cover
Contact Name
Simon Simon
Contact Email
charistheo08@gmail.com
Phone
+62895395000168
Journal Mail Official
charistheo08@gmail.com
Editorial Address
Kampus Utama: BG Junction Mall L2/P5, Jl. Bubutan 1-7 Surabaya
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 28088735     EISSN : 28084454     DOI : -
Fokus dan ruang lingkup jurnal CHARISTHEO: Teologi Kristen Pendidikan Agama Kristen Kepemimpinan Kristen Etika Kristen Sosial dan Keagamaan Misiologi
Articles 68 Documents
Eskatologis Matius Dalam Perspektif Nubuatan Hosea Timotius Timotius; Marthin Steven Lumingkewas
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i2.77

Abstract

This study aims to straighten out the accusation that Matthew as the author of the Gospel of Matthew has misinterpreted Hosea 11:1 which is quoted by him in Matthew 2:15. There are scholars accusing Matthew of misinterpreting Hosea 11:1 when saying Matthew 2:15 is the fulfillment of what was prophesied by the prophet Hosea, because Hosea 11:1 is actually a historical reflection not prophecy. On the other hand, other scholars say that Matthew did not misinterpret Hosea 11:1, because this is the way the New Testament writers used the Old Testament. Where they can direct to Christ. In this study, the author uses the literature research method as a reference in describing the problems studied. The final result of this study, the author will show that Matthew did not misinterpret Hosea 11:1, because Matthew wrote this Gospel under the inspiration of the Holy Spirit, the Exodus is indeed Messianic Eschatology, and Matthew uses the Correspondence Analogy method when interpreting Hosea 11:1 so that Matthew 2:5 is a fulfillment of the prophecy of the prophet Hosea. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan meluruskan tuduhan bahwa Matius sebagai penulis Injil Matius telah salah menafsirkan Hosea 11:1 yang dikutip olehnya dalam Matius 2:15. Ada sarjana menuduh Matius telah salah menafsirkan Hosea 11:1 pada saat mengatakan Matius 2:15 merupakan penggenapan dari apa yang dinubuatkan oleh nabi Hosea, karena sebenarnya Hosea 11:1 merupakan sebuah refleksi sejarah bukan nubuatan. Sebaliknya sarjana lain mengatakan bahwa Matius tidak salah menafsirkan Hosea 11:1, karena ini merupakan cara penulis Perjanjian Baru dalam menggunakan Perjanjian Lama. Di  mana mereka bisa langsung mengarahkan kepada Kristus. Dalam penelitian ini, penulis memakai metode penelitian literatur sebagai acuan dalam mendeskripsikan masalah yang  dikaji.  Hasil akhir dari penelitian ini, penulis menunjukkan bahwa Matius tidak salah menafsirkan Hosea 11:1, dikarenakan Matius menulis Injil ini dibawah inspirasi dari Roh Kudus. Peristiwa Keluaran memang bersifat Eskatologi Mesianik, dan Matius memakai metode Analogi korespondensi pada saat menafsirkan Hosea 11:1, sehingga Matius 2:5 merupakan penggenapan dari nubuat nabi Hosea. Kata Kunci: Matius; Hosea; Penggenapan; Penafsiran; Yesus. 
Tindakan Pendidikan Agama Kristen Dalam Menyikapi Ritual Mengambil Semangat (Roh) Pada Masyarakat Dayak Taba Daen Rebecca; Firman Panjaitan
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i2.105

