cover
Contact Name
Thomas Mata Hine
Contact Email
tomhin050566@gmail.com
Phone
+6282247944422
Journal Mail Official
jurnalnukleus@undana.ac.id
Editorial Address
Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang, Indonesia, 85001
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Jurnal Nukleus Peternakan
ISSN : 23559942     EISSN : 2656792X     DOI : 10.35508
Aims Jurnal Nukleus Peternakan purposes to publish original research and reviews articles on tropical veterinary medicine and domesticated animals such as dog, cat, cattle, buffaloes, sheep, goats, pigs, horses, poultry, as well as Indonesian wild life. Scope Jurnal Nukleus Peternakan cover a broad range of research topics in animal production and fundamental aspects of genetics, reproduction, socioeconomic of livestock, nutrition, physiology, and preparation and utilization of animal products. Articles typically report research with beef cattle, goats, horses, pigs, and sheep; however, studies involving other farm animals, aquatic and wildlife species, endangered animals, and laboratory animal species that address fundamental questions related to livestock and companion animal biology will be considered for publication.
Articles 235 Documents
PENGARUH PENGGANTIAN DEDAK PADI DENGAN TEPUNG BONGGOL PISANG TERFERMENTASI TERHADAP KONSUMSI DAN KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI TERNAK BABIPENGARUH PENGGANTIAN DEDAK PADI DENGAN TEPUNG BONGGOL PISANG TERFERMENTASI TERHADAP KONSUMSI DAN KECERNAAN PROTEIN DAN Stepanus Umbu Mehangtana; Heru Sutedjo; Ni Nengah Suryani
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 5 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v5i2.846

Abstract

The aim of the study is to evaluate effect of substituting rice bran with fermented banana corm (FBC) in the diet on intake and digestibility of protein and energy in pigs. There were 12 starter landrace crossbred (6 weeks old) with 11-21 kg, average. 15.42kg (CV 25.42%) initial body weight used in the trial. Block design of 4 treatments with 3 replicates procedure was applied. The 4 treatment diets were formulated as R0: control diet (0% FBC); R1: diet containing FBC substituting 33.3% rice bran; R2: diet containing FBC substituting 66.7% rice bran; and R3: diet containing FBC substituting 100% rice bran. The results showed that effect of treatment is not significant (P>0.05) on either intake or digestibility of protein and energy in pigs; and there is no significant (P>0.05) difference between R0 with R1, R2 and R3 but there is significant (P<0.05) difference between R1 with R2 and R3 on intake energy. The conclusion is that fermented banana corm can substitute 100% (21% of the diet) rice bran in starter diet. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggantian dedak padi dengan tepung bonggol pisang kepok terfermentasi (TBPKF) dalam ransum terhadap konsumsi dan kecernaan protein dan energi. Penelitian ini menggunakan 12 ekor anak babi peranakan Landrace fase starter (umur 6 minggu), dengan bobot badan berkisar antara 11-21 kg dengan rata-rata 15,42kg (KV 25,69%). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Masing-masing perlakuan diberi R0 : Ransum kontrol 0% Tepung Bonggol Pisang Kepok terfermentasi. R1: Ransum mengandung TBPKF sebagai pengganti 33,3% dedak padi. R2: Ransum mengandung TBPKF sebagai pengganti 66,7% dedak padi. R3: Ransum mengandung TBPKF sebagai pengganti 100% dedak padi. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap konsumsi protein, kecernaan protein dan kecernaan energi; tidak ada perbedaan antara R0 dengan R1, R2 dan R3, namun ada perbedaan nyata (P<0.05) antara R1 dibandingkan R2 dan R3, terhadap konsumsi energi. Kesimpulanya bahwa tepung bonggol pisang kepok terfermentasi dapat menggantikan dedak padi sampai 100% (21% dalam ransum).
PENGARUH JARAK TANAM DAN UMUR PEMOTONGAN YANG BERBEDA TERHADAP NILAI ENERGI Clitoria ternatea SECARA IN VITRO Oskar Kana Ngunju Mbanu; I Gusti Ngurah Jelantik; Jalaludin .
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 5 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v5i2.847

