cover
Contact Name
Dwi Wahyuni
Contact Email
dwiwahyuni@uinib.ac.id
Phone
+6281272162942
Journal Mail Official
al-adyan@uinib.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Mahmud Yunus Padang Kode Pos 25153
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Al-Adyan: Journal of Religious Studies
ISSN : 2745519X     EISSN : 2723682X     DOI : -
Al-Adyan: Journal of Religious Studies adalah jurnal ilmiah akademis yang diterbitkan oleh Program Studi (Prodi) Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang. Jurnal ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember yang mempublikasikan artikel berbasis hasil penelitian studi agama dalam ragam perspektif;perbandingan, sejarah, sosiologi, antropologi, fenomenologi, hubungan antar agama, multikulturalisme, serta isu-isu kontemporer lainnya. Al-Adyan: Journal of Religious Studies mengundang para penulis dan peneliti untuk menyumbangkan karya terbaik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 67 Documents
Religious and Cultural Contestation in Strengthening The Role of Women Through Pedhalangan Art Arauf, Muta Ali
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8550

Abstract

This article explores the contestation of religion and culture in the context of female puppeteers in Banyumas. Some young female puppeteers in Banyumas show their talent and interest in Wayang Golek performances performed by the Paguyuban Muda Banyumas to preserve existing local culture. This qualitative research uses data collection techniques through observation and interviews with the chairman and members of the Banyumas Young Dalang Art Association. The results of this study show that the role of women in the arts is interpreted from the point of view of religion and culture, so the dynamics are diverse. Religious and cultural contestation regarding the world of Pedhalangan Art provides ample opportunities for the Banyumas female puppeteer community to be more aggressive in facing the increasingly rampant Islamization fever that often marginalizes local culture, which is sometimes considered traditional and always synonymous with heresy. On the other hand, the phenomenon of female puppeteers played by young women in Banyumas is part of an effort to preserve ancestral culture that is increasingly fading on the surface. At least to preserve local culture, maintain and produce cultural products, create cultural agents, and strive to build national character.Artikel ini mengeksplorasi kontestasi agama dan budaya dalam konteks dalang perempuan di Banyumas. Beberapa dalang perempuan muda di Banyumas menunjukkan bakat dan minat mereka dalam pertunjukan wayang golek yang dilakukan oleh Paguyuban Muda Banyumas untuk melestarikan budaya lokal yang ada. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan ketua dan anggota Paguyuban Seni Dalang Muda Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam seni diinterpretasikan dari sudut pandang agama dan budaya, sehingga dinamikanya beragam. Kontestasi agama dan budaya terkait dunia seni pedhalangan memberikan peluang besar bagi komunitas dalang perempuan Banyumas untuk lebih agresif menghadapi demam Islamisasi yang semakin marak, yang seringkali meminggirkan budaya lokal yang terkadang dianggap tradisional dan selalu identik dengan bid'ah. Di sisi lain, fenomena dalang perempuan yang dimainkan oleh perempuan muda di Banyumas merupakan bagian dari upaya melestarikan budaya leluhur yang semakin memudar di permukaan. Setidaknya untuk melestarikan budaya lokal, memelihara dan menghasilkan produk budaya, menciptakan agen budaya, dan berupaya membangun karakter bangsa.
ANALYSIS OF GENDER EQUALITY IN THE FILM BARBIE THE MOVIE Alviyanti, Ika Fitri; Siraj, Fuad Mahbub
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v4i2.7069

