedua fakta hukum tersebut memiliki akibat hukum yang sama terhadap ketentuan radha’ah (mahram sepersusuan). Apabila proses pendistribusian donor ASI itu tidak dilakukan menurut ketentuan hukum Islam, maka praktek donor ASI tersebut dapat melanggar ketentuan radha’ah sehingga Islam tidak dapat membenarkannya.
ANTROPOLOGI DAKWAH: Menimbang Sebuah Pendekatan Baru Studi Ilmu Dakwah Syamsul Yakin
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 22, No 1 (2018): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v22i1.12049

Abstract

Abstrak: Antropologi dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yaitu antropologi dan dakwah. Seperti juga antropologi, dakwah merupakan salah satu disiplin ilmu. Bedanya, antropologi termasuk salah satu disiplin ilmu sosial, sedangkan dakwah adalah salah satu disiplin ilmu keislaman. Dilihat dari obyek kajian, antropologi dan dakwah sama-sama mengkaji manusia dengan tingkah lakunya secara simultan. Jika dalam dakwah, para pelaku dakwah merefleksikan pemikiran-pemikiran mereka dalam karya tulis dan pengalaman-pengalaman mereka dalam aktivitas dakwah, maka secara antropologis, itulah yang disebut kebudayaan manusia pelaku dakwah. Salah displin ilmu sosial yang mengkaji aspek kebudayaan manusia adalah antropologi. Di sinilah letak perjumpaan antara antropologi dan dakwah. Dari perjumpaan ini, harus diakui bahwa dakwah adalah salah satu pembentuk budaya manusia sebagai hasil pergumulan cipta, rasa, dan karsa para da’i dan mad’u dalam satu waktu tertentu secara terus-menerus. Tegasnya, manusia yang dimaksud dalam konteks ini adalah manusia sebagai subyek dakwah (da’i) dan manusia sebagai obyek dakwah (mad’u). Pada gilirannya, tingkah laku secara menyeluruh para da’i dan mad’u tersebut menghasilkan budaya dakwah. Budaya dakwah ini, dalam kaca mata ilmu dakwah adalah unsur-unsur dakwah yang diharapkan harus melekat dalam diri manusia baik secara konsepsional-filosofis maupun praktis-implementatif. Maka bisa dikatakan bahwa produk budaya dakwah itu minimal ada empat: manusia bertauhid, manusia beribadah, manusia berakhlak, dan manusia bermualamah. Berdasar pemikiran di atas, penting kiranya dipertimbangkan penerapan teori-teori antropologi dalam pengembangan ilmu dakwah, atau secara khusus strategi dakwah. Misalnya, teori fungsionalisme, teori strukturalisme, teori simbolisme, teori interpretativisme, dan teori difusionisme.Kata Kunci: antropologi, da’i, dakwah, filsafat dakwah
Peta Dakwah Kecamatan Sawangan Kota Depok Syamsul Yakin
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 24, No 2 (2020): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v24i2.18341

Abstract

AbstractThe conditions of da’wah with various problems and solutions need to be mapped. This paper aims to provide an analysis based on research. The research is directed to collect data to arrange da’wah map at Sawangan sub district of Depok. The research uses descriptive-analytical to describe the facts of da’wah at Sawangan sub district of Depok. The method of the study is a qualitative which data are taken by using interviews. The study uses Simple Random Sampling to 100 respondents. The result of the study shows that with a comprehensive map, along with professional planning and implementation, da’wah will provide solutions to various problems of Muslims. AbstrakKondisi dakwah dengan berbagai permasalahan dan solusinya perlu dipetakan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan analisis berdasarkan penelitian. Penelitian ini diarahkan untuk mengumpulkan data untuk membuat peta dakwah di Kecamatan Sawangan Depok. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan fakta dakwah di Kecamatan Sawangan Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang pengambilan datanya menggunakan wawancara. Jumlah responden yang diwawancara adalah 100 pendakwah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan peta yang lengkap, disertai perencanaan dan pelaksanaan yang profesional, dakwah akan memberikan solusi bagi berbagai permasalahan umat Islam.
Pengaruh Motivasi Pengurus DKM Mesjid dan Kepemimpinan Ketua DKM Mesjid terhadap Kompetensi Manajerial Ketua DKM Mesjid di Kota Bogor M Taufik Hidayatulloh
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 21, No 1 (2017): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v21i1.11813

