cover
Contact Name
Heppy Yohanes
Contact Email
heppyyohaneslim@gmail.com
Phone
+6287878968652
Journal Mail Official
info@pspindonesia.org
Editorial Address
Perum Puri Bengawan Indah Jl. Karandan Rt.007 Rw.005, Joyontakan, Serengan, Surakarta
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
ISSN : 2797717X     EISSN : 27977676     DOI : https://doi.org/10.54403/rjtpi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia merupakan wadah untuk memublikasi hasil penelitian ilmiah para dosen / peneliti pada bidang Teologi. Fokus dan Scope pada Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia adalah: Sejarah pada Teologi Kajian Teologi Pentakosta Tokoh gereja Liturgi Musik Gereja Misiologi Kepemimpinan Kristen Pastoral Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia is a forum for publishing the scientific of lecturers / researchers in the field of Theology. Focus and scope on Jurnal Pentakosta Indonesia are: History of Theology The Pentacostal Analysis Theology Church Figure Liturgy Church Music Missiology Christian Leadership Pastoral
Articles 91 Documents
Spiritualitas Pentakosta Berdasarkan Perspektif Liturgi Katolik Wibowo, Darren Milano; Stevani, Novia
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 1 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i1.76

Abstract

AbstractThe Pentecostalism movement has grown so rapidly that its impact and movement is not limited to certain denominations. Even for some Catholic groups, this movement is also practiced by them. This happens because of a deep longing for the movement of the Holy Spirit. The liturgy of worship in Catholicism is considered monotonous and not passionate. So this is enough to trigger the existence of Charismatic Catholicism or what is commonly referred to as "Charismatic Renewal". Charismatic Catholicism does not occur universally, but it already exists in Indonesia and only a few churches recognize and experience it. In detail the author discusses: Pentecostal spirituality in general; Charismatic Catholicism and its history and origins in Indonesia as well as the benefits of the movement; the liturgy of worship in Catholicism; then the differences between Charismatic Catholicism and Charismatic Pentecostalism. Indeed, Pentecostal spirituality is not only for Pentecostals, but also for every church and people of God who long to experience it. The most important key to experiencing this movement is the thirst and longing to experience the movement of the Holy Spirit. So, it is not about certain denominations or groups, but individuals who long to experience a breakthrough, especially in the liturgy of worship. AbstrakGerakan Pentakostalisme mengalami perkembangan yang pesat, sehingga dampak dan pergerakannya tidak hanya terjadi pada denominasi tertentu saja. Bahkan bagi sejumlah kelompok Katolik, gerakan ini juga dilakukan oleh mereka. Hal ini terjadi karena adanya kerinduan yang mendalam akan kegerakan Roh Kudus. Liturgi ibadah dalam agama Katolik dinilai monoton dan tidak bergairah. Sehingga hal ini cukup menjadi pemicu adanya Agama Katolik Karismatik atau yang biasa disebut dengan “Pembaruan Karismatik”. Katolik karismatik tidak terjadi secara universal, namun sudah ada di Indonesia dan hanya sedikit gereja yang mengakui dan mengalaminya. Secara rinci penulis membahas: Spiritualitas Pantekosta secara umum; Katolik Karismatik beserta sejarahnya dan asal usulnya di Indonesia serta manfaat gerakannya; liturgi ibadah dalam Katolik; lalu perbedaan antara Katolik Karismatik dan Pentakosta Karismatik. Sejatinya spiritualitas Pentakosta bukan hanya diperuntukkan bagi kaum Pentakosta saja, namun juga berlaku bagi setiap gereja dan umat Tuhan yang rindu untuk mengalaminya. Kunci terpenting untuk mengalami gerakan ini adalah rasa haus dan kerinduan untuk mengalami gerakan Roh Kudus. Jadi, bukan tentang denominasi atau kelompok tertentu, tapi individu yang rindu mengalami terobosan, khususnya dalam liturgi ibadah.
Kajian tentang Karakter Daniel menurut Kitab Daniel 6 dan Penerapannya bagi Remaja Kristen Masa Kini Anshori, Vebi Wijayanti; Soeliasih, Soeliasih
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 2 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i2.91

