cover
Contact Name
Arif Rahman
Contact Email
shautunapmh@gmail.com
Phone
+6282343321118
Journal Mail Official
shautunapmh@gmail.com
Editorial Address
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/shautuna/editorialteam
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab
ISSN : -     EISSN : 27750477     DOI : https://doi.org/10.24252/shautuna.v2i3
Shautuna: Jurnal Imiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab adalah jurnal akademik yang telah menerbitkan karya ilmiah sejak tahun 2013. Jurnal ini diterbitkan oleh Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Alauddin Makassar. Jurnal ini disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa yang berkecimpung dalam hukum Islam lebih khusus perbandingan mazhab dan hukum. Jurnal ini secara rutin terbit tiga kali setahun yakni pada Januari, Mei dan September.
Articles 344 Documents
Tradisi Peta Kapanca Pernikahan di Kabupaten Bima; Perspektif Imam Syafi’i Idharulhaq Idharulhaq; Hamzah Hasan
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.18709

Abstract

The aimed of this research are 1) To know the practice in implementation and the meaning of Peta Kapanca's tradition In Wedding In Simpasai Village Lambu Subdistrict Bima Regency. 2) To know the view of Imam Syafi'i to the implementation of Peta Kapanca's tradition in Wedding In Simpasai Village Lambu Subdistrict Bima Regency. The Kings of this research is qualitative descriptive research by using Teologi Normatif (Syar'i) approachment and fenomenology. The sources of  this research data are the  figure of religion, the figure of society, the future of  custom and Zikir Kapanca's Team. The method of data collect are Observation, Interview and documentation. The technique of data processing are data reduction, data presentation and conclusion. The results of this research are the implementation of Zikir and Peta Kapanca in Simpasai Village Lambu Subdistrict Bima Regency beginning with greetings, istighfar, syahadat, shalawat and read  another ayat of holy Quran. Inai's leaf patch. The bridge sit on the place with the hands positions are straight. Banana's leaf and the bridge's foot straight. The bridge patch Inai's leaf until seven times. Yellow rice sow patch on the bridge by read shalawat of prophet Mohammad. The view of Imam Syafi'i to this tradition is not contadiction with Him caused this tradition accomodations the syariah and the values of Islam as His fiqih that meaning : custom can be consideration of law. Therefore, Zikip Peta Kapanca's Tradition of Simpasai Village can be eternal based on Imam Syafi'i's Perspective  in consider of Islam Law. The implication of this research are 1. Hopefully to all the society of Bima Regency and especially for Simpasai Village for maintain this culture that develop in our society Especially Zikir peta Kapanca. 2 Zikir peta Kapanca's culture is legacy of our Grandmother in Kingdom time, throughout needed the caring of our  government, the figure of religion, the figure of custom, the figure of society, Young generation, and also the researcher.Keywords : Wedding, Kapanca Map, Imam Syafi’i
Perlindungan Hukum Pemidanaan Kebiri Perspektif Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia Fadyah Aqsari Yusri; Abdul Syatar
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.18820

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan secara jelas terkait masalah Perlindungan Hukum Sanksi Kebiri Menurut Perspektif Hukum Islam Dan Hak Asasi Manusia (HAM). Penelitian ini mengkaji berdasarkan tinjauan hukum dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang mendasari Hukum Islam dan HAM harus memberikan perlindungan bagi pelaku yang akan diberi hukuman kebiri. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh beberapa hasil yaitu pemberian hukuman sanksi Kebiri kepada pelaku dapat melanggar HAM dan didalam hukum Islam juga menolak pemberian hukuman kebiri karna dianggap melanggar hak untuk tidak disiksa serta hukuman kebiri tidak terdapat didalam hukum Islam. Dengan adanya penerapan perlindungan hukuman bagi sanksi kebiri diharapkan agar berbagai pihak mempertimbangkan kembali agar sanksi kebiri tidak dilaksanakan dan diganti dengan hukuman yang lain.Kata Kunci : Kebiri; Hukum Pidana Islam; HAM
Ritualisme Ibadah Haji Bawakaraeng Persepsi Masyarakat Lembanna; Studi Kasus Lembanna Muh Fajar Islamy; Abd. Rahman R
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.18832