Abstract

One of the church's struggles when dealing directly with the community is the culture adopted and which dominates people's lives. Likewise with the church dealing with the Taba Dayak community, where the community still believes in a ritual called taking back the spirit that has been taken away by the Sisil ghost. In this ritual, a form of atonement is made between humans, who are deemed guilty, and the Sisil Ghost by giving offerings. This is a challenge for the church to give awareness to the Taba Dayak community about God's power over life. With the help of a qualitative methodology, particularly through a literature study approach, this article wishes to describe the steps of Christian Religious Education, which is the duty of the church, to give awareness to the Taba Dayak community about the existence of God which overcomes all their beliefs about gods. The results of the study show that Christian Religious Education plays a major role in bringing awareness to the Taba Dayak community that it is God who must be the main guide in facing every suffering and problem in this world. ABSTRAKSalah satu pergumulan gereja ketika berhadapan langsung dengan masyarakat adalah budaya yang dianut dan yang menguasai kehidupan masyarakat. Demikian juga dengan gereja yang berhadapan dengan masyarakat Dayak Taba, di mana masyarakat masih mempercayai sebuah ritual yang disebut mengambil kembali semangat/roh yang sudah dirampas oleh Hantu Sisil. Dalam ritual itu dilakukan bentuk pendamaian antara manusia, yang dipandang bersalah, dengan Hantu Sisil melalui pemberian sesaji. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi gereja untuk memberi kesadaran kepada masyarakat Dayak Taba mengenai keberkuasaan Tuhan terhadap kehidupan. Dengan dibantu oleh metodologi kualitatif, khususnya melalui pendekatan studi pustaka, artikel ini hendak menjabarkan langkah-langkah Pendidikan Agama Kristen, yang menjadi tugas dari gereja, untuk memberi kesadaran kepada masyarakat Dayak Taba tentang keberadaan Tuhan yang mengatasi segala kepercayaan mereka tentang dewa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Kristen berperan besar untuk membawa kesadaran bagi masyarakat Dayak Taba bahwa Tuhanlah yang harus menjadi pegangan utama dalam menghadapi setiap penderitaan dan permasalahan di dunia ini. Kata Kunci: Masyarakat Dayak Taba; Hantu Sisil; Pendidikan Agama Kristen, Gereja 
CCM (Counseling, Communitying, Mentoring): Strategi Penggembalaan Terhadap Permasalahan Krisis Identitas Diri pada Remaja Elkana Yehezkiel Pasaribu; Martina Novalina
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v3i1.140

Abstract

Self-identity crisis is a phenomenon that often occurs in adolescents. This is because of the growth phase that they must experience. Self-identity crisis results in destructive behavior such as promiscuity, drinking alcohol, smoking, and others. This article aims to provide alternative solutions to the self-identity crisis experienced by adolescents, taken from the pastoral side using counseling, community, and mentoring strategies. The research approach carried out is qualitative methods, literature studies. The results of the study obtained are adolescents with self-identity crises have the possibility to recover by using CCM (Counseling, Community, Mentoring) strategies that are carried out in synergy. These three strategies are certainly carried out in accordance with the characteristics possessed by adolescents.ABSTRAKKrisis identitas diri adalah fenomena yang kerap kali terjadi pada remaja. Hal ini dikarenakan fase pertumbuhan yang memang harus mereka alami. Krisis identitas diri berakibat kepada perilaku yang merusak seperti pergaulan bebas, minum alkohol, merokok, dan lainnya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan alternatif solusi terhadap krisis identitas diri yang dialami oleh remaja, diambil dari sisi penggembalaan dengan menggunakan strategi counselling, community, dan mentoring. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif, studi pustaka. Hasil penelitian yang didapat adalah remaja dengan krisis identitas diri memiliki kemungkinan untuk pulih dengan menggunakan strategi CCM (Counseling, Community, Mentoring) yang dilakukan secara bersinergi. Ketiga strategi tersebut tentunya dilakukan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh remaja.Kata-kata kunci: Krisis identias ; Penggembalaan ; Remaja
Strategi Misi Penginjilan Yesus: Sebuah Studi Eksposisi Matius 9:35-37 Samuel Purdaryanto; Hariyanto Hariyanto; Deice Miske Poluan
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i2.137