Abstract

This study aimed to determine the right time to harvest Clitoria ternatea with the highest energy content at different plant density. The research was conducted in the Noelbaki village, District Central Kupang, while the in vitro analysis was conducted at Animal Feed Laboratory in Fapet Undana for 5 months starting in October 2015 until February 2016. The study was conducted using a completely randomized factorial design. Factor A was plant spacing with 5 treatments and factor B was cutting age with 3 treatments, resulting in 15 combinations with three replications. Result showed that there was no interaction (P> 0.05) between the plant spacing and cutting age in terms of IVDMD, IVOMD, and DE of Clitoria ternatea. Plant spacing did not significantly (P> 0.05) affect IVDMD, IVOMD and DE of Clitoria ternatea. Cutting age did not have significant effect (P> 0.05) on IVDMD and DE, but have significant effect (P <0.05) IVOMD of Clitoria ternatea. To obtain high energy value of Clitoria ternatea planted monoculture or integrated with maize which planted at different row distances, it should be hervested at the age of no more at 90 days. ABSTRAK Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui waktu pemotongan yang tepat dalam pemotongan Clitoria ternatea dengan kandungan energi tertinggi pada jarak tanam yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial. Faktor A adalah jarak tanam dengan 5 perlakuan dan Faktor B adalah umur pemotongan dengan 3 perlakuan, sehingga menghasilkan 15 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan. Dari hasil uji statistik tidak ada interaksi (P>0.05) antar jarak tanam dan umur pemotongan terhadap IVDMD, IVOMD, dan DE tanaman Clitoria ternatea. Jarak tanam tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap IVDMD, IVOMD dan DE tanaman Clitoria ternatea. Umur pemotongan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap IVDMD dan DE, dan berpengaruh (P<0.05) terhadap IVOMD tanaman Clitoria ternatea. Untuk menghasikan nilai energi Clitoria ternatea yang ditanam monokultur maupun terintegrasi dengan jagung pada jarak tanam rapat maupun jarak tanam yang longgar sebaiknya dipotong pada umur 90 hari.
PENGARUH PEMBERIAN LARVA FESES SAPI TERHADAP KONSUMSI RANSUM, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM AYAM BURAS Aplianita Padi Lero; Ni Putu F. Suryatni; Markus Sinlae
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 5 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v5i2.848

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of Larvae supplementation on feed intake, body weight gain and feed conversion of native chicken. Sixty four- 4 weeks old native chicken were used in this study following a completely randomized design with four treatments and four replicates. The treatments offered were L0: Commercial diet 100%; L1: Commercial diet 75% + Larvae served ad libitum, L2: Commercial diet, 50% + larvae served ad libitum. L3: Commercial diet, 25% + larvae served ad libitum. Variables measured were feed intake, body weight gain and feed conversion. The results showed that inclusion of larvae to commercial diet (P <0,05) increased body weight gain of native chicken with the highest values for L1 (13,04 gram/head/day) compared to the other of treatments. Feed intake was not affected by the treatments. However, feed conversion ratio of the native chicken became poorer as the level of commercial diet declined. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian larva yang berasal dari feses sapi terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam buras. Penelitian ini digunakan 64 ekor ayam buras berumur 4 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan 4 ulangan sehingga terdapat 16 unit percobaan. Perlakuan yang dicobakan adalah L0: Ransum komersial 100%, L1: Ransum Komersial 75% + Larva secara ad libitum, L2: Ransum komersial 50% + Larva secara ad libitum, L3: Ransum komersial 25% + Larva secara ad libitum. Variabel yang diukur antara lain konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan Larva segar secara ad libitum dan pakan komersial dari level 75%, 50% dan 25% memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan ayam buras dan paling tertinggi terdapat pada perlakuan L1 sebesar 13.04 gram/ekor/hari dari perlakuan L2 dan L3. Pemberian larva feses sapi dan pakan komersial memberikan pengaruh tidak nyata pada konsumsi ransum ayam buras. Pemberian larva feses sapi dengan level pemberian ransum komersial yang semakin menurun mengakibatkan konversi ransum meningkat secara nyata pada ayam buras.
KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK SECARA IN VITRO HIJAUAN PADANG PENGGEMBALAAN BATU BERINGIN DESA SUMLILI KECAMATAN KUPANG BARAT, KABUPATEN KUPANG Ariance Rambu Awa Ati; Yoakim H. Manggol; Dominggus B. Osa
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 5 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v5i2.849

