cover
Contact Name
Mikson M. D. Nalle
Contact Email
danierni@yahoo.co.id
Phone
+6281353820540
Journal Mail Official
jvip@politanikoe.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes Kupang. Kotak Pos 1152, Kupang 85011 Telp. 0380-881600 » Tel / fax : 081353820540 / 0380-881601
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP)
ISSN : -     EISSN : 27454363     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
JVIP adalah jurnal peer review, jurnal ini menerbitkan artikel berkualitas tinggi dalam ilmu akuatik dan perikanan pada umumnya. Tujuan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan dan menyebarluaskan temuan penelitian saat ini atau yang baru, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan perikanan dan ilmu perairan dalam beberapa topik, tetapi tidak terbatas pada: Perikanan (Akuakultur, Perikanan Tangkap, Pengolahan Ikan dan Sosial Ekonomi Perikanan) Ekologi Akuatik (Air Tawar, Laut, dan Air Payau) Biologi Akuatik (Ikan, Moluska, Crustacea, Plankton, Terumbu Karang) Ilmu Kelautan
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2024): November 2024" : 13 Documents clear
Krustasea Potensial untuk Budidaya dari Perairan Panmuti Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang Lawa, Desi Rade; Jasmanindar, Yudiana; Linggi, Yulianus
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7330

Abstract

Krustasea merupakan salah satu sektor penting dalam industri perikanan di Indonesia. Kepiting memiliki potensi besar sebagai komoditas budidaya karena permintaan yang terus meningkat baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui  Krustasea di perairan panmuti dengan potensi untuk di budidayakan di pantai Panmuti. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat 6  krustasea yang ditemukan di Perairan Panmuti. Spesies yang ditemukan terdiri atas dua Krustasea udang yang termasuk kedalam famili Penaeidae yaaitu Udang Putih (Penaeus merguiensis) dan Udang Windu (Penaeus monodon), Udang mantis (stomatopoda), Udang dogol (metapenaeus). Dua Krustasea Kepiting yang teridentifiksi, yaitu Kepiting bakau (Scylla serrata) yang tegolong famili Sesarmidae dan rajungan (Portunus pelagicus) tergolong  famili Portunidae.Kata kunci: Krustasea, Identifikasi, Budidaya
Penambahan Ekstrak Etil Asetat Tepung Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Pada Pakan Komersil Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Zahara, Annisa Zulfa; Abidin, Zaenal; Lumbessy, Salnida Yuniarti
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7243

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak etil asetat rumput laut K. alvarezii pada pakan komersil terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus). Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei – Oktober 2023 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Universitas Mataram. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 4 perlakuan penambahan ekstrak dan 3 ulangan yaitu perlakuan kontrol tanpa ekstrak (P1), pakan dengan penambahan ekstrak etil asetat K. alvarezii 1 : 3 (P2), pakan dengan penambahan ekstrak etil asetat K. alvarezii 1 : 4 (P3) dan pakan dengan penambahan ekstrak etil asetat K. alvarezii 1 : 5 (P4). Maserasi dilakukan selama 30 jam selanjutnya difiltrasi dan dievaporasi pada suhu 40 oC. Penambahan ekstrak ke pakan menggunakan dosis 2 g/1 kg pakan dengan dicampur aquades 10 ml. Parameter yang diuji adalah uji berat mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (LPS), feed convention ratio (FCR), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), dan survival rate (SR) dan kualitas air. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak etil asetat 1 : 5 dapat meningkatkan pertumbuhan dan pemanfaatan pakan yang lebih baik pada ikan nila dengan tingkat kelangsungan hidup ikan nila sebesar 90%.Kata kunci : ekstrak, etil asetat, K. alvarezii, pertumbuhan, nila
Potensi Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata) Sebagai Imunostimulan Pada Udang Affandi, Rangga Idris; Setyono, Bagus Dwi Hari
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7333

