cover
Contact Name
Simon Simon
Contact Email
charistheo08@gmail.com
Phone
+62895395000168
Journal Mail Official
charistheo08@gmail.com
Editorial Address
Kampus Utama: BG Junction Mall L2/P5, Jl. Bubutan 1-7 Surabaya
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 28088735     EISSN : 28084454     DOI : -
Fokus dan ruang lingkup jurnal CHARISTHEO: Teologi Kristen Pendidikan Agama Kristen Kepemimpinan Kristen Etika Kristen Sosial dan Keagamaan Misiologi
Articles 68 Documents
Strategi Pemulihan Psikologi Jemaat Pasca COVID-19 Berdasarkan Kitab Mazmur 55 Victor Angsono Huatama; Talizaro Tafonao
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.642 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i1.3

Abstract

The Covid-19 pandemic outbreak has a traumatic psychological impact on all human beings on this earth, both church members and non-believers. Psychological conditions such as mental stress, anxiety, excessive fear, social asocial (avoiding social interaction) have exist and were experienced by the congregations both during and after Covid-19. This article examines strategies that can be applied (implementable strategies) by churches, pastors, counselors, volunteers and even by congregations themselves to restore the psychological impacts with or without Covid-19 infection. The purpose of this paper is to restore the psychological effects of the congregation by minimizing or eliminating the psychological burdens from heavy to moderate, moderate to small and the small ones can be eliminated. The research method used by the author is a qualitative research method by identifying and formulating the problem and then offering solutions to these problems with the main source based on the exposition and application of the book of Psalms 55: 1-24. The author also uses library sources and literatures, journals and books to complement the research holistically in order to draw comprehensive conclusions. This study found that the recovery of the negative psychological effects of the congregation after Covid-19, both through Christian counseling and self-healing, can be done by exposing and applying the text of Psalm 55: 1-24.Keywords: Strategy, Recovery, Psychology, The Church, Covid-19, Psalm 55 AbstrakAdanya wabah pandemi Covid-19 telah memberikan dampak psikologi traumatik bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini baik warga jemaat gereja maupun yang belum percaya. Kondisi psikologi seperti tekanan jiwa (stress), kecemasan, ketakutan yang berlebih, asosial (tidak mau bergaul) nyata ada dan dialami oleh jemaat baik selama maupun pasca Covid-19. Artikel ini mengkaji strategi-strategi yang dapat diterapkan (implementable strategies) oleh gereja, pendeta, konselor, relawan bahkan jemaat sendiri untuk memulihkan psikologi jemaat pasca Covid-19. Tujuan dari penulisan ini, untuk memberikan pemahaman kepada Jemaat dalam menghadapi berbagai problem secara psikologi khusus di masa pandemik.  Metode penulisan artikel ini adalah metode penelitian kualitatif dengan mengeksposisi Kitab Mazmur 55:1-24. Penulis juga menggunakan sumber dan literatur perpustakaan, jurnal serta buku yang melengkapi kajian dalam penulisan artikel ini.  Hasil kajian ini menemukan bahwa doa, konsistensi dan penyerahan, serta percaya kepada Allah merupakan kunci dalam menghadapi berbagai problem berdasarkan teks Mazmur sebagaimana penjelasan dalam artikel ini. Dengan demikian pemeliharaan Tuhan masih nyata dan relevan sampai saat ini.Kata Kunci:   Strategi, Pemulihan, Psikologi, Jemaat, Covid-19, Mazmur 55
Tujuan Pembelajaran Dalam Pendidikan Kristen Berdasarkan 2 Timotius 3:16 Firman Panjaitan
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.727 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.21