Abstract

AbstractThis research examines the role of Daniel's character according to the book of Daniel 6 and the application for today's Christian teenagers, discussing the character of Daniel described in the book of Daniel 6, and exploring how these characteristics can be applied by Christians today. Daniel is known to have an extraordinary spirit, a clean life before God, a close relationship with God, and a strong belief in God's help. This study is a qualitative research using the method of analyzing the Bible and other literature, in this case the researcher tries to analyze the parts of the text of the book of Daniel chapter 6 that show the characteristics of Daniel. The results of this study show that the characteristics exemplified by Daniel are quite clearly seen in the book of Daniel chapter 6, namely: Daniel is portrayed as a figure who has an extraordinary spirit, lives clean before God, has a close relationship with God, and has a firm belief in God's help. can help Christians develop a strong and faithful character, become an excellent person in daily life, and play a positive role in their community and in their relationship with God.Keywords: Daniel, Character, Christian Youth AbstrakPenelitian ini meneliti peranan karakter Daniel menurut Kitab Daniel 6 dan penerapan bagi Remaja Kristen masa kini yang membahas tentang karakter Daniel yang digambarkan dalam kitab Daniel 6, serta mengekplorasi bagaimana karakteristik tersebut dapat diterapkan oleh orang kristen masa kini. Daniel dikenal memiliki Roh yang luar biasa, hidup bersih dihadapan Allah, memiliki hubungan yang dekat dengan Allah, dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap pertolongan Allah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis Alkitab dan literatur lainnya, dalam hal ini peneliti mencoba untuk menganalisis bagian-bagian teks kitab Daniel pasal 6 yang menunjukan karakteristik Daniel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik yang diteladankan oleh Daniel cukup jelas terlihat didalam kitab Daniel pasal 6 yakni: Daniel digambarkan sebagai sosok yang memiliki Roh yang luar biasa, hidup bersih dihadapan Allah, memiliki hubungan yang erat dengan Allah, dan memiliki keyakinan yang kokoh terhadap pertolongan Allah. dapat membantu orang kristen mengembangkan karakter yang kuat dan setia, menjadi pribadi yang unggul dalam kehidupan sehari-hari, serta berperan positif dalam komunitas mereka dan dalam hubungan mereka dengan Tuhan.Kata kunci : Daniel, Karakter, Remaja Kristen
Kajian Teologis Kolose 2:8 Sebagai Larangan Iman Kristen Tidak Berfilsafat Waruwu, Vanny Miracleson; Yosef, Hery Budi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 3 (2023): RITORNERA JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i3.73