Abstract

Udang adalah salah satu spesies akuakultur paling berharga di dunia dan memainkan peran penting dalam menyediakan pangan dan ketahanan ekonomi. Upaya pengembangan potensi perikanan budidaya khususnya budidaya udang memiliki tantangan dalam pengelolaannya diantaranya adalah masalah penyakit. Manajemen kesehatan udang yang dapat diterapkan dalam mengendalikan serangan penyakit salah satunya dengan melakukan tindakan pencegahan penyakit udang melalui pemberian imunostimulan. Sumber imunostimulan alami salah satunya dapat berasal dari tanaman. Salah satu tanaman yang dapat menjadi imunostimulan bagi udang karena berbagai kandungan senyawanya adalah sambiloto (Andrographis paniculata). Sambiloto umumnya diketahui sebagai bahan baku pembuatan jamu pahitan yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia karena kandungannya. Oleh karena itu tujuan dari studi literatur (literature review) ini adalah agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai potensi dari tanaman sambiloto tersebut sebagai imunostimulan pada udang. Metode yang digunakan yaitu systematic literature review dengan tahapan planning, data collection, data analysis, kemudian diakhiri dengan simpulan. Hasilnya diketahui bahwa sambiloto memiliki berbagai kandungan senyawa seperti andrografolida, terpenoid, alkaloid, tanin, flavonoid, dan saponin yang dapat digunakan sebagai imunostimulan pada budidaya udang. Tanaman sambiloto sangat berpotensi untuk dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk menjadikan bahan tersebut sebagai imunostimulan pada budidaya udang.
Penilaian Mutu Ikan Layang Secara Organoleptik di Tempat Pelelangan Ikan Teluk Betung Bandar Lampung Triguna, Vianka Lionota; Tirtana, Denta; Handayani, Muliawati
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7260

Abstract

Uji Organoleptik adalah cara pengujian suatu makanan dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama. Uji Organoleptik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji kenampakan mata, insang, lendir permukaan badan, daging, (warna dan kenampakan), tekstur dan bau. Tujuan penanganan ikan layang dan Penilaian mutu ikan layang secara Organoleptik. Penelitian dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak di daerah Jl. Ikan Bawal No.62, Kangkung, Kec. Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung, Lampung 35211, Indonesia. Metode yang digunakan adalah dengan cara observasi langsung di lapangan. Adapun hasil yang di dapat dari pengamatan pengambilan data proyek mandiri di TPI Gudang Lelang Teluk Betung Bandar Lampung. Penanganan di TPI Gudang Lelang dengan menurunkan dan di bawa untuk di lelang sebelum di lelang ikan di pindahkan terlebih dahulu ke dalam basket sesuai jenis ikan. setelah ikan sudah sesuai dengan jenis ikan akan langsung dilelang kepada pedagang atau konsumen. Dari hasil pengamatan yang sudah di ambil dengan keseluruhan penilaian mutu secara Organoleptik adalah ikan layang agak segar dikategorikan berkisar 5-7 untuk kenampakan mata: kornea agak keruh, pupil keabu-abuan dan bola mata agak cekung, insang: warna merah agak kusam, tanpa lendir, lendir: lapisan lendir mulai keruh warna putih agak kusam kurang transparan, daging: sayatan daging mulai pudar dan banyak kemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut agak lunak, bau: mulai terciumnya bau amoniak, sedikit bau asam, tekstur: lunak bekas jari terlihat bila di tekan mudah menyobek daging dari tulang belakang.Kata kunci : Organoleptik, mutu ikan, pelelangan , Teluk Lampung, WPP NRI 572 
Pemanfaatan Arang sebagai Media Pendukung dalam Optimalisasi Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Budikdamber Seran, Klaudia Nia; Salu, Susanti Maria Yosefa
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7326