Abstract

The general problem in today's education pattern lies in the imbalance between the cognitive, affective and psychomotor domains. Education tends to focus on the cognitive domain and ignores the affective and psychomotor domains, so that students' self-worth becomes "incomplete" because students have intellectual property but are poor in attitude and character. Research on the text of 2 Timothy 3:16 has the aim of proving that the right learning pattern to achieve results must touch all aspects of Christian education and the formation of the character of students. By using qualitative methods, especially textual exegesis of the text of 2 Timothy 3:16, the result is that the learning pattern must be holistic, which includes all areas of learning. Cognitively, Christian education develops the intellectual level of students as expected, and this must be balanced with the personality development of students who are part of the affective realm. This personality development makes students have emotional self-control and good character. The balance of the two domains above is equipped with psychomotor aspects that aim to build the students' personalities in achieving a level of self-restraint in dealing with life and the surrounding environment. Thus the balance of education fosters a pattern of discipline that allows students to correctly recognize Jesus Christ and behave appropriately towards their environment.Keywords: 2 Timothy 3:16; Learning; Educators; Students Abstrak Permasalahan umum dalam pola pendidikan dewasa ini terletak pada ketidakseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan cenderung berfokus pada ranah kognitif dan mengabaikan ranah afektif dan psikomotorik, sehingga nilai diri peserta didik menjadi “tidak utuh” karena peserta didik memiliki kekayaan secara intelektual tetapi miskin di dalam sikap dan karakter. Penelitian terhadap teks 2 Timotius 3:16 memiliki tujuan untuk membuktikan bahwa pola pembelajaran yang tepat untuk mencapai hasil harus menyentuh semua ranah dalam pendidikan Kristen dan pembentukan karakter dari peserta didik. Dengan menggunakan metode kualitatif, khususnya eksegesa tekstual terhadap teks 2 Timotius 3:16, diperoleh hasil bahwa pola pembelajaran harus bersifat holistik, yaitu meliputi semua ranah pembelajaran. Secara kognitif,  pendidikan Kristen mengembangkan tingkat inteletualitas para peserta didik seperti yang diharapkan, dan hal ini harus seimbang dengan perkembangan kepribadian para peserta didik yang merupakan bagian dari ranah afektif. Perkembangan kepribadian ini menjadikan peserta didik memiliki penguasaan diri secara emosional dan karakter yang baik. Keseimbangan kedua ranah di atas dilengkapi dengan aspek psikomotorik yang bertujuan membangun pribadi peserta didiknya dalam mencapai tingkat ketahanan diri dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan sekitar. Dengan demikian keseimbangan pendidikan menumbuhkan pola disiplin yang peserta didik terhadap pengenalan yang benar akan Yesus Kristus dan berperilaku yang tepat terhadap lingkungannya.Kata-kata Kunci:  2 Timotius 3:16; Pembelajaran; Pendidik; Peserta didik
Telaah Memaknai Penyertaan Allah Dalam Bingkai Teologi Pentakosta Kosma Manurung
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.929 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i1.9