Abstract

A mission is the sending of a church for believers to preach the gospel in the midst of the world to the unbelievers. The implementation of the mission can be realized properly, a strategy or steps are needed to achieve the goal. From the existing data, in Indonesia alone there are still 131 neglected tribes who have not heard the gospel news. Looking at this data, the mission strategy of preaching the gospel is still very much needed to increase the number of existing evangelistic mission strategies. This research uses a qualitative approach with descriptive analysis methods through exposition studies. The author conducted an expositional study of the Gospel of Matthew 9:35-38 with the OIA model (observation, Intepretation, Application), to find a mission strategy for preaching the gospel of Jesus. The results of this study found a mission strategy for preaching the gospel of Jesus which is divided into three steps. Compassion as the basis of the strategy of preaching the gospel, moving to reach all places, and preaching and teaching. These findings encourage every Christian to become more active in missionary ministry. ABSTRAKMisi merupakan pengutusan gereja bagi orang percaya untuk memberitakan Injil di tengah dunia kepada mereka yang belum percaya. Pelaksaan misi dapat terealisasi dengan baik, diperlukan strategi atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dari data yang ada, di Indonesia saja masih terdapat 131 suku terabaikan yang belum mendengar berita Injil. Melihat data ini, strategi misi pemberitaan Injil masih sangat diperlukan untuk menambah jumlah strategi misi penginjilan yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisa deskriptif melalui studi eksposisi. Penulis melakukan studi eksposisi terhadap Injil Matius 9:35-38 dengan model OIA (observasi, Intepretasi, Aplikasi), untuk menemukan strategi misi pemberitaan Injil Yesus. Hasil penelitian ini menemukan strategi misi pemberitaan Injil Yesus yang dibagi dalam tiga langkah. Belas kasih sebagai dasar strategi memberitakan Injil, bergerak menjangkau segala tempat, serta  memberitakan dan mengajar. Temuan ini mendorong setiap orang Kristen untuk semakin giat dalam pelayanan misi. Kata-kata kunci: Misi; Strategi, pemberitaan; belas kasihan; mengajar
Model Mengajarkan Cerita Alkitab Kepada Anak Sekolah Minggu Usia 6-9 Tahun Hani Rohayani
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i2.30

Abstract

 Loving God with all the existence is God's command. God wants this commandment continue for generation to generation. Parents have responsibility to teach their children to live loving God, living in obedience to the Word of God. In the context of church, Sunday School teachers are also responsible for teaching the Bible. But in carrying out this important task, they had difficulties because the Bible is written in conceptual and abstract form, while the children which according to Piaget's theory is in the preoperational and operational concrete stages is thinking very concrete. The purpose of this study was to bridge the gap between biblical teachings written in adult language and how children learn and understand information. The research method used is descriptive qualitative based on phenomenological. There is a phenomenon that children often difficult to understand the Bible, especially doctrinal themes. The results of the study present ways to teach the Bible to children by paying attention to children's cognitive development.AbstrakMengasihi Allah dengan segenap keberadaan hidup orang percaya merupakan perintah Allah. Allah menghendaki perintah ini terus dilakukan turun-temurun. Orang tua di rumah memiliki tanggung jawab untuk mengajar anak-anaknya hidup mengasihi Allah, hidup mentaati Firman Allah. Dalam konteks gereja para guru Sekolah Minggu (SM) yang bertanggung jawab mengajarkan Alkitab kepada anak-anak. Tetapi dalam melaksanakan tugas yang penting ini guru mengalami kesulitan karena pokok pengajaran Alkitab dicatat dalam bentuk konsep-konsep yang bersifat abstrak, sementara cara berpikir anak-anak yang menurut teori Piaget berada pada tahap praoperasional dan operasional konkret sangat bersifat konkret. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjembatani antara ajaran Alkitab yang dituliskan dengan bahasa orang dewasa dengan cara belajar dan kemampuan anak memahami suatu informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif berbasis fenomenologis. Terdapat fenomena bahwa anak-anak sering kali sulit memahami isi Alkitab, terutama tema-tema yang sifatnya doktrinal. Hasil penelitian menyajikan cara-cara mengajarkan Alkitab kepada anak-anak dengan memperhatikan perkembangan kognitif anak.  Kata Kunci : Metode mengajar; Sekolah Minggu; Proses belajar mengajar
Peran Gereja Dalam Bingkai Kebenaran Alkitab Terhadap Perkawinan Beda Agama Tjutjun Setiawan; Suranto Suranto
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i2.136