Abstract

Budidaya ikan lele (Clarias sp.) dengan sistem budidamber merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sudah banyak dikembangkan di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Kota Kupang. Namun, salah satu tantangan yang dihadapi dalam sistem budikdamber adalah penurunan kualitas air yang cepat setelah 3 hari pemeliharaan akibat penumpukan sisa pakan dan sisa hasil metabolisme. Solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menambahkan arang ke dalam media budidaya. Arang dikenal memiliki kemampuan adsorpsi yang tinggi, sehingga efektif dalam menyerap gas-gas terlarut, logam berat, serta menghilangkan bau dan kekeruhan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas pemanfaatan arang sebagai media pendukung dalam sistem Budikdamber untuk optimalisasi pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi dan Manajemen Budidaya, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan dengan tiga ulangan, yang meliputi perlakuan Kontrol (+) yaitu Budikdamber tanpa arang dengan penambahan top filter, Kontrol (-) yaitu Budikdamber tanpa arang dan tanpa top filter, dan perlakuan Arang yaitu Budikdamber dengan penambahan arang tanpa top filter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang dalam wadah budidaya dapat meningkatkan kualitas air budidaya, seperti mengurangi kadar amoniak, tingkat kekeruhan, dan bau. Pertumbuhan bobot ikan lele pada perlakuan Arang dan Kontrol (+), yang tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara keduanya, secara signifikan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan Kontrol (-). Pertumbuhan panjang ikan lele pada perlakuan Kontrol (+) secara signifikan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan Arang, dan perlakuan Arang secara signifikan lebih tinggi (P<0,05) dibanding perlakuan Kontrol (-). Nilai FCR pada perlakuan Arang secara signifikan lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan Kontrol (+) dan Kontrol (-). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penambahan arang dapat meningkatkan performa pertumbuhan ikan lele yang dipelihara pada sistem budikdamber. Kata kunci: Arang, budikdamber, kualitas air, performa pertumbuhan, ikan lele.
Teknik Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) secara Intensif di UD. Lumiti Desa Awen, Jembrana, Bali Widiastiti, Ni Nyoman; Adnyana, I Made Dwi Mertha; Noor, Setiadi M.
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7145

Abstract

Berbagai kelompok masyarakat termasuk petani di UD. Lumiti, Desa Awen telah melakukan budidaya udang vaname. Permintaan yang tinggi akan udang vaname menjadikan proyeksi kebutuhan mengalami peningkatan signifikan. Dalam proses budidaya yang baik diperlukan teknik yang sesuai guna menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan konsumen. Tujuan penelitian ini untuk mengiidentifikasi teknik budidaya udang vaname (L. vannamei) di UD. Lumiti, Desa Awen, Kabupaten Jembrana, Bali. Desain penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasional. Data dikumpulkan menggunakan wawancara terarah dan observasi secara langsung selama bulan April 2021. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian diperoleh teknik budidaya udang vaname tergolong sudah baik dan telah memenuhi standar operasional dalam pengelolaannya meliputi persiapan wadah, pembersihan tambak, pengeringan terpal, persiapan air media, penebaran benur, pengelolaan air media, manajemen pakan, panen, dan pascapanen. Sistem budidaya dilakukan secara intensif. Temuan menunjukkan terdapat empat petak tambak dengan padat tebar yang berbeda disetiap petak tambak, jenis tambak HDPE dengan sistem pengairan menggunakan pipa, air berasal dari sumur bor, bersifat alkali serta menggunakan sistem sirkulasi, pemberian pakan dilakukan dengan jumlah berbeda bergantung kapasitas dan kepadatan tebar, serta tingkat kelangsungan hidup (SR) mencapai 65%. Teknik budidaya udang vaname di UD. Lumiti perlu ditingkatkan dalam hal sarana prasarana, ketersediaan alat budidaya dan kualitas SDM guna meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk.Kata kunci : Budidaya perikanan; udang vaname; produk perikanan; sistem intensif.
Perbandingan Efektivitas Sistem Baterai Dan Konvensional Terhadap Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata) Pasang, Fransiska Wulandari; Linggi, Yulianus; Suleman, Suleman
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7352