Abstract

This study aims to identify people's perceptions that are directly related to the phenomenon, where the pilgrimage is a complementary worship in Islam. Hajj is one of the pillars of Islam, which is the fifth pillar that must be done for every Muslim, both men and women who are capable and have met the requirements. The implementation of the pilgrimage is to visit the Baitullah (Ka'ba) in Mecca with certain conditions and certain rituals. People who perform hajj are obliged to comply with the provisions. It is different in Lembanna village where some people still believe in the Bawakaraeng pilgrimage ritual. Then it is described in the formulation of the problem, namely: How is the perception of the Lembanna community regarding the ritualism of the Bawakaraeng Hajj? How is the government's effort in overcoming the ritualism of the Bawakaraeng Hajj? The type of research used is field research, in which this research was conducted in the village of Lembanna. The result of this research is that Haji Bawakaraeng as described is a term or symbol attached to mountain climbing activities during Eid al-Adha. Information from residents at the foot of the mountain said that they did not believe in and did not practice the Bawakaraeng Hajj culture, and this culture was carried out by people outside their environment. Along with this statement they also admitted that they did not agree with the existence of Haji Bawakaraeng. The implications of this research are, Everything must be based on evidence, so that there is no wild perception in society. This research can be an enlightenment or information related to the Hajj Ritual at the Top of Mount Bawakaraeng. If there is information related to rituals in the community and which are suspected of being deviant, don't judge or blaspheme immediately, it would be better if we have to dig up information first. Changing the community's paradigm regarding the Hajj ritual at the top of Mount Bawakaraeng.Key Word: Rituals, Hajj, Bawakaraeng
Kewajiban Pendaftaran Sertifikasi Halal Pada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal; Perspektif Maqāṣid al-Syarī’ah Sitti Nur Faika; Musyfika Ilyas
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.18842

Abstract

Artikel ini membahas tentang Kewajiban Sertifikasi Halal dalam prespektif Maqashid al-Syariah. Dalam menjawab permasalahan tersebut dan analisis data yang bersifat deskriptif, penulis menggunakan pendekatan mutidisipliner, yaitu pendekatan normatif-yuridis Penelitian ini tergolong library research dengan jenis penelitian deskripsi kualitatif, dimana data dikumpulkan dengan mengutip, menyadur, dan menganalisis isi (content analysis) terhadap literatur yang representatif dan mempunyai relevansi dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas dan menyimpulkannya. Peneliti menemukan: Maqashid syariah terhadap kewajiban pendaftaran  sertifikasi halal ,secara substansialnya sebagai maslahah dengan kata lain yaitu kebaikan serta kesejahteraan dalam memberikan manfaat.Dalam maqashid syariah ada lima pokok tujuan di dalamnya, yaitu memelihara agama,memelihara jiwa ,memelihara keturunan,memelihara harta, memelihara akal, yang esensinya terhadap kewajiban pendaftaran serfikikasi halal sangat berkaitan. Jadi kewajiban pendaftaran sertifikasi halal itu diharuskan sesuai dengan koridor kemaslahatan masyarakat yang tentunya memberikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qura’an serta tujuan Maqashid Syariah.  Mekanisme pendaftaran sertifikasi halal oleh badan penyelenggara jaminan produk halal tentunya membutuhkan tahapan yang begitu ketat yang prosedurnya memerlukan beberapa tahapan untuk mendapatkan sertifikat halal itu. Meski demikian, mekanisme pendaftaran sertifikasi halal ini sudah sesuai dengan maqashid al-syariah.Kata Kunci : Kewajiban Pendaftaran Sertifikasi Halal, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, Maqasid Al-Syariah.
Pelanggaran Lalu Lintas oleh Rombongan Pengantar Jenazah di Jeneponto Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Muhammad Syarwan Syarif; Marilang Marilang
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.19048