Abstract

Marriage was God's plan from the beginning since the creation of the first humans, Adam and Eve.  Genesis 2:18 said that it was not good for humans to be alone.  As a social being who got along in the society, there was a possibility for a man or woman to be acquainted and chose a marriage partner from a different religion so they performed an interfaith marriage.  How did the Bible highlight this issue?   This research used a  descriptive qualitative method with a literature approach in which   interfaith marriages were studied and explored from various references such as journals, literature,    online news and more specifically  from biblical sources.   This study aimed to enable Christians in general to know God's will about a marriage and to equip the church leaders to teach about marriage in accordance with the biblical truth. The conclusion was that the Bible forbade interfaith marriages, but if they were already in that situation, then remained in the marriage unless the non-believer spouse wanted to divorce, then the divorce could be carried out.  ABSTRAKPerkawinan adalah rencana Allah sedari semula sejak penciptaan manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa. Dalam Kejadian 2:18 bahwa tidak baik manusia itu seorang diri saja. Sebagai makhluk sosial yang bergaul dalam kehidupan masyarakat tidak tertutup kemungkinan bagi seorang laki-laki atau perempuan untuk mengenal, memilih pasangan dari agama yang berbeda sehingga melakukan perkawinan beda agama. Bagaimana kebenaran Alkitab dalam menyoroti masalah ini? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif desktiptif dengan pendekatan kepustakaan di mana perkawinan beda agama digali dan didalami dari berbagai referensi seperti jurnal, literatur, berita online dan terlebih khusus dari sumber Alkitab. Penelitian ini bertujuan supaya umat Kristiani secara umum dapat mengetahui kehendak Allah dari suatu perkawinan, dan bagi para pemimpin gereja supaya dapat memberikan pengajaran tentang perkawinan yang sesuai dengan kebenaran Alkitab Kesimpulan yang didapat bahwa Alkitab melarang untuk melakukan perkawinan beda agama, tetapi jika sudah terlanjur berada dalam situasi itu, maka tetaplah bertahan kecuali pasangan yang tidak seiman itu hendak melakukan cerai, maka perceraian dapat dilaksanakan.Kata Kunci: Peran Gereja, kebenaran Alkitab, Perkawinan, Beda Agama
AKU TELAH SEMBUH: Pengalaman Doktrinal Sebagai Kenyataan Sosio-Teologis Pantekosta Elia Tambunan; Sang Putra Immanuel Duha
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v2i2.135