Abstract

Untuk membandingkan pertumbuhan dan sintasan kepiting bakau pada wadah pemeliharaan sistem baterai dan sistem konvensional serta untuk mengetahui faktor kondisi kepiting bakau pada wadah pemeliharaan sistem baterai dan sistem konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan mangrove, Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, merupakan salah satu daerah perairan yang banyak biota laut yang hidup, di daerah perairan tersebut salah satunya adalah kepiting bakau (Scylla seratta). Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari (terhitung dari 19 Mei 2024 sampai 18 Juli 2024). Kepiting yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla serrata) dengan bobot 45– 60 g sebanyak 60 ekor kepiting bakau (30 ekor kepiting bakau jantan dan 30 ekor kepitig betina) digunakan sebagai hewan uji dengan kelompok pemeliharaan sistem baterai dan sistem konvesional. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan antara dua kelompok data yakni antara kelompok data pertumbuhan kepiting bakau yang dipelihara dalam sistem baterai dengan kelompok data pertumbuhan kepiting bakau yang dipelihara secara sistem konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kepiting bakau yang dipelihara dalam wadah sistem baterai lebih cepat tumbuh dibandingkan kepiting bakau yang dipelihara dalam wadah sistem konvensional sedangakan pada sintasan kepiting bakau pada kedua sistem (sistem baterai dan sistem konvensional) menunjukkan hasil yang sama yaitu 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sistem memeiliki efektivitas yang sama dalam menjaga kelangsungan hidup kepiting bakau. Kepiting bakau yang dipelihara didalam wadah pemeliharaan sistem baterai cendrung lebih gemuk dibandingkan kepiting bakau yang dipelihara didalam wadah pemeliharaan sistem konvensional.Kata kunci : Kepiting bakau, perbandingan, sistem baterai, sistem konvensional
Perbedaan Pengaruh Perendaman Pakan Keong Mas Menggunakan Ekstrak Bayam, Murbei, Dan Pakis Untuk Stimulasi Molting Kepiting Bakau Hidayat, Muhammad Firman; Marzuki, Muhammad; Diniariwisan, Damai
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7347

Abstract

Kepiting bakau adalah komoditas penting di Indonesia sejak awal 1980an. Hasil tangkapan kepiting bakau di alam tidak sesuai dengan permintaan konsumen dalam kuantitas dan kualitas. Budidaya menjadi solusi yang harus segera dikembangkan karena tangkapan alam masih sangat tinggi. Penelitian terkait penggunaan ekstrak bayam, murbei dan pakis telah dilakukan namun pengaruh perbedaan ekstrak untuk stimulasi molting pada kepiting bakau belum terdapat data optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh penggunaan ekstrak bayam, murbei dan pakis pada pakan kepiting terhadap proses stimulasi molting pada budidaya skala apartemen. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September hingga Oktober 2023 dan bertempat di gudang CV Aula 21 Kelurahan Sayang-sayang Kota Mataram. Prosedur penelitian ini meliputi persiapan wadah budidaya, persiapan bibit, persiapan ekstrak dan pakan, pemberian pakan, pengamatan pertumbuhan dan pengukuran kualitas air. Parameter penelitian ini terdiri dari pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan bobot harian, tingkat kelangsungan hidup, efisiensi pakan, laju kecepatan molting dan parameter penunjang yang berbagai kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman ekstrak pada keong mas sebagai pakan kepiting bakau memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan bobot harian, dan efisiensi pakan. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi didapatkan pada perlakuan P2 (perendaman dengan ekstrak bayam) yang nilainya 135,6 g, pertumbuhan bobot harian tertinggi pada perlakuan P2 yang bernilai 1,15%, efisiensi pakan tertinggi pada perlakuan P2 yang bernilai 7,41%, dan laju kecepatan molting tercepat pada perlakuan P2 yang bernilai 15,8 hari. Sedangkan untuk  tingkat kelangsungan hidup bernilai 100% pada semua perlakuan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa perlakuan penambahan ekstrak bayam, ekstrak murbei, ekstrak pakis memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan stimulasi molting kepiting.Kata kunci : Ekstrak, Keong mas, Kepiting bakau, Molting
Teknik Pendederan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dengan Kepadatan Penebaran Berbeda Arfat, Arfat; Rahmadani, Thoy Batun Citra
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i1.7351