Abstract

This study was conducted at the pasture of Batu Beringin Sumlili, Kupang, aimed to know the dry matter and organic matter digestibility of forages in the pasture. The survey method and direct measurement by utilizing a 1m x 1m square frame at the site of study was conducted. Data obtained were tabulated and calculated for the percentage and the average of dry matter and organic matter digestible of forages. The dry matter and organic matter digestibility the first location were 42,13% and 44,26% respectively, and for the second location were 49,32 % and 50,39 %, respectively. Therefore it can be concluded that the dry matter and organic matter digestible forages at pasture of Batu Beringin Sumlili during rainy season were 45,72 % and 47,60%, respectively. ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan di padang penggembalaan Batu Beringin Desa Sumlili Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, dengan tujuan untuk mengetahui Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro Hijauan Padang Pengembalaan Musim Hujan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan. Materi penelitian adalah hijauan berupa rumput, legume dan gulma yang tumbuh di padang penggembalaan lokasi penelitian, Alat-alat yang digunakan berupa petak ukur/plot 1 x 1 m. Data yang diperoleh ditabulasi dan dihitung untuk mendapatkan persentase dan rata- rata kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. Presentasi kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro berturut-turut pada lokasi pertama 42,13% dan 44,26 %, dan pada lokasi kedua diperoleh 49,32 % dan 50,39 %. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan makanan ternak di padang penggembalaan Batu Beringin Desa Sumlili Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang masing-masing 45,72 % dan 47,60%.
KAJIAN TAMPILAN UKURAN TUBUH AYAM F1 HASIL PERSILANGAN BEBERAPA STRAIN AYAM JANTAN DENGAN AYAM BETINA LOKAL SABU PADA UMUR DELAPAN MINGGU Johny Nada Kihe; Djegho Yohanes
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 5 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v5i2.850

Abstract

The purpose of this study was to examine the appearance of body size of F1 chickens from a crosses between several strains of roosters and local Sabu hens at age weeks old. The method used of the research was an experiment using Completely Randomized Design (CRD) with three treatments (P0 = Sabu chicken male × Sabu local females, P1 = Kate chicken male× Sabu local females, P2 = laying hens × Sabu local females) and four replications,. The material of the research was 15 chickens (three males and 12 females) and 48 chickens. The variables were length of shank, chest circumference, body length and wing span. The research showed that the average of measurements of crossbreds of P0, P1 and P2 such as shank were 4.30±0.42 cm, 4.03±0.15 cm and 4.75±0.12 cm; chest circumference were 13.93±2.17 cm, 11.63±0.40 cm and 16.45±0.83 cm; body length were 22.90±3.31 cm, 18.17±1.21 cm and 24.80±1.64 cm; wing span were 18.70±0.78 cm, 16.03±0.91 cm and 21.43±0.76 cm. The result of variance analysis showed that the treatment had highly significant effect (P<0.01) on all parameters measured. In conclusion, the best body size appearance in eight weeks old of chickens were obtained from crossbreds of laying cocks × local female Sabu. ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji tampilan ukuran tubuh dari ayam F1 hasil persilangan antara beberapa strain ayam jantan dan ayam betina lokal Sabu pada umur delapan minggu. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan (P0 = pejantan ayam Sabu × Betina Lokal Sabu, P1 = Pejantan ayam Kate × Betina Lokal Sabu, P2 = Pejantan ayam Petelur × Betina Lokal Sabu) dan empat ulangan,. Materi yang digunakan adalah 15 ekor ternak ayam (tiga pejantan dan 12 betina) dan 48 ekor ayam keturunan. Peubah-peubah yang diukur adalah panjang tulang kering, lingkar dada, panjang badan dan rentang sayap. Penelitian menunjukkan bahwa silangan dari P0, P1 dan P2 menampilkan ukuran tulang kering 4.30±0.42 cm, 4.03±0.15 cm dan 4.75±0.12 cm; lingkar dada 13.93±2.17 cm, 11.63±0.40 cm dan 16.45±0.83 cm; panjang badan 22.90±3.31 cm, 18.17±1.21 cm dan 24.80±1.64 cm; rentang sayap 18.70±0.78 cm, 16.03±0.91 cm dan 21.43±0.76 cm. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap semua parameter. Kesimpulannya penampilan ukuran tubuh terbaik pada ayam umur delapan minggu didapat dari perkawinan silang antara pejantan petelur dengan betina lokal Sabu.
KUALITAS SOSIS BABI YANG DIBERI TEPUNG TALAS SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG TAPIOKA Ridvel Soleman Sembong; Sarisando Mbinu Peka; Pieter Rihi Kale; Gemini Ermiani Mercurina Malelak
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 6 No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v6i1.1883