Abstract

This article is written in a social research landscape with Pentecostal theology, namely divine healing as an object of study, by using a critical study method of literary sources, including social media. The question to be answered for the academic field in Indonesia is how to modernize theology as a science that integrates with social science. So far there is a scientific problem. The Bible as the main object of study is too focused on the analysis of biblical texts. Science in these institutions seems to be ignorant of social praxis. The Bible contains narratives of the experience, and history of tribes, societies, and nations. We build our meaning of social theories with systematic theology to produce a theoretical framework. The findings, "I have been healed", not only as a theological expression but has a broad social impact. Through it, we contribute a framework of Pentecostal socio-theological reality to the study of global Pantecostalism which is useful as an empirical working tool in understanding the experiences of biblical text societies and contextual societies.ABSTRAKIni adalah tulisan dalam lansekap penelitian sosial dengan teologi Pantekosta yakni kesembuhan Ilahi sebagai objek kajian, dilakukan dengan metode studi kritik sumber literatur, termasuk media sosial. Pertanyaan yang hendak dijawab untuk ladang akademik di Indonesia, bagaimana cara untuk memodernisasi teologi sebagai ilmu mengintegrasikan dengan sosial sains? Sejauh ini memang ada problem keilmuan. Alkitab sebagai objek utama dari studi terlalu berkutat pada analisis teks biblis. Keilmuan dalam institusi tersebut terkesan abai dengan praksis sosial. Padahal, Alkitab memuat narasi pengalaman, sejarah puak-puak, masyarakat, bangsa-bangsa. Kami membangun pemaknaan sendiri atas teori-teori sosial dengan teologi sistematika untuk menghasilkan kerangka teori. Dalam temuan kami, “aku telah sembuh”, tak hanya sebagai ungkapan teologis tetapi memiliki impak sosial luas. Lewat temuan, kami menyumbangkan kerangka pikir kenyataan sosio-teologis Pantekosta untuk studi Pantekostalisme global yang berguna sebagai alat kerja empiris dalam memahami pengalaman masyarakat teks biblis dan masyarakat kontekstual.Kata Kunci: Kenyataan Sosio-Teologis; Pantekosta; Pengalaman Doktrinal; Teologi Sistematika
Pendidikan Anti Korupsi Berdasarkan Doa Bapa Kami pada Matius 6:11-13 dan Implementasinya pada Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Serepina Yoshika Hasibuan
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v3i1.142

Abstract

Corruption prevention needs to be done starting from education. Promoting anti-corruption education must be integrated into all subjects including Christian Religious Education in elementary school. This article aims to understand the meaning of the Our Father's prayer in three phrases namely "forgive us", "give us our sufficient food" and "do not lead us into temptation" in order to underlie anti-corruption education in PAK lessons. This research was conducted using a qualitative analysis method using literature studies specifically the exegesis method to explore the religious and social values contained in the three phrases in the Lord's Prayer. The results of this study indicate that the Lord's Prayer can be implemented as anti-corruption education material in PAK lessons because it teaches the principles of honesty, concern for others, justice and spiritual and social responsibility. So, teacher can implement anti corruption education based on the Lord’s prayer. AbstrakPenanggulangan korupsi perlu dilakukan mulai dari bangku pendidikan. Penggalakan pendidikan anti korupsi wajib diintegrasikan ke semua mata pelajaran termasuk Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar. Artikel ini bertujuan untuk memahami makna doa Bapa Kami dalam tiga frasa yaitu “ampunilah kami”, “berilah kami makanan kami yang secukupnya” dan “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” guna mendasari pendidikan anti korupsi pada pelajaran PAK. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif analisis yang menggunakan studi literatur secara khusus metode eksegesis untuk menggali nilai-nilai religius dan sosial yang terkandung dalam tiga frasa di Doa Bapa Kami. Hasil penelitian ini menunjukkan Doa Bapa Kami dapat diimplementasikan sebagai materi pendidikan anti korupsi pada pelajaran PAK karena mengajarkan prinsip kejujuran, kepedulian dengan sesama, keadilan serta tanggung jawab spiritual dan sosial. Jadi Guru PAK dapat menerapkan pendidikan Anti Korupsi dengan mendasarinya pada pembelajaran Doa Bapa Kami. Kata kunci: Doa Bapa Kami; pendidikan anti korupsi; karakter  
Kiat Membangun Integritas Mahasiswa Kristen di Era Digital Berdasarkan Teladan Daniel Efi Nurwindayani; Lavandya Permata Kusuma Wardhani
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v3i1.143