Abstract

Humans are thinking creatures, and every human being is created with a ratio or reason. With the existence of ratios humans gain knowledge and knowledge that leads to new introductions and the desire to explore. In the pastoral ministry carried out by Epaphras, there was a problem, where the church in Colossae seemed to be infiltrated by false teachings that threatened the spiritual life of the church (Col 2:8). This threat is seen in his letter in Colossians 2:8 which states "let no one take you captive with his empty and false philosophies according to the hereditary teachings and the spirits of the world, but not according to Christ". In this research, the author uses a qualitative approach. The Apostle Paul knew that sooner or later the believers in Colossae would be targeted by religious and philosophical peddlers. So that this writing Paul wants the people in Colossae to remain in the true truth that comes from Jesus Christ. Studying philosophy is an invitation to think critically, encouraged to think in response to various things until finding a way out or making a conclusion that can be accounted for. Based on what the Word of God says, a philosopher should reflect on Proverbs 1:7 "The fear of the LORD is the beginning of knowledge, but fools despise wisdom and instruction."It is hoped that through this writing, it can provide understanding and guidance to readers on the importance of adhering to the truth originating from Jesus Christ, while critically responding to the threat of false teachings through a philosophical understanding aligned with spiritual values.AbstrakManusia merupakan makhluk yang berpikir, dan setiap manusia diciptakan dengan rasio atau akal. Dengan adanya rasio manusia mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan yang membawa kepada pengenalan-pengenalan baru dan keinginan untuk melakukan eksplorasi. Dalam pelayanan penggembalaan yang dilakukan oleh Epafras ini mengalami permasalahan, dimana para jemaat di Kolose tampaknya disusupi oleh ajaran palsu yang mengancam kehidupan kerohanian jemaat (Kol. 2:8). Ancaman ini tampak dalam suratannya di Kolose 2:8 yang menyatakan “jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif teologi murni. Rasul Paulus tahu bahwa cepat atau lambat orang percaya di Kolose akan menjadi sasaran penjajah yang religius dan folofis. Melalui tulisannya, Paulus ingin orang di Kolose tetap dalam kebenaran yang sejati yang berasal dari Yesus Kristus. Mempelajari filsafat merupakan ajakan untuk berpikir kritis, dipacu untuk berpikir dalam menanggapi berbagai hal sampai menemukan jalan keluarnya atau membuat suatu simpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Berlandas dari apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, maka seorang yang berfilsafat harusnya berdasar kepada Amsal 1:7 “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Diharapkan melalui tulisan ini dapat memberikan pemahaman dan panduan kepada pembaca tentang pentingnya tetap berpegang pada kebenaran yang berasal dari Yesus Kristus, sambil merespons kritis terhadap ancaman ajaran palsu melalui pemahaman filsafat yang sesuai dengan nilai-nilai rohaniah.
Tawanan Harapan: Eksplorasi Peran Pendampingan Gembala Sidang dalam Mengatasi Pencobaan Bunuh Diri di Kalangan Jemaat dengan Fondasi Iman Kristen Rusmiyanto, Andreas Danang
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 1 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i1.83

Abstract

Abstract:This writing seeks a solution to every problem that occurs to congregations who want to attempt suicide. The author uses the literature research method in this paper by looking back or reviewing previous studies that have the same theme. Suicide or attempted suicide is an act that is viewed negatively. In various countries, this act is a problem that often occurs, which is carried out by all ages. The causes of this behavior can occur from various things that trigger it and the negative impacts resulting from this behavior. The pleasures offered by the world today and in the digital era and the ease of accessing anything on the internet cannot be a way out for people who have lost their enthusiasm for life. Suicidal behavior is also carried out by Christians or people who believe in Christ. When a member of the congregation attempts suicide, the assistance of the pastor and an attitude of acceptance by all members of the congregation is needed. Self-healing from within after the incident is an effective and intensive way to restore members of the congregation. The results of the research provide several efforts that can be carried out by pastors and all church members for assistance services to members who are contemplating suicide. This counseling and mentoring service directs Christians to revive their confidence in Christ as individuals who are valuable and worthy to live in the time entrusted by God to be a blessing to others. Abstrak:Penulisan ini mengusahakan jalan keluar dari setiap masalah yang terjadi kepada jemaat yang ingin melakukan percobaan bunuh diri. Metode literature research dipakai penulis dalam paper ini dengan melihat kembali atau meninjau dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai tema yang sama. Bunuh diri atau percobaan bunuh diriadalah suatu perbuatan yang dipandang negatif. Di berbagai negara perbuatan tersebut adalah masalah yang sering terjadi, yang dilakukan oleh semua usia. Penyebab perilaku ini dapat terjadi dari berbagai hal yang menjadi pemicu untuk melakukannya dan dampak negatif yang diakibatkan dari perilaku tersebut. Kesenangan bagi manusia yang ditawarkan oleh dunia pada jaman sekarang dan di era digital serta mudahnya mengakses apa saja di internet tidak dapat menjadi jalan keluar bagi orang yang sudah kehilangan semangat hidup. Perilaku bunuh diri juga dilakukan oleh orang Kristen atau orang yang percaya jepada Kristus. Ketika percobaan bunuh diri dilakukan oleh anggota jemaat, maka diperlukan pendampingan gembala sidang dan sikap penerimaan seluruh warga jemaat. Pemulihan diri dari dalam pasca kejadian tersebut adalah cara efektif dan intensif untuk memulihkan anggota jemaat tersbut. Hasil penelitian memberikan beberapa usaha yang dapat dikerjakan oleh gembala sidang dan seluruh warga gereja untuk pelayanan pendampingan kepada anggota yang bernit untuk bunuh diri. Pelayanan konseling dan pendampingan ini mengarahkan orang Kristen untuk memunculkan kembali kepercayaan dirinya di dalam Kristus sebagai pribadi yang berharga dan layak untuk hidup di waktu yang dipercayakan Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesama. 
Harmoni dalam Penderitaan: Pemahaman Teodisi melalui Roma 8:28 dalam Kehidupan Rohani Jemaat Purwonugroho, Daniel Pesah
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 2 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i2.92