Abstract

Pentecostals are people who build their understanding of faith on the basis of a practical life that conforms to the Bible. The Bible gives an illustration of God's desire to be with believers. Immanuel is a term that refers to the existence of God who accompanies His people and is manifested by the presence of the Lord Jesus Himself (Matt. 123). This article's research specifically wants to highlight how Pentecostal theology interprets God's inclusion. The method used in this research is descriptive and literature review. How the inclusion of God in the lives of people whom the Bible believes in is discussed in such depth as the inclusion of God in the lives of Joseph, Moses, and Daniel. This article also discusses the real form of God's participation in the person and ministry of the Lord Jesus the gospel. The research results show that God's participation is the desire of God's heart to be present in the daily lives of believers as His chosen people. The presence of Allah also means God's care and protection. An understanding of God's presence awakens faith to believe confidently and live for God.Keywords: immanuel; god inclusion; pentecost; pentecostalism; pentecostal theology AbstrakKaum Pentakosta adalah kaum yang membangun pemahaman iman mereka berdasarkan kehidupan praktis yang menyesuaikan dengan Alkitab. Alkitab memberikan gambaran tentang kerinduan Allah untuk menyertai orang percaya. Imanuel merupakan sebutan yang mengacu pada keberadaan Allah yang menyertai umat-Nya dan di wujud nyatakan oleh kehadiran Tuhan Yesus sendiri (Mat. 123). Penelitian artikel ini secara khusus ingin menyoroti bagaimana teologi Pentakosta memaknai penyertaan Allah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kajian literatur. Bagaimana penyertaan Allah dalam kehidupan orang percaya yang dicatat oleh Alkitab diulas secara mendalam seperti penyertaan Allah dalam kehidupan Yusuf, Musa, dan Daniel. Artikel ini juga mengulas wujud nyata penyertaan Allah dalam diri dan pelayanan Tuhan Yesus yang dicatat Injil. Hasil penelitian memaparkan bahwa penyertaan Allah merupakan kerinduan hati Allah untuk hadir dalam keseharian hidup orang percaya sebagai umat pilihan-Nya. Penyertaan Allah juga berarti pemeliharaan Allah dan perlindungan Allah. Pemahaman akan penyertaan Allah ini membangkitkan iman untuk dengan yakin mempercayai dan hidup bagi Allah.  Kata Kunci: imanuel; penyertaan allah; pentakosta; pentakostalisme; teologi pentakosta
Kontekstualisasi Injil Melalui Wawasan Dunia Suku Jawa Linutama Setiyawan; Tjutjun Setiawan; Yanto Paulus Hermanto
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i1.17

Abstract

Yesus memberikan perintah yang disebut amanat agung kepada para murid-Nya sebelum Ia terangkat ke sorga yaitu supaya mereka mengabarkan berita Injil ke segala bangsa. Suku Jawa adalah suku yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Saat ini jumlah pemeluk agama Kristen di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur berkisar dua sampai tiga persen saja. Hal ini menjadi salah satu tujuan dan sasaran dalam amanat agung tersebut. Untuk melaksanakan misi tersebut penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini bagaimana Injil dapat dipahami dan diterima oleh suku Jawa. Setiap daerah mempunyai budaya masing-masing sehingga ketika Injil disampaikan di daerah tersebut para pekabar Injil harus memahami kebiasaan masyarakat di daerah tersebut sehingga Injil dapat dikontektualisasikan dalam budaya atau kebiasaan yang ada di daerah itu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi kepustakaan. Kesimpulan penulis bahwa Injil dapat dikontekstualisasikan melalu wawasan dunia yang dimiliki suku Jawa yaitu alon-alon waton kelakon.    Kata kunci: Kontekstualisasi, Injil, Wawasan Dunia, Suku Jawa, Alon Alon Waton Kelakon 
Pentingnya Doa bagi setiap Orang Kristen Berdasarkan ST. Aphrahat Boyman Aspirasi Zebua
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i1.67