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of using of taro meal as a substitute of tapioca meal on nutritive value (water, protein, fat, carbohydrate), fibre, amilose and amilopectin pork sausage. Completely Randomized Design (CRD) with four treatments: TK0 = without taro meal (Control), TK50 = tapioca meal 50% + taro meal 50%, TK75 = tapioca meal 25% + taro meal 75%, and TK100 = taro meal 100% (tapioca 0 %). Statistical analysis showed that using taro meal substituting of tapioca meal increased significantly fiber (P<0.05). Using 100% of tapioca meal or 100% taro meal increased significantly (P<0,05) carbohydrate, amilose and amilopectin were same and higher than mixed of tapioca and taro together (P<0.01). Protein and fat content was not change (P>0,05). In conclusion, substitute tapioca meal with taro meal 50%-100% did not change the protein and fat content, but increase water and fibre content of pork sausage. Content of amilose and amilopectin are similar at level 100% of tapioca meal or 100% taro meal. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung talas sebagai pengganti tepung tapioka terhadap nilai nutrisi ( kandungan air, protein, lemak, karbohidrat), serat pangan, amilosa dan amilopektin yang terkandung dalam sosis babi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yaitu TK0 = tanpa penambahan tepung talas (Kontrol), TK50=Penggunaan tepung tapioka 50% + tepung talas 50%, TK75=Penggunaan tepung tapioka 25% + tepung talas 75%, dan TK100= Penggunaan tepung Talas 100% (tapioka 0%). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggantian tepung talas menyebabkan kandungan air dan serat pangan sosis babi meningkat (P<0,05). Pada pemberian tapioka 100% ataupun tepung talas 100% mempenaruhi kandungan karbohidrat (P<0,05), amilosa dan amilopektin sama dan lebih tinggi dibanding jika kedua jenis tepung dicampur (P<0.01). Kandungan protein dan lemak sosis babi tidak berubah (P>0,05). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggantian tepung tapioka oleh tepung talas 50%-100% tidak merubah kandungan protein dan lemak, namun meningkatkan kandungan air sosis babi dan serat pangant. Kandungan amilosa dan amilopektin sosis babi sama pada penggunaan 100% tepung tapioka atau 100% tepung talas dibanding dengan penggunaan campuran kedua tepung tersebut..
EFEK LAMA PENGASAPAN TERHADAP pH, KOLESTEROl, BAKTERI Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus PRODUK SE’I SAPI (PENAMBAHAN ANGKAK DAN SIMPAN DINGIN) Bastari Sabtu; Ni Putu Febri Suryatni Febri Suryatni
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 6 No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v6i1.1889

