cover
Contact Name
Dwi Wahyuni
Contact Email
dwiwahyuni@uinib.ac.id
Phone
+6281272162942
Journal Mail Official
al-adyan@uinib.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Mahmud Yunus Padang Kode Pos 25153
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Al-Adyan: Journal of Religious Studies
ISSN : 2745519X     EISSN : 2723682X     DOI : -
Al-Adyan: Journal of Religious Studies adalah jurnal ilmiah akademis yang diterbitkan oleh Program Studi (Prodi) Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang. Jurnal ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember yang mempublikasikan artikel berbasis hasil penelitian studi agama dalam ragam perspektif;perbandingan, sejarah, sosiologi, antropologi, fenomenologi, hubungan antar agama, multikulturalisme, serta isu-isu kontemporer lainnya. Al-Adyan: Journal of Religious Studies mengundang para penulis dan peneliti untuk menyumbangkan karya terbaik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 67 Documents
Agency, Accommodation, and Acculturation in the Space of American Muslim Women Madonna, Susan
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8447

Abstract

This article aims to examine how immigrant Muslim women strive to create a space of recognition in American mosques. Based on selected books and articles that provide data on the agency, accommodation, and acculturation of American Muslim women in the context of the mosque as a religious center, this research reveals that immigrant Muslim women in America often show higher levels of participation in mosque services and activities compared to their counterparts in their countries of origin. Even in a progressive mosque in Cape Town, a woman was invited to deliver the Friday sermon, which is typically conducted by a male imam. While accommodation is clearly evident in the initiatives of agents, architects, and mosque designers in America who strive to meet the needs of women in future mosque constructions, mosques are also believed to play a crucial role in facilitating the acculturation process of immigrant Muslim women into the host society. In practice, immigrant community leaders and religious authorities interpret Islam in a futuristic and integrative manner, viewing the mosque as an evolving entity that grows and adapts to changing environments, thus effectively bridging its congregants with the broader society.Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana perempuan Muslim imigran berupaya menciptakan ruang pengakuan di masjid-masjid Amerika. Berdasarkan buku-buku dan artikel-artikel terpilih yang memberikan data tentang agensi, akomodasi, dan akulturasi perempuan Muslim Amerika dalam konteks masjid sebagai pusat keagamaan, penelitian ini mengungkapkan bahwa perempuan Muslim imigran di Amerika seringkali menunjukkan tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam layanan dan kegiatan masjid dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara asal. Bahkan di sebuah masjid progresif di Cape Town, seorang perempuan diundang untuk menyampaikan khotbah Jumat, yang biasanya dilakukan oleh imam laki-laki. Sementara akomodasi terlihat jelas dalam inisiatif para agen, arsitek, dan perancang masjid di Amerika yang berupaya mengakomodasi kebutuhan perempuan dalam pembangunan masjid di masa depan. Selain itu, masjid diyakini memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses akulturasi perempuan Muslim imigran ke dalam masyarakat tuan rumah. Dalam praktiknya, para pemimpin komunitas imigran dan otoritas agama menafsirkan Islam secara futuristik dan integratif, memandang masjid sebagai entitas yang berevolusi, tumbuh, dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, sehingga secara efektif menjembatani jamaahnya dengan masyarakat yang lebih luas.
Konservatif Cum Inklusif: Negosiasi Identitas Gereja Injili Kota Bengkulu di Tengah Pluralisme Agama Kusmawanto, Dodi; Lattu, Izak Y.M.
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v4i2.6757