Abstract

AbstractThis paper aims to explore the harmony within suffering through the understanding of theodicy from the perspective of Romans 8:28 for the spiritual life of the congregation. Theodicy is a concept that reconciles the existence of a benevolent God with the suffering and hardships faced by humanity. Theodicy can also be understood and explored through the Bible. Romans 8:28 provides a framework of thinking about theodicy that benefits the spiritual life of the congregation. Romans 8:28 affirms God's involvement in various human situations and conditions to bring about positive outcomes in human life. Theodicy from the perspective of Romans 8:28 can have both theological and practical implications for the life of the congregation. Through a qualitative descriptive approach, the author seeks to explore the understanding of theodicy through Romans 8:28 and its correlation with the spiritual life of the congregation. The author asserts that understanding theodicy through Romans 8:28 will bring about a harmony in suffering that has a significant impact on the spiritual life of the congregation.Keywords: Harmony, Suffering, Theodicy, Romans 8:28AbstrakTulisan ini dirangkai untuk mengeksplorasi harmoni di dalam penderitaan melalui pemahaman teodisi dalam perspektif Roma 8:28 bagi kehidupan rohani jemaat. Teodisi merupakan konsep yang mendamaikan eksistensi Allah yang baik di dalam penderitaan dan masa sukar yang dihadapi oleh manusia. Teodisi juga dapat dipahami dan dieksplorasi melalui Alkitab. Roma 8:28 memberikan kerangkan berpikir tentang teodisi yang memberikan manfaat bagi kehidupan rohani jemaat. Roma 8:28 menegaskan tentang Allah yang terlibat di dalam berbagai macam situasi dan kondisi manusia untuk memberikan keuntungan yang positif dalam kehidupan manusia. Teodisi dalam perspektif Roma 8:28 dapat memberikan implikasi baik secara teologis maupun secara praktis di dalam kehidupan jemaat. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mencoba untuk menjelajahi pemahaman teodisi melalui Roma 8:28 dan korelasinya bagi kehidupan rohani jemaat. Penulis menegaskan bahwa pemahaman teodisi melalui Roma 8:28 akan mendatangkan sebuah harmoni dalam penderitaan yang berdampak signifikan dalam kehidupan rohani jemaat.Kata kunci : Harmoni, Penderitaan, Teodisi, Roma 8:28
Pandangan Teologis mengenai Baptisan Online sebagai Tantangan Gereja di era 5.0 Wijaya, Yulius
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 3 (2023): RITORNERA JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i3.74