Abstract

This article discusses the nature and meaning of prayer offered by St. Aphrahat. The meaning that will be carried out by humans often does not have a meeting point between human desires and God's will. Humans actually interpret prayer as a tool that is only used for a short time with a short desire as well. This means that prayer can be carried out according to when humans want to pray and what is the situation of the human being who is praying at that time. On the other hand St. Aphrahat looks at prayer from a more spiritual perspective. Aphrahat considers that a prayer must be based on how the human experiences the knowledge of the person of God so that they can understand how God's will can be expressed in human life. So this study aims to discuss the importance of prayer for everyone who is not based on St. Aphrahat. The research method used in writing this article is the library method. The results of this study explain that prayer plays an important role in making the journey and journey of human life so that these people get safe and prosperous in God. St. Aphrahat said when humans pray, the prayer that is said must come from a pure heart and offer it completely to God. praying like this is praying according to God will. Artikel ini membahas bagaimana hakikat dan pemaknaan doa yang ditawarkan oleh St. Aphrahat. Pemaknaan akan doa oleh manusia seringkali tidak memiliki titik temu antara keinginan manusia dan kehendak Allah. Manusia justru memaknai doa sebagai alat yang hanya digunakan dalam waktu singkat dengan keinginan yang singkat pula. Artinya doa dapat terlaksana sesuai dengan kapan manusia tersebut ingin berdoa dan bagaimana situasi manusia tersebut yang mengharuskan dia memanjatkan doa pada saat itu. Di lain sisi St. Aphrahat melihat doa dari sudut spiritual secara lebih mendalam. Aphrahat menilai bahwa sebuah doa harus berdasarkan bagaimana manusia tersebut mengalami pengenalan akan pribadi Allah sehingga dapat mengerti bagaimana kehendak Allah dapat dinyatakan dalam kehidupan manusia tersebut. Sehingga penelitian ini bertujuan membahas tentang pentingnya doa bagi setiap orang Kristen yang didasari dari St. Aphrahat. Metode penelitian yang digunakan dalam menulis artikel ini adalah metode literatur. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia agar orang tersebut memperoleh selamat dan sejahtera di dalam Tuhan. St. Aphrahat mengatakan ketika manusia berdoa, doa yang dipanjatkan itu mesti berasal dari hati yang murni dan dipersembahkan sepenuhnya bagi Tuhan. Berdoa seperti ini yang dinamakan berdoa sesuai dengan kehendak Allah. Kata kunci: Doa; St. Aphrahat; Manusia; Allah; Berdoa.
Batsyeba: Korban Atau Penggoda? Mengkaji Posisi Batsyeba di dalam 2 Samuel 11 Murni Hermawaty Sitanggang
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i1.40

Abstract

The relationship recorded in 2 Samuel 11 between David and Bathsheba has been interpreted differently by scholars and clergies. Some see it as a love story or a story of infidelity or adultery, but some view it as David’s crime of taking his subordinate’s wife by force. The author reviewed Bathsheba’s position in this article, whether as a tempter or victim, by exposing 2 Samuel 11. The research method used qualitative with a descriptive analysis approach. The author revealed the story by exegeses and analyzed the story presented in it. From the research results, the writer believes that Bathsheba is not a tempter but a victim of David’s power manipulation. We need to be careful with this story since failing to see Bathsheba’s story as sexual manipulation case would make us blind to sin dissemination that lurks in believers’ life. Likes coercion or raping, subtly intimidating like what happens in this story is a sex crime. Thus, we need to be wary not to entrap in a trite concept that places a woman from a victim to a perpetrator.AbstrakRelasi yang tercatat di dalam 2 Samuel 11 antara Daud dan Batsyeba telah ditafsirkan dengan istilah yang berbeda oleh para ahli dan rohaniwan. Ada yang menganggapnya sebagai kisah cinta atau kisah perselingkuhan atau perzinahan, tetapi ada pula yang memandangnya sebagai kisah kejahatan Daud, yang mengambil istri orang secara paksa. Melalui artikel ini penulis meninjau posisi Batsyeba, apakah sebagai penggoda atau sebagai korban dengan mengeksposisi 2 Samuel 11. Metode penelitian adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Penulis mengeksposisi kisah tersebut dengan mengeksegesis dan menganalisis kisah yang tersaji di dalamnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis meyakini Batsyeba bukanlah penggoda melainkan korban manipulasi kekuasaan Daud. Kita perlu berhati-hati menyikapi kisah ini sebab kegagalan melihat kisah Batsyeba sebagai kisah penyalahgunaan seksual akan membuat kita buta terhadap penyebarluasan dosa seksual yang mengintai umat Tuhan. Selain pemaksaan atau pemerkosaan, intimidasi secara halus seperti yang dialami Batsyeba juga merupakan kejahatan seks. Oleh sebab itu, jangan sampai kita terjebak dalam pemahaman tipikal yang mendudukkan wanita dari korban menjadi pelaku. Kata-Kata Kunci: 2 Samuel 11, Daud, Batsyeba, penggoda, korban, perselingkuhan, pemerkosaan
Intervensi Teologis Kristen sebagai Perspektif Toleransi Pluralisme Agama-Agama Viktor Deni Siregar; Mersi Yolandra Bohalima; Talizaro Tafonao; Yunardi Kristian Zega
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i1.38