Abstract

The main focus of this research is to describe the expression of identity negotiation that arises from the church's efforts to remain conservative in its doctrine and religious practices, and simultaneously interact with the cultural and religious diversity around it. This research uses qualitative methods with in-depth interview techniques and participant observation to collect data. The results of this research show that the Bengkulu City Evangelical Church congregation at the grassroots level adopts a conservative inclusion approach, where they are actively involved in dialogue and interaction with a pluralistic society and still maintain fundamental evangelical teachings. Negotiation of identity occurs through religious expression that recognizes and respects differences, but still maintains core beliefs and teachings. Factors such as local culture, social pressures, and internal church dynamics play an important role in the formation of this identity. This study provides a deeper understanding of how the Bengkulu City Evangelical Church group, especially at the grassroots, can maintain a conservative identity as Evangelicals in the context of inclusion, while responding to the dynamics of a pluralistic society. Such a religious attitude fulfills the principle of civic pluralism, namely acceptance without negating the authenticity of each individual's identity. The authenticity of the Evangelical Church group in Bengkulu City is manifested in its characteristics, namely conversion, activism, crucicentrism, and biblicism. Meanwhile, their acceptance of other religions is expressed and implemented through relationships and dialogues at structural, organizational, daily and symbolic levels. Fokus utama penelitian ini adalah menggambarkan ekspresi negosiasi identitas yang muncul dari upaya gereja untuk tetap konservatif dalam doktrin dan praktik keagamaannya, dan secara bersamaan berinteraksi dengan keragaman budaya dan agama di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipatif untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jemaat Gereja Injili Kota Bengkulu pada ranah akar rumput mengadopsi pendekatan inklusi yang konservatif. Mereka aktif terlibat dalam dialog dan interaksi dengan masyarakat yang plural serta tetap menjaga ajaran-ajaran fundamental Injili. Negosiasi identitas terjadi melalui ekspresi keagamaan yang mengakui dan menghormati perbedaan, namun tetap mempertahankan inti keyakinan dan pengajaran. Faktor-faktor seperti budaya lokal, tekanan sosial, dan dinamika internal gereja memainkan peran penting dalam pembentukan identitas ini. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kelompok Gereja Injili Kota Bengkulu khususnya di akar rumput dapat menjaga identitas konservatif sebagai Injili dalam konteks inklusi, sembari merespons dinamika masyarakat pluralistik. Sikap beragama yang demikian memenuhi asas pluralisme kewargaan yaitu adanya penerimaan tanpa meniadakan keotentikan identitas masing-masing. Keotentikan kelompok Gereja Injili di Kota Bengkulu termanifestasi ke dalam karakteristiknya yaitu conversion, activism, crucicentrism, dan biblicism. Sedangkan penerimaan mereka terhadap agama-agama lain terekspresikan dan terimplementasikan melalui relasi dan dialog-dialog lingkup struktural, organisasional, sehari-hari, dan simbolik.
Tanah Air Itu Bhinneka as Youth Interreligious Dialogue and Peace Building Strategy Uswatun Chasanah, Alifatul Lusiana; Try Ramadhani, Moch. Rafly
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i2.9033

Abstract

Youth play a strategic role in creating a better and more peaceful world, including in peacebuilding efforts. The Communion of Churches in Indonesia (PGI) has facilitated interfaith relations through the Tanah Air Itu Bhinneka program, which aims to train young people from diverse religious backgrounds across Indonesia to become agents of peace. This article explores the program's contribution to interfaith dialogue strategies by referencing Ashutosh Varshney's theory of civic engagement. Using a qualitative analysis approach and case study method, this research reveals how interfaith civic engagement networks built through the program contribute to enhancing harmonious interfaith relations. The findings indicate that the Tanah Air Itu Bhinneka program not only empowers young people to become agents of peace but also strengthens interreligious understanding and tolerance. This article argues that the approach employed in this program can be adopted as an effective peacebuilding model and provides valuable lessons for similar initiatives at regional and global levels.Pemuda memegang peran strategis dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih damai, termasuk dalam upaya pembangunan perdamaian. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) telah memfasilitasi hubungan antaragama melalui program Tanah Air Itu Bhinneka, yang bertujuan untuk melatih kaum muda dari berbagai latar belakang agama di seluruh Indonesia untuk menjadi agen perdamaian. Artikel ini mengeksplorasi kontribusi program tersebut terhadap strategi dialog antaragama dengan merujuk pada teori keterlibatan warga negara Ashutosh Varshney. Dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan metode studi kasus, penelitian ini mengungkap bagaimana jaringan keterlibatan warga negara antaragama yang dibangun melalui program tersebut berkontribusi untuk meningkatkan hubungan antaragama yang harmonis. Temuan penelitian menunjukkan bahwa program Tanah Air Itu Bhinneka tidak hanya memberdayakan kaum muda untuk menjadi agen perdamaian tetapi juga memperkuat pemahaman dan toleransi antaragama. Artikel ini berpendapat bahwa pendekatan yang digunakan dalam program ini dapat diadopsi sebagai model pembangunan perdamaian yang efektif dan memberikan pelajaran berharga untuk inisiatif serupa di tingkat regional dan global.
Understanding and Attitudes of Religious Moderation among Teachers in Al-Qur'an Education Centers Fadillah, Galih Fajar; Al Fatah, Husin; Mashar, Aly
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i2.8682