Abstract

The ceremony of baptism is an act of faith that declares one to be a disciple of Christ. The method of implementation that is required to be relevant to the context of society 5.0 as it is today creates differences. One of them is the implementation of online baptism, whether it is in accordance with biblical teachings or has begun to deviate. This research was conducted with the aim of seeing how the theological meaning of baptism and its relation to remain relevant to the conditions of society 5.0. The results of the study explain that the church must still have a biblical theological view while utilizing technological advances that make the preaching of the gospel more massive, online baptism can be carried out while still upholding biblical principles and not reducing theological meaning by changing the process, and the implementation of online baptism makes the news algorithm about the testimony of one's conversion more massive, which means more people witness the beauty of life in Jesus Christ.AbstrakUpacara pelaksanaan baptisan merupakan salah satu tindakan iman yang menyatakan sebagai murid Kristus. Metode pelaksanaan yang dituntut untuk relevan dengan konteks masyarakat 5.0 seperti sekarang ini menimbulkan perbedaan. Salah satunya adalah pelaksanaan baptisan secara online, apakah sesuai dengan ajaran Alkitab atau sudah mulai melenceng. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana makna teologis dari baptisan dan kaitannya untuk dapat tetap relevan dengan kondisi masyarakat 5.0. Hasil dari penelitian memaparkan bahwa gereja harus tetap mempunyai pandangan teologi yang alkitabiah sekaligus memanfaatkan kemajuan teknologi yang membuat pemberitaan Injil semakin massif, baptisan online dapat dilakukan dengan tetap memegang teguh prinsip alkitabiah dan tidak mengurangi makna teologis dengan mengganti prosesnya, dan pelaksanaan baptisan online membuat algoritma pemberitaan tentang kesaksian pertobatan seseorang menjadi lebih massif, yang berarti lebih banyak orang yang menyaksikan keindahan hidup dalam Yesus Kristus.
Tugas Misi dalam Era Pluralisme: Menyebarkan Kebenaran Injil Dalam Misiologi Kontekstual Indarsih, Titi; Rahayu, Yohana Fajar; Arifianto, Yonatan Alex
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 1 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i1.84

Abstract

AbstractIn the era of a very pluralistic society and growing pluralism, the shyness towards the existence of a good society. Sometimes it makes us reluctant to keep witnessing the news of salvation. This is the challenge for the church to spread the truth of the gospel becomes increasingly complex. Especially in areas that have a majority of beliefs there are many challenges in preaching the gospel. So in mission to pluralistic societies, this article echoes contextual missiology which offers a relevant and context-centered approach to understanding and responding to changes in heterogeneous societies. This article presents a study of the task of mission in the context of pluralism, emphasizing the importance of effectively spreading the truth of the gospel within the framework of contextual missiology. It provides a view of Christianity on the nature of missiology in a biblical perspective, and also states that there are complex challenges in spreading the gospel. So this basis should be the task of mission and Pluralism and the important role of Contextual Missionology in a pluralistic society. So that all this becomes the basis and importance of Christianity's actuality in mission, using New Testament Bible verses as a basis. Thus, this article encourages church leaders and Christians to motivate themselves by actualizing themselves to be actively involved in broadcasting the gospel, with the awareness of the many challenges, but also a good opportunity for Christians to convey the news of salvation in today's pluralistic society. AbstrakDalam era masyarakat yang sangat majemuk dan pluralisme yang semakin berkembang, Rasa Sungkan terhadap keberadaan yang masyarakat yang sudah baik. Terkadang membuat kita enggan untuk tetap bersaksi tentang kabar keselamatan. Inilah yang menjadi tantangan bagi gereja untuk menyebarkan kebenaran injil menjadi semakin kompleks.  Terlebih di daerah yang memiliki mayoritas kepercayaan ada banyak tantangan dalam memberitakan Injil. Maka dalam misi kepada masyarakat majemuk, artikel ini mendengungkan misiologi kontekstual yang mana hal ini menawarkan pendekatan yang relevan dan berpusat pada konteks untuk memahami dan merespons perubahan masyarakat yang heterogen. Artikel ini menyajikan studi mengenai tugas misi dalam konteks pluralisme, dengan menekankan pentingnya menyebarkan kebenaran injil secara efektif dalam kerangka misiologi kontekstual. Yang memberikan pandangan terhadap kekristenan tentang hakikat Misiologi dalam Persepektif  Alkitabiah, dan juga menyatakan bahwa dalam bermisi ada tantangan yang Kompleks dalam Menyebarkan Injil. Maka dasar ini harusnya menjadi tugas misi dan Pluralisme serta peran penting Misiologi Kontekstual dalam masyarakat pluralistic. Sehingga semua ini menjadi dasar dan pentingnya aktualitas kekristenan dalam bermisi, dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru sebagai dasar. Sehingga artikel ini mendorong pemimpin gereja dan kekristenan untuk memotivasi dengan mengaktualisasikan diri mereka sendiri untuk terlibat aktif dalam penyiaran injil, dengan kesadaran akan banyaknya tantangan, namun juga menjadi kesempatan yang baik bagi kekristenan untuk menyampaikan kabar keselamatan dalam masyarakat pluralistik dewasa ini. 
Pertobatan dan Kemurtadan dalam Ibrani 4:4-6: Sebuah Analisis Biblikal Tengker, Garry Robert; Kansil, Dicky
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 3 (2024): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Desember 2024
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i3.96