Abstract

The purpose of writing this article is to provide knowledge about the role of Christian theological perspectives in the issue of religious pluralism through the attitude of tolerance as an initial foundation for mutual life in the utterance of the existing society and religion. Problems that occur in the plural of religion often Christian theological interventions such as allowing things that really should be able to contribute solutions to problems in the values of Christian theology are not given as a sense of tolerance, so that the word tolerance is only a known literacy without action (allowing ). The method used in this study is a descriptive qualitative method. The source used is a trusted book and journal article. The results found in this article are that Christian theology does not look at tolerance as ignorance, causing omission to other religions. The factors seen in the intervention of Christian theology as a perspective of religious pluralism tolerance include: intolerant, dogmatic, opportunist, and apathetic.Tujuan penulisan artikel ini ialah untuk memberikan kajian mengenai keterlibatan Teologis Kristen yang mampu menjadi jawaban dunia khususnya dalam permasalahan pluralisme agama melalui sikap toleransi sebagai landasan awal untuk saling hidup dalam kemajemukkan masyarakat dan agama yang ada. Permasalahan yang terjadi pada pluralitas agama kerap kali intervensi teologis Kristen seperti membiarkan hal yang memang seharusnya dapat memberikan sumbangsi solusi permasalah dalam nilai-nilai teologis kekristenan tidak diberikan sebagai rasa toleransi, sehingga kata toleransi tersebut hanya menjadi literasi yang diketahui tanpa adanya aksi (membiarkan). Metode yang digunakan dalam kajian ini ialah metode kualitatif deskriptif. Sumber yang digunakan ialah buku, artikel jurnal, studi kasus, dan tinjauan teologis mengenai kajian yang dilakukan. Adapun hasil yang ditemukan dalam kajian artikel ini ialah teologis Kristen saat ini masih memandang toleransi sebagai suatu hal yang kurang memberikan kepedulian, menimbulkan pembiaran terhadap agama lain. Faktor yang dilihat dalam intervensi teologis Kristen sebagai perspektif toleransi pluralisme agama, antara lain: intoleran, dogmatik, oportunis, dan apatis.Kata kunci: intervensi; perspektif; pluralisme agama; toleransi; teologi Kristen
Rekonstruksi Kristologi Logos Menjawab Tantangan Dekonstruksi Terma Logosentrisme dalam Tinjauan Biblika Yosep Belay
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i1.37