Abstract

This qualitative study examines the understanding and attitudes of TPQ (Taman Pendidikan al-Qur'an) teachers in Sawit District, Boyolali, Indonesia towards religious moderation and the factors influencing these attitudes. The research used a qualitative approach through in-depth interviews, observations, and document analysis to explore the lived experiences and perspectives of these teachers. The study emphasizes the significance of religious moderation such as tawasuth (moderation), national commitment, tolerance, cultural accommodation, and anti-violence in fostering societal harmony. It highlights key challenges, opportunities, and supports within the moderation learning process. This research is distinctive in its focus on TPQ teachers, a critical yet underexplored group in religious education. The findings underscore the need for enhanced educational initiatives, promotion of moderation values, and empowerment of influential societal figures to cultivate stronger attitudes of religious moderation. By addressing regional and educational contexts, the study offers new insights into grassroots-level efforts to promote religious moderation.Studi kualitatif ini meneliti pemahaman dan sikap guru TPQ (Taman Pendidikan al-Qur'an) di Kecamatan Sawit Boyolali, Indonesia terhadap moderasi beragama dan faktor-faktor yang memengaruhi sikap tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen untuk mengeksplorasi pengalaman dan perspektif hidup para guru tersebut. Studi ini menekankan pentingnya moderasi beragama seperti tawasuth (moderasi), komitmen nasional, toleransi, akomodasi budaya, dan antikekerasan dalam membina kerukunan masyarakat. Studi ini menyoroti tantangan, peluang, dan dukungan utama dalam proses pembelajaran moderasi. Penelitian menjadi unik karena berfokus pada guru TPQ, kelompok yang kritis namun kurang dieksplorasi dalam pendidikan agama. Temuan penelitian menggarisbawahi perlunya peningkatan inisiatif pendidikan, promosi nilai-nilai moderasi, dan pemberdayaan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk menumbuhkan sikap moderasi agama yang lebih kuat. Dengan membahas konteks regional dan pendidikan, penelitian ini menawarkan wawasan baru tentang upaya masyarakat akar rumput untuk mempromosikan moderasi agama.
Dekonstruksi Moderasi Beragama dalam Buku Husein Ja’far Al-Hadar: Perspektif Jacques Derrida Pasaribu, Sri Rahmadani
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i2.9414

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dekonstruksi moderasi beragama dalam buku Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta?! karya Husein Ja'far Al-Hadar dengan menggunakan pendekatan hermeneutika dekonstruksi Jacques Derrida. Fokus utama penelitian ini adalah mengkaji konsep-konsep inti dalam Islam seperti azan, ihram, hijrah, salam, keadilan, dan silaturahmi. Konsep-konsep ini diinterpretasikan melalui prinsip-prinsip dekonstruksi Derrida, terutama konsep differance dan aporia, untuk mengungkap makna yang tersembunyi dan dinamis dalam teks. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan hermeneutika dekonstruktif. Pendekatan ini tidak hanya berfungsi sebagai metode analisis, tetapi juga sebagai cara untuk memahami teks keagamaan secara lebih mendalam. Penelitian ini berusaha untuk mengungkap bagaimana narasi moderasi beragama yang disampaikan oleh Husein Ja'far Al-Hadar tidak hanya relevan secara teologis, tetapi juga dapat diadaptasi dalam konteks sosial dan budaya yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori dekonstruksi Derrida mampu mendemonstrasikan sifat makna agama yang selalu dinamis, terbuka, dan tidak pernah mencapai finalitas. Dengan menggunakan konsep differance, penelitian ini mengungkap adanya keterbukaan makna teks keagamaan terhadap reinterpretasi dalam konteks yang berbeda. Sementara itu, melalui aporia, ditemukan bahwa narasi keagamaan yang ditampilkan Husein Ja'far Al-Hadar mencerminkan Islam sebagai agama yang inklusif, kontekstual, dan adaptif terhadap perubahan sosial-budaya. Husein Ja'far Al-Hadar memosisikan Islam sebagai landasan moderasi beragama yang tidak hanya menekankan prinsip cinta kasih, tetapi juga relevan dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama di masyarakat multikultural.This study aims to analyze the deconstruction of religious moderation in the book Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta?! by Husein Ja'far Al-Hadar using Jacques Derrida's hermeneutic deconstruction approach. The primary focus of this research is to examine key Islamic concepts such as azan, ihram, hijrah, salam, justice, and fraternity. These concepts are interpreted through Derrida's principles of deconstruction, particularly the concepts of differance and aporia, to uncover the hidden and dynamic meanings within the text. The research method employed is a literature study with a hermeneutic deconstructive approach. This approach not only serves as an analytical method but also as a way to deeply understand religious texts. The study seeks to reveal how the narrative of religious moderation presented by Husein Ja'far Al-Hadar is not only theologically relevant but also adaptable to diverse social and cultural contexts. The findings indicate that Derrida's deconstruction theory demonstrates the inherently dynamic, open, and never-final nature of religious meanings. By employing the concept of differance, the study uncovers the openness of religious texts to reinterpretation in various contexts. Meanwhile, through aporia, it is found that the religious narratives presented by Husein Ja'far Al-Hadar portray Islam as an inclusive, contextual, and adaptive religion that responds to socio-cultural changes. Husein Ja'far Al-Hadar positions Islam as the foundation of religious moderation, emphasizing not only the principle of love but also its relevance in maintaining harmony among religious communities in multicultural societies.
Bridging Faith and Science: Affirm the Existence of Allah through Scientific Exploration Husein, Ahmad; Fajariyah, Lukman; Anang, Arif Al; Anshori, Inamul Hasan
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i2.10717