Abstract

Today's Christian students are in the digital era which is full of integrity challenges. This research wants to describe how to build the integrity of Christian students in the digital era based on the example of the character Daniel. The Christian students in question are Christian students in Surakarta. This research is a theological research using descriptive qualitative method. Data were collected by means of hermeneutic studies from the text of the Bible Daniel chapter 1 and literature. The results of this research are tips for building the integrity of Christian students in the digital era, namely following character education through Christian Religious Education courses on campus, associating in a healthy way through Christian Student Fellowship facilities on campus and religious discipline in order to build spirituality. ABSTRAKMahasiswa Kristen saat ini ada di era digital yang sarat dengan tantangan integritas. Penelitian ini hendak mendeskripsikan kiat membangun integritas mahasiswa Kristen di era digital berdasarkan teladan tokoh Daniel. Mahasiswa Kristen yang dimaksud adalah mahasiswa yang Kristen yang ada di Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian teologis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.  Data dikumpulkan dengan studi hermeneutik dari teks Alkitab Daniel pasal 1 dan literatur kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah kiat membangun integritas mahasiswa Kristen di era digital adalah mengikuiti pendidikan karakter melalui mata kuliah Pendidikan Agama Kristen yang ada di kampus, bergaul secara sehat melalui sarana Persekutuan Mahasiswa Kristen di kampus dan disiplin beribadah dalam rangka membangun spiritualitas. Kata-kata kunci: integritas; mahasiswa Kristen; era digital 
Langit dan Bumi dalam Struktur Chiastik Naratif Wahyu 20:11-21:1 Paulus Dimas Prabowo
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/jct.v3i1.138

Abstract

The hope of believers is fixed on a peaceful future life. But the eternal life in the heavens and the earth to come is only understood as the spiritual realm. Many articles have been written about the future heavens and earth with various approaches. In this article, the author attempts to prove that Revelation 20:11-21:1 is a unit of thought with a chiastic structure that can explain the concept of heaven and earth. The theme contained in the chiastic structure becomes a frame in interpreting the concept of heaven and earth in the text. The method to be used is structural analysis supported by the Freytag pyramid concept and exegetical analysis. The results of the study reveal that heaven and earth in 20:11 is a narrative introduction where the disappearance of heaven and earth describes elements of dramatization and destruction of the white throne judgment, while heaven and earth in 21:1 is a resolution of the narrative, where conflict and tension have been resolved and then created a new state, namely the emergence of a new heaven-earth that is both eternal and materiil. Thus, the church and believers are equipped with an understanding that God's work and eternal life in the world to come are comprehensive, which also touches on materiil aspects. Hope for life in the future is increasingly strengthened through a new, clarified heaven-earth concept.  ABSTRAKPengharapan orang percaya tertuju pada kehidupan masa depan yang penuh kedamaian. Namun kehidupan kekal di langit dan bumi yang akan datang hanya dipahami sebagai alam spiritual saja. Banyak tulisan yang diangkat mengenai langit dan bumi yang akan datang dengan beragam pendekatan. ­ Artikel ini penulis berupaya membuktikan bahwa Wahyu 20:11-21:1 merupakan satu unit gagasan dengan struktur chiastik yang dapat menjelaskan konsep langit dan bumi. Tema yang terkandung dalam struktur chiastik menjadi bingkai dalam menafsirkan konsep langit dan bumi dalam teks tersebut. Metode yang akan dipakai adalah analisis struktur yang didukung dengan konsep piramida Freytag dan analisis eksegetik. ­ Hasil penelitian mengungkap bahwa langit dan bumi dalam Wahyu 20:11 merupakan introduksi narasi dimana lenyapnya langit dan bumi mendeskripsikan unsur dramatisasi dan destruksi dari penghakiman tahta putih, sedangkan langit dan bumi dalam 21:1 merupakan resolusi dari narasi, dimana konflik dan ketegangan telah selesai lalu terciptalah keadaan yang baru yakni kemunculan langit-bumi baru yang kekal sekaligus materiil. Dengan demikian, gereja dan orang percaya dibekali dengan pemahaman bahwa karya Tuhan dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang bersifat komprehensif, yang juga menyentuh aspek materi. Pengharapan akan hidup di masa mendatang semakin dimantapkan melalui konsep langit-bumi baru yang diperjelas. Kata-kata kunci: langit dan bumi; Wahyu 20:11-21:1; struktur; kiasme; naratif