Abstract

The concept of logos in the Christian faith does not only refer to theological ideas but also touches on the issue of the Christian worldview which as a whole refers to Christ as its centrality. The concept is suspected of being a form of logocentrism (grand narrative) that forms polarization and negation of the external world. Through deconstruction readings, contemporary cultural critics criticize Christian logocentrism. The purpose of reading deconstruction is to change the general understanding, both in philosophy, science, and Christian theology strategies regarding logos with two critical approaches. First, criticizing semantics in terms of logos and second, criticizing the politics of the text through which ideology is constructed and has implications for socio-cultural subordination. This article analyzes and reconstructs logos theology and christology in an attempt to address the challenges of deconstruction. The method used by the writer is descriptive analysis and literature review. The results showed that the concept of Christian logos theology was different from Greek philosophy. In relation to the theory of deconstruction, the bivalence system which is the pattern of the semantic system of logos theology provides strict limits on the meaning system so that the assumptions of deconstruction criticism are irrelevant. Meanwhile, the logos christology approach in biblical studies provides answers to the issue of logocentrism in both theological, literary and Christian epistemological contexts. Abstrak Konsep logos dalam iman Kristen tidak hanya mengacu pada gagasan teologis namun juga menyinggung persoalan wawasan dunia Kristen yang secara keseluruan merujuk pada Kristus sebagai sentralitasnya. Konsep tersebut dicurigai sebagai bentuk logosentrisme (narasi besar) yang membentuk polarisasi dan negasi terhadap dunia eksternal. Melalui pembacaan dekonstruksi, kritikus budaya kontemporer mengkritisi logosentrisme Kristen. Tujuan pembacaan dekonstruksi untuk merombak pemahaman umum, baik dalam strategi filsafat, sains, maupun teologi Kristen mengenai logos dengan dua pendekatan kritis. Pertama, mengkritisi semantik pada terma logos dan kedua, mengkritisi politik teks yang melaluinya ideologi dikonstruksikan dan berimplikasi terhadap subordinasi sosial budaya. Artikel ini menganalisis dan merekonstruksi ulang teologi dan kristologi logos dalam usaha untuk menjawab tantangan dekonstruksi. Metode yang dugunakan penulis deskriptif analisis dan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan konsep teologi logos Kristen berbeda dengan filsafat Yunani. Dalam kaitannya dengan teori dekonstruksi, sistem bivalensi yang menjadi pola sistem semantik teologi logos memberikan batasan tegas pada sistem makna sehingga asumsi kritik dekonstruksi tidak relevan. Sementara pendekatan kristologi logos dalam kajian biblika memberikan jawaban terhadap isu logosentrisme baik dalam konteks teologis, sastra maupun epistemologi Kristen. Kata Kunci: Kristologi. Logos, Logosentrisme, Dekonstruksi.
Teologi Ziarah dalam Kumpulan Mazmur Ziarah: Makna dan Praksis bagi Orang Percaya Masa Kini David Eko Setiawan; Dwi Ratna
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i1.36

Abstract

In the book of Psalms there is a collection of pilgrimage psalms that are interesting to study, because they contain deep meanings and praxis that are still relevant today. The collection of pilgrimage psalms is not just ancient texts that have no link to the lives of today's believers, but in them are rich in meaning and praxis for them. This article aims to find the meaning and praxis of pilgrimage theology contained in the collection of Pilgrimage Psalms. The research problem in this article is what is the meaning and praxis of Pilgrimage Theology in the collection of Pilgrimage Psalms for today's believers? The methods used in this study are hermeneutics and literature methods. The results of this study are as follows, Pilgrimage Theology in the collection of Pilgrimage Psalms contains the meaning: First, the theological understanding of God. Second, an understanding of the city of Jerusalem. Third, an understanding of the inner attitude in worship. Fourth, the understanding of blessing, fifth, the understanding of prayer/singing. The praxis of Pilgrimage Theology are as follows; First, encourage respect for God as the source of all things for His People. Second, hold fast to God's promise like His faithfulness to Jerusalem. Third, convert today's believers from the wrong attitude in worship. Fourth, correct the wrong concept of the origin and nature of blessing. Fifth, practice prayer and thanksgiving properly. AbstrakDi dalam kitab Mazmur terdapat kumpulan mazmur ziarah yang menarik untuk ditelaah, karena mengandung makna yang dalam serta praksis yang masih relevan sampai masa kini. Kumpulan mazmur ziarah tersebut bukan sekedar teks-teks kuno yang tidak memiliki tautan dengan kehidupan orang percaya masa kini, malahan di dalamnya kaya dengan makna dan praksis bagi mereka. Artikel ini bertujuan untuk menemukan makna dan praksis dari Teologi Ziarah yang terdapat  dalam kumpulan Mazmur Ziarah. Masalah penelitian dalam artikel ini adalah apakah makna dan praksis Teologi Ziarah dalam kumpulan  Mazmur Ziarah bagi orang percaya masa kini? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hermeneutika dan kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut, Teologi Ziarah dalam kumpulan Mazmur Ziarah mengandung makna: Pertama,pemahaman teologis tentang TUHAN. Kedua, pemahaman tentang kota Yerusalem. Ketiga, pemahaman tentang sikap batin dalam beribadah. Keempat, pemahaman tentang berkat, Kelima, pemahaman tentang doa dan nyanyian syukur. Adapun praksis dari Teologi Ziarah adalah sebagai berikut; Pertama, dorong rasa hormat terhadap Allah sebagai sumber segala sesuatu bagi Umat-Nya. Kedua, memegang teguh janji Allah seperti kesetiaan-Nya terhadap Yerusalem. Ketiga, mempertobatkan orang percaya masa kini dari sikap yang salah di dalam ibadah. Keempat, mengoreksi konsep yang salah tentang asal dan hakikat berkat. Kelima, mempraktikkan doa dan nyanyian syukur dengan benar.Kata Kunci: Teologi Ziarah, Mazmur Ziarah, Makna. Praksis
Menggagas Gaya Hidup Digital umat Kristiani di Era Society 5.0 Yakobus Adi Saingo
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v3i1.139