Abstract

Gender-based discrimination still occurs in various aspects of life. In fact, currently gender equality has experienced extraordinary progress. The nature and severity of discrimination varies widely between countries and regions. Women do not enjoy equal access to political, social and economic rights in any country or region in the world. This research is qualitative research with the type of library research. This research seeks to understand how gender equality is represented in the Barbie film using descriptive analysis methods. The primary data source used in this research is the film Barbie The Movie. This primary source is in the form of scenes or images that show gender equality in the film Barbie The Movie. This data is obtained from the Loklok application. Later, relevant data will be collected and examined through an analysis process. The results of this research show how the Barbie film inspires women around the world and promotes gender equality. Through engaging storytelling, Barbie films inspire girls to recognize gender differences, believe in themselves, and achieve their goals. Diskriminasi berbasis gender masih terjadi di berbagai aspek kehidupan. Faktanya, saat ini kesetaraan gender telah mengalami kemajuan yang luar biasa. Sifat dan tingkat keparahan diskriminasi sangat bervariasi antar negara dan wilayah. Perempuan tidak menikmati akses yang sama terhadap hak-hak politik, sosial dan ekonomi di negara atau wilayah mana pun di dunia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Penelitian ini berupaya memahami bagaimana kesetaraan gender direpresentasikan dalam film Barbie dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Barbie The Movie. Sumber primer ini berupa adegan atau gambar yang menampilkan kesetaraan gender dalam film Barbie The Movie. Data ini didapat dari aplikasi Loklok. Nantinya, data yang relevan akan dikumpulkan dan diperiksa melalui proses analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana film Barbie menginspirasi perempuan di seluruh dunia dan mempromosikan kesetaraan gender. Melalui penyampaian cerita yang menarik, film Barbie menginspirasi anak perempuan untuk mengenali perbedaan gender, percaya pada diri sendiri, dan mencapai tujuan mereka.
Religion and Modern Society: Criticism of Phil Zuckerman's Ideas on Religion Alfathoni, Waldi; Wijaya, Wijaya; Nugroho, Nugroho
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.7835

Abstract

 Phil Zuckerman, a prominent sociologist and professor at Pitzer College, California, explores the landscape of secularism in Denmark and Sweden through his empirical research. His work, particularly highlighted in "Society Without God", examines how this society functioned without significant religious influence. Zuckerman argues that secularism fosters ethical living and societal well-being, contrasting it with the perceived negative impacts of religious influence, such as intolerance. In this research, a comprehensive exploration of Phil Zuckerman was carried out analytically and critically regarding his ideas. The method used in this research is a qualitative method, with a hermeneutical analysis approach. The data collection technique uses literature or library research. The study found that while it received praise for its optimistic picture of a secular society, Zuckerman's views were criticized for oversimplifying complex social dynamics and the broader factors that influence societal conditions beyond religious observance.Phil Zuckerman, seorang sosiolog terkemuka dan profesor di Pitzer College, California, mengeksplorasi lanskap sekularisme di Denmark dan Swedia melalui penelitian empirisnya. Karyanya, khususnya yang disorot dalam "Society Without God” mengkaji bagaimana masyarakat ini berfungsi tanpa pengaruh agama yang signifikan. Zuckerman berpendapat bahwa sekularisme mendorong kehidupan etis dan kesejahteraan masyarakat, dibandingkan dengan dampak negatif pengaruh agama, seperti intoleransi. Studi ini melakukan eksplorasi analitis dan kritis yang mendalam terhadap ide-ide Phil Zuckerman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan analisis hermeneutis. Teknik pengumpulan data melibatkan penelitian kepustakaan atau tinjauan pustaka. Studi ini menemukan bahwa meskipun gambaran optimis Zuckerman tentang masyarakat sekuler patut dipuji, pandangannya dikritik karena terlalu menyederhanakan dinamika sosial yang kompleks dan faktor-faktor lebih luas yang mempengaruhi kondisi masyarakat di luar ketaatan beragama.
Epistemology and Resistance to the Meaning of Religious Moderation in Islamic Boarding Schools Muhtador, Moh.; Shofaussamawati, Shofaussamawati; Rahman, Zaizul Ab
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8368

Abstract

The concept of religious moderation has been widely promoted by the Ministry of Religious Affairs, but it has not fully reached pesantren, potentially leading to conflicts. This article aims to uncover the various meanings of moderation among the Santri and to examine the epistemological framework derived from the kitab kuning (classical Islamic texts). The exegesis-phenomenology method was used by asking the Santri for their views on religious moderation and confirming their behaviors to understand the sources and methods of their knowledge. The findings show that the meaning of religious moderation in pesantren is natural-adaptive, and its epistemology is characterized as Bayani-cognitive. This article contributes theoretically to understanding the various meanings of moderation in pesantren and practically to policy-making for the widespread dissemination of religious moderation in religious institutions.Gagasan moderasi beragama telah disebarkan secara luas oleh Kementerian Agama, namun belum sepenuhnya mencapai pesantren, ini berpotensi menimbulkan konflik. Artikel ini bertujuan mengungkap varian makna moderasi di kalangan santri dan meneliti bangunan epistemologi yang bersumber dari kitab kuning. Metode exegesis-fenomenologi digunakan dengan meminta pandangan santri tentang moderasi beragama dan mengkonfirmasi perilaku mereka untuk mengetahui sumber dan metode pengetahuan mereka. Temuan menunjukkan bahwa makna moderasi beragama di pesantren bersifat natural-adaptif dan epistemologinya bercorak bayani-kognitif. Artikel ini berkontribusi secara teoritis dalam memahami varian makna moderasi di pesantren dan secara praktis bagi kebijakan penyebaran moderasi beragama di lembaga keagamaan.
Menjadi Moderat Melalui Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah Kendari Asman, Asman; Yusuf, Yusuf
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v4i2.6811