Abstract

Penelitian ini membahas tentang pengaruh motivasi pengurus DKM mesjid dan kepemimpinan ketua DKM mesjid terhadap kompetensi manajerial ketua DKM mesjid. Penelitian dilakukan dari bulan Mei-November 2015 di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengurus DKM mesjid jami merupakan populasi yang diamati pada penelitian ini yang berjumlah 456 orang. Sampel ditetapkan tiap kecamatan dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling yang berjumlah 215 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara semi terstruktur dan studi dokumentasi. Analisis statistik menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi pengurus DKM mesjid berada pada kategori sedang dengan dorongan berafiliasi menempati skor lebih tinggi dibandingkan dengan subpeubah motivasi lainnya, kepemimpinan ketua DKM mesjid berada pada kategori sedang dengan skor tertinggi ada pada kemampuan berhubungan dengan orang lain dan skor terendah ada pada kemampuan teknis, kompetensi manajerial ketua DKM mesjid menurut penilaian responden secara umum berada pada kategori sedang dengan kompetensi kerjasama internal dinilai paling tinggi. Hasil analisis regresi linier bergdana menunjukkan bahwa motivasi pengurus DKM mesjid dan kepemimpinanan ketua DKM mesjid memberikan pengaruh nyata positif terhadap kompetensi manajerial ketua DKM mesjid. 
Strategi Pengembangan Prodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fidkom Uin Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) nurul hidayati
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 23, No 2 (2019): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v23i2.13937

Abstract

AbstractThe purpose of this study is to obtain an overview of the strategies used by the Islamic Community Development (PMI) Department at Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in facing the AEC (ASEAN Economic Community) using the Strategy-Formulation Analytical Framework. The approach is quantitative. An interesting strategy from the results of this study is the intensive strategy, in accordance with the results of the analysis of information about the condition of PMI Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta which is suggested to use an intensive strategy. In the information analysis, the condition of the PMI Department is in Quadrant II or is experiencing growth. However, the PMI Department is in the environment of strong competition so it is hoped that PMI can implement an intensive strategy that seeks to increase market share by prioritizing student achievement, excellent service, and a good curriculum. AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran strategi yang digunakan oleh Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan menggunakan Strategy-Formulation Analytical Framework. Pendekatannya adalah kuantitatif.  Strategi yang menarik dari hasil penelitian ini adalah strategi intensif, sesuai dengan hasil analisis informasi tentang kondisi PMI Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disarankan untuk menggunakan strategi intensif. Pada analisis informasi, kondisi Program Studi PMI berada pada Kuadran II atau sedang mengalami tumbuh kembang. Namun Program Studi PMI tengah berada dalam lingkungan persaingan yang kuat sehingga diharapkan PMI dapat menerapkan strategi intensif yang berupaya meningkatkan pangsa pasar dengan cara mengedepankan prestasi mahasiswa, pelayanan prima, dan kurikulum yang baik.
Pendidikan Berwawasan Multikultural: Dakwah Kontra Radikalisme Dari Pesantren ihwanul mua'dib
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 23, No 1 (2019): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v23i1.13920

Abstract

AbstractRecently, the Indonesian people have often been shocked by events that reflect radical attitudes and understandings. In October 2019, we witnessed that a state official was stabbed by an unknown person in the Menes square Purwaraja Pandeglang, Banten. In the following month, there was a suicide bombing at the Medan Police, North Sumatra. Both tragedies prove that radicalism which can lead to terrorism is a serious threat to the survival of the Indonesian nation in the future. This research focuses on the implementation of education in the al-Ashriyyah (Modern) Nurul Iman Parung Bogor Islamic boarding school. A pesantren in the Bogor area that is committed to grounding the teachings of Islam that is rahmatan lil'alamin, rejects acts of violence that characterize radicalism and terrorism, and commits counter-radicalism.AbstrakAkhir-akhir ini, bangsa Indonesia sering dikejutkan oleh peristiwa yang mencerminkan sikap dan paham radikal. Pada bulan oktober 2019 yang lalu, kita menyaksikan bahwa seorang pejabat negara ditusuk oleh orang yang tidak dikenal di alun-alun Menes Purwaraja Pandeglang Banten. Pada bulan berikutnya, terjadi bom bunuh diri di Polrestabes Medan Sumatera Utara. Keduanya membuktikan bahwa radikalisme yang dapat berujung terorisme menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan bangsa Indonesia di masa akan datang. Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan pendidikan yang berada di pondok pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor. Sebuah pesantren di daerah Bogor yang berkomitmen untuk membumikan ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin, menolak aksi-aksi kekerasan yang menjadi ciri radikalisme dan terorisme, serta melakukan kontra radikalisme. 
Beralih ke Haluan Islamisme: Gen Z, Media Sosial & Intoleransi di Indonesia R Cecep Romli
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 22, No 1 (2018): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v22i1.12045