Abstract

The main problem of this of this reseach is traffic violations by the corpse delivery group in Jeneponto, the perspective of Islamic law and criminal law. The main problem is then formulated into several sub problems, namely 1.) what are the forms of violations by the group delivering the corps? 2.) how does the positive law view traffic violations by the group delivering the bodies? 3.) how does Islamic law view violations during delivery of the corpse? This type of reseach is classified as field reseach, with a reseach approach using a sociology of law approach. As for the reseach data sources are the public and law enforces in Jeneponto district. This study aims to determine the forms of violations, as well as the elaboration of rules related to community habits, in this case the delivery of corpses, through the perspective of Islamic law and positive law (case study of the corpse delivery group in Jeneponto district). This type of reseach is quantitative reseach, which is a method that emphasizes the understanding of social problems based on (real) and natural conditions of reality. The focus of this reseach will emphasizes on data analysis and basic analysis of control, as well as providing articles to traffic offenders in transporting their bodies. Data collection methods and drawing conclusions as well as documentation. This reseach is considered impostant because of the many violations that occur when delivering the corpse, and it cannot be separated from adding a wealth of thoughts and insights for the author himself and the reader later.Keywords: violaton, introduction to the body, Islamic law, criminal law.
Efektivitas Peraturan Daerah Tentang Minuman Keras di Bulukumba; Analisis Maslahah Mursalah Rezky Arfyani A; Abd Rahman HI Qayyum
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.19062

Abstract

Pokok masalah penelitian ini untuk menguraikan kefektifan peraturan daerah di Bulukumba tentang Minuman Keras. Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: yuridis-sosiologis dan komparatif. Adapun sumber data penelitian ini adalah warga masyarakat desa Kindang dan sekitarnya yang menjadi target informan. Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan penelusuran referensi. Lalu, teknik pengolahan data dan anailis data dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat bulukumba khususnya desa Kindang masih dangat kental dengan yang namanya minuman keras dengan adanya peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah pada Tahun 2002 tentang minuman keras menunjukkan bahwa keefektivitasannya masih belum terlaksana di desa Kindang sehingga masyarakat masih berfikir untuk selalu bermabuk-mabukan akibat tidak adanya sanksi yang akan dikenainya, disini mengapa penting dari sebuah informasi itu ketika akan menerapkan yang namanya peraturan itu sendiri. Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) pemamhaman tentang bagaimana minuman keras dan dampaknya, 2) masyarakat Bulukumba khususnya desa Kindang lebih membutuhkan informasi yang ada mengenai aturan daerah yang dibuat sehingga sanksi akan diterapkan, 3) bagaimana efektivitas pelaksanaan perda itu sendiri harus lebih diawasi dalam peraturannya.Kata kunci : maslahah mursalah, perda, minuman keras.
Pola Pembinaan Anak Yatim Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Anak; Studi Kasus LKSA di Panti Asuhan Amrillah Kab. Gowa Ihsan Ihsan; Muhammad Anis
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.19146

Abstract

Allah swt. telah menjadikan agama Islam sebagai agama yang menaungi berbagai aspek kehidupan manusia baik dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam menjalankan agama Islam. Tentunya Allah Swt menuntun makhluknya kepada kebaikan dunia dan akhirat yaitu dengan memberikan arahan mengenai kebenaran dan keburukan yang sejalan dengan fungsi Al-Qur’an terhadap manusia sebagai pembeda antara kebaikan dengan keburukan. Anak menjadi salah satu generasi Islam harus diberikan pendidikan yang layak. Tujuan dari penelitian ini untuk menilik dan menelusuri pola pembinaan anak asuh pada panti asuhan Amrillah, dalam persfektif hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Anak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan bersifat kualitatif dan komparatif. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Hasil penelitian ini adalah bahwa kewajiban pola pembinaan anak yatim perspektif hukum Islam dan undang-undang perlindungan anak, maka perlu ada upaya untuk melakukan terobosan baru dalam mensosialisasikan perlunya mengadopis pola pembinaan dalam Islam maupun Undang-Undang agar dijadikan sebagai rujukan dalam pola pembinaan panti asuhan. Peneliti menemukan, ada empat pola pembinaan yang digunakan pada pola pembinaan Panti Asuhan Amrillah, pertama pola pembinaan rohani yang erat kaitannya dengan agama, kedua pola pembinaan akhlak yang berkaitan dengan kehidupan sosial anak asuh, ketiga pola pembinaan mental dan keempat pola pembinaan fisik atau jasmani.Kata Kunci: Pola Pembinaan, Anak Yatim, Hukum Islam, UU Perlindungan Anak
Konsep Belis dalam Tradisi Perkawinan Masyarakat di Manggarai Timur; Perspektif Perbandingan Mazhab Hanafi dan al-Syafi’i Darmiyanto Darmiyanto; Azman Arsyad
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.19180