Abstract

This study explores the relationship between the Qur'an and science and the effort to integrate them within the framework of Islamic epistemology. Islam views science as a means to understand the signs of Allah’s greatness (ayat kauniyah), as emphasized in various Qur'anic verses. This approach aims to harmonize revelation and reason in understanding natural phenomena and addressing modern challenges. The study employs a qualitative method with a library research approach, drawing on the Qur'an, tafsir (interpretations), scientific works, and modern scientific discoveries as primary data sources. The findings indicate that the Qur'an serves not only as a spiritual guide but also as an inspiration for the development of science grounded in universal values and morality. The concept of the Islamization of science emerges as a crucial step in restoring the spiritual dimension of science and technology, thereby contributing to holistic human welfare. By integrating revelation and science, Islam offers a framework that is not only relevant for understanding the universe but also for building a sustainable and just civilization.Penelitian ini membahas hubungan antara Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan, serta upaya mengintegrasikan keduanya dalam kerangka epistemologi Islam. Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai salah satu sarana untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah), sebagaimana ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur'an. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara wahyu dan akal dalam memahami fenomena alam dan menyelesaikan berbagai tantangan kehidupan modern. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, mengacu pada Al-Qur'an, tafsir, karya ilmiah, dan temuan sains modern sebagai sumber data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak hanya memberikan panduan spiritual, tetapi juga menginspirasi pengembangan ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada nilai-nilai universal dan moralitas. Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan menjadi langkah penting dalam mengembalikan dimensi spiritual dalam sains dan teknologi, sehingga dapat berkontribusi pada kesejahteraan manusia secara holistik. Dengan mengintegrasikan wahyu dan sains, Islam menawarkan kerangka kerja yang tidak hanya relevan untuk memahami alam semesta, tetapi juga untuk membangun peradaban yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Telaah Historis Relasi Dialogis Agama-Agama Monoteis Amir, Ahmad Nabil; Rahman, Tasnim Abdul
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i2.10020

Abstract

This article discusses the religious experiences of various faiths within the Abrahamic tradition. It first examines the underlying systems and approaches, as reflected in classical works of religious thought that outline meta-religious principles, methodologies, traditions, and ideological frameworks. In analyzing the history and traditions of Abrahamic beliefs, this article seeks to summarize them within the framework of comparative religion, highlighting their historical development and importance in inspiring convivencia (coexistence) in a global context. The analysis is based on classical works studying the science of religion (religionswissenschaft) and its methodologies, which have produced foundational approaches and principles in this field. The research uses a qualitative framework with descriptive and analytical methods. This article also examines modern developments in the field of comparative religious studies and its role in promoting interfaith dialogue, while exploring our shared human heritage that emphasizes the spirit of La Convivencia as an inclusive and pluralistic force, particularly in the Malay region. In summary, the findings of the article demonstrate the influence and unprecedented presence of the Abrahamic tradition’s seeds in the world’s religions, especially those of Semitic lineage.Artikel ini membahas pengalaman religius berbagai kepercayaan dalam tradisi Abrahamik. Pertama-tama kajian ini menyelidiki sistem dan pendekatan yang mendasarinya, sebagaimana tercermin dalam karya-karya klasik pemikiran religius yang menguraikan prinsip-prinsip meta-religius, metodologi, tradisi, dan kerangka ideologisnya. Dalam menganalisis sejarah dan tradisi kepercayaan Abrahamik, artikel berupaya merangkumnya dalam kerangka perbandingan agama, yang menunjukkan perkembangan historisnya serta pentingnya tradisi ini dalam menginspirasi convivencia (hidup bersama) dalam konteks global. Analisis dilakukan dengan mengacu pada karya-karya klasik yang mengkaji ilmu agama (religionswissenschaft) dan metodologi, yang melahirkan pendekatan serta prinsip-prinsip dasar dalam bidang ini. Penelitian menggunakan kerangka kualitatif dengan metode deskriptif dan analitis. Artikel juga mengkaji perkembangan modern dalam bidang studi agama perbandingan dan perannya dalam mempromosikan dialog antaragama, serta menggali warisan bersama kemanusiaan yang menyoroti semangat La Convivencia sebagai kekuatan inklusif dan pluralis, khususnya di kawasan Melayu. Secara ringkas, temuan dalam artikel ini menunjukkan pengaruh dan keberadaan benih tradisi Abrahamik sangat signifikan dalam agama-agama dunia, terutama dari garis keturunan Semitik, yang belum pernah terjadi sebelumnya.