Abstract

Budidaya perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar khususnya pada sektor kegiatan budidaya laut, Salah satu contoh jenis ikan laut adalah ikan kakap putih. Budidaya ikan kakap putih sangat penting untuk dikembangkan menjadi usaha komersil, sebab pertumbuhannya relatif cepat dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Hal ini menyebabkan budidaya ikan kakp putih cocok dilakukan baik itu skala kecil mapun besar. Pendederan merupakan proses pembesaran benih hingga mencapai ukuran yang aman untuk dibudidaya pada media pembesaran. Praktek kerja lapang ini bertujuan untuk mengetahui teknik pendederan ikan kakap putih (Lates calcarifer). Kegiatan praktek kerja lapang dilaksanakan selama 30 hari pada bulan Februari-Maret tahun 2024. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu deskriptif dan partisipasi aktif. Berdasarkan hasil kegiatan praktik kerja lapang yang dilaksanakan mengenai teknik pendederan kakap putih (Lates calcarifer) terdapat beberapa  kegiatan pendederan ikan kakap putih diantaranya yaitu persiapan kolam, penebaran benih dan pemanenan. Pemeliharaan ikan kakap putih berlangsung selama 22 hari. Hasil pengukuran parameter pertumbuhan yaitu nilai Survival Rate (SR) yang di peroleh adalah 99,1% dan 98 % dan hasil rata-rata pada kolam pendederan I yaitu panjang awal pemeliharaan ikan kakap putih di hasilkan 4,06 cm, panjang akhir pemeliharaan ikan kakap putih yaitu 6,88 cm dan  pertumbuhan mutlak ikan kakap putih yaitu 2,82 cm. Hasil rata-rata pada kolam pendederan II untuk panjang awal pemeliharaan yaitu sekitar 5,08 cm, panjang akhir pemeliharaan yaitu 8,32 cm dan panjang mutlak yang dihasilkan yaitu 3,24 cm.Kata kunci : Ikan Kakap Putih, Pendederan, Pertumbuhan
Kondisi Padang Lamun di Pesisir Kabupaten Rote Ndao, Indonesia Toruan, Lumban Nauli Lumban; Nalle, Tegar Victorys; Magdhalena, Rafella Dorcas Dyah; Khalid, Muhammad; Abdulhakim, Muhamad; Prabuning, Derta; Gautama, Dwi Ariyoga
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 1 (2024): November 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v4i2.7188

Abstract

Penelitian ini mengkaji tutupan lamun pada delapan lokasi berbeda di Kabupaten Rote Ndao, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Lokasi-lokasi tersebut meliputi kawasan konservasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu di bagian Barat Daya dan di luar kawasan konservasi di bagian Selatan dan Timur, meliputi perairan terbuka serta terlindung dan habitat yang berdekatan dengan ekosistem mangrove serta terumbu karang. Penelitian ini mengungkapkan spesies lamun di seluruh lokasi, yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Thallassia hemprichii, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, dan Thalassodendron ciliatum. Thallassia hemprichii, C. serrulata, E. acoroides, dan C. rotundata umumnya mendominasi hamparan lamun di berbagai lokasi.  Halophila ovalis memiliki persentase tutupan yang rendah namun merupakan jenis lamun yang sebarannya paling tinggi karena berada pada tujuh lokasi. Tutupan makroalga dan epifit pada daun lamun menunjukkan persentase yang beragam di setiap lokasi, yang mencerminkan variasi kondisi lingkungan. Selain itu, jumlah tegakan Enhalus acoroides bervariasi di antara lokasi, yang mempengaruhi perbedaan tutupan populasi lamun. Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi memberikan gambaran mengenai dinamika ekologi di setiap lokasi, sehingga membantu dalam memahami distribusi dan komposisi komunitas lamun. Meskipun jumlah jenis lamun pada bagian Barat Daya lebih rendah dibandingkan bagian Timur, namun tingkat keragamannya lebih tinggi. Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keanekaragaman lamun, jumlah spesies lamun, dan persentase tutupan lamun, baik di bagian Barat Daya, Selatan, dan Timur Pulau Rote. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga wilayah tersebut memiliki struktur komunitas lamun yang cenderung sama, meskipun kondisi lingkungannya berbeda, sehingga perbedaan ekologis sifatnya lebih tergantung pada dinamika lingkungan pada tiap stasiun dibandingkan dinamika tiap wilayah. Kata kunci : keanekaragaman hayati, kondisi lingkungan, konservasi, persentase tutupan  lamun, taman nasional perairan

Page 1 of 2 | Total Record : 13