Abstract

Religious moderation is increasingly becoming an important issue, considering the reality of religion today is increasingly worrying. This is due to the exclusive way of diversity and feeling that the religious teachings believed are the only true ones. The purpose of this study aims to explain the concept of religious moderation contained in the Al Islam and Kemuhammadiyah course at Muhammadiyah Kendari University. In addition, the concept contained in the AIK course can be used as a tool to see the reality of religious moderation. This research method is a literature study with a descriptive qualitative analysis approach in formulating a research finding. The data sources used are primary and secondary data. The data collection technique used is documentation. In this research, the data analysis technique used is content analysis. The data analysis technique used is the Beruard Barelson model analysis. The results showed that religious moderation through AIK courses at Muhammadiyah University has four important pillars in its application. The four pillars are being fair, caring for others, not hostile to each other, and being able to knit togetherness. These pillars affect students in their daily life. Moderasi beragama semakin menjadi persoalan penting, mengingat realitas keberagamaan saat ini kian mengkhawatirkan. Hal demikian disebabkan cara beragam yang eksklusif dan merasa ajaran agama yang diyakini adalah satu-satunya yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep moderasi beragama yang terdapat pada mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di Universitas Muhammadiyah Kendari. Selain itu, konsep yang terdapat pada mata kuliah AIK tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melihat realitas moderasi beragama. Metode penelitian ini ialah studi kepustakaan dengan pendekatan analisis kualitatif deskriptif dalam merumuskan sebuah temuan penelitian. Sumber data yang digunakan ialah data primer dan sekunder. Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dokumentasi. Dalam penelitian ini, Teknik analisis data yang yang digunakan ialah analisis isi (content analysis) model Beruard Barelson. Hasil penelitian menunjukkan, moderasi beragama melalui mata kuliah AIK di Universitas Muhammadiyah memiliki empat pilar penting dalam penerapannya. Keempat pilar tersebut ialah berlaku adil, peduli sesama, tidak saling bermusuhan, dan dapat merajut kebersamaan. Pilar tersebut mempengaruhi mahasiswa dalam berlaku pada kehidupan sehari-hari.
The Function and Social Value of Death Rituals: A Comparative Study of Confucian and Muslim Traditions Putra, Aqiel Sifa' Abdallah
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8517

Abstract

The purpose of this research is to uncover the similarities and differences between the Ceng Beng and Grave Pilgrimage rituals and their impact on societal dynamics. Additionally, it highlights how these rituals create sacred and profane spaces for the community. Equally important, the study examines the social functions and values inherent in these rituals.The qualitative research method is used to collect data in the literature review with a descriptive analysis and comparative approach. Then it is analyzed using Durkheim's life cycle ritual theory. This article demonstrates that although the two death rituals have similarities and differences, they provide an understanding of the sacred and profane aspects within the ritual life cycle. Beyond their sacred aspects, the profane elements of these rituals play a significant role in the social functions and values of society, such as affection, family harmonization, reminders of mortality, filial piety, solidarity, and tolerance. The Ceng Beng and Ziarah Kubur rituals indicate that they are not only religious obligations but also social obligations within community life.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap persamaan dan perbedaan antara ritual Ceng Beng dan Ziarah Kubur, serta dampaknya pada dinamika masyarakat. Selain itu juga menyoroti bagaimana kedua ritual tersebut menciptakan ruang sakral dan profan bagi masyarakat. Tidak kalah penting fungsi sosial dan nilai-nilai dalam ritual tersebut juga tidak luput dalam kajian ini. Metode penelitian kualitatif menjadi pegangan dalam mengambil data-data dalam studi pustaka dengan pendekatan deskriptif analisis dan komparatif. Kemudian dianalisis menggunakan teori ritual life cycle oleh Durkheim. Artikel ini menunjukkan bahwa kedua ritual kematian, meskipun memiliki persamaan dan perbedaan, memberikan pemahaman tentang aspek sakral dan profan dalam siklus kehidupan ritual. Selain aspek sakral, aspek profan dari ritual-ritual ini memainkan peran penting dalam fungsi sosial dan nilai-nilai masyarakat, seperti kasih sayang, harmonisasi keluarga, pengingat kematian, bakti kepada orang tua, solidaritas, dan toleransi. Ritual Ceng Beng dan Ziarah Kubur menunjukkan bahwa keduanya tidak hanya merupakan kewajiban agama, tetapi juga kewajiban sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengembangan Studi Agama-Agama Dalam Konteks Mayoritas Muslim (Sebuah Tawaran) Faisal, Faisal; Rusli, Ayu Rustriana
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v4i2.7506