Abstract

The aim of this study is to examine beef se’i (Rotenesse smoked beef) adding red yeast rice 2% extract and processed at different smoking times and stored for 5 days. Completely randomized design 5 treatments with 5 replicates was used in the study. The 5 treatments were: 45 minutes, 50 minutes, 55 minutes, 60 minutes and 65 minutes of smoking. The research material used were muscle of the leg (Musculus biceps femoris) Bali cattle (BF). Se’i was packed with plastic polyethylene and stored at refrigerator temperature. Measured variables were: pH, total cholesterol levels and Staphylococcus aureus and Bacillus cereus se’i. Data were analyzed using analysis of variance using the SPSS program. The results showed that the longer the smoking process, the more decreased pH value and cholesterol content of the product, but the total content of S. Aureus and B. Cereus bacteria were similar. The conclusion is that 55 minutes of smoking was the best choice in as it performed pH 4.54 and cholesterol content of 55.4 mg/dl and with a total of S. aureus and B. cereus bacteria (104 cfu/g) in beef se'i products that are added red yeast rice and cold storage, the se'i products are still suitable for consumption according to the Food and Environmental Hygiene Department standards, even though according to the Indonesian National Standards it is categorized as unfit for consumption. ABSTRAK Penelitian bertujuan mengkaji se’i sapi (Rotenesse smoked beef) yang diberi ekstrak angkak 2% dan diproses dengan lama pengasapan berbeda serta disimpan selama 5 hari. Digunakan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dengan 5 ulangan. Ke 5 perlakuan adalah: lama pengasapan 45 menit, 50 menit, 55 menit, 60 menit dan 65 menit. Materi penelitian yang digunakan adalah otot bagian paha (Musculus biceps femoris) sapi Bali (BF). Sei dikemas dengan plastik polyethylene dan disimpan pada suhu refrigerator. Variabel yang diukur, pH, kadar kolesterol total dan Staphylococcus aureus serta Bacillus cereus se’i. Data dianalisis menggunakan analisis varian dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama proses pengasapan, diperoleh adanya penurunan nilai pH dan kandungan kolesterol produk, namun diperoleh kandungan total bakteri S. Aureus dan B. Cereus produk yang sama (tidak ada perubahan) Kesimpulan, lama pengasapan 55 menit merupakan pilihan terbaik ditinjau dari nilai pH 4,54 dan kandungan kolesterol 55,4 mg/dl dan dengan total bakteri S. aureus dan B. cereus (104 cfu/g) pada produk se’i sapi yang ditambahkan angkak dan penyimpanan dingin, maka produk se’i masih layak untuk dikonsumsi sesuai standar Food and Environmental Hygiene Department, meskipun menurut Standar Nasional Indonesia sudah dikategorikan tidak layak untuk dikonsumsi.
EFEK KOMPOSISI GENOTIP DARI AYAM RAS PETELUR, KATE DAN LOKAL SABU TERHADAP SIFAT-SIFAT PADA BOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH Yohanes Djego; Johny Nada Kihe; Herowati Titi Pangestuti
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 6 No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v6i1.1890