Abstract

Repentance is a central theme in the Christian faith, and Hebrews 4:4-6 provides a serious warning about the possibility of someone who has experienced enlightenment and salvation to "apostatize" or fall away from their faith. This text reminds us that individuals who have tasted God's grace and goodness may turn away from Him. This research applies an exegetical approach to analyze the linguistic and theological meanings of key terms such as "repentance" and "apostasy." The conclusion of the study indicates that this text invites believers to introspection and encourages them to evaluate their relationship with God, as well as commit to ongoing repentance. Repentance is not just a one-time action; it is a process involving awareness, acknowledgment of sin, and concrete steps toward change, which helps maintain the integrity of faith amid temptations.AbstrakPertobatan adalah tema sentral dalam iman Kristen, dan Ibrani 4:4-6 memberikan peringatan serius tentang kemungkinan seseorang yang telah mengalami pencerahan dan keselamatan untuk "murtad" atau jatuh dari imannya. Teks ini mengingatkan bahwa individu yang telah merasakan anugerah dan kebaikan Allah bisa saja berbalik menjauh dari-Nya. Penelitian ini menerapkan pendekatan eksegetis untuk menganalisis makna linguistik dan teologis dari kata-kata kunci seperti "pertobatan" dan "murtad." Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa teks ini mengajak umat percaya untuk introspeksi dan mengevaluasi hubungan mereka dengan Allah, serta berkomitmen pada pertobatan yang berkelanjutan. Pertobatan bukan hanya tindakan sekali jadi, melainkan proses yang melibatkan kesadaran, pengakuan akan dosa, dan langkah nyata untuk perubahan, yang membantu menjaga integritas iman di tengah godaan.
Kerajaan Allah Dan Kehidupan Dalam Roh Prioritas Hidup Orang Percaya Menurut Roma 8:1-17 Purwani, Asih; Yosef, Hery Budi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 3 (2024): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Desember 2024
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i3.98

Abstract

Every believer is called to be a witness for Christ in this world. In carrying out this task, believers face situations that are not easy, there are challenges from within themselves and from outside themselves. Therefore, God has equipped believers with spiritual power, namely the Holy Spirit. God's action in Jesus Christ underlies the entire theological development of Paul and believers, in their existence in Christ, while allowing themselves to be led by the Holy Spirit, also participating in the status of children of God, the Holy Spirit then becomes the key point of people's new reality believe. The meaning of the kingdom of God is often discussed by God's servants who reveal that the kingdom of God is something that will come or is happening now. This article provides readers with an understanding that getting to know the Kingdom of God is a priority in the life of believers. The Kingdom of God can only be known, recognized, and obtained by knowing God in Christ as its foundation. This research uses an exegesis method with a word analysis approach from the original text, namely finding the spiritual meaning behind the original text. This article is the result of the discovery of four layers of exegetical meaning from Romans 8:1-17 and is supported by secondary literature that supports the findings of this article qualitativel.AbstrakSetiap orang percaya terpanggil untuk menjadi saksi Kristus dalam dunia ini. Dalam mengemban tugas itu orang percaya menghadapi situasi-situasi yang tidak mudah, ada tantangan dari dalam diri dan dari luar dirinya. Karena itu Tuhan telah memperlengkapi orang percaya dengan kuasa rohani yaitu Roh Kudus. Tindakan Allah di dalam Yesus Kristus mendasari seluruh perkembangan teologi Paulus dan orang-orang percaya, dalam keberadaan mereka di dalam Kristus, sambil membiarkan diri mereka ada dipimpin oleh Roh Kudus, juga berpartisipasi dalam status anakAllah,  Roh Kudus kemudian menjadi titik kunci dari realitas baru orang percaya. Makna kerajaan Allah sering kali dibahas oleh para hamba Tuhan yang mengungkapkan bahwa kerajaan Allah suatu hal yang akan datang atau sedang terjadi sekarang. Artikel ini memberi pemahaman bagi pembaca bahwa mengenal Kerajaan Allah adalah prioritas hidup orang percaya. Kerajaan Allah hanya dapat di ketahui, di kenal, dan di peroleh dengan mengenal Allah di dalam Kristus sebagai dasarnya. Penelitian ini menggunakan metode eksegesis dengan pendekatan analisis kata dari teks asli yaitu menemukan spiritual meaning dibalik teks asli. Artikel ini merupakan hasil penemuan empat lapisan makna eksegesis dari Roma 8:1-17dan didukung oleh literatur-literatur sekunder yang mendukung penemuan artikel ini secara kualitatif.
Feminisme dan Teologinya: Interpretasi Hosea 4:6 di Era Postmodern Wibowo, Darren Milano; Setyobekti, Andreas Budi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 3 (2024): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Desember 2024
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i3.88