Abstract

Artikel ini membahas tentang konsep belis dalam tradisi perkawianan masyarakat desa Manga Mbaling Kabupaten Manggarai Timur. Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan syar’i. Adapun sumber data penelitian ini adalah sunber data primer yaitu tokoh adat, tokoh agama, tokoh pendidik dan sumber data sekunder yaitu Al-Qur’an, hadis, fiqh, buku, jurnal, dan literatur yang berkaitan dengan  pembahasan skripsi ini. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lalu, teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tata cara pemberian belis dalam perkawinan msayarakat Desa Nanga Mbaling. Dalam hal ini, pihak laki-laki mendatangi rumah orang tua perempuan untuk meminta persetujuan agar hubungan dengan anak perempuannya dapat direstui oleh kedua orang tua perempuan. Setelah itu, kedua orang tua laki-laki mendatangi rumah orang tua perempuan untuk membicarakan belis. Ketika sudah ditentukan waktu pemberian belis, maka pihak keluarga laki-laki menyiapkan belis yang sudah disepakati dan membawanya sesuai waktu yang telah di sepakati. Setelah tata cara pemberian belis tersebut dilakukan maka kedua pihak menentukan hari perkawinan. 2) Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pendidik tidak ada perbedaan pendapat mengenai belis. Dalam hal ini, belis tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena dalam tradisi belis di Desa Nanga Mbaling melakukan kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan dalam menentukan belis. Dengan kata lain, agama tetap berlaku dan belis tetap berlaku. Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Kepada masyarakat Desa Nanga Mbaling sebaiknya tidak mempersulitkan belis karena pada dasarnya perkawinan merupakan ibadah yang di permudah oleh ajaran agama. 2) Apabila pihak keluarga laki-laki tidak sanggup dengan penetapan belis oleh keluarga perempuan, maka pihak keluarga perempuan melihat kesanggupan pihak keluarga laki-laki dengan tata acara adat yang  mempermudah.Kata Kunci : Belis, Tradisi, Perkawinan
Tinjauan Hukum Islam terhadap Penggunaan Implan dalam Keluarga Berencana di Kabupaten Bantaeng Rista Juwita; Sabir Maidin
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum MEI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i2.19238