Abstract

This study aims to discuss the idea of the lifestyle of digital Christians in the era of society 5.0, using a qualitative method through a literature study approach, namely by collecting information from various scientific literature related to studies on initiating a digital lifestyle of Christians in the era of society 5.0. The results of the study show that even though there are challenges to faith in the era of society 5.0 such as: the existence of unlimited digital information that can be accessed by anyone, the emergence of individualistic and anti-social behavior phenomena, the spread of hoax and misleading news, exploring digital applications as a tool for seeking pseudo-happiness, and developing them. instant lifestyle through the use of digital technology. However, if these challenges are not addressed with a strong foundation of faith, it will lead Christians to behavior that is inconsistent with Christian values. There needs to be a complete and comprehensive understanding between Christianity and society 5.0, which is synonymous with digitalization so that Christian life can still be an example and a blessing to others. There are ideas for a digital lifestyle for Christians that can be developed in the era of society 5.0, including: Utilizing digital technology for evangelism, being selective in using digital technology, namely filtering various digital information obtained first, working with digital technology to be a blessing to each other, while maintaining a lifestyle with integrity in the real world and cyberspace, and being a person who is wise in the use of information technology. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan membahas tentang menggagas gaya hidup digital umat Kristiani di era society 5.0,menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan kajian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai literatur ilmiah yang berkaitan dengan kajian tentang menggagas gaya hidup digital umat Kristiani di era society 5.0. Hasil penelitian mengemukakan bahwa meskipun terdapat tantangan iman di era society 5.0 seperti: adanya informasi digital tanpa batas yang dapat diakses oleh siapapun, munculnya fenomena perilaku individualistis dan anti sosial, beredarnya berita hoaks dan penyesatan, penyalahgunaan aplikasi digital sebagai alat mencari kebahagiaan semu, dan berkembangnya pola hidup serba instan melalui penggunaan teknologi digital. Namun jikalau tantangan-tantangan tersebut tidak disikapi dengan landasan keimanan yang kuat akan dapat menjerumuskan umat Kristen dalam perilaku yang tidak sesuai nilai-nilai Kristiani. Perlu adanya pemahaman yang utuh serta menyeluruh antara Kekristenan dan society 5.0, yang identik dengan digitalisasi sehingga kehidupan umat Kristiani tetap mampu menjadi teladan dan berkat bagi sesamanya. Terdapat gagasan gaya hidup digital umat Kristiani yang dapat dikembangkan di era society 5.0, antara lain: Memanfaatkan teknologi digital untuk penginjilan, menjadi pribadi yang selektif dalam menggunakan teknologi digital yaitu menyaring terlebih dahulu berbagai informasi digital yang diperoleh, berkarya dengan teknologi digital untuk menjadi berkat bagi sesama, tetap menjaga gaya hidup berintegritas dalam dunia nyata maupun dunia maya, serta menjadi pribadi yang bijak dalam penggunaan teknologi informasi.Kata-kata kunci: Digital; Era society 5.0; Gaya Hidup; Umat Kristen