Abstract

Saat ini, politik identitas dan islamisme tampak menguat pada banyak kanal media sosial. Tulisan ini ingin mencermati sejauhmana mainstream moderatisme NU dan Muhammadiyah digerogoti oleh intoleransi Islamisme. Berpijak pada data berbagai  survei—dan merujuk pada definisi islamisme dari Mozaffari —, ditemukan bahwa tak sedikit pengajar serta siswa dan mahasiswa (generasi Z) yang merasa dekat dengan NU dan Muhammadiyah, namun bersimpati atau bahkan “menyeberang” ke haluan islamisme.Kata Kunci: Gen Z, Islamisme, Moderatisme, Kampanye, Media Sosial, Industri Kebencian
Pengaruh Kepemimpinan Kiai Sebagai Kepala Daerah terhadap Moralitas Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep Jufri Halim
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 24, No 1 (2020): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v24i1.17875

Abstract

AbstractThe research question is how the influence of the kiai's leadership as a regional head on bureaucratic morality in the Sumenep Regency Regional Government? Does the kiai's leadership influence the change of biracratic morality in the Regional Government of Sumenep Regency? This research uses a qualitative approach. The research data was collected through literature study, in-depth interviews and observation. The results of this study indicate that a number of kiai, members of the regional parliament, figures and elements of the Sumenep community do not feel the significant influence of kiai leadership on changes in bureaucratic morality in the Sumenep Regency Government. This is due to the difficulty of the kiai's leadership reaching the bureaucratic units, while the kiai's leadership function as regional head is not supported by the ability and experience in government.AbstrakPertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kepemimpinan kiai sebagai kepala daerah terhadap moralitas birokrasi di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumenep? Apakah kepemimpinan kiai memengaruhi terjadinya perubahan moralitas birakrasi di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumenep? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data penelitian dikumpulkan melalui studi kepustakaan, wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah kiai, wakil rakyat, tokoh dan elemen masyarakat Sumenep tidak merasakan adanya pengaruh signifikan kepemimpinan kiai terhadap perubahan moralitas birokrasi di Pemkab Sumenep. Hal ini disebabkan sulitnya kepemimpinan kiai menjangkau unit-unit birokrasi, sementara fungsi kepemimpinan kiai sebagai kepala daerah tidak didukung oleh kemampuan dan pengalaman dalam pemerintahan.
MEMBANGUN POLA KOMUNIKASI DAKWAH SEBAGAI ALTERNATIF MENCEGAH SIKAP INTOLERANSI BERAGAMA Burhanuddin Burhanuddin
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 21, No 1 (2017): Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v21i1.11796

Abstract

Kegiatan dakwah, merupakan bentuk dari komunikasi karena di dalamnya ada penyampai pesan (da’i) dan penerima pesan (mad’u). Dakwah sebagai proses komunikasi membutuhkan upaya-upaya yang harus didesain secara strategis sebagaimana sebuah komunikasi yang efektif yang mempertimbangkan efek dari komunikan. Berhasil tidaknya kegiatan dakwah tidak terlepas dari bagaimana proses komunikasi antarpelaku dakwah (da’i dan mad’u) berlangsung. Jadi, disinilah kontribusi komunikasi menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan dakwah. Artinya, secara teoritis, teori-teori komunikasi sebagai sebuah ilmu akan memberikan kontribusi dalam merancang kegiatan dakwah yang efektif, sehingga pesan-pesan islam yang menjadi isi materi dakwah dapat tersampaikan dan berefek pada perubahan sikap mad’u ke arah yang lebih baik sesuai tujuan kehidupan Islam, bahagia dunia akherat.          Membangun pola komunikasi dakwah yang baik dapat mencegah terjadinya konflik-konflik keagamaan di masyarakat. Pesan dakwah yang menyampaikan nilai ketuhanan sejatinya harus dipahami sebagai perwujudan nilai-nilai toleransi, persaudaraan, dan sebagai wujud dialog internal umat beragama serta sebagai upaya membangun kesadaran demi terciptanya kerukunan antarumat beragama. Membangun nuansa harmonisasi merupakan harapan terhadap negara yang majemuk namun untuk merealisasikannya tentu memerlukan suatu upaya dan pola komunikasi yang efektif. Abstract: Da’wah as an activity, is a form of communication because there are messengers (da’i) and recipients (mad’u). Da’wah as a communication process requires efforts that must be strategically designed as an effective communication that takes the effects of the communicant. Success or failure of the da’wah activities cannot be separated from how the communication process between da’i (da’i and mad’u) took place. So, this is where the contribution of communication becomes an important thing to be considered in the activities of da’wah. That is, theoretically, communication theories as a science will contribute in designing an effective da’wah activities, so that Islamic messages into the content of da’wah material can be conveyed and effect on changes in attitude of mad’u to a better direction according to the purpose of life in Islam, life blissfully in this world until akherat.The true meaning of divinity must be understood as the embodiment of the values of tolerance, brotherhood, and as a form of internal dialogue of religious people as an effort to build awareness for the creation of harmony among religious followers. Building harmonious nuances is the hope of a plural country but to realize it would require an effort and an effective pattern of communication.Keywords: da’wa communication, alternative, pluralism, tasamuh and religious intolerance