Abstract

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah  bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan implan dalam keluarga berencana di Kabupaten Bantaeng khususnya di Desa Bonto-bontoa, Kecamatan Banyorang, Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teologis normatif atau syar’i dan pendekatan sosiologis. Adapun sumber data penelitian adalah Kepala Seksi Pengendalian Penduduk dan Informasi Keluarga dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bantaeng. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dokumentasi, dan penelusuran referensi. Kemudian, teknik pengolahan data dan analisis data dikaitkan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) KB Implan mempunyai beberapa dampak, antara lain dalam beberapa kasus alat kotrasepsi ini dapat memengaruhi siklus menstruasi, perubahan berat badan, menyebabkan sakit kepala atau pusing, nyeri pada payudara, gelisah, mual-mual tergantung reaksi tubuh dari akseptor itu sendiri; 2) Dalam Islam KB sudah dikenal dengan istilah al-‘azl yang dalam Al-Qur’an dan hadits berindikasi memperbolehkan program KB yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 195 yang menjelaskan tentang mengkhawatirkan keselamatan jiwa atau keselamatan ibu. Implikasi dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagi masyarakat di Desa Bonto-Bontoa, Kecamatan Banyorang, Kabupaten Bantaeng yang berperan sebagai akseptor (penggguna) dalam penggunaan implan dalam Keluarga Berencana sebaiknya mengetahui dan mempelajari terlebih dahulu cara kerja serta dampak yang akan diberikan oleh alat kontrasepsi tersebut, karena KB implan bekerja dengan mengeluarkan hormon, maka tentu akan memiliki dampak yang berbeda-beda tergantung reaksi tubuh akseptor itu sendiri; 2) Pengunaan implan dalam Keluarga Berencana diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan alat kontrasepsi yang digunakan karena diperbolehkan dalam hukum Islam sebab tidak mengubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan dengan mengingat bahwa tujuan penggunaan KB implan hanya bertujuan mengatur jarak kelahiran anak yang hal tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam.Kata Kunci: Tinjauan Hukum; Keluarga Berencana; Penggunaan Implan; Hukum Islam
Pertanggungjawaban Hukum terhadap Anak yang Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan; Analisis Perbandingan Hukum Pidana Islam dan Positif Andril Muharram; Abdul Wahid Haddade; Andi Fadli Natsif
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum SEPTEMBER
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v2i3.19332

Abstract

The problem raised or the purpose of this research is to find out how the concept of legal responsibility for children who commit the crime of murder with a correlation between Islamic law and positive law.To study and answer the problems in this thesis, a multisciplinary approach is used, namely the juridical normative (syar`i) / statutory (statue approach), historical (sociological approach), psychology (psychological approach) approach. This research is classified as a library research, data is collected by analyzing it by using content analysis with relevance to the issues that can be resolved and concluded. After conducting a study of the conspiracy, the results of the research show that children who are criminals can be accounted for legally and in positive law they are given sanctions whose main character and purpose is guidance. There are several laws that regulate this matter, namely Law Number 23 of 2002 concerning child protection. In contrast to Islamic law (fiqh), children's perceptions, and forms of responsibility make child crimes not subject to Uqubah (punishment), takzir (warning) and ta`dabiyyah (guidance) alone, the correlation between the two is the principle of determining punishment for a child as a perpetrator With a positive law that is different from child offenders in the provision of takzir and in terms of ta`dibiyah to children who commit criminal acts, it is maslaha hajiyat (secondary). For this reason, this research is expected to be a material for theoretical comparisons between positive law and Islamic law, comparative material and a reference for further research both relevant and from different variants, and / or reference material for material testing of existing child criminal actsSetelah mengadakan kajian terhadap perseolan tersebut hasil penelitian menuunjukan bahwa bagi anak pelaku pidana dapat dipertanggungjwabakan secara hukum serta dalam hukum positif diberikan sanksi yang sifat dan tujuan utamanya adalah pembinaan. Ada beberapa Undang-Undang yang mengatur tetntang hal tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Berbeda dengan hukum islam (fikih), ersepsi anak, dan bentuk pertanggungjwaban membuat tindak pidana anak tidak dikenakan Uqubah (hukuman), takzir (peringatan) dan ta`dabiyyah (pembinaan) saja, korelasi dari keduanya adalah Asas penetapan hukuman bagi seorang anak sebagai pelaku dengan hukum positif yang berbeda dengan pelaku tindak pidana anak dalam pemberian takzir maupun ditinjau ta`dibiyah kepada anak yang melakukan tindak pidana merupakan maslaha hajiyat (sekunder). untuk itu, penelitian ini diharapkan sebagai bahan perbandingan teoritis  antara hukum positif dan hukum islam, bahan perbandingan dan acuan terhadap penelitian selanjutnya baik yang relevan, maupun dari varian yang berbeda, dan atau bahan acuan uji materil terhadap Undang-Undang tindak pidana anak yang telah ada.

Page 9 of 35 | Total Record : 344