Abstract

The postmodern era is an era where the world experiences many renewals, especially in various abstract matters. The changes that occur are dominated by the fields of art, culture, philosophy, and economics. In the changes that occur, there is actually a deconstruction and restructuring of the previous mindset. Feminism is a movement that is growing and undergoing rapid transformation in this postmodern era. In some ways, this movement is quite contrary to the Word of God. So that in the end it pollutes the true knowledge as written in Hosea 4:6. As a result, the church now has challenges from the feminist movement and its theology in this postmodern era. The research work entitled "Feminism and Its Theology: Interpretation of Hosea 4:6 in the Postmodern Era" was written with the intention of increasing insight into the body of Christ and as a trigger for various further studies. In this study, the author uses a descriptive qualitative method based on literature to describe the profile and impact of feminism and its theology. In general, feminism has had a good impact on gender emancipation and has brought many changes to this world. But believer need to understand the real truth so that there is no misinterpretation of the Word of God. There are also various views of feminist theology that are not biblical. The hermeneutics of feminist theology tends to be inaccurate because it is not oriented to the Bible. But rather tends more towards the spirit and feelings of women that arise as a result of social suffering.AbstrakEra postmodern adalah sebuah era dimana dunia banyak mengalami pembaharuan terutama dalam beragam hal abstrak. Perubahan yang terjadi didominasi oleh bidang seni, budaya, filsafat, dan ekonomi. Dalam perubahan yang berlangsung sebenarnya terjadi dekonstruksi dan restrukturalisme dari pola pikir terdahulunya. Feminisme adalah sebuah kegerakan yang bertumbuh dan mengalami transformasi dengan pesat di masa postmodern ini. Dalam beberapa hal gerakan ini cukup bertentangan dengan Firman Allah. Sehingga pada akhirnya mencemari pengetahuan yang benar sebagaimana tertulis dalam Hosea 4:6. Sebagai dampaknya gereja kini memiliki tantangan dari kegerakan feminisme dan teologinya di era postmodern ini. Adapun karya penelitian dengan judul “Feminisme dan Teologinya : Interpretasi Hosea 4:6 di Era Postmodern” ditulis dengan maksud untuk menambah wawasan dalam tubuh Kristus dan sebagai pemantik untuk berbagai penelitian lanjutan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif berbasis literatur untuk menguraikan profil dan dampak dari feminis serta teologinya. Secara garis besar feminisme telah membawa dampak yang baik untuk emansipasi gender dan telah membawa banyak perubahan dalam dunia ini. Tetapi umat Tuhan perlu mengerti kebenaran sesungguhnya sehingga tidak terjadi kesalahan interpretasi terhadap Firman Allah. Terdapat pula beragam pandangan teologi feminisme yang tidak Alkitabiah. Hermeneutika dari teologi feminis cenderung tidak tepat karena tidak berorientasi kepada Alkitab. Melainkan lebih condong kepada semangat dan perasaan wanita yang timbul sebagai akibat penderitaan sosial.

Page 7 of 10 | Total Record : 91