Abstract

This article aims to offer the development of SAA studies, especially at UIN Imam Bonjol Padang in the context of the Muslim majority. Overlapping course materials and difficulties in syllabus development have an impact on the unclear scientific direction of the study program. Including the lack of attention to the dynamics of Islam in West Sumatra. For this reason, it is necessary to formulate the characteristics of the study program that color the development of studies by adapting the pattern of similar study programs at UIN Jakarta and Yogyakarta. This field research uses qualitative methods, with data collection tools of observation, interviews, and documentation. This research borrows the grand theory of constructivism, especially Karl Mannheim's sociology of knowledge, which sees the strong socio-cultural and historical influence on knowledge. The results found that the pattern of development of SAA studies at UIN Jakarta is built on its distinctive characteristics as an institution whose existence in the metropolitan capital city so that its studies are more theoretically conceptual and responsive to actual issues. Then the pattern of UIN Yogyakarta is built on the distinctive characteristics of integration-interconnection of Islamic science and multicultural Indonesia. While the relevant pattern of SAA UIN Padang is to carry "majority Islam" as a distinctive characteristic. This is linear with the fact of its existence in the midst of West Sumatra society with the dominance of Minangkabau ethnicity which makes Islam a socio-cultural foundation. It is on this distinctive characteristic that the pattern of study development is constructed. Artikel ini bertujuan memberikan penawaran terhadap pengembangan kajian SAA khususnya di UIN Imam Bonjol Padang dalam konteks mayoritas muslim. Tumpang tindih materi kuliah serta kesulitan pengembangan silabus berdampak pada ketidakjelasan arah keilmuan program studi. Termasuk kurangnya perhatian terhadap dinamika Islam di Sumatera Barat. Untuk itu perlu dirumuskan penciri khas prodi yang mewarnai pengembangan kajian dengan mengadaptasi pola prodi serupa di UIN Jakarta dan Yogyakarta. Riset lapangan ini menggunakan metode kualitatif, dengan alat pengumpul data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Riset ini meminjam grand theory konstruktivisme khususnya sosiologi pengetahuannya Karl Mannheim yang melihat pengaruh kuat sosial-budaya dan historis terhadap pengetahuan. Hasil riset menemukan bahwa pola pengembangan kajian SAA di UIN Jakarta dibangun di atas penciri khasnya sebagai institusi yang eksistensinya di ibu kota metropolitan sehingga kajiannya lebih teoretis konseptual dan responsif terhadap isu-isu aktual. Kemudian pola UIN Yogyakarta dibangun di atas penciri khas integrasi-interkoneksi ilmu keislaman dan keindonesiaan yang multikultural. Sementara pola SAA UIN Padang yang relevan adalah mengusung “Islam mayoritas” sebagai penciri khas. Ini linear dengan fakta eksistensinya di tengah masyarakat Sumatera Barat dengan dominasi etnis Minangkabau yang menjadikan Islam sebagai landasan sosio-kultural. Di atas penciri khas inilah pola pengembangan kajian dikonstruk.
Dari Kegalauan Hingga Kedamaian: Tarekat Sammaniyah dalam Dekapan Milenial Minangkabau Khairiyah, Ulfa; Ashadi, Andri; Makhsus, Makhsus
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8446