Abstract

The aim of this research was to evaluate the effect of the genotype composition of hen layer, Kate and the Sabu local chicken on characters of body weight and sizes. Materials used were the male and female chicken (unsexed) and reared until 12 weeks of age. There were 60 offprings of crossbred chicken consisting 30 crossbred of hen layer, Kate and Sabu local chicken with the genotype composition was ½ Hen layer ¼ Kate ¼ Sabu (called PEKASA) and 30 crossbred of Kate, hen layer, and Sabu local chicken with the genotype composition was ½ Kate ¼ Hen layer ¼ Sabu (called KAPESA). Method of this research was an experiment with two treatments there were the first (T1) was 30 heads of chicken had genotype composition ½ Hen Layer ¼ Kate ¼ Sabu and the second (T2) was 30 head s of chicken had genotype composition ½ Kate ¼ Hen Layer ¼ Sabu. All chicken was given feed and water freely and reared until 12 weeks of age. Variable of the research were body weght (g), length of shank (cm), girth circumference (cm), length of body, length of chicken’s back and and wing span. Data was analyzed with t - test. Results showed that PEKASA and KAPESA performed the average of body weight 561.3± 31.8 g and 505.5±17.3 g; the average of length of shank 8.2± 0,8 cm and 6.6 ±0.7 cm ; the average of girth circumference 20.7±1.5 cm and 17.5±2.0 cm; the average of wings span 32.9±1.6 cm and 27.9±1.9 cm and the length of chicken back 33.9±1.8 cm and 30.5±1.70 cm,, respectively. Results of statistical analyzed showed that the genotype composition had effect signifivantly (P<0.05) on all characters. The conclusion of this research was group of ½ hen layer ¼ Kate ¼ Saba performed higher than ½ Kate ¼ hen layer ¼ Sabu on body weight, length of shank, girth circumference, length of body, wing span and and length of chicken back at 12 weeks of age. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh komposisi genotip antara ayam ras petelur (Isa Brown), kate dan lokal Sabu terhadap sifat-sifat bobot badan dan ukuran tubuh. Materi penelitian adalah gabungan ayam jantan dan betina dan dipelihara dari umur seminggu hingga 12 minggu. Sebanyak 60 ekor ayam keturunan (hasil silang) dengan rincian 30 ekor silangan ayam ras Petelur, Kate dengan lokal Sabu yang memiliki komposisi genotip ½ Petelur ¼ Kate ¼ Sabu (disebut PEKASA) dan 30 ekor hasil silangan ayam Kate, Petelur dengan lokal Sabu yang memiliki komposisi genotip ½ Kate ¼ Petelur ¼ Sabu (KAPESA). Metode penelitian adalah percobaan dengan dua perlakuan yaitu pertama (P1) adalah kelompok anak ayam memiliki komposisi genotip ½ Petelur ¼ Kate ¼ Sabu dan perlakuan kedua (P2) adalah kelompok anak ayam memiliki komposisi genotip ½ Kate ¼ Petelur ¼ Sabu. Semua anak ayam dipelihara sampai dengan umur 12 minggu dan diberikan makanan dan minuman yang sama. Variabel yang diukur adalah bobot badan, tulang kering (shank), lingkar dada, rentang sayap dan panjang punggung masing-masing pada umur 12 minggu. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umur 12 minggu PEKASA dan KAPESA menghasilkan masing-masing berturut untuk rerata bobot badan adalah 561,3± 31,8 g dan 505,5± 17,3 g; panjang tulang kering adalah 8,2 ± 0,8 cm dan 6,6±0,7 cm; lingkar dada adalah 20,7±1,5 cm dan 17,54±2,0 cm; rentang sayap adalah 32,9±1,6 cm dan 27,9±1,9 cm dan panjang punggung adalah 33,9±1,8 cm dan 30,5 ±1,7 cm. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa komposisi genotip ayam silangan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap bobot badan, tulang kering, lingkar dada, rentang sayap dan panjang punggung. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah komposisi genotip ternak yaitu ½ Petelur ¼ Kate ¼ Sabu menampilkan performa lebih tinggi dari ayam dengan komposisi genotip ½ Kate ¼ Petelur ¼ Sabu pada sifat seperti bobot badan, panjang tulang kering, lingkar dada, panjang punggung dan rentang sayap pada umur 12 minggu.
PENGARUH MUTASI GEN RYR-1 TERHADAP KUALITAS DAGING BABI LANDRACE Geertruida Margareth Sipahelut; Muladno Muladno; Rudy Priyanto
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 6 No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v6i1.1891