Abstract

Even though millennials have begun to utilize social media platforms to learn and explore religion, some of them still join tarekat. This article will explain the factors why some millennials join the Sammaniyah tarekat and what practices they practice in the tarekat. This study uses a qualitative approach that relies on data sources from observations and interviews with the murshid of the Sammaniyah tarekat and several millennials who are followers in West Pasaman Regency. The results of the study show that the motivations for millennials to join the Sammaniyah order include deepening religious knowledge with the guidance of the teacher/mursyid, seeking peace in life, and seeking the true nature of faith. For millennials and all congregations of the Sammaniyah order, there are several practices that must be followed, first, the practices carried out before becoming a student of the Sammaniyah order include conducting muzakarah with the murshid of the Sammaniyah order, taking a repentance bath and praying sunnah repentance, saying the pledge and staying in the Sammaniyah order surau for several days. The second practice after becoming a student of the Sammaniyah tarekat, including performing fardu prayers and increasing dhikr, both dhikr jahar and dhikr khofi. In addition to carrying out core practice activities, Sammaniyah tarekat students also have an agenda of other activities such as performing Friday prayers in congregation at the Sammaniyah tarekat surau, eating together on Fridays, gathering together in the recruitment of new congregants, conducting recitations and gatherings on other Islamic holidays.Sekalipun generasi milenial telah mulai memanfaatkan platform media sosial untuk mempelajari dan mendalami agama, namun sebagiannya masih bergabung sebagai jamaah tarekat. Artikel ini menjelaskan faktor-faktor mengapa sebagian generasi milenial bergabung dengan tarekat Sammaniyah dan amalan apa yang mereka praktikan dalam tarekat tersebut. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengandalkan sumber data dari hasil observasi dan wawancara dengan mursyid tarekat Sammaniyah dan beberapa generasi milenial yang menjadi pengikutnya di Kabupaten Pasaman Barat. Hasil  studi memperlihatkan bahwa motivasi kalangan milenial untuk mengikuti perguruan tarekat Sammaniyah di antaranya untuk memperdalam ilmu agama dengan bimbingan guru/mursyid, mencari kedamaian hidup, dan mencari hakikat iman yang sesungguhnya. Bagi  para milenial dan seluruh jemaah tarekat Sammaniyah ada beberapa amalan yang harus diikuti, pertama amalan sebelum menjadi murid seperti melakukan muzakarah dengan mursyid perguruan tarekat Sammaniyah, mandi taubat dan shalat sunnah taubat, pengucapan ikrar serta berdiam di surau tarekat selama beberapa hari. Kedua amalan pasca menjadi murid tarekat Sammaniyah, di antaranya melaksanakan shalat fardu dan memperbanyak zikir, baik zikir jahar maupun zikir khofi. Di samping melaksanakan amalan inti, murid tarekat Sammaniyah juga memiliki agenda kegiatan-kegiatan lainnya seperti melaksanakan shalat Jum’at berjamaah di surau tarekat Sammaniyah, makan bersama di hari Jum’at, kumpul bersama dalam kegiatan penerimaan jemaah baru, melakukan pengajian dan perkumpulan pada hari-hari besar Islam lainnya.
Berebut Wacana: Kontestasi Pemahaman Moderasi Beragama di UIN Riau Harmaini, Harmaini; Hanafi, Imam; Sofiandi, Sofiandi; Arbi, Arbi
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v4i2.7245

Abstract

This research aims to find out how the understanding of religious moderation and what issues arise related to religious moderation policies among UIN Suska Riau lecturers. Data were obtained through survey, FGD, and documentation, with several lecturers who are considered to represent the scientific disciplines of Da'wah, Education, Economics, Ushuluddin, and Psychology. The results showed; First, that in general, UIN Suska lecturers have a fairly good national commitment. The same applies to tolerance. They are even willing to be friends with people of different religions; and at UIN Suska Riau, lecturers generally reject all things related to violence. Second, a number of important issues emerged during this research. Although the majority of UIN Suska Riau lecturers view the importance of moderate religious attitudes, there are still those who consider that religious moderation is part of the weakening of Islamic teachings, and there are also those who understand religious moderation as another face of Islam Nusantara. Another issue that arises is that religious moderation is considered an effort to reduce loyalty to one's religion. Religious moderation is considered a process of ignoring religious approaches that are based on text, so that it tends to favor context. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman moderasi beragama dan isu apa saja yang muncul terkait dengan kebijakan moderasi beragama di kalangan dosen UIN Suska Riau. Data diperoleh dengan survey, FGD dan dokumentasi, terhadap beberapa dosen yang dianggap mewakili disiplin keilmuan Dakwah, Pendidikan, Ekonomi, Ushuluddin, dan Psikologi. Hasil penelitian menunjukkan; Pertama, bahwa secara umum, para dosen UIN Suska memiliki komitmen kebangsaan yang cukup baik. Begitu pula pada sikap toleransi. Bahkan mereka bersedia bersahabat dengan orang yang berbeda agama; dan di UIN Suska Riau, para dosen pada umumnya menolak segala hal yang berkaitan dengan kekerasan. Kedua, Sejumlah isu penting muncul selama riset ini dilakukan. Meskipun mayoritas para dosen UIN Suska Riau memandang penting akan sikap beragama yang moderat, namun demikian masih ada juga yang menganggap bahwa moderasi beragama merupakan bagian dari pelemahan ajaran Islam, ada juga yang memahami moderasi beragama sebagai wajah lain dari Islam Nusantara. Isu lain yang muncul adalah bahwa moderasi beragama dianggap sebagai upaya mengurangi kesetiaan terhadap agama yang di milikinya. Moderasi beragama dianggap sebagai proses pengabaian atas pendekatan keagamaan yang didasarkan pada teks, sehingga cenderung menggunggulkan konteks.
REGULATING RELIGIOUS LIFE IN MEDAN CITY: An Analysis of Public Policy and Religious Freedom in Medan Major Regulation Number 28/2021 Kamal, Aulia
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v4i2.5933

Abstract

Policies regarding religious life in Indonesia are often problematic, especially PBM Nos. 9 and 8 of 2006. Despite this, this regulation is still adopted and enforced in various cities, including Medan. This article wants to answer the extent of the relevance of Medan Mayor Regulation (Perwal) No. 28 of 2021 concerning Guidelines for Organizing Religious Life and Religious Harmony Forums in the City of Medan as a public policy. This is a literature study using a normative approach, where data is collected from various regulations and literature and then analyzed by borrowing Freedom of Religion and Belief (FoRB) and public policy theory as a theoretical framework. The results show that Perwal needs help at the policy formulation stage. First, policy formulation that does not comply with proceadures is characterized by the absence of evaluation studies or public discussions to develop alternative solution options or improvements to problematic articles. Second, the substance of the policy is without any novelty; apart from Article 9 concerning FKUB funding, this Perwal copies all problematic articles from PBM Nos. 9 and 8 of 2006 without criticism and evaluation. This article argues that the Medan City government needs to revise problematic articles in this Perwal so that its presence becomes relevant and effective. Kebijakan tentang kehidupan beragama di Indonesia seringkali bermasalah, terutama PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006. Meskipun demikian, regulasi ini tetap diadopsi dan diberlakukan di berbagai kota, termasuk Medan. Artikel ini ingin menjawab sejauh mana relevansi Peraturan Walikota (Perwal) Medan No. 28 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kehidupan Umat Beragama dan Forum Kerukunan Umat Beragama di Kota Medan sebagai suatu kebijakan publik. Ini merupakan studi literatur menggunakan pendekatan normatif, di mana data dikumpulkan dari berbagai regulasi dan literatur, kemudian dianalisis dengan meminjam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (FoRB) dan teori kebijakan publik sebagai kerangka teoritis. Hasilnya menunjukkan bahwa Perwal ini bermasalah pada tahapan formulasi kebijakan. Pertama, perumusan kebijakan yang tidak sesuai prosedur ditandai dengan tidak adanya kajian evaluasi atau diskusi publik untuk mengembangkan pilihan solusi alternatif, atau perbaikan atas pasal-pasal bermasalah. Kedua, substansi kebijakan tanpa ada kebaruan, di mana selain Pasal 9 tentang pendanaan FKUB, Perwal ini menyalin seluruh pasal-pasal bermasalah dari PBM No. 9 dan 8 tahun 2006 tanpa kritik dan evaluasi. Artikel ini berpendapat bahwa pemerintah Kota Medan perlu merevisi pasal-pasal bermasalah dalam Perwal ini agar kehadirannya menjadi relevan dan efektif.