Abstract

related to PSE pork. Forty animals were selected to produce 20 samples of each normal and PSE meat. DNA analysis was conducted for PSE pork, and meat quality attributes was measured for each types of meat, were drip loss, cooking loss, and tenderness (Warner-Bratzler Shear Force). Quantitatives data were analyzed using analysis of variance procedure. DNA analysis indicated there was any mutation at Ryr-1 gene for animals those produced PSE pork. There were highly significant differences between normal and PSE pork for three attributes of meat quality. Drip loss 1.65% ±0.16 vs 2.52%±0.17, cooking loss 28.79% ±2.64 vs 35.09 ± 2.38, and Warner-Bratzler Shear Force 5.57 kg/cm2±0.70 vs 7.18 kg/cm2± 0.70. The conclusion is that mutation at Ryr-1 gene caused animals produce lower quality of PSE pork. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya mutasi dalam gen Ryr-1 dan kaitannya dengan kejadian PSE (pale, soft and exudatie) pada ternak babi yang diternakan secara komersial di Indonesia terhadap kualitas daging babi. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor babi keturunan Landrace jantan dan betina masing-masing 20 ekor menghasilkan daging normal dan 20 ekor menghasilkan daging PSE. Variabel kualitas daging yang diukur adalah susut drip, susut masak dan keempukkan serta pengujian DNA. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan prosedur Sidik Ragam. Hasil penelitian menunjukkan susut drip daging babi normal sebesar (1.65±0.16) dan PSE (2.52±0.17), susut masak daging normal (28.79±2.64) dan PSE (35.09±2.38) serta keempukkan daging normal (5.57±0.70) dan PSE (7.18±0.70). Ketiga variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan dan hasil analisis DNA menunjukkan terjadi mutasi pada gen Ryr-1. Kesimpulan daging babi PSE mempunyai kualitas yang lebih rendah daripada daging babi normal. Sebagaimana diharapkan, babi yang menghasilkan daging PSE mengalami mutasi pada gen Ryr-1 berdasarkan analisis PCR-RFLP.
ANALISIS BIAYA TRANSAKSI DALAM RANTAI PASOK TERNAK SAPI POTONG DI TIMOR BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR Agus A. Nalle; Melkianus Tiro
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 6 No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v6i1.1893

Abstract

The aim of this study is to analyse kinds and magnitude of transaction cost in the supply chain of beef cattle commodity in West Timor; and to analyse the dominant factors of kinds of transaction costs on the choice of the farmers in choosing beef cattle sale location. This study was conducted on july to December 2015. The descriptive approach is used to calculate the kinds and magnitude of transaction cost in the supply chain of beef cattle. Meanwhile the analysis of the logit equation model is applied to analyse the dominant factors of the kinds of transaction cost on the choice of the farmers in choosing the beef cattle sale location. The study sample was 60 respondents farmers that was taken a simple random criteria that they are sell beef cattle for 1-2 years. The study found that the kinds and magnitude of the animals market retribution cost; the cost of procurement of fodder and consumption of farmers are the dominant factors determining farmers choice to sell beef cattle at the place of business/location maintenance through intermediate traders. ABSTRAK Penelitian bertujuan menganalisis macam dan besarnya biaya transaksi dalam sistem dan mekanisme rantai pasok komoditas ternak sapi potong di Timor Barat, serta menganalisis faktor yang dominan dari macam biaya transaksi terhadap pilihan peternak dalam memilih lokasi penjualan ternak sapi potong. Waktu penelitian Juli s/d Desember 2015. Pendekatan deskriptif digunakan untuk menghitung macam dan besarnya biaya transaksi dalam rantai pasok ternak sapi potong. Demikian juga model persamaan logit digunakan untuk menganalisis faktor yang dominan dari macam biaya transaksi terhadap pilihan peternak dalam memilih lokasi penjualan ternak sapi potong. Sampel penelitian sebanyak 60 responden peternak yang diambil secara acak sederhana dengan kriteria bahwa mereka selama 1-2 tahun terakhir pernah menjual ternak sapi. Hasil penelitian menemukan bahwa macam dan besarnya biaya retribusi pasar hewan, biaya pengadaan pakan ternak dan konsumsi peternak merupakan faktor dominan yang mendeterminasi peternak untuk memilih menjual ternak sapi potong di tempat usaha/lokasi pemeliharan melalui